Go-Jek Introduces In-App Chat Feature

Go-Jek releases in-app chat feature to provide easier communication between user and driver. This move is actually kind of late, compare to the other similar
players such as Grab and Uber which already applied this feature earlier.

Tampilan in app chat dari Go-Jek

This feature will be available on rolling basis for Go-Jek users after updating
the latest version of their Go-Jek’s app. By in-app chat, users do not have to
exit the app to send message or make a call to communicate with the driver.

[Read also: GO-JEK Confirms the Acquisitions of Midtrans, Kartuku, and Mapan]

Up to this point, Go-Jek has not officially announced its latest feature. However, in-app chat is to be said the most awaited feature in Go-Jek. A problem encountered by Go-Jek users resulting a lot of complaints is the use of balance
to text or call the driver.

On the other hand, in-app chat can be Go-Jek’s weapon in strengthening its
service to all loyal users and attracting new users. So far, Go-Jek has served 15 million weekly active users with 900 thousand drivers throughout Indonesia, more than 125 thousand merchants and more than 100 thousand transaction to be processed monthly in the platform.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Lima Ide Bisnis Startup di Tahun 2018

Di penghujung tahun 2017 ini sudah banyak bisnis baru yang hadir memanfaatkan teknologi. Memasuki tahun 2018 mendatang masih ada beberapa peluang yang berkembang dari perubahan serta kebiasaan yang banyak terjadi sepanjang tahun 2017.

Artikel berikut akan mengupas 5 ide bisnis yang bisa dikembangkan dan memiliki peluang yang cukup menjanjikan dan relevan dengan pangsa pasar Indonesia.

Bisnis video dan fotografi

Saat ini ketika media sosial telah menjadi platform, banyak influencer dan brand mempromosikan produk dan layanannya, menciptakan sebuah lapangan kerja baru bagi mereka yang menyukai fotografi dan video editing. Di tahun 2017 banyak influencer yang masih mengerjakan semua proses tersebut sendiri, namun seiring berjalannya waktu dan jumlah pengikut pun semakin bertambah, banyak di kalangan tersebut yang membutuhkan tenaga fotografer dan video editor profesional.

Hal tersebut juga berlaku kepada startup hingga korporasi, yang mulai mengembangkan divisi video untuk kegiatan promosi. Di sisi lain foto yang Anda miliki juga bisa dijual ke platform seperti Getty Images hingga Shutterstock.

Bisnis kuliner

Meskipun tidak banyak startup yang menyasar bisnis kuliner bertahan, namun tidak menutup semangat dari para entrepreneur untuk hadir dan menyuguhkan layanan terbaru di bidang kuliner. Di tahun 2018 mendatang diperkirakan semua bisnis yang menyasar dunia kuliner akan makin meningkat jumlahnya. Bukan hanya sebagai marketplace restoran, namun juga memberikan pilihan baru untuk pencinta kuliner sekaligus pemilik restoran.

E-Learning

Teknologi telah memudahkan proses belajar-mengajar menjadi lebih seamless. Hal tersebut telah dibuktikan oleh startup yang menyasar sektor edutech, seperti RuangGuru, HarukaEdu, Kelase dan masih banyak lagi. Bukan hanya untuk startup yang memiliki bisnis model menyeluruh, konsultan atau pakar yang memiliki pengalaman dan wawasan lebih juga bisa memanfaatkan platform tersebut dalam bentuk video hingga teks secara digital kepada orang yang membutuhkan.

Kurir (Logistik)

Luasnya Indonesia ternyata masih menjadi kendala tersendiri bagi pemilik bisnis online hingga layanan e-commerce melakukan pengiriman produk. Hal tersebut yang kemudian bisa dijadikan peluang oleh entrepreneur baru yang ingin memiliki bisnis memanfaatkan teknologi. Ciptakan inovasi baru dan berikan solusi terbaik untuk mengakali kendala logistik saat ini.

Jual-beli barang bekas secara online

Bukan hanya membeli barang baru secara online, saat ini kebiasaan atau tren untuk menjual barang bekas juga makin marak dilakukan oleh orang banyak. Memanfaatkan layanan e-commerce hingga marketplace, transaksi jual-beli barang bekas menjadi pilihan tersendiri bagi banyak orang. Hal tersebut yang kemudian bisa dijadikan oleh entrepreneur ke depannya, memanfaatkan demand dan tren dari masyarakat saat ini yang membutuhkan platform lengkap untuk menjual dan membeli barang bekas.

