Simak Kecanggihan Asus ROG GX800, Laptop Gaming Dengan Pendingin Cairan Seharga Hampir Rp 100 Juta

Seperti banyak produsen lain, Asus tidak membuang-buang waktu dan segera merangkul teknologi chip Intel Core generasi ke-7 begitu Intel resmi meluncurkannya di bulan Januari kemarin. Tapi berbeda dari para rival yang umumnya hanya melakukan refresh, Asus memberikan perhatian khusus pada satu perangkat top-end di lini Republic of Gamers mereka.

GX800 19

Meskipun diracik sebagai penerus GX700, ada banyak upgrade yang Asus bubuhkan di ROG GX800. Dan setelah pertama kali diungkap di CES 2017 (kebetulan saya sempat mencoba, namun Asus saat itu belum mendemonstrasikan kapabilitasnya), sang perusahaan asal Taiwan akhirnya membawa ROG GX800 ke Indonesia. Tingginya performa dan fitur-fitur unik di sana memang dibarengi dengan tingginya harga, Asus menyebutnya sebagai ‘notebook gaming dewa khusus untuk sultan’.

GX800 24

GX800 25

Asus ROG merupakan keluarga perangkat gaming dengan anggota terbanyak – selain hardware serta PC, ROG juga meliputi beragam gaming gear. Dan sebelum membahas GX800, di presentasi, Asus memberikan penjelasan soal positioning masing-masing seri laptop gaming ROG: Strix (diumumkan perdana berbarengan dengan GX700 tahun lalu) ditujukan untuk gamer core, seri G diramu buat mereka yang menginginkan performa high-end, lalu seri GX disiapkan bagi konsumen yang menginginkan inovasi ekstrem.

GX800 17

Terobosan ekstrem yang dibawa oleh ROG GX800 sama seperti pendahulunya: ia adalah sebuah desktop replacement yang dipadu sistem pendingin berbasis cairan. Gunanya? GX800 bisa di-overclock – upaya peningkatan kecepatan komponen PC – sehingga Anda memperoleh performa lebih tinggi dari setup standar.

GX800 15

GX800 9

Tapi sejujurnya, laptop ini bukanlah produk ‘standar’. Komposisi hardware-nya sendiri masuk ke kategori monster: GX800 menyimpan sepasang kartu grafis Nvidia GeForce GTX 1080, dipasangkan dengan prosesor Intel Core i7-7820HK, lalu ada RAM DDR4 64GB, dan penyimpanan berupa tiga SSD M.2 PCIEX4 NVMe, masing-masing berkapasitas 512GB.

GX800 11

GX800 13

ROG GX800 mempunyai arahan desain hampir serupa dengan GX700. Tubuhnya dibalut pelat metalik berwarna kelabu, dikombinasikan bersama lapisan hitam di area keyboard, palm rest, dan bingkai layar. Asus bilang, rancangan bersudut dan tema asimetris di sana terinspirasi dari wujud pesawat tempur siluman. Lalu sisi depannya – dengan logo ROG menyala dan dua garis oranye, diadopsi dari baju exoskeleton Iron Man.

GX800 6

GX800 2

Karena masuk ke kategori desktop replacement, GX800 bukanlah laptop yang pas untuk Anda bawa sehari-hari. Dimensinya sangat besar (45,8×33,8×4,54-sentimeter) dan tubuhnya sangat berat (5,7-kilogram). Dan angka ini belum termasuk docking Hydro Overclocking System-nya: berukuran 35,9×41,8×13,3-sentimeter, dengan berat 4,7-kilogram. Lalu agar berjalan sempurna, Anda harus menggunakan dua adaptor sebesar batu bata. Untuk membawanya, Asus menyediakan koper khusus.

GX800 4

Walaupun sudah pernah mencoba (atau mungkin memiliki) GX700, penampilan ROG GX800 tetap sanggup mengejutkan Anda. Saat dinyalakan, pencahayaan LED Aura RGB di keyboard segera menari indah. Masing-masing tuts bisa diprogram untuk menampilkan warna berbeda, dan output-nya terlihat terang dan vivid. Ketika tombol-tombol di sana ditekan, Anda juga akan mendapatkan sensasi berbeda dari GX700.

GX800 14

GX800 1

Hal ini disebabkan oleh pemanfaatan keyboard ber-switch mekanik. Menariknya, Asus memutuskan untuk tidak mengadopsi switch third-party, malah memanfaatkan kreasi mereka sendiri: switch bernama Mechanical Tactile Advanced Gaming atau MechTAG, menyuguhkan key travel sejauh 2,5mm dengan sensasi tactile dan fitur anti-ghosting – bisa membaca input 30 tombol sekaligus. Di bagian atas, Anda juga dapat menemukan tombol macro dan shortcut.

