Nintendo Siap Luncurkan Dr. Mario World untuk Android dan iOS di Awal Musim Panas

Persis setahun yang lalu, Nintendo mengumumkan bahwa mereka sedang mengerjakan game berjudul Mario Kart Tour, yang diagendakan meluncur ke smartphone sebelum bulan Maret 2019 berakhir. Bagi yang sudah bersabar menunggu, sayang sekali Anda harus dibuat sedikit kecewa, sebab perilisan game ini harus ditunda sampai musim panas nanti, berdasarkan informasi yang didapat The Verge dari laporan finansial terbaru Nintendo.

Kabar baiknya, Mario Kart Tour bukanlah satu-satunya game mobile yang akan Nintendo luncurkan pada musim panas nanti. Melalui akun Twitter Nintendo America, mereka mengumumkan reinkarnasi salah satu game klasiknya, Dr. Mario, untuk perangkat mobile. Versi mobile-nya ini dinamai Dr. Mario World, dan perilisan globalnya dijadwalkan pada awal musim panas tahun ini.

Bagi yang tidak pernah memainkan Dr. Mario di NES, game ini merupakan game action puzzle. Karakter Mario di sini berperan sebagai seorang dokter yang bertugas melenyapkan virus, dan caranya adalah dengan menata kapsul demi kapsul dengan warna yang sama. Kalau di game aslinya, ada mode versus, sehingga semestinya di versi barunya ini juga ada mode multiplayer yang sama, malah mungkin secara lokal sekaligus online.

Penampilan Dr. Mario sebagai salah satu karakter di game Super Smash Bros. Ultimate / Nintendo
Penampilan Dr. Mario sebagai salah satu karakter di game Super Smash Bros. Ultimate / Nintendo

Nintendo rupanya tidak sendirian mengerjakan Dr. Mario World. Game ini merupakan buah kolaborasinya bersama Line dan NHN Entertainment. Kalau melihat user base Line di Indonesia yang cukup besar, saya yakin Indonesia bakal menjadi salah satu dari perkiraan 60 negara yang bakal kebagian jatah game ini pada awal musim panas mendatang.

Dr. Mario World akan dirilis di Android dan iOS sebagai game free-to-play seperti mayoritas game mobile yang ada saat ini. Saya bersama keluarga punya kenangan manis dengan Dr. Mario, sehingga pengumuman ini berhasil membuat saya cukup kegirangan.

Sumber: 9to5Mac.

Nintendo Luncurkan Turnamen Resmi Super Smash Bros. Ultimate dan Splatoon 2

Nintendo punya sedikit rekam jejak buruk di dunia esports. Bukan hanya tidak memfasilitasi para atlet yang bermain Super Smash Bros. secara profesional, mereka juga sempat membuat Super Smash Bros. Melee tidak bisa tampil di turnamen EVO karena alasan hak cipta. Untungnya hal itu tidak berlangsung lama. Suara lantang para penggemar berhasil meluluhkan hati Nintendo, dan kini perusahaan tersebut menjadi sponsor setia EVO.

Di tahun 2019 ini tampaknya Nintendo semakin mantap menunjukkan dukungan terhadap esports. Mereka baru saja mengumumkan pembukaan bukan hanya satu, bukan dua, tapi tiga turnamen esports sekaligus. Tiga turnamen itu adalah Super Smash Bros. Ultimate North America Open 2019, Super Smash Bros. Ultimate European Smash Ball Team Cup 2019, dan terakhir Splatoon 2 North America Inkling Open 2019.

Ini bukan pertama kalinya Nintendo menggelar kompetisi Splatoon 2 berskala besar. Tahun 2018 lalu pun mereka memiliki beberapa turnamen seperti Splatoon 2 US/Canada Inkling Open 2018, Splatoon Koshien 2018, dan sebagainya. Akan tetapi bagi Super Smash Bros. Ultimate yang baru saja dirilis, dua turnamen di atas merupakan turnamen resmi pertama (Super Smash Bros. Ultimate Invitational 2018 tidak dihitung karena saat itu game ini bahkan belum dirilis).

