Dua Tahun Fokus di “Cash Loan”, P2P Lending Ringan Siap Rambah Pinjaman Produktif

Startup p2p lending Ringan segera memenuhi ketentuan dari OJK untuk berpartisipasi dalam pinjaman produktif dalam portofolio bisnisnya. Selama kurang lebih dua tahun berdiri, mereka dikenal sebagai fintech yang menyediakan pinjaman dana cepat (cash loan).

Kepada DailySocial.id, CEO & Presiden Direktur Ringan Yudhono Rawis menjelaskan produk pinjaman tersebut akan menargetkan segmen UMKM sebagai peminjamnya. Sifatnya seperti KTA, produk pinjaman di bank karena tidak membutuhkan agunan sebagai persyaratannya. “Kami berharap dengan diluncurkannya produk RinganKTA dapat membantu pelaku UMKM dari berbagai sektor untuk mengembangkan bisnis yang dimilikinya saat ini,” ucapnya.

OJK sendiri mendorong industri fintech lending untuk memperbesar porsi penyaluran ke sektor produktif daripada konsumtif dan multiguna. Dalam aturan penyempurnaan dari POJK Nomor 77 Tahun 2016 yang sedang digodok, otoritas menginginkan porsinya bisa mencapai 60% dari total penyaluran.

Perusahaan didorong untuk menyalurkan pinjaman ke sektor produktif minimal 40% secara bertahap dalam tiga tahun. Yakni, minimal 15% pada tahun pertama, dan 30% pada tahun kedua. Pada aturan yang berlaku saat ini, perusahaan baru diwajibkan menyalurkan pinjaman ke sektor produktif minimal 20% dari total bisnisnya.

Menurut Yudhono, dalam menyalurkan pinjamannya kepada para peminjam, penggunaan dananya cukup bervariatif. Ada yang menggunakannya untuk biaya tambahan untuk memulai usaha, biaya renovasi rumah, maupun biaya untuk kebutuhan darurat. Sehingga, inisiatif perusahaan dengan meluncurkan produk untuk sektor produktif memiliki semangat yang selaras dengan apa yang didorong oleh regulator.

Sejak beroperasi di 2019, perusahaan bagian dari Ping An Group ini telah melayani lebih dari 200 ribu peminjam dan mencairkan total pinjaman lebih dari Rp10 miliar. Perusahaan menyediakan plafon pinjaman hingga Rp20 juta dengan pilihan jangka waktu 3 hingga 1 tahun dan bunga mulai dari 0,05% per hari.

Adapun untuk lender sejauh ini masih tertutup untuk lender institusi saja. Yudhono tidak menyebutkan ada siapa saja lender yang sudah bergabung. Meski demikian, perusahaan membuka kemungkinan buat lender individu ke depannya.

Per 2 Agustus 2021, perusahaan telah resmi memperoleh izin dari OJK.

Manfaatkan teknologi OneConnect untuk e-KYC

Yudhono menjelaskan, pemanfaatan teknologi mutakhir sesungguhnya adalah suatu keharusan bagi perusahaan fintech. Tak hanya membantu perusahaan agar lebih hati-hati dalam menyalurkan pinjaman, juga meningkatkan pengalaman pengguna karena proses pengajuannya tidak memakan waktu yang lama.

Oleh karena itu, perusahaan mengumumkan kerja samanya dengan sister company dari Ping An Group lainnya, yakni OneConnect Indonesia. Dalam kolaborasi ini, Ringan memanfaatkan teknologi OneConnect untuk otomatisasi dan simplifikasi proses di dalam aplikasi Ringan, mulai dari proses awal, pengaturan pengajuan pinjaman, penagihan pembayaran, penilaian risiko, dan laporan akhir.

OneConnect menjadi penyedia teknologi AI di aplikasi Ringan untuk melangsungkan proses e-KYC, mencakup verifikasi calon peminjam, autentikasi KTP pelanggan dari jarak jauh, secara otomatis mengumpulkan berkas aplikasi elektronik, dan pemindai wajah biometrik untuk verifikasi identitas pelanggan secara jarak jauh. “Dengan penerapan teknologi tersebut, kami bisa memberikan customer experience yang baik dan cepat bagi calon peminjam.”

Awalnya verifikasi pengajuan pinjaman membutuhkan 8.000 jam kerja, kini berjalan lebih cepat. Lebih dari 100 ribu pengajuan berhasil melakukan scan KTP dan menyelesaikan proses peminjaman lewat Ringan. Proses aplikasi secara elektronik juga mengurangi kemungkinan kesalahan, meminimalisir penipuan identitas, dan meningkatkan produktivitas kerja.