GX800 10

Untuk layarnya, ROG GX800 menghidangkan panel Nvidia G-Sync seluas 18,4-inci beresolusi 4K. Setup tersebut tidaklah berlebihan mengingat jeroan plus fitur overclocking di sana memungkinkan GX800 sanggup menangani permainan-permainan blockbuster terbaru di resolusi UHD dengan setting visual ‘ultra‘ di 60 frame rate per detik.

GX800 8

GX800 22

Overclock mungkin merupakan istilah yang terdengar kompleks di telinga orang awam, bahkan gamer core sekalipun. Namun dengan GX800, prosesnya berlangsung sederhana dan aman. Anda hanya perlu menyambungkan laptop ke Hydro Overclocking System, kemudian menguncinya dengan menekan tuas. Selanjutnya, sambungkan dua colokan power ke masing-masing komponen, dan Anda segera bisa mengakses profile ‘Extreme’ di app Gaming Center – membuat kecepatan CPU meningkat dari 3,2GHz ke 4,2GHz, kartu grafis melesat di 1.961MHz, lalu memori video serta DDR4 dapat di dorong masing-masing ke angka 5.200MHz dan 2.800MHz.

GX800 18

GX800 5

Acara konferensi pers yang dilaksanakan Asus di Jakarta kemarin menandai tersedianya ROG GX800 di Indonesia. Harganya memang tidak main-main – Asus tidak salah saat bilang bahwa device ini cocok buat para sultan. GX800 dibanderol seharga Rp 95,5 juta. Bundel pembelian sudah termasuk Hydro Overclocking System, gaming mouse, koper, tas ransel serta antena. Kabarnya, setidaknya dua unit GX800 telah terjual…

GX800 16

GX800 23

GX800 20

GX800 21

Hadir di Indonesia, Asus ZenBook UX330UA Suguhkan Baterai Tahan Lama Dalam Tubuh Tipisnya

Ada harga yang harus dibayar ketika menginginkan device berkinerja tinggi dengan tubuh ramping, namun Asus sudah lama berupaya untuk terus menekan biaya yang ditumpukan pada konsumen melalui pengenalan lineup ZenBook di tahun 2011. Saat ini, ZenBook merupakan salah satu pilihan paling ideal jika Anda tidak ingin mengorbankan isi dompet terlalu banyak.

Dan tepat di hari ini, Asus mengumumkan ketersediaan ZenBook UX330UA di Indonesia. Ada tiga faktor andalan yang produsen tawarkan lewat ultrabook anyar itu: keanggunan, portabilitas, serta performa tinggi. Dari penjelasan Country Marketing Manager Galip Fu di lembar rilis pers, device ini disiapkan untuk jadi solusi para ‘pekerja mobile‘, sekaligus ‘sarana’ buat mendongkrak citra dan penampilan penggunanya.

Asus ZenBook UX330UA 2

Hal itu tak sepenuhnya berlebihan. Desain ZenBook UX330UA memang cantik. Notebook ini mengusung konstruksi unibody, tubuhnya tersusun dari aluminium dan menyuguhkan layar seluas 13,3-inci. Yang mengagumkan dari ZenBook UX330UA ialah rasio ukuran dan daya tahan baterainya. Laptop ini berdimensi 323x220mm dengan ketebalan hanya 13,5mm, namun baterainya mampu menjaga UX330UA tetap aktif sampai 12 jam.

Asus ZenBook UX330UA 3

Layar juga merupakan aspek andalan Asus di ZenBook UX330UA. Selain menawarkan resolusi tinggi (model yang masuk di Indonesia menyajikan 1080p, tapi tersedia opsi hingga 3200x1800p), Asus telah mengoptimalkan output agar mampu menghidangkan gambar dan warna lebih akurat. Layar tersebut kabarnya memiliki color gamut yang luas di 72 persen NTSC, sRGB 100 persen, dan AdobeRGB 74 persen.

Asus ZenBook UX330UA 1

Lewat fitur Asus Splendid, Anda bisa memilih profil warna dari layar, misalnya mode normal, Vivid, manual (di mana Anda dipersilakan mengatur sendiri temperatur warnanya), serta mode Eye Care. Profil ini mirip filter Bluelight yang dapat ditemukan di smartphone Asus, tugasnya adalah meminimalisir emisi cahaya biru hingga 30 persen sehingga mata Anda tidak cepat lelah.

