Bizzy Tunjuk Norman Sasono Sebagai Chief Innovation Officer

Layanan marketplace B2B untuk suplai perlengkapan dan layanan bisnis Bizzy, yang didukung Ardent Capital, mengumumkan penunjukan Norman Sasono sebagai Chief Innovation Officer. Norman, yang 7 tahun terakhir bekerja di sisi technical bersama Microsoft, bakal memimpin Bizzy mengembangkan produk yang ditujukan untuk pasar korporasi, khususnya produk baru fasilitas karyawan (employee perks) yang mengadopsi gaya korporasi Silicon Valley.

Bizzy, yang didirikan dengan modal awal 34 miliar Rupiah, telah memiliki sejumlah klien startup, seperti Tiket.com, Traveloka, Halomoney, dan GrabTaxi. Saat ini Bizzy memiliki layanan di delapan segmen dan setiap pesanan di Bizzy sudah mencapai nilai hampir $2000. Dengan pengalaman lebih dari 15 tahun di industri, mereka menganggap Norman sebagai orang yang cocok untuk membantu Bizzy menyasar segmen ini.

Founder dan CEO Bizzy Peter Goldsworthy dalam pernyataannya mengatakan, “Norman telah membangun platform dari beberapa perusahaan terbesar di Indonesia untuk sektor keuangan dan asuransi. Kami senang memiliki seseorang dengan visi dan keahlian seperti beliau bergabung dengan kami dalam perjalanan untuk secara radikal mengubah cara perusahaan berbelanja.”

Norman akan memimpin Bizzy mengembangkan satu kategori segmen baru, fasilitas karyawan (employee perks). Kita sering mendengar bagaimana Google, Facebook, dan perusahaan teknologi lain di Silicon Valley memanjakan karyawannya dengan makan siang gratis, ketersediaan berbagai layanan dan fasilitas di dalam kantor, dan berbagai hal menarik lainnya supaya karyawan nyaman dan betah. Bizzy akan membantu perusahaan membangun sistem mengelolal hal ini, yang terutama ditujukan untuk tim HR.

“Kami melihat semakin banyak kecenderungan di mana tim HR menjadi pusat dari pembelanjaan kantor. Mereka menginvestasikan waktu yang banyak dalam memikirkan cara untuk menjaga tim mereka tetap bahagia. Sudah ada beberapa contoh baik yang menunjukkan hal ini.” ujar Goldsworthy.

Bizzy disebutkan telah memberikan konsultasi untuk grup MNC dalam membantu mendirikan taman dalam ruangan sebagai area karyawan. Selain itu mereka juga membantu Traveloka dan TNT Express berinvestasi dalam mengisi pantry untuk stafnya.

Tentang bergabungnya ia dengan Bizzy, Norman mengungkapkan, “Saya sangat senang bisa bergabung dengan Bizzy. Sebagai startup, Bizzy telah menunjukkan pertumbuhan pendapatan bulanan yang kuat, memvalidasi product-market fit mereka di pasar yang luas ini. Kami akan bekerja dengan pelanggan untuk menghasilkan produk dengan tingkat keunggulan teknologi internasional, membantu menyederhanakan cara pembelanjaan perusahaan, dan menciptakan standar baru dalam memberikan employee benefit.”

Bandung IoT Developer Day Episode 1 Ajak Pengembang Muda Indonesia Mengenal IoT Lebih Dalam

Sabtu kemarin (14/11), DyCodeEdu bersama dengan komunitas IoT4Bandung menggelar kegiatan Bandung IoT Developer Day. Di kegiatan pertamanya ini, yang mereka sebut Episode 1, tema yang diangkat adalah “Developing for IoT with Web Technologies”. Melalui acara ini, para peserta diharapkan mendapat insight yang lebih mendalam tentang Internet of Things (IoT), pengembangan IoT, dan juga peluangnya.

Bertempat di Bale Motekar, Bandung IoT Developer Day ini berhasil menarik perhatian 60 peserta yang berasal dari berbagai daerah. Bukan hanya Bandung saja, tetapi ada pula yang berasal dari Bogor dan Purwokerto. Kegiatan dengan konsep seminar ini sendiri mendapat dukungan penuh dari DyCode, Geeknesia, dan DiLo Bandung.

Sebagai pembicara, hadir Senior Technical Evangelist Microsoft Indonesia Norman Sasono, CEO DyCode Andri Yadi, CEO Geeknesia Martin Kurnadi, dan para pengurus Komunitas IoT4Bandung. Para pembicara tersebut membawakan beragam topik seperti, pengenalan IoT, pengembangan IoT (menggunakan Rasperberry Pi 2, Windows 10 IoT Core, dan Node.js), penggunaan Espruino pada microcontroller, sharing bersama komunitas IoT4Bandung, dan pengenalan beberapa perangkat IoT yang telah berfungsi dengan cloud platform.