Go-Jek Hadirkan Fitur “In App Chat”

Go-Jek merilis fitur “in app chat” untuk memudahkan komunikasi antara pengguna dengan mitra pengemudi. Langkah Go-Jek ini bisa dikatakan sedikit terlambat, dibandingkan pemain sejenis lainnya seperti Grab dan Uber yang sudah lebih dahulu menghadirkan fitur tersebut.

Tampilan in app chat dari Go-Jek
Tampilan in app chat dari Go-Jek

Fitur ini dihadirkan secara bergulir untuk pengguna Go-Jek setelah memperbarui aplikasi Go-Jek ke versi terbaru. Dengan in app chat, pengguna tidak perlu menggunakan keluar dari aplikasi utama untuk mengirim SMS atau telepon saat ingin berkomunikasi dengan pengemudi.

[Baca juga: GO-JEK Konfirmasi Akuisisi Terhadap Midtrans, Kartuku, dan Mapan]

Sejauh ini, Go-Jek belum mengumumkan secara resmi terkait fitur terbarunya ini. Akan tetapi, bisa dikatakan in app chat adalah fitur yang ditunggu pengguna Go-Jek. Sebab salah satu masalah yang dikeluhkan pengguna Go-Jek adalah pulsa yang terus berkurang saat harus berkomunikasi berkali-kali dengan mitra pengemudi.

Di samping itu, in app chat dapat menjadi senjata Go-Jek untuk memperkuat layanannya ke seluruh pengguna loyal dan menarik pengguna baru. Sejauh ini Go-Jek telah melayani 15 juta pengguna aktif mingguan dengan 900 ribu pengemudi di seluruh Indonesia, lebih dari 125 ribu merchant, dan lebih 100 juta transaksi yang diproses dalam platform setiap bulannya.

Application Information Will Show Up Here

BBM Implements “m.uber”, Allows User To Book Uber

Uber recently announced strategic partnership with BBM. It allows BBM users to use all Uber services available in Indonesia without having to switch apps, even without having to install Uber app. The services can be accessed by “Discover” option in BBM app, booking can be done as per usual.

“BBM is the first Asia-Pacific partner using m.uber platform, a web client for global market giving such experience as using Uber app regardless of the location, internet connection or phone types,” said Uber Indonesia’s representative to DailySocial.

Regarding the payment system, users in BBM will be given options previously available in Uber app, it is by cash, credit or debit card payment. So far, there is no information related to the presence of new payment model, for example through existing payment channel in BBM like DANA.

This is not the first Uber’s strategic partnership. Uber previously partners with LINE allowing users to book online transportation using Uber LINE@ account. The integration is available in the late 2016 for LINE users in several cities in Indonesia.

On the other hand, BBM is quite aggresive in seeking partnership with company such as Uber in its platform. The latest is DANA’s beta version, a payment platform of Emtek and Ant Financial (Alipay) joint venture. In addition, there is another partnership helping to present some new services in “Discover” menu, including for ticket booking, job vacancies and online shopping.

For BBM, this partnership completes its app to be an all-in-one consumer platform. Meanwhile for Uber, widely market penetration becomes a priority to keep the pace against its two major competitors in Indonesia.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Blue Bird and Traveloka Launch Airport Transportation Service

Today (12/19), Traveloka and Blue Bird Group announces strategic partnership for airport transportation in 10 cities in Indonesia (Jakarta, Surabaya, Bandung, Bali, Lombok, Solo, Semarang, Yogyakarta, Medan, and Manado). The partnership to provide Traveloka and Blue Bird customer with easy access in getting a ride to the airport and from the airport to home or other destinations.

Traveloka’s Senior Vice President Business Development Caesar Indra said, this partnership is held based on the mutual vision and mission of Blue Bird and Traveloka.

“In Traveloka, we did not choose just any partner to expand business and develop a new service. Beyond the reason, this partnership is expected to be a new option for Traveloka users.

It is now available in mobile app for Android, with availability in iOS  is soon to be announced. User may choose the airport transportation feature. They will be directed to the pick-up options to match the flight arrival time, total passenger and flight number. By calculating All-in (toll & gas) fare, user is claimed to get convenient and flat fares.

“We categorized this as premium service with car selection in vary and easy in-app reservation,” said Indra.