Asus ZenBook UX330UA 5

ZenBook UX330UA memanfaatkan chip Intel Core i5-7200U sebagai otaknya, menyimpan GPU Intel HD Graphics 515, dibantu RAM DDR3L 8GB (bisa di-upgrade jadi 16GB), lalu menggunakan penyimpanan jenis SSD M.2 sebesar 256GB sebagai tempat penyimpanan data utama. Buat menunjang fungsi hiburan, Asus membubuhkan speaker Harman Kardon plus teknologi SonicMaster.

Meski tubuhnya minimalis, produsen tetap mampu membubuhkan konektivitas fisik krusial. UX330UA mempunyai dua port USB 3.0, satu USB type-C, satu port HDMI, slot SD card reader, serta jack audio 3,5mm.

Di Indonesia, Asus ZenBook UX330UA bisa dimiliki dengan mengeluarkan Rp 13,8 juta (sudah termasuk garansi global selama dua tahun).

Panasonic Punya Laptop Rugged 2-in-1 Baru, Harganya Luar Biasa

Konsep PC 2-in-1 terlahir dari keinginan produsen untuk meramu perangkat komputasi yang super-fleksibel. Device umumnya memiliki tubuh mungil dan ringan, tersaji dalam dua tipe: detachable atau memakai engsel putar. Karena fokus pada portabilitas, para desainer biasanya tidak terlalu memikirkan faktor daya tahan. Tapi device Panasonic baru ini adalah sebuah pengecualian.

Sejak tahun 1996, Panasonic menyediakan Toughbook sebagai PC dengan tubuh yang tangguh. Mereka mampu menahan getaran, benturan, siraman air, hingga temperatur ekstrem. Dan untuk produk terbarunya, Panasonic menggabungkan gagasan PC convertible dengan konsep rugged. Dari sana, terlahirlah Toughbook CF-33, diungkap perdana di ajang Mobile World Congress 2017.

Panasonic Toughbook CF-33 2

Panasonic Toughbook CF-33 adalah komputer personal tahan banting berkonstruksi 2-in-1 detachable. Device menyajikan dua metode penggunaan, yakni sebagai laptop atau tablet. Bagian layar bisa dilepas dari keyboard dock, dan Anda bisa menggunakan jari untuk berinteraksi dengan konten. Menariknya lagi, CF-33 tak seperti anggota keluarga Toughbook lain yang berat. Panasonic berhasil meminimalisir bobotnya jadi 2,76-kilogram, menyusut lagi jadi 1,5kg tanpa keyboard.

Panasonic Toughbook CF-33 1

Untuk sekarang, Panasonic memang belum menyingkap detail lengkap mengenai fitur ataupun spesifikasi, namun yang jelas Toughbook CF-33 dibekali enam mode pemakaian serta didukung fitur ‘adaptasi’ demi menyederhanaan navigasi. Lalu Anda juga bisa memanfaatkan Cortana buat mencari data dan informasi, serta mengatur reminder. Karena beroperasi di Windows 10, fungsi keamanannya juga komprehensif – ada firewall, teknologi anti-phising, hingga dukungan Windows Defender.

Panasonic Toughbook CF-33 4

Toughbook CF-33 menyuguhkan layar sentuh QHD (2160×1440) 12-inci dengan rasio 3:2 dan kecerahan 1200cd/meter persegi. Device sengaja dilengkapi layar berperforma tinggi agar dapat digunakan dalam semua skenario, terutama di lingkungan terbuka. Panel tersebut dapat membaca 10 titik sentuhan serta tetap bisa mendeteksi jari meskipun Anda mengenakan sarung tangan. Dan untuk menyempurnakan aspek input, Toughbook CF-33 juga dibundel bersama pena digital.

Panasonic Toughbook CF-33 3

Di sisi ketahanannya, Toughbook CF-33 bisa tetap bekerja normal di bawah terik sinar matahari ataupun terpaan hujan. Baterainya awet dan bisa mudah diganti via metode hot swap. Lalu selain kehadiran konektivitas standar (USB 3.0, HDMI, LAN, reader microSD, dan port audio), Panasonic kabarnya turut menyediakan varian dengan sambungan 4G LTE.

Karena bukan ditujukan bagi end-user, harga Toughbook CF-33 berada di luar jangkauan konsumen biasa. Unit tablet ditawarkan di harga US$ 3.500, sedangkan paket lengkap bersama keyboard dibanderol US$ 4.100.