P51114-163003

Terkait dengan latar belakang digelarnya kegiatan ini, Andri menjelaskan, “Ekosistem Industri IoT di Indonesia masih sangat awal, tidak banyak support yang bisa didapatkan. […] Melihat kondisi tersebut, DyCode melalui DycodeEdu berniat untuk sedikit berkontribusi melalui aktivitas-aktivitas yang bersifat grassroots dan langsung menyentuh hal-hal fundamental, yaitu sumber daya manusia. Harapannya, sedikit kontribusi tersebut [dapat] bersifat nyata dan langsung berdampak baik pada ekosistem.”

Peluang pengembangan bisnis IoT

Bersama dengan istilah lainnya seperti Big Data dan Cloud Computing, Internet of Things juga digadang-gadang sebagai adopsi teknologi masa depan sejak dua puluh tahun lalu. Namun, adopsinya kini masih berada pada tahap awal di Indonesia, meski sudah mulai terlihat. Paling kentara terkait adopsi IoT ini bisa kita lihat dari konsep smart city yang sedang digodok di mana-mana.

(Baca juga: Kesiapan Indonesia Mengadopsi Internet of Things)

Dengan kondisi seperti ini, artinya masih banyak peluang bagi IoT untuk tumbuh. Menurut Norman, IoT ini memiliki potensi sebesar 70 persen untuk bisnis dengan model B2B dan 30 persen sisanya adalah untuk model B2C.

Norman mengatakan:

IoT bukan hanya meliputi alat atau benda saja, melainkan meliputi perpaduan dari alat atau benda, konektivitas, data, dan analisis. […] IoT memiliki potensi sebesar 70 persen untuk bisnis secara B2B (Business To Business) dan 30 persen B2C (Business To Consumer). Hal ini dikarenakan adanya kebutuhan bagi para pelaku industri untuk mengefisiensikan inventaris mereka.”

P51114-121426

Setali tiga uang, Andri dan Martin mengemukakan hal yang tidak jauh berbeda. Menurut Andri, bagaimana IoT berkembang akan bergantung pada pendekatan yang dilakukan. Contoh yang diberikan Andri adalah perangkat Allegra yang dikembangkan oleh Dycode yang diklaim sudah mendapatkan klien dan revenue.

(Baca juga: Masih Banyak PR Untuk Sukseskan Adopsi Internet of Things di Tanah Air)

Sementara itu Martin menyebutkan bahwa IoT bisa juga sebagai tools, bukan tampak muka produk atau layanannya. “Jadi tampak muka di depannya bisa apa saja, namun ‘alat’ untuk menjalankan atau mendukungnya dengan IoT,” ujarnya.

Menurut Andri, acara dan kegiatan seperti  Bandung IoT Developer Day ini direncanakan untuk menjadi kegiatan rutin dan lebih terstruktur dari sisi tema, bila dibandingkan dengan acara lain dengan tema sama. Tak menutup kemungkinan juga tema yang diangkat pun akan lebih spesifik dan berbeda dengan tema-tema sebelumnya yang sudah diangkat.

(Baca juga: Memasyarakatkan Perangkat Wearable dan Internet of Things di Indonesia)

Penetrasi IoT di Indonesia memang belum begitu terasa layaknya penetrasi internet dan mobile itu sendiri. Pun demikian, kegiatan-kegiatan seperti Bandung IoT Developer Day dan pendekatan komunitas bisa dijadiakan sebagai saluran untuk dapat bantu meningkatkan penetrasi IoT . Setidaknya, di tahap awal yang sedang dialami oleh Indonesia.


Disclosure: DailySocial adalah media partner acara Bandung IoT Developer Day 

Ingin Mendalami Internet of Things? Bandung IoT Developer Day Segera Digelar

Dengan kianbanyaknya perangkat yang terhubung, terbukalah metode baru dalam komunikasi antar mesin ke mesin, atau manusia ke device. Evolusi Internet of Things jadi pesat berkat kemunculan teknologi komunikasi wireless serta embedded systems. Tibanya IoT di ‘gerbang industri IT Indonesia’ ditandai oleh diangkatnya tema tersebut di acara Indocomtech 2015.