Perusahaan juga mengedepankan proses kehati-hatian dalam proses analisa kredit, melalui kombinasi analisa yang dilakukan oleh sistem, termasuk penggunaan AI, dan staf analis kredit perusahaan. “Kami juga terhubung dengan biro kredit untuk mengetahui karakter dari calon peminjam. Persentase kredit macet kami pada Juli 2021 adalah 0,06%.”

Di Indonesia, OneConnect juga bekerja sama dengan Sinarmas untuk membangun sistem pinjaman ritel. Di luar itu, portofolio bisnis OneConnect cukup tersebar. Di antaranya dengan Bank RHB Malaysia, UBX Filipina, SB Finance Filipina, National Development Bank Sri Lanka, dan sebuah bank komersial di Vietnam.

Porsi sektor produktif masih minim

Menurut laporan DSResearch dan AFPI pada tahun lalu sebanyak 36,1 juta peminjam di sektor produktif meminjam Rp2,5 juta-Rp25 juta. Hanya 17,6% di antaranya yang meminjam lebih dari Rp500 juta. Sektor ini masih perlu digenjot lebih lanjut oleh regulator, terlebih lagi di masa pandemi ini banyak UMKM yang butuh terpukul dan harus tetap bertahan.

Sumber: DSResearch
Sumber: DSResearch
Application Information Will Show Up Here

Perusahaan “Fintech Enabler” Asal Tiongkok OneConnect Resmikan Kehadirannya di Indonesia

Penyedia platform teknologi keuangan (fintech enabler) asal Tiongkok, OneConnect, resmi beroperasi di Indonesia. Melalui anak usahanya PT OneConnect Financial Technology Indonesia, perusahaan menawarkan sejumlah solusi yang diharapkan dapat mempercepat digitalisasi layanan keuangan di tanah air.

Dalam sambutannya, CEO OneConnect Financial Technology Tan Bin Ru menyebut Indonesia sebagai pasar utamanya di Asia Tenggara karena Indonesia memiliki pertumbuhan ekonomi digital tercepat pada 2018, yakni senilai $27 miliar.

Berbekal teknologi dan pengalaman yang dimiliki perusahaan, ia ingin membagikan keduanya kepada ekosistem di Indonesia. Pihaknya menyiapkan $10 juta (Rp 140 miliar) untuk mendukung digitalisasi pasar keuangan di Indonesia.

“Dalam menghadapi perkembangan ekonomi saat ini, tidak mungkin tanpa tantangan, institusi finansial selalu membutuhkan solusi. Kami salah satu perusahaan teknologi yang sangat mengenal institusi finansial. Kami yakin solusi kami dapat memenuhi kebutuhan mereka,” ujar Bin Ru di acara peluncuran OneConnect di Jakarta, Rabu (20/02).

Ada sembilan kategori solusi yang ditawarkan OneConnect kepada bank dan institusi finansial di Indonesia, antara lain Perbankan Digital, Asuransi Digital, Investasi Digital, Cloud Ping An, Pendaftaran Akun dan Pelayanan Pintar, Platform Peminjaman Pintar, Klaim Asuransi Pintar, Alat Agen Pintar, dan Blockchain-Fimax.

Sebagai langkah pertamanya, OneConnect membidik pedagang pasar untuk memperkuat basis awal ekosistemnya di Indonesia. Untuk itu, pihaknya juga menandatangani kesepakatan kerja sama (MoU) dengan Asosiasi Pengelola Pasar Indonesia (ASPARINDO).

Kolaborasi ini mencakup kunjungan dan penyuluhan di pasar-pasar tradisional untuk membantu para pedagang dan kios bertransformasi ke arah digital.

We need to learn (financial technology) to speed up with the economy. Makanya, kami gandeng ASPARINDO untuk buka jalan sehingga teknologi kami bisa sampai ke daerah,” ujar Direktur Utama PT OneConnect Financial Technology Indonesia Hendra Tan.

Hendra juga memiliki misi untuk membangun ekosistem secara menyeluruh di Indonesia sehingga OneConnect dapat menjadi penyedia teknologi keuangan yang tidak hanya menyelesaikan masalah peminjaman modal (lending) saja di Indonesia.

That’s why we need data source, orang-orang perbankan [sebagai sumber daya di OneConnect], dan lainnya untuk membangun ekosistem di sini. Kami juga sudah bangun data center untuk bisa comply dengan regulasi di Indonesia,” tambahnya.

Sementara, Ketua Umum ASPARINDO Joko Setiyanto menambahkan, pihaknya akan memulai pilot project dari kerja sama ini di sejumlah pasar tradisional di Tangerang Selatan.

“Tidak mudah mendigitalkan pasar, perlu edukasi. Asal ada sosialisasi upaya ini pasti jalan. Yang terpenting bagi pedagang adalah kegunaan sehingga mereka bisa merasakan efisiensinya,” kata Joko.

Kristin Siagian turut terlibat dalam penulisan artikel ini.