Obtaining specific license from airport

Unlike other online transportation which still in “hiding” from airport security while picking up passenger, Traveloka and Blue Bird’s airport transportation has obtained official license of Blue Bird Group. It provides safe and guaranteed reservation from and to the airport.

Regarding the reason behind Traveloka selection as partner, unlike Go-Jek which already added Blue Bird reservation in its app, Blue Bird’s Director Sigit Priawan Djokosoetono explained, it is done intentionally to provide variety of service.

“Even though already partnered with Go-Jek, we intentionally choose Traveloka for airport transportation service to provide different options. For those who want to make taxi reservation can use Go-Jek app while those who need private car for airport transportation can use Traveloka app.”

Through this partnership, Blue Bird provides two transportation service options namely airport transfer by Golden Bird with many car types such as Avanza, Innova, Camry and Alphard.

“Users in group may order a service to take them from one point to the next destination,” said Djokosoetono.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Blue Bird dan Traveloka Luncurkan Layanan Transportasi Bandara

Hari ini, (19/12), Traveloka dan Blue Bird Group mengumumkan kerja sama strategisnya dalam hal pemesanan langsung transportasi bandara di 10 kota di Indonesia (Jakarta, Surabaya, Bandung, Bali, Lombok, Solo, Semarang, Yogyakarta, Medan, dan Manado). Kerja sama ini dijalin untuk memberikan kemudahan serta kenyamanan bagi pengguna Traveloka dan Blue Bird mendapatkan transportasi menuju ke bandara dan dari bandara menuju rumah atau tujuan lainnya.

Kepada media, Senior Vice President Business Development Traveloka Caesar Indra mengungkapkan, kerja sama ini dijalin berdasarkan adanya kesamaan visi dan misi Blue Bird dan Traveloka.

“Kita di Traveloka tidak sembarangan memilih mitra untuk memperluas bisnis dan menciptakan layanan baru. Karena alasan itulah kemitraan dengan Blue Bird Group ini diharapkan bisa menjadi pilihan baru bagi pengguna Traveloka.”

Sudah tersedia di aplikasi mobile untuk versi Android dan menyusul di iOS, pengguna bisa memilih fitur Transportasi bandara. Pengguna akan diarahkan kepada pilihan untuk penjemputan menyesuaikan dengan waktu tiba pesawat, jumlah penumpang dan nomor pesawat. Dengan perhitungan tarif All-In (tol, bahan bakar) pengguna diklaim bakal mendapatkan harga yang sesuai dan flat (tetap).

“Kami mengkategorikan layanan ini sebagai layanan premium dengan pilihan mobil yang beragam dan kemudahan pemesanan langsung dari aplikasi,” kata Ceesar.

Mengantongi ijin khusus dari bandara

Berbeda dengan transportasi online lainnya yang hingga kini masih harus “bersembunyi” dari pihak keamanan bandara saat menjemput penumpang di bandara, layanan transportasi bandara Traveloka dan Blue Bird ini telah mengantongi ijin resmi untuk beroperasi di bandara, memanfaatkan ijin yang sudah dimiliki oleh Blue Bird Group. Hal tersebut memberikan kepastian dan keamanan lebih saat melakukan pemesanan menuju bandara dan arah pulang dari bandara.

Disinggung tentang alasan mengapa memilih Traveloka sebagai mitra, bukan Go-Jek yang saat ini sudah menyediakan pemesanan taksi Blue Bird melalui aplikasinya, Direktur PT Blue Bird Sigit Priawan Djokosoetono menyebutkan, hal tersebut sengaja dilakukan untuk memberikan layanan yang beragam.

“Meskipun kami sudah bermitra dengan Go-Jek namun untuk layanan transportasi bandara ini sengaja kami lakukan dengan Traveloka demi memberikan pilihan layanan yang berbeda. Untuk pengguna yang ingin memesan taksi bisa memanfaatkan aplikasi Go-Jek sementara untuk transportasi bandara jenis mobil pribadi bisa memanfaatkan aplikasi Traveloka.”

Melalui kerja sama ini Blue Bird menyediakan dua opsi layanan transportasi, yaitu layanan airport transfer dengan Golden Bird dan berbagai tipe mobil seperti Avanza, Inova, Camry, Alphard.

“Untuk pengguna dalam group bisa memesan layanan yang akan mengantar dari satu poin ke poin selanjutnya,” kata Sigit.