SSBU North America Open 2019 terbuka untuk semua orang yang bertempat tinggal di Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko. Nintendo mengadakan tiga kali Online Qualifier pada bulan Februari dan Maret, dengan masing-masing kualifikasi menghasilkan empat pemain terbaik. Dua belas kontestan itu kemudian akan bertanding di final dalam acara PAX East 2019, kota Boston, tanggal 30 Maret. Nintendo tidak menjelaskan berapa hadiah yang diperoleh pemenang turnamen ini, namun seluruh biaya transportasi dan akomodasi ke PAX East akan ditanggung, dengan nilai setara kurang lebih US$2.300 (sekitar Rp32,5 juta).

Tahukah Anda, apa yang membuat turnamen ini menarik? Nintendo memperbolehkan penggunaan item! Penggunaan item di Smash kompetitif umumnya tidak diperbolehkan karena menambah unsur random. Akan tetapi desainer seri Smash, Masahiro Sakurai, pernah menyatakan bahwa justru item membuat game ini lebih menarik dan menyenangkan. Apakah adanya item merupakan hal yang baik atau buruk, silahkan Anda nilai sendiri.

Di belahan dunia lain, SSBU European Smash Ball Team Cup 2019 menawarkan kompetisi di 12 wilayah benua Eropa dengan format team battle. Wilayah yang termasuk adalah:

  • Inggris Raya dan Irlandia
  • Perancis
  • Jerman
  • Spanyol
  • Portugal
  • Italia
  • Rusia
  • Belanda
  • Belgia
  • Austria
  • Swiss
  • Nordik (Denmark, Finlandia, Norwegia, dan Swedia)

Lain dengan turnamen sebelumnya, SSBU European Smash Ball Team Cup 2019 tidak memperbolehkan penggunaan item (kecuali Smash Ball). Format pertandingan juga berbeda karena ini adalah kompetisi antar tim. Satu tim beranggotakan tiga orang, dan mereka harus bertanding melawan tim-tim lain dalam mode pertarungan 2v2 Smash, Smashdown, serta 3v3 Squad Strike. Final SSBU European Smash Ball Team Cup sendiri akan digelar pada musim semi 2019.

Terakhir, Splatoon 2 North America Inkling Open 2019 akan memulai babak kualifikasi online pada tanggal 10 Februari. Tim beranggotakan tiga pemain dapat adu semprot cat di mode pertarungan Turf War. Delapan tim terbaik kemudian bertanding di Online Qualifier Finals tanggal 2 Maret, dan dari sini akan diambil empat tim untuk maju ke babak final di PAX East 2019. Ya, final Splatoon 2 North America Inkling Open 2019 akan diadakan bersama dengan final SSBU North America Open 2019. Aturan serta fasilitas yang diperoleh pemain pun kurang lebih sama.

Nintendo seolah membuat sebuah pernyataan lewat pengadaan turnamen-turnamen ini, terutama SSBU North America Open. Mereka ingin memfasilitasi esports, sesuai dengan tren yang sedang berkembang serta minat para penggemar. Akan tetapi Nintendo juga tidak ingin melepas suasana inti Smash yang berpusat pada kegembiraan.

Adanya unsur random pasti akan membuat kompetisi sedikit chaos. Bila chaos terjadi saat kita bercanda bersama teman mungkin kita hanya akan tertawa. Tapi bila hal itu terjadi di tengah ketegangan turnamen, di mana para pemain bermain secara profesional dengan mempertaruhkan uang hadiah, masih bisakah kita tertawa?

Sumber: Nintendo of America, Nintendo UK, IGN

Prediksi Industri Game Tahun 2019: Overwatch Akan Berubah Jadi Free-to-Play?

Setelah tahun 2018 yang sangat menarik, kita mungkin bertanya-tanya, hal apa yang akan mengisi industri game di tahun 2019? Tren yang akan menjadi “next big thing”, dan tren apa yang akan mati? Situs gamesindustry.biz belum lama ini mempublikasikan kumpulan prediksi dari berbagai pakar industri game di bidang-bidang berbeda. Termasuk di antaranya adalah Dr. Serkan Toto dari Kantan Games, Michael Pachter dari Wedbush Securities, dan Mat Piscatella dari NPD Groups.