Sumber: Blog Windows.

Porsche Design Singkap Book One, Laptop 2-in-1 Premium Berdesain Anggun

Didirikan di 2003, Porsche Design merupakan anak perusahaan yang difokuskan untuk memasarkan produk-produk non-otomotif dengan brand Porsche; di antaranya pakaian, arloji, alat tulis, kacamata, hingga perangkat elektronik. Dan di MWC 2017, Porsche Design menyingkap anggota baru dari keluarga produk di kategori Computing, ditujukan untuk mendukung kebutuhan produktif.

Porsche Design menamainya Book One, sebuah laptop convertible yang beroperasi di platform Microsoft Windows 10. Lewat perangkat ini, sang produsen ingin menunjukkan kemahiran mereka dalam menggabungkan brand lifestyle premium dengan gagasan multifungsi berbasis hardware berperforma tinggi. Porsche juga ingin memperlihatkan keseriusannya pada teknologi dan inovasi di segmen mobile computing.

Porsche Design Book One

Book One menyuguhkan layar IPS 13,3-inci sebagai jendala Anda mengakses konten. Meskipun ukuran panel tersebut tidak begitu besar, resolusinya tergolong tinggi, yaitu 3200×1800-pixel – dengan format 16:9, rasio kontras 1000:1, dan turut diproteksi Corning Gorilla Glass 4. Soal desain, Porsche tentu saja tidak main-main. Tubuh laptop ini terbuat dari aluminium, dipotong dan dibentuk secara detail, mempunyai dimensi 311,4×226,5mm dan berketebalan hanya 15,9mm. Porsche menggunakan jenis finishing matte, membubuhkan branding Porsche Design di punggung dan bagian bawah display, dan memanfaatkan keyboard backlight.

Porsche Design Book One 4

Bagian paling unik dari Porsche Design Book One terletak pada engselnya. Ketika produsen device 2-in-1 harus memilih antara menggunakan struktur detachable atau engsel putar, Porsche mengadopsi keduanya. Solusi ini telah dipantenkan, memungkinkan Anda melepas layar dari keyboard atau sekedar memutarnya 360 derajat ke belakang. Engsel dan elemen roda bergigi di sana terinspirasi dari wujud transmisi mobil sport.

Porsche Design Book One 2

Porsche Desing melengkapi Book One dengan berbagai konektivitas high-end, di antaranya dua port USB type-C dan satu lagi USB type-C Thunderbolt 3, ditambah dua port USB 3.0 dan DisplayPort standar agar pemakaiannya lebih fleksibel. Perangkat juga dibekali fitur otentikasi biometrik menggunakan wajah, dapat terpenuhi berkat kehadiran kamera 5-megapixel di bagian depan dipadu software Windows Hello.

Porsche Design Book One 1

Untuk memastikan Book One bekerja optimal, Porsche menyematkan komponen-komponen canggih yang bisa mereka temukan. Laptop 2-in-1 ini diotaki prosesor Intel Core i7-7500U 3,5GHz, juga menyimpan RAM 16GB serta menyajikan penyimpanan berbasis SSD sebesar 512GB. Dan demi memudahkan Anda bekerja, Book One turut dibundel bersama stylus garapan Wacom.

Harganya sendiri memang tidak murah. Porsche Design Book One dibanderol seharga US$ 2.500, akan tersedia mulai bulan April 2017.

Sumber: Porsche.

Google Tidak Punya Rencana untuk Melanjutkan Lini Chromebook Pixel

Saat Google memperkenalkan Pixel dan Pixel XL pada bulan Oktober lalu, saya sempat bertanya dalam hati apa yang bakal terjadi pada lini Chromebook Pixel. Pasalnya, Google sudah cukup lama bungkam mengenai perkembangan laptop Chrome OS premiumnya itu, meski belakangan beredar rumor bahwa Google sedang mengerjakan laptop baru dengan OS baru pula, yaitu Pixel 3.

Namun sepertinya rumor tersebut sedikit meleset. Baru-baru ini, Senior Vice President of Hardware Google, Rick Osterloh, buka omongan terkait nasib lini Chromebook Pixel. Kepada sejumlah jurnalis di event MWC 2017, beliau menyampaikan bahwa Google tidak punya rencana untuk mengerjakan laptop baru dalam waktu dekat ini.

Ini bukan berarti Google sudah menyerah sepenuhnya di segmen laptop. Chrome OS masih akan terus dikembangkan, dan Chromebook dari brand lain juga masih akan terus dipasarkan. Hanya saja, kiprah Chromebook Pixel harus terhenti di generasi kedua.

Kembali ke rumor mengenai Pixel 3, sedikit meleset bukan berarti salah total. Ke depannya mungkin masih akan ada laptop rancangan Google sendiri, namun andai saja benar saya ragu mereka bakal menamainya Pixel, apalagi mengingat nama tersebut sekarang sudah banyak diasosiasikan dengan smartphone terbaru Google yang terbilang sukses di pasaran.

Anda boleh berkata Chromebook Pixel adalah produk gagal, namun pada kenyataannya Google memang tidak berniat menjualnya dalam jumlah banyak. Saya pribadi cukup yakin kalau peran perangkat tersebut bukan untuk mencari untung, tetapi lebih ke menjadi bukti bahwa Google juga bisa membuahkan perangkat yang terintegrasi hardware sekaligus software-nya.

Sumber: TechCrunch.

Lenovo Yoga 720 dan Yoga 520 Resmi Diperkenalkan

Mengulang tradisi di tahun-tahun sebelumnya, Lenovo memanfaatkan ajang MWC 2017 untuk memperkenalkan dua model teranyar dari lini laptop hybrid Lenovo Yoga. Meski bukan yang teratas, baik Yoga 720 maupun Yoga 520 masih mampu menyuguhkan desain yang tergolong premium.

Sebagai bagian dari keluarga Yoga, tentu saja kedua perangkat ini mengandalkan engsel layar yang bisa dilipat hingga 360 derajat. Singkat cerita, fleksibilitas lini Yoga masih dipertahankan di sini, namun di saat yang sama Lenovo juga telah membubuhkan fitur tambahan sekaligus lonjakan performa.

Lenovo Yoga 720

Seperti Yoga 710, Yoga 720 datang dalam dua varian ukuran; hanya saja ukurannya berbeda kali ini, yaitu 13 inci dan 15 inci. Dimensi perangkat sendiri tidak terlalu banyak berubah, malahan Lenovo berhasil menyematkan layar sentuh dengan bezel yang amat tipis. Alhasil, varian 13 incinya punya bodi seukuran laptop 12 inci.

Kedua varian sama-sama mengusung layar IPS beresolusi 4K untuk konfigurasi tertingginya. Varian 13 inci punya tebal bodi hanya 13,9 mm dan bobot 1,3 kg, sedangkan varian 15 inci setebal 19 mm dan seberat 2 kg karena mengemas spesifikasi yang lebih gahar.

Tersedia dalam varian 13 dan 15 inci, Lenovo Yoga 720 bisa dikonfigurasikan dengan layar 4K / Lenovo
Tersedia dalam varian 13 dan 15 inci, Lenovo Yoga 720 bisa dikonfigurasikan dengan layar 4K / Lenovo

Soal prosesor dan RAM, kedua varian bisa dikonfigurasikan hingga Intel Core i7 generasi ketujuh dan RAM DDR4 16 GB. Untuk storage, konsumen bisa memilih SSD berkapasitas maksimum 512 GB (13 inci) atau 1 TB (15 inci). Namun perbedaan yang paling mencolok ada di sektor GPU; varian 13 incinya mengandalkan Intel HD Graphics 620, sedangkan varian 15 incinya bisa dijejali dengan Nvidia GeForce GTX 1050.

Dengan bekal seperti itu, Lenovo tidak segan menyebut Yoga 720 sebagai laptop hybrid yang paling bertenaga di kelasnya. Akan tetapi yang tidak kalah penting adalah daya tahan baterai, dimana Yoga 720 dengan layar 4K-nya masih bisa menawarkan daya tahan hingga 7 jam (13 inci) dan 8 jam (15 inci).

Lenovo Yoga 720 mengusung sensor sidik jari sebagai fitur standar pada semua varian dan konfigurasinya / Lenovo
Lenovo Yoga 720 mengusung sensor sidik jari sebagai fitur standar pada semua varian dan konfigurasinya / Lenovo

Tidak kalah menarik adalah sensor sidik jari yang menjadi fitur standar pada semua varian Yoga 720. Perangkat ini rencananya akan dipasarkan mulai April mendatang dengan harga mulai €999 untuk varian 13 inci dan €1.099 untuk varian 15 inci.

Lenovo Yoga 520

Kalau Yoga 720 di atas terlalu mahal, masih ada Yoga 520 yang tidak kalah fleksibel sekaligus stylish. Performa laptop 14 inci ini juga tidak kalah andal berkat prosesor Intel Core i7 generasi ketujuh dan RAM DDR4 16 GB pada konfigurasi termahalnya.

Tidak seperti Yoga 720, sensor sidik jari pada Lenovo Yoga 520 bersifat opsional / Lenovo
Tidak seperti Yoga 720, sensor sidik jari pada Lenovo Yoga 520 bersifat opsional / Lenovo

Yang sedikit terbatas mungkin cuma layarnya, dimana konsumen hanya bisa memilih resolusi 1920 x 1080 sebagai opsi tertingginya – meski bezel-nya tidak kalah tipis dari Yoga 720. Untuk storage, konsumen dapat memilih SSD, HDD, atau kombinasi keduanya.

Menimbang spesifikasinya, dimensi Yoga 520 juga tergolong cukup ringkas, dengan tebal bodi 19,9 mm dan bobot 1,75 kg. Baterainya diperkirakan sanggup bertahan sampai 10 jam, dan Yoga 520 turut dilengkapi oleh sensor sidik jari, meski sifatnya opsional.

Baik Yoga 720 dan 520 sama-sama sudah mendukung fitur Windows Ink / Lenovo
Baik Yoga 720 dan 520 sama-sama sudah mendukung fitur Windows Ink / Lenovo

Lalu seberapa terjangkau Yoga 520 dibanding kakaknya? Lenovo mematok harganya mulai €599 saja, dengan pemasaran yang akan dimulai pada bulan Juli.

Sumber: Lenovo.

GPD Pocket Adalah Netbook Sebesar Console Handheld

Dengan mengusung nama GamePad Digital, tidak sulit menebak bisnis apa yang jadi fokus perusahaan asal Shenzhen itu. Sejak 2010, GPD bermain di ranah penyediaan console portable Android, hingga akhirnya mereka memperkenalkan console handheld Windows awal tahun lalu. Dan di 2017, GPD punya agenda untuk melangkah ke segmen yang ‘lebih produktif’.

Kembali menggunakan platform crowdfunding untuk mempresentasikan perangkat barunya, GamePad Digital kali ini menyingkap GPD Pocket, sebuah netbook super-mungil dengan pilihan sistem operasi Windows 10 atau Ubuntu. Menurut sang produsen, laptop di masa depan tak hanya dirancang agar bertubuh ringan dan tipis, namun juga dibuat agar wujudnya kecil sehingga mudah dibawa-bawa seperti smartphone.

GPD Pocket 1

Memang seberapa mungilkah GPD Pocket? Perangkat memiliki lebar 180x106mm, berketebalan hanya 18,5mm, dengan bobot tak sampai setengah kilogram (tepatnya 480-gram). Sebagai jendela mengakses konten, GamePad Digital menyiapkan layar 7-inci. Dan kabar gembiranya, produsen tidak berkompromi pada kualitas panel. Pocket menghidangkan display IPS 1920×1200 323,5ppi – lebih padat dari Apple Macbook Air dan Microsoft Surface 3.

GPD Pocket 2

Tubuh dari GPD Pocket tersusun atas material serupa device-device populer itu, memanfaatkan logam magnesium yang dibentuk secara detail. Buat mendukung faktor daya tahannya, layar GPD Pocket diproteksi lapisan Corning Gorilla Glass 3. Aspek konektivitas fisiknya juga tidak dilupakan. Pocket didukung sebuah port USB 3.0, microHDMI, USB type-C dan port audio 3,5mm.

GPD Pocket 3

Untuk input-nya, GPD Pocket mengadopsi rancangan papan ketik ‘chocolate‘; tuts-nya tipis, ergonomis, dan permukannya dibuat agar tidak lengket di jari. GamePad Digital mengklaim bahwa keyboard tersebut lebih nyaman serta lebih akurat dibanding metode input Microsoft Surface 3. Lalu untuk mengendalikan kursor mouse, Pocket menyuguhkan trackpoint beserta sepasang tombol.

GPD Pocket diotaki chip Intel Atom x7-Z8750 quad-core 1,6GHz, didukung GPU Intel HD Graphics 405, RAM LPDDR3 8GB, penyimpanan internal 128GB, dan tenaganya dipasok unit baterai lithium 7.000mAh, memastikan device bisa aktif hingga 12-jam pemakaian. GamePad Digital menawarkan dua pilihan sistem operasi, yakni Windows 10 Home dan Ubuntu 16.04 LTS – OS Linux paling populer dan bersahabat buat pengguna awam.