Banyak peluang baru tercipta berkat implementasi Internet of Things di berbagai ranah. Prospek manfaat tak cuma untuk konsumen biasa, namun juga buat para penyedia infrastruktur internet dan telekomunikasi, serta developer konten. Kita tahu istilah IoT masih tergolong sangat baru, dan butuh sedikit upaya pengenalan lebih jauh pada khalayak. Kabar baiknya, ajang Bandung IoT Developer Day rencananya segera digelar pada akhir minggu ini.

Di fase pertama Bandung IoT Developer Day, diberi istilah Episode 1 oleh tim pelaksana, acara akan fokus pada pembahasan ‘Developing for IoT With Web Technologies’ atau mengupas pengembangan konten Internet of Things berbekal teknologi web, disajikan dalam bentuk seminar. Event ditujukan bagi ‘penggiat’ dan developer software yang tertarik meramu aplikasi IoT.

Setelah bagian utama rampung, acara akan dilanjutkan dengan kompetisi Bandung IoT Challenge. Tentu tujuannya adalah menantang para peminat Internet of Things serta pengembang untuk menciptakan app yang sanggup memberikan solusi atas beragam kendala di sekitar kita. Kontes tersebut dibuka secara umum, tak hanya buat peserta seminar. Di press release, belum ada info rinci mengenai IoT Challenge, dan penyelenggara berjanji segera mengungkapnya di waktu dekat.

Event ini merupakan kerjasama DyCode Edu dan Komunitas IoT4BDG. Mereka mengundang sejumlah pakar terkemuka untuk jadi pembicara, antara lain ialah Norman Sasono (Senior Technical Evangelist Microsoft Indonesia), Andri Yadi (CEO DyCode), Martin Kurnadi (CEO, Geeknesia) dan Danny Ismarianto Ruhiyat (IoT4BDG).

Sebagai pembuka, diskusi diarahkan pada tajuk pengembangan IoT buat developer web. Kemudian mulai masuk pada utak-atik kombinasi Raspberry Pi 2 plus Windows 10 IoT Core dan Node.js. Selanjutnya peserta diajak bermain-main dengan Arduino menggunakan Visual Studio, lalu mengoprek JavaScript di Microcontroller Espruino dan ESP8266, serta meracik plaform cloud untuk device IoT.

Bandung IoT Developer Day akan dilangsungkan pada hari Sabtu tanggal 14 November 2015 pukul 9:00 sampai 14:00 siang; dilaksanakan di Bale Motekar, Jalan Banda No. 40 Bandung.

Bandung IoT Developer Days 02

Pengembangan Produk Startup Cocok Menggunakan Metodologi Agile dan SCRUM

Kualitas produk software dapat tercipta melalui proses pengembangan yang benar / Shutterstock

Salah satu kunci utama kesuksesan sebuah startup teknologi adalah kualitas produk atau solusi yang dikembangkan. Dari survei kecil yang saya lakukan kepada beberapa startup, mereka cenderung kurang disiplin mengikuti kaedah rekayasa perangkat lunak yang ada. Meskipun kebanyakan mengatakan menggunakan Agile Method, mereka juga mengatakan bahwa masih setengah-setengah dalam mengimplementasikannya. Continue reading Pengembangan Produk Startup Cocok Menggunakan Metodologi Agile dan SCRUM

Lack of Privacy Policy Trips Up Indonesian App Developers When Submitting Apps For Review

Ahead of the Build conference on Wednesday night in Jakarta, Microsoft emphasized a number of aspects that software developers should take note when submitting apps to the Windows Store or Windows Phone Store. Most Indonesian apps tend to be well regarded technically but developers often fail to recognize certain aspects that will negatively affect their applications.

Continue reading Lack of Privacy Policy Trips Up Indonesian App Developers When Submitting Apps For Review

Event Report : Bancakan 2.0 11th Meetup Sekaligus DailySocial dan Infinys Yogyakarta Roadtrip

Jumat malam, 14 September kemarin, rombongan DailySocial bersama Infinys mengunjungi Yogyakarta dalam roadtrip ke empat kota di Indonesia. Roadtrip ini diselenggarakan bersamaan dengan meetup ke-11 komunitas startup Yogyakarta, Bancakan 2.0. Acara ini diselenggarakan di iCafe, Sagan, Yogyakarta. Continue reading Event Report : Bancakan 2.0 11th Meetup Sekaligus DailySocial dan Infinys Yogyakarta Roadtrip

Windows Store Adds Support for Indonesia and 81 Other Countries

Today Microsoft announce that Windows Store is now open for app submissions from all developers and added 82 more app submission markets. In total, developers from 120 markets can publish apps on Windows Store, and that includes Indonesia. Continue reading Windows Store Adds Support for Indonesia and 81 Other Countries