Meskipun sifatnya hanya prediksi, bukan pengumuman resmi, hal-hal di bawah ini tetap menarik untuk kita antisipasi. Apalagi bila Anda sering mengikuti rumor atau leak tentang industri game, mungkin Anda tahu bahwa prediksi dari beberapa nama di atas cukup sering tepat sasaran atau setidaknya mendekati.

Contoh beberapa prediksi tahun lalu yang cukup menarik antara lain kemunculan mobile game Warcraft (ternyata yang muncul bukan Warcraft, tapi Diablo Immortal), penurunan harga PSVR yang cukup besar (dari US$399 ke US$299), serta ekspansi penerbit-penerbit Tiongkok ke wilayah global (contoh: PUBG Mobile dan AOV versi Switch).

Bagaimana dengan tahun 2019? Berikut ini adalah prediksi-prediksi tahun 2019 yang cukup menarik dan masuk akal untuk terjadi. Mari kita bermain tebak-tebakan. Menurut Anda, prediksi mana saja yang benar?

Call of Duty: Black Ops 4
Call of Duty: Black Ops 4 | Sumber: Activision

Overwatch dan Call of Duty: Black Ops 4 Blackout versi free-to-play

Di tahun 2019 ini Overwatch akan menginjak usia tahun ketiga. Liga esports Overwatch League (OWL) telah terbukti cukup sukses, namun Blizzard mulai tiba di titik jenuh. Mereka perlu menjangkau pasar yang lebih luas, dan cara melakukannya adalah dengan mengubah Overwatch menjadi free-to-play. Prediksi ini dilontarkan oleh Michael Pachter.

Pachter juga memprediksi mode Blackout (battle royale) dari Call of Duty: Black Ops 4 untuk mendapat perlakuan yang sama. Call of Duty: Black Ops 4 sendiri sudah sukses di pasaran, dan mode Blackout pun banyak digemari. Activision bisa meniru strategi Fortnite, mengubah mode battle royale menjadi free-to-play namun game utamanya tetap berbayar. Apakah mereka akan meraih kesuksesan yang sama, kita lihat saja nanti.

Nintendo Switch Pro dan Switch Lite

Bukan rahasia lagi bahwa Nintendo sangat suka melakukan revisi console dan handheld ciptaan mereka. Tahun 2017 ini, Switch akan berumur dua tahun, dan Dr. Serkan Toto memprediksi bahwa Nintendo akan merilis versi revisi pertamanya.

Rencana tentang Switch Pro sendiri sudah pernah dilaporkan oleh Wall Street Journal. Akan tetapi kemungkinan Nintendo juga akan menciptakan versi Lite untuk menjangkau pasar entry level.

Dr. Serkan Toto
Dr. Serkan Toto dikenal sebagai pakar industri game Jepang | Sumber: gamesauce

Lebih banyak konten eksklusif marketplace

Akhir tahun 2018, kita telah melihat percikan-percikan “perang marketplace” di dunia distribusi game digital. Di tengah keputusan Valve soal perubahan pembagian keuntungan di Steam, perusahaan-perusahaan lain mulai bergerak untuk menawarkan marketplace alternatif yang lebih pro-developer. Muncullah Epic Games Store dan Discord Store yang menawarkan pembagian keuntungan lebih besar dari Steam.

Meski banyak marketplace baru, para analis sepakat bahwa Steam tetap akan menjadi platform paling dominan untuk PC gaming. Sementara itu, Piers Harding-Rolls dari IHS Markit memprediksi bahwa para penyedia marketplace akan mulai lebih sering menerbitkan game eksklusif di platform milik mereka saja sebagai cara bersaing. Apakah ini hal yang baik atau buruk, kita lihat saja bila benar terjadi nanti.

Tidak akan ada PS5 atau Xbox baru

PS4 di tahun 2019 akan berulang tahun untuk keenam kalinya, dan di dunia console, itu berarti kemunculan generasi penerusnya sudah dekat. Namun “PS5” atau “Xbox Two” tidak akan dirilis pada tahun 2019. Sony dan Microsoft kemungkinan akan mengumumkan beberapa spesifikasi perangkat baru mereka, tapi peluncurannya sendiri masih jauh di masa depan. Sebelum PS5, Piers Harding-Rolls memprediksi bahwa Sony akan merilis PSVR generasi baru terlebih dahulu.