Kampanye GPD Pocket yang dilangsungkan GamePad Digital di Indie Gogo sangat sukses, mereka berhasil mengumpulkan dana hampir tujuh kali target awal (lebih dari US$ 1,345 juta). Produk rencananya akan dijajakan di harga retail US$ 600, tapi selama periode crowdfunding berlangsung, Anda bisa memilikinya dengan mengeluarkan uang US$ 400 saja.

Sumber: GPD.

Aplikasi di Windows Store Beri Petunjuk Soal Samsung Galaxy Book

Di tahun 2017 ini Samsung sudah meluncurkan beberapa perangkat dari ranah mobile dan juga laptop. Segmen terakhir diwakili oleh duo Chromebooks yang mengawali debut di ajang CES 2017. Sedangkan untuk segmen mobile, Samsung sedang sibuk mempersiapkan flagship terbarunya, Galaxy S8 yang diprediksi bakal diperkenalkan di bulan April atau Mei 2017.

Tapi selain Galaxy S8, Samsung diduga sedang menggodok perangkat lain yang menurut rumor mempunyai nama Galaxy Book. Terendusnya Galaxy Book bermula dari munculnya sebuah aplikasi bernama Book Settings di Windows Store. Dalam listing tersebut dijelaskan bahwa aplikasi dirancang untuk “Galaxy Book” dan tidak akan berfungsi normal ketika dipasang di perangkat lainnya.

samsung-galaxy-book

Namun saat ini Samsung tak mempunyai produk bernama Galaxy Book, tidak di ranah mobile, tablet ataupun laptop. Sehingga kemunculan aplikasi ini menimbulkan tanda tanya, apakah Samsung sedang mempersiapkan perangkat baru bernama Galaxy Book, atau perangkat ini pernah ada dalam rencana Samsung tapi tak terealisasi.

Tak hanya soal kepastian perangkat, perhatian banyak mata juga tertuju pada rencana Samsung di balik perangat Galaxy Book ini. Menilik penamaannya, banyak pihak menduga Samsung sedang mempersiapkan rival untuk Surface Book atau bisa jadi MacBook. Tren pasar notebook 2-in-1 yang kian menggirukan bisa jadi telah membuat Samsung kepincut untuk ikut terjun ke dalamnya.

Sejak tahun 2009, Samsung telah melahirkan banyak sekali perangkat di bawah bendera Galaxy. Tapi, tak satupun dari mereka berasal dari perangkat PC. Sehingga hadirnya laptop baru berlabel Galaxy diyakini akan jadi sebuah langkah yang tepat.

Sumber berita MSPowerUser dan gambar header Samsung.

Asus Hadirkan ROG Strix GL553 ke Indonesia, Sajikan GTX 1050 dan Intel 7th-Gen

Hadirnya GeForce GTX 1050 dan 1050 Ti di laptop adalah angin segar bagi konsumen yang mendamba notebook gaming bertenaga kartu grafis anyar Nvidia di harga bersahabat. Para produsen mulai mengadopsi GPU Pascal baru itu semenjak dilangsungkannya ajang CES 2016, dan Asus mengabarkan mereka telah membawa satu produk mainstream baru ke tanah air.

Produsen hardware dan PC asal Taiwan itu mengumumkan ketersediaan Republic of Gamers Strix GL553 di Indonesia, sebuah gaming notebook bersenjata GeForce GTX 1050/1050Ti dan Intel Core generasi ke-7, menggantikan versi sebelumnya yang menyimpan Intel Skylake dan GTX 960M. Hardware tersebut dikemas dalam case khas Strix, dengan striping jingga kemerahan yang tampak kontras di latar belakang hitam.

Asus ROG Strix GL553 4

ROG Strix GL553 baru ini mengusung wujud serupa varian sebelumnya, juga menyuguhkan layar 15,6-inci. Meski belum bisa masuk ke kategori ultra-thin, perbandingan ukuran tubuh dan ketebalannya ideal, membuat notebook tetap terlihat ramping – dimensinya adalah 383x255x30mm. Menariknya lagi, sisi konektivitas Strix GL553 sangat lengkap, memastikannya tak hanya andal untuk kegiatan gaming, namun juga mendukung penyajian konten hiburan lain.