Application Information Will Show Up Here

Observing E-Commerce Dynamic in Southeast Asia

In the report written by Bain & Company, e-commerce consumer growth in Southeast Asia has reached 50% of total 200 million consumers in last 2016. The huge market interest in buying and doing e-commerce transaction is mentioned in the report as “hyperactive” market for Southeast Asia.

In Indonesia, there are 5.1 people in average using e-commerce platform per year. Meanwhile, the most used payment method is Cash on Delivery (CoD).

The increasing number of low cost smartphone users in Southeast Asia (including Indonesia) becomes one of the supporting factors on why e-commerce, on-demand platform and others are the most favorites. In Indonesia, known as mobile first country where smartphone becomes daily gadget used for work, shopping and entertainment.

OTA services growth in Southeast Asia

Another fascinating facts are mentioned in the report, the biggest and most used
service in Southeast Asia’s consumers is, travel and tourism ($22 billion),
followed by e-commerce ($15 billion), media and entertainment ($3 billion),
advertising ($2 billion), transport ($2 billion), gaming ($2 billion) and lastly
there is social/messaging ($0.2 billion).

Regarding the fast-growing travel and tourism service, during 2017 in Indonesia is dominated by Traveloka which rumored to have valued more than $2 billion and make it the first startup unicorn in Indonesia’s online travel industry. Previously in July 2017, Expedia announced an investment in Southeast Asia, Indonesia in particular, by taking minor stake in Traveloka worth $350 million (over 4.6 trillion Rupiah). In Indonesia, the value lose to Go-Jek which rumored to have reached $3 billion after receiving funding from Tencent.

Not only selling hotel rooms, flight, train tickets and more, Traveloka is now
selling tour packages. The service known as Activity & Recreation giving
opportunity for travellers to buy tourism site tickets, on website or through app.

In Indonesia, Traveloka’s competitor is Tiket, which after acquired by Blibli is
increasingly aggressive in marketing, user acquisition, sales, and making other
interesting features and offers.

The rise of social commerce

On the other hand, purchases made by social media is getting consumer attention in Southeast Asia even though in relatively small amount. According to the current data, countries such as Thailand and Indonesia have used social media (Facebook, Instagram) frequently. Besides for communicating with friends and family, social media is now widely used to sell goods to service, making use of “Shop” feature applied in each platform.

The platform is claimed to have data which can be used by brand in observing
consumer behaviour from the transaction started till the payment made. Furthermore, the next marketing act can be targeted for more relevant promo and latest information. Chat and Messenger apps are currently used to do business.

“Agile” approach for successful business in Southeast Asia

The interesting fact revealed in the report, the Southeast Asia’s e-commerce
industry keeps shifting and must be able to adopt new innovation quickly. An
“agile” approach or ability to move faster is a startup’s must-have mindset.

In fact, investment on technology is also a key to succes for startup in running a
sustainable business in Southeast Asia. Another thing to be noticed is a strategy
to get ahead of competitor and evolve in the digital landscape.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

BBM Implementasikan “m.uber”, Mungkinkan Pengguna Pesan Layanan Uber

Baru-baru Uber mengumumkan kerja sama strategisnya bersama BBM. Kerja sama ini memungkinkan pengguna layanan pesan BBM untuk menggunakan semua layanan Uber yang telah tersedia di Indonesia tanpa harus berpindah aplikasi, termasuk tanpa harus memasang aplikasi Uber di ponselnya. Layanan Uber ini dapat diakses pada opsi “Discover” di laman aplikasi BBM, selanjutnya pemesanan dapat dilakukan seperti pada umumnya.

“BBM adalah mitra pertama di Asia Pasifik yang menggunakan platform m.uber, sebuah web client untuk market global yang memungkinkan pengalaman seperti menggunakan aplikasi Uber terlepas dari lokasi di manapun mereka berada, kecepatan jaringan internet, maupun jenis ponselnya,” ujar perwakilan Uber Indonesia kepada DailySocial.

Terkait sistem pembayaran, pengguna di BBM tetap disuguhkan dengan opsi yang sebelumnya terdapat di aplikasi Uber, yakni melalui pembayaran tunai, kartu kredit, maupun kartu debit. Sejauh ini belum ada informasi seputar hadirnya model pembayaran baru, misalnya melalui kanal pembayaran yang sudah ada di BBM seperti DANA.