Beberapa judul game yang akan muncul

Selain kondisi industri game secara umum, tentu para analis ini juga memiliki prediksi tentang judul-judul game yang akan muncul di tahun 2019. Berikut ini beberapa di antaranya:

  • Sekuel seri Bioshock
  • Borderlands 3
  • Sekuel seri Splinter Cell
  • Sekuel seri Watch Dogs
  • Rainbow Six baru
  • Titanfall 3
  • Judul Star Wars baru dari Respawn Entertainment
  • The Elder Scrolls VI, dipercepat karena kegagalan Fallout 76

Itulah beberapa prediksi dari analis di dunia industri game tentang tahun 2019. Apakah Anda setuju? Mana prediksi yang Anda harapkan jadi kenyataan?

Sumber: gamesindustry.biz

Firewatch Versi Nintendo Switch Meluncur 19 Desember 2018

Firewatch merupakan salah satu contoh terbaik bagaimana sebuah game indie mampu memikat hati kalangan gamer hardcore sekalipun. Berkat perpaduan narasi, voice acting dan visual yang begitu indah, sejumlah penghargaan berhasil disabetnya, meski yang digunakan hanyalah engine Unity.

Kesuksesan Firewatch juga berbuah perubahan nasib bagi tim pengembangnya, Campo Santo. Pada bulan April kemarin, Valve resmi mengakuisisi tim berisikan 12 orang tersebut. Namun meski sudah berada di bawah naungan Valve, Campo Santo tetap berkomitmen untuk memberikan dukungan terhadap mahakaryanya yang berjudul Firewatch itu tadi.

Pada kenyataannya, beberapa hari sebelum kabar akuisisi itu beredar, Campo Santo sempat mengumumkan rencananya untuk merilis Firewatch di Nintendo Switch. “Segera” adalah jadwal yang ditetapkan Campo Santo kala itu, tapi ternyata Firewatch baru akan meluncur ke Switch pada tanggal 17 Desember mendatang melalui Nintendo eShop.

Firewatch versi Switch ini bukan sebatas port standar. Campo Santo bilang bahwa mereka berupaya keras untuk mengoptimalkan performanya, sehingga secara umum game dapat berjalan secara lebih responsif. Mereka juga bilang bahwa ada sejumlah kejutan yang disiapkan buat versi Switch-nya.

Namun yang tidak kalah penting, Campo Santo berniat menghadirkan optimalisasi ini ke versi-versi yang sudah dirilis pasca peluncuran versi Switch-nya nanti. Jadi kalau semuanya berjalan sesuai rencana, performa Firewatch di PC, PS4 dan Xbox One bakal lebih baik dari sebelumnya.

Sumber: Polygon.

Pakai 8BitDo GBros. Adapter, Nintendo Switch Bisa Dimainkan dengan Controller GameCube Secara Wireless

7 Desember 2018 adalah hari yang telah dinanti-nanti banyak pengguna Nintendo Switch. Pasalnya, di hari tersebut Nintendo akan meluncurkan Super Smash Bros. Ultimate, sekuel dari seri game fighting crossover yang edisi terakhirnya dirilis di Wii U dan 3DS.

Namun para penggemar berat seri ini tahu betul bahwa Super Smash Bros. Melee yang dirilis lebih dari satu dekade lalu di Nintendo GameCube adalah edisi yang paling populer. Salah satu faktornya adalah betapa idealnya controller GameCube untuk membantu pemain menjadi jagoan dalam game tersebut.

Nintendo sendiri menyadari fakta tersebut, dan mereka mengantisipasinya dengan menyiapkan edisi spesial Super Smash Bros. Ultimate yang dibundel bersama sebuah controller GameCube. Masalahnya, bundel ini hanya akan dijual dalam kuantitas yang terbatas.

8BitDo GBros. Adapter

Namun itu bukanlah suatu kendala seandainya Anda masih menyimpan controller GameCube orisinal dengan baik. Anda bahkan bisa menggunakannya secara wireless jika mau dengan bantuan sebuah adaptor bikinan 8BitDo, yang sejatinya sudah tidak asing lagi di kalangan penggemar game retro.