Asus ROG Strix GL553 3

Laptop ini memanfaatkan arahan desain bersudut dan tema asimetris, dapat dilihat dari lekukan-lekukan di area palm rest, penempatan touchpad yang sedikit menjorok ke kiri, serta tombol di papan ketik – terutama spasi. Keyboard tersebut menyimpan LED berwarna merah, menyajikan key travel sejauh 2,5-milimeter dan mempunyai tekstur ala karet agar terasa lembut ketika jari Anda menyentuhnya.

Asus ROG Strix GL553 2

Layarnya menggunakan jenis IPS dengan viewing-angle 178 derajat dan resolusi full-HD. Panel tersebut dijanjikan memiliki rasio kontras dan konsistensi warna yang baik, sehingga tidak ada perubahan warna sewaktu Anda melihatnya dari posisi ekstrem. Selanjutnya, Asus memilih jenis finishing matte demi meminimalisir pantulan. Untuk mendukung sisi hiburan multimedia, Asus menyematkan speaker Bang & Olufsen ICEpower serta menyediakan optical disk drive Blu-ray.

Asus ROG Strix GL553 1

Ada dua varian ROG Strix GL553, yakni GL553VE dan GL553VD. Perbedaan di antara mereka terletak pada konfigurasi kartu grafis, storage dan kapasitas RAM, tapi selain itu mereka berdua tetap identik. GL553VE menyuguhkan GPU GeForce GTX 1050 Ti, RAM 16GB dan penyimpanan SSD 256 plus hard drive 1TB; sedangkan GL553VD menghidangkan GeForce GTX 1050 RAM 8GB dengan SSD 128GB serta hard disk 1TB. Keduanya diotaki oleh prosesor Intel Core i7-770HQ.

Asus ROG Strix GL553 sudah bisa Anda miliki, masing-masing model dijajakan di harga Rp 20,3 juta dan 18,8 juta.

Dell Luncurkan Chromebook 11 Convertible yang Kompatibel dengan Aplikasi Android

Tahun 2017 bisa menjadi tahun mencuatnya popularitas Chromebook. Salah satu alasan utamanya adalah kompatibilitas dengan aplikasi Android yang dipastikan bakal menjadi standar untuk semua Chromebook keluaran tahun ini. Alasan lainnya, desain hardware Chromebook jadi lebih variatif dari sebelum-sebelumnya.

Tidak percaya? Lihat saja Chromebook terbaru besutan Dell. Perangkat berukuran ringkas ini memiliki layar sentuh 11 inci yang bisa dilipat dan digunakan layaknya sebuah tablet. Desain semacam ini tidak mungkin bisa terwujud seandainya Google tidak menghadirkan kompatibilitas aplikasi Android itu tadi – hal yang sama juga berlaku untuk Samsung Chromebook Plus.

Dell merancang Chromebook 11 Convertible secara spesifik untuk aktivitas pendidikan di sekolah-sekolah. Itulah mengapa keyboard dan trackpad-nya sudah “disegel” supaya tidak kenapa-kenapa saat ketumpahan minuman. Bagian sisinya pun juga dilapisi karet agar bisa lebih tahan banting.

Spesifikasinya tidak ada yang istimewa – wajar mengingat ia merupakan sebuah Chromebook. Namun seandainya Anda meninginkan prosesor Intel Celeron yang lebih baru dalam bodi yang sama serta OS Windows 10, Anda diminta untuk melirik Latitude 11 Convertible. Bonus lain yang varian Latitude itu bawa adalah kamera belakang dan dukungan pengoperasian berbasis stylus.

Dell Latitude 11 Convertible mengusung prosesor yang lebih baru, OS Windows 10, kamera belakang dan dukungan stylus / Dell
Dell Latitude 11 Convertible mengusung prosesor yang lebih baru, OS Windows 10, kamera belakang dan dukungan stylus / Dell

Soal harga, Dell Chromebook 11 Convertible dibanderol $349, sedangkan Latitude 11 Convertible seharga $579. Keduanya akan dilepas ke pasaran mulai 7 Februari mendatang.

Bersamaan dengan itu, Dell turut memperkenalkan dua Chromebook lain, yakni Chromebook 11 dan Chromebook 13. Keduanya pada dasarnya merupakan kembaran Latitude 11 dan Latitude 13, namun yang mengusung prosesor lebih inferior dan sistem operasi Chrome OS.

Harga masing-masing laptop adalah $219 untuk Chromebook 11, $299 untuk Chromebook 13, $349 untuk Latitude 11 dan $519 untuk Latitude 13. Keempatnya juga akan dipasarkan mulai tanggal 7 Februari.

Sumber: The Verge.