Kerja sama strategis seperti ini bukan yang pertama kali, karena sebelumnya Uber juga sudah bekerja sama dengan LINE untuk memungkinkan pengguna memesan layanan transportasi online melalui akun LINE@ yang dimiliki Uber. Integrasi tersebut sudah tersedia sejak akhir tahun 2016 untuk pengguna LINE di beberapa kota di Indonesia.

Di lain sisi, BBM juga cukup agresif membuka kesempatan kerja sama dengan mitra seperti Uber di platformnya. Terakhir ada versi beta dari DANA, sebuah platform pembayaran  hasil joint venture Emtek dan Ant Financial (Alipay). Selain itu ada kerja sama lain yang turut menghadirkan beberapa layanan baru di menu “Discover”, termasuk untuk pemesanan tiket, mencari pekerjaan, hingga berbelanja online.

Bagi BBM, kemitraan ini menjadikan aplikasinya semakin lengkap untuk menjadi sebuah all-in-one consumer platform. Sedangkan bagi Uber sendiri, penetrasi pasar seluas-luasnya menjadi kepentingan untuk tetap berpacu melawan dua pesaing besarnya di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Menyimak Dinamika Layanan E-Commerce di Kawasan Asia Tenggara

Dalam laporan yang ditulis Bain & Company terungkap, pertumbuhan konsumen layanan e-commerce di Asia Tenggara pada tahun 2016 lalu mencapai hingga 50% dengan total konsumen mencapai 200 juta orang. Besarnya minat pasar membeli dan melakukan transaksi layanan e-commerce disebutkan dalam laporan tersebut sebagai pasar yang “hiperaktif” untuk kawasan Asia Tenggara.

Di Indonesia sendiri tercatat rata-rata sekitar 5,1 orang memanfaatkan platform layanan e-commerce per tahunnya. Sementara untuk pilihan pembayaran paling banyak dimanfaatkan adalah pilihan Cash on Delivery (COD).

Makin besarnya jumlah pengguna low cost smartphone di kawasan Asia Tenggara (termasuk Indonesia) menjadi salah satu faktor pendukung, mengapa layanan e-commerce, on-demand platform dan lainnya, menjadi favorit di gunakan setiap hari. Di Indonesia sendiri saat ini dikenal sebagai “mobile first country” di mana smartphone menjadi gadget rutin yang digunakan untuk bekerja, belanja hingga mencari hiburan.

Pertumbuhan layanan OTA di Asia Tenggara

Hal menarik lain yang juga disampaikan dalam laporan tersebut adalah, layanan terbesar yang paling banyak dimanfaatkan oleh konsumen di Asia Tenggara adalah, layanan pariwisata dan perjalanan wisata ($22 miliar), diikuti dengan layanan e-commerce ($15 miliar) dan media serta hiburan ($3 miliar), advertising ($2 miliar), transportasi ($2 miliar) dan yang terakhir adalah gaming ($2 miliar), disusul dengan social/messaging ($0,2 miliar).

Terkait dengan makin meningkatnya pertumbuhan layanan travel dan turisme, di Indonesia selama tahun 2017 masih didominasi oleh Traveloka yang kini dikabarkan bervaluasi lebih dari $2 miliar dan menjadikannya startup unicorn pertama di industri travel online Indonesia. Sebelumnya pada bulan Juli 2017, Expedia mengumumkan investasinya di Asia Tenggara, khususnya Indonesia, dengan mengambil saham minoritas di Traveloka senilai $350 juta (lebih dari 4,6 triliun Rupiah). Nilai valuasinya di Indonesia hanya kalah dari Go-Jek yang disebutkan mencapai $3 miliar pasca perolehan pendanaan dari Tencent.

Bukan hanya menjual kamar hotel, tiket pesawat, kereta api dan lainnya, kini Traveloka juga mulai menjual paket wisata. Layanan yang dinamai Aktivitas & Rekreasi ini memberikan kesempatan pengguna Traveloka membeli tiket tempat wisata di genggaman mereka, baik melalui web maupun melalui aplikasi.

Perusahaan lainnya yang mencoba untuk menjadi kompetisi Traveloka di Indonesia adalah Tiket, yang setelah diakuisisi Blibli makin gencar menjalankan kegiatan pemasaran, akuisisi pengguna, penjualan hingga menghadirkan fitur dan penawaran menarik lainnya.