Perangkat bernama GBros. Adapter ini berwujud seperti kapsul dengan dimensi 100 x 35 x 29 mm, dan menyambung ke Switch via Bluetooth layaknya sebuah Wiimote. Dari situ pengguna tinggal menancapkan controller GameCube-nya, dan sesi gaming pun bisa dijalani tanpa harus duduk terlalu dekat ke TV.

Terdapat empat tombol pada adaptornya yang bisa digunakan untuk masuk ke tampilan utama Switch (home) atau mengambil screenshot. Dua sisanya adalah untuk mengganti mode antara Switch atau Windows. Ya, adaptor ini memungkinkan Anda untuk memainkan sejumlah game PC menggunakan controller GameCube jika mau.

8BitDo GBros. Adapter

Selain controller GameCube, adaptor ini juga kompatibel dengan controller NES Classic, SNES Classic, maupun Wii Classic. Pengguna tak perlu repot-repot mengisinya ulang setiap kali selesai bermain, sebab suplai dayanya berasal dari baterai AA, dengan estimasi daya tahan hingga 30 jam penggunaan.

Seperti yang sudah bisa Anda tebak, 8BitDo GBros. Adapter juga akan diluncurkan pada tanggal 7 Desember. Konsumen sudah bisa melakukan pre-order dengan modal $20 saja.

Sumber: Polygon.

Nintendo Berencana Untuk Meluncurkan Switch Versi Baru?

Mulai memeriahkan persaingan console generasi kedelapan di bulan Maret 2017 berbekal konsep hybrid yang diusungnya, perjalanan Switch terlihat begitu mulus. Terhitung di akhir bulan Juni kemarin, Nintendo berhasil menjual hampir 20 unit console. Namun dari informasi yang beredar belakangan, produsen kabarnya malah punya agenda untuk menggarap versi barunya.

Diungkap oleh The Wall Street Journal berdasarkan laporan dari narasumber dan sejumlah pihak pemasok, perusahaan hiburan asal Jepang itu akan meluncurkan varian baru Switch di tahun depan demi menjaga momentum penjualan produk tetap tinggi. Buat sekarang, pihak Nintendo masih berdiskusi mengenai seperti apa hardware, software, fitur anyar yang akan dibubuhkan di perangkat, sembari menakar ongkos produksinya.

Menurut The Wall Street Journal, Nintendo mempertimbangkan untuk memperbarui layar console. Anda mungkin sudah tahu, layar merupakan bagian terlemah di Switch. Unit yang tersedia saat ini dibekali oleh panel LCD low-end, hanya menghidangkan resolusi 720p jika game dimainkan di mode handheld. Di awal perilisannya, sempat terdengar laporan yang menyatakan bahwa display tersebut mudah tergores jika kita tidak hati-hati ketika memasukkannya ke unit dock.

Melalui upgrade, Nintendo berkesempatan buat menyajikan layar yang lebih cerah, efisien dan lebih tipis lagi. Hal itu boleh dibilang cukup krusial mengingat untuk sebuah sistem gaming andalan, mutu serta kinerja display seluas 6,2-inci 237-ppi milik Switch masih berada di bawah smartphone kelas menengah. Meski begitu, kecil kemungkinan produsen akan mengadopsi teknologi panel high-end – misalnya display OLED yang digunakan Apple di iPhone X.

Pengenalan versi baru dari produk console-nya bukanlah hal baru bagi Nintendo. Ambil saja contohnya 3DS. Sejak tersedia di tahun 2011, perangkat gaming handheld tersebut memperoleh beberapa kali ‘refresh‘ dan anggota keluarganya terus bertambah; ada 3DS XL, model tanpa kapabilitas tiga dimensi 2DS, serta varian ‘New’ baik untuk 3DS, 2DS maupun 3DS XL. Inkarnasi terbarunya adalah New 2DS XL, dirilis di pertengahan tahun lalu.

Sang narasumber menyampaikan bahwa Nintendo berencana buat meluncurkan versi baru Switch di paruh kedua tahun 2019. Produsen sejauh ini belum memberi komentar terkait eksistensi dari ‘New Switch’, namun di bulan Februari lalu, creative fellow Shigeru Miyamoto sempat menyampaikan keinginannya agar siklus hidup Switch lebih panjang dari platform game Nintendo lainnya. Itu berarti, upgrade di tahun depan bisa jadi bukanlah yang terakhir.

Via Polygon.

 

Yo-Kai Watch 3 Akan Terbit dalam Bahasa Inggris di Awal Tahun 2019

Nintendo baru-baru ini mengumumkan bahwa Yo-Kai Watch 3 akan dirilis dalam bahasa Inggris baik di region Eropa maupun Amerika Utara. Game hasil karya perusahaan Level-5 itu sebelumnya sudah tersedia di Jepang sejak tahun 2016. Namun para gamer barat baru akan bisa menikmatinya mulai tanggal 8 Februari 2019, eksklusif di Nintendo 3DS.

Mirip seperti seri Pokemon yang biasanya dirilis dalam dua atau tiga versi, Yo-Kai Watch 3 juga memiliki tiga versi berbeda. Tiga versi itu disebut Yo-Kai Watch 3: Sushi, Yo-Kai Watch 3: Tempura, dan Yo-Kai Watch 3: Sukiyaki. Perbedaan antara Sushi dan Tempura terletak pada Yo-Kai (monster/hantu yang bisa ditangkap) eksklusif di dalam masing-masing game. Sementara versi ketiga, Sukiyaki, merupakan versi baru dengan konten-konten tambahan yang dirilis belakangan.

Yo-Kai Watch 3 | Screenshots
Tampilan Yo-Kai Watch 3 versi Jepang | Sumber: Gematsu

Sayangnya tidak ada info jelas tentang konten di versi Inggrisnya, apakah akan berbasis Yo-Kai Watch 3: Sushi, Tempura, atau Sukiyaki. Logo yang ditunjukkan oleh Nintendo pun ternyata logo yang benar-benar baru, berbeda dari ketiga versi di Jepang. Idealnya, versi Inggris akan lebih baik bila hanya memiliki satu versi yaitu versi Sukiyaki yang sudah berisi konten terlengkap.

Yo-Kai Watch 3 memberikan suasana petualangan baru yang berbeda dari prekuel-prekuelnya. Biasanya pemain akan disuruh memilih satu dari dua protagonis, anak laki-laki bernama Nathan Adams (alias Nate) atau anak perempuan bernama Katie Forester. Tetapi kali ini Yo-Kai Watch 3 kedatangan satu tokoh baru, yaitu Hailey Anne.

Yo-Kai Watch 3 | Logo
Logo Yo-Kai Watch 3 versi Inggris, berbeda dari versi Jepangnya | Sumber: Nintendo

Lokasi cerita Yo-Kai Watch 3 juga lebih variatif daripada prekuelnya yang hanya berlatar di Jepang. Alkisah, kali ini Nate dan keluarganya baru saja pindah rumah ke sebuah kota fiktif di Amerika Serikat bernama St. Peanutsburg. Pemain dapat menemukan berbagai Yo-Kai bertema kebarat-baratan di sana. Sementara itu petualangan Hailey berlokasi di Jepang. Ia membuka sebuah biro detektif bersama Yo-Kai partnernya, Usapyon.

Tanggal rilis yang disebutkan di atas adalah tanggal rilis untuk wilayah Amerika Utara. Sementara untuk wilayah Eropa, Nintendo hanya menyatakan bahwa game ini akan terbit di musim dingin (antara Desember 2018 – Februari 2019). Para penggemar sudah menunggu selama dua tahun. Semoga saja mereka tidak perlu menunggu lebih lama lagi.

Sumber: Nintendo Life.

Kompetisi Esports Super Smash Bros. Ultimate Akan Tayang di Stasiun Televisi TBS

Stasiun televisi TBS telah cukup lama menjalankan program siaran esports dengan nama Eleague. Kompetisi berbagai game populer, seperti Street Fighter V, Counter Strike: Global Offensive, serta Call of Duty: Black Ops 4 mengisi program tersebut sejak tengah tahun 2016 hingga sekarang. Eleague bahkan telah bekerja sama dengan perusahaan penerbit game seperti Valve dan Blizzard untuk menggelar kompetisi profesional tingkat dunia.

Kali ini pun Eleague kembali merangkul developer besar yang memiliki game kompetitif dengan peminat yang seolah tak pernah surut, yaitu Nintendo dengan Super Smash Bros. Ultimate. Game terbaru dari seri Super Smash Bros. itu sebenarnya belum dirilis, tapi antusiasme para penggemar dari seluruh dunia sudah sangat tinggi. Salah satu alasannya, karena Super Smash Bros. Ultimate akan mengandung jumlah karakter playable terbanyak sepanjang sejarah.

Super Smash Bros. Ultimate | Isabelle
Isabelle dari Animal Crossing muncul di Super Smash Bros. Ultimate | Sumber: Nintendo

Sebagian orang menganggap seri Super Smash Bros. sebetulnya bukan game kompetitif. Bahkan kreatornya sendiri, Masahiro Sakurai, mengakui bahwa ia menciptakan Super Smash Bros. sebagai game yang mudah dimainkan semua orang. Tapi Nintendo sepertinya tak punya kuasa mengatur gairah para penggemar. Seri ini selalu jadi langganan kompetisi utama di kejuaraan fighting game terbesar dunia, Evolution Championship Series (EVO). Gilanya lagi, game yang paling populer justru bukan Super Smash Bros. terbaru, tapi Super Smash Bros. Melee yang dirilis pada tahun 2001 untuk Nintendo GameCube.

Para penggemar maupun pemain Super Smash Bros. kompetitif sudah lama meminta Nintendo untuk lebih memperhatikan aspek esports game tersebut, dan kini sepertinya Nintendo sudah mulai melakukannya. Berkat kerja sama dengan Eleague, Super Smash Bros. Ultimate nantinya akan memiliki tayangan esports di stasiun TBS. Tayangan tersebut diberi nama Super Smash Bros. Ultimate Invitational 2018, dan akan dimulai pada bulan November.

Super Smash Bros. Ultimate | Mega Man
Karakter-karakter cross-over juga muncul, salah satunya Mega Man | Sumber: Nintendo

Sayangnya, Super Smash Bros. Ultimate Invitational 2018 ternyata bukanlah turnamen baru. Menurut keterangan Eleague pada VentureBeat, tayangan ini hanya merupakan siaran ulang dari turnamen Super Smash Bros. Invitational 2018 yang telah diadakan oleh Nintendo saat acara E3 2018, bulan Juni lalu.

Bagi mereka yang sudah mengikuti dunia esports Super Smash Bros. secara dekat, tentunya tayangan ulang ini akan menjadi tidak begitu menarik. Tapi lain halnya dengan orang-orang awam, atau penggemar Super Smash Bros. yang tidak mengikuti dunia esports.

Tayangan Super Smash Bros. Ultimate Invitational 2018 bisa menghadirkan hiburan baru bagi mereka, sementara Nintendo mendapatkan publikasi tanpa banyak usaha ekstra. Siapa tahu bila tayangan ini mendapat rating yang tinggi, Nintendo dan Eleague akan tertarik untuk mengadakan turnamen Super Smash Bros. lainnya di masa depan.

Sumber: VentureBeat.

Nintendo Labo Tidak Harus Terbuat dari Kardus, Bisa Juga dari Lego

Di telinga orang awam, Nintendo Labo mungkin hanya terdengar sebagai aksesori dari kardus yang bisa menambah keseruan bermain Mario Kart 8. Pada kenyataannya, Labo juga merupakan platform untuk mengasah kreativitas, dan kalau sedang bicara soal kreativitas, sulit rasanya menjauhkan nama besar Lego.

Labo + Lego pada dasarnya bisa dilihat sebagai ajang demonstrasi kreativitas besar-besaran. Konsep ini coba diwujudkan oleh Vimal Patel, seorang desainer Lego yang sempat mencuri perhatian publik di bulan April lalu setelah menciptakan beragam aksesori untuk Nintendo Switch dari biji Lego.

Lego Toy-Con Piano

Baru-baru ini, Vimal kembali memamerkan kreasinya berupa controller Nintendo Labo (Toy-Con) yang ia buat dari Lego. Dari yang sederhana seperti controller untuk memainkan Switch dalam orientasi portrait, sampai yang kompleks seperti piano, tongkat pancing dan setang motor, yang semuanya sebenarnya tersedia dalam wujud kardus melalui Nintendo Labo Variety Kit.

Lego Toy-Con Motorbike

Berhubung yang digunakan adalah biji Lego, durabilitasnya jelas lebih terjamin ketimbang kardus. Fungsionalitasnya sama sekali tidak terpengaruh, sebab sensor infra-merah yang terdapat pada controller Joy-Con masih bisa beroperasi tanpa kendala; dan sebenarnya inilah kunci dari Labo sebagai platform, kardus itu hanyalah media bantuan saja.

Silakan tonton demonstrasi Toy-Con berbahan Lego pada video di bawah ini.

Sumber: The Verge dan Vimal Patel.

Assassin’s Creed Odyssey Akan Tersedia di Nintendo Switch via Cloud

Dengan mengusung komposisi hardware sekelas perangkat mobile, salah satu ‘keajaiban teknis’ Nintendo Switch adalah kemampuannya menjalankan game-game blockbuster bergrafis berat. Setelah kehadiran Skyrim dan Wolfenstein II, console hybrid itu rencananya akan kedatangan Doom Enternal. Menariknya, Switch juga memanfaatkan metode tak biasa dalam menjalankan game.

Di presentasi Direct tanggal 13 September minggu lalu, Nintendo menyingkap banyak sekali permainan dari developer third-party buat Switch. Namun ada satu judul menarik yang publisher siapkan khusus untuk konsumen mereka di Negeri Bunga Sakura. Rencananya permainan action adventure Ubisoft terbaru, Assassin’s Creed Odyssey, akan mendarat di Switch, dengan sedikit twist.

Assassin's Creed Odyssey 2

Di tanggal peluncuran Assassin’s Creed Odyssey nanti, pemilik Switch yang berdomisili di wilayah Jepang dipersilakan menikmati game ini via metode streaming. Itu berarti, Odyssey merupakan permainan Assassin’s Creed ketiga yang melakukan pendaratan di platform game Nintendo, setelah sebelumnya dilakukan oleh Assassin’s Creed: Altair’s Chronicles di Dual Screen dan Assassin’s Creed III di Wii U. Pendekatan Odyssey sendiri serupa dengan versi Switch permainan Resident Evil 7.

Lewat metode cloud, game sepenuhnya ditangani oleh server, dan unit console hanya berperan sebagai medium penyajian konten. Cara ini memungkinkan Assassin’s Creed Odyssey disuguhkan dengan tingkat grafis di atas kemampuan hardware Switch. Namun tentu teknik streaming menuntut internet kerkecepatan tinggi, dan ini sebabnya Nintendo baru membuka gerbangnya untuk konsumen Jepang saja.

Trailer dari Assassin’s Creed Odyssey Cloud Version buat Switch sendiri dinarasikan dalam bahasa Jepang. Di YouTube, user dipersilakan menonton videonya di resolusi 1080p dan 60 frame per detik. Dengan begini, ada indikasi game disajikan di tingkat grafis FHD 60FPS. Selanjutnya, Ubisoft tak lupa memodifikasi user interface, teks dan dialog ke bahasa Jepang.

Hampir sama seperti ‘Biohazard 7 Resident Evil Cloud Version’, game Ubisoft ini tidak dijual dengan cara konvensional. Saat tersedia nanti, Nintendo menawarkan tiket akses senilai ¥ 730 (US$ 6,5) sehari, ¥ 2.000 (US$ 17,85) selama 180 hari, atau ¥ 8.400 (US$ 75) untuk dua tahun.

Assassin's Creed Odyssey 3

Dikerjakan oleh tim Ubisoft Quebec, Assassin’s Creed Odyssey akan membawa pemain ke era Yunani Kuno, sekitar 430 tahun sebelum Assassin’s Creed Origins berlangsung. Odyssey merupakan game Assassin’s Creed pertama yang betul-betul mengedepankan elemen role-playing. Di sana Anda bisa memilih jenis kelamin karakter protagonis, menjalin persahabatan dengan NPC, hingga menentukan arah percakapan.

Selain di Switch, game juga akan dirilis di Windows, PS4 dan Xbox One pada tanggal 5 Oktober.

Via IGN.