Kebangkitan social commerce

Sementara itu, pembelian memanfaatkan media sosial juga mulai dilirik oleh konsumen di Asia Tenggara meskipun jumlahnya masih tergolong kecil. Dari data yang tercatat saat ini, negara seperti Thailand hingga Indonesia sudah mulai banyak yang memanfaatkan media sosial (Facebook, Instagram). Bukan hanya untuk berkomunikasi dengan teman dan keluarga, media sosial saat ini sudah banyak digunakan untuk menjual barang hingga layanan, memanfaatkan fitur “Shop” yang sengaja dihadirkan oleh masing-masing platform.

Platform tersebut diklaim juga memiliki data yang bisa dimanfaatkan oleh brand untuk melihat consumer behaviour mulai dari awal transaksi hingga pembayaran. Sehingga untuk kegiatan pemasaran selanjutnya bisa ditargetkan promo dan informasi terbaru yang lebih relevan. Aplikasi Chat dan Messenger saat ini juga makin banyak dimanfaatkan untuk melancarkan bisnis.

Pendekatan “agile” agar bisnis sukses di Asia Tenggara

Hal menarik yang terungkap dalam laporan tersebut adalah industri e-commerce di kawasan Asia Tenggara kerap berubah dan harus bisa mengadopsi inovasi baru dengan cepat. Pendekatan yang “agile” atau kemampuan untuk bisa bergerak dengan cepat selancar mungkin, merupakan mindset yang harus dimiliki oleh startup.

Selain itu berinvestasi di teknologi juga merupakan salah satu kunci sukses bagi startup bisa menjalankan bisnis secara sustainable di kawasan Asia Tenggara. Hal lain yang perlu dicermati adalah startegi yang harus dimiliki agar bisa tampil lebih unggul dari kompetitor dan terus berevolusi dalam lanskap digital.

Grab Partners with PayTren

Grab announces a strategic partnership with Paytren. As initiation step on mid-January 2018, Grab will be using PayTren network to recruit new drivers through the app.

PayTren partners, currently reach 1.7 million people, will be trained on how to register new Grab driver. Partners are also open for being Grab drivers.

The strategic partnership will be valid for five years by continuous evaluation.

“This is a strong partnership, there is no investment or acquisition. We notice the partnership with local company will widen access for people who wants to join Grab,” said Jason Thompson, GrabPay Southeast Asia’s Managing Director on Wednesday (12/13).

With this strategic partnership, at least two angles targeted by three companies (Grab, Kudo and PayTren). For Grab, it is an effort to prepare GrabPay ecosystem. All PayTren partners are expected to be GrabPay customer due to their needs of its payment system they facilitate.

“It’ll end up at financial inclusion. We will not only take it to the big cities, but throughout Indonesia soon, for all 104 cities can use GrabPay immediately,” explained Ongki Kurniawan, GrabPay Indonesia’s Managing Director.

He said, due to this partnership, three companies have assets to be used as shared benefits.

Using Kudo’s technology for PayTren

The second angle is Kudo’s technology usage in supporting PayTren security system.  According to Yusuf Mansur, PayTren’s Founder & Owner, Kudo’s technology also supports company’s step to comply with Bank Indonesia’s rule, if PayTren obtains e-money license. Mansur optimist in getting the license.

“We are confident in getting the license, Insha Allah. When there is a license, the task is system and technology strengthening. We are not joking in saying this, afraid of fraud, a partnership with well-back-up technology company is needed,” said Mansur.

On BI rules, company applying for permits need to comply for several requirements, such as data center and disaster recovery center located in Indonesia while in contact with customer transaction’s protection. Both requirements mentioned are fullfilled by Kudo.

“In rules, Kudo has complied with BI rules. Also, we and PayTren are both local companies,” said Albert Lucius, Kudo’s CEO and Co-Founder.

For the collaboration development between Kudo and PayTren, Lucius said there will be Kudo’s or PayTren’s products in each platform. This is intended to encourage entrepreneurs to sell, to ultimately improve the welfare.

Grab and Kudo’s apps merger

Asked about Grab and Kudo’s merger, Lucius explained the merger process can be seen from Grab app starting to provide top-up balance in Grab Rewards. Nonetheless this is just a mere service.

In fact, Grab has two different apps, one for drivers and one for customers. Meanwhile Kudo only has one for business partners. He thought, application merger will be done slowly.

“It will not be suddenly merged [Grab and Kudo]. However, Kudo’s service connected to Grab is already started now. All Kudo’s services will be connected to Grab later.” said Lucius.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian