Viu dan Netflix Bersaing Jadi Platform “Video on Demand” Berbayar Terpopuler di Indonesia

Ketenaran platform OTT semakin bersinar di tengah pandemi. Survei yang diselenggarakan DailySocial dan Populix, pada April lalu, menunjukkan bahwa aplikasi hiburan jatuh pada pilihan kedua (66%) untuk menjawab pertanyaan aktivitas online apa saja yang paling banyak digunakan orang Indonesia selama pandemi.

Di luar YouTube yang sifatnya freemium, Netflix dan Viu adalah dua platform berbayar yang mendapatkan antusiasme tinggi dari responden. Survei ini menarik untuk ditelaah lebih lanjut dengan dipadukan sumber-sumber data lainnya.

Berdasarkan dari data yang dimiliki DailySocial, pada April dan Mei ini Viu berada di posisi pertama untuk pengguna aktif dan total waktu yang dihabiskan di antara para pemain video on demand di Indonesia. Posisi kedua ditempati Netflix, disusul iflix, Vidio, WeTV, dan iQiyi.

Total waktu yang dihabiskan pengguna Viu dalam dua bulan tersebut mencapai angka 174,8 juta menit, diikuti Netflix (141,4 juta menit), iflix (36,9 juta menit), Vidio (27 juta menit), WeTV (8,2 juta menit), dan iQiyi (7,8 juta menit).

DailySocial tertarik membandingkan temuan tersebut ke sumber lainnya, yakni SimilarWeb. Hasilnya persis sama. Dengan rentang waktu dari Maret sampai Mei, Viu memimpin untuk metrik pengguna aktif harian (DAU) dan pengguna aktif bulanan (MAU). Rata-rata waktu yang dihabiskan per user setiap harinya mencapai satu jam.

Sementara itu, Netflix unggul dalam metrik sesi per pengguna (sessions per user) yang mencapai 7.67 sesi. Semakin tinggi angka ini bagus buat platform karena berkaitan langsung dengan traffic yang masuk. Waktu yang dihabiskan kurang lebih sama dengan capaian Viu.

Sumber: SimilarWeb
Sumber: SimilarWeb

Satu-satunya platform lokal yang masuk di listing ini adalah Vidio. Aplikasi ini unggul dalam metrik install penetration mencapai 7,72%. Ini adalah persentase dari perangkat smartphone atau tablet yang digunakan secara aktif, dalam pasar yang dipilih, yang memiliki aplikasi yang diunduh selama periode waktu yang dipilih.

Vidio juga unggul untuk metrik MAU yang mencapai 2,51 juta orang. Meskipun demikian, total konsumsi penggunanya hanya separuh pencapaian Viu dan Netflix.

Platform lokal lain, GoPlay, yang baru memperoleh pendanaan, masih memiliki jalan panjang untuk bisa bersaing dengan para pemain yang lain.

Sementara angka-angka yang diraih platform berbayar ini jelas belum bisa bersaing dengan pencapaian YouTube yang merajai industri ini.

 

Sumber: SimilarWeb
Sumber: SimilarWeb
Sumber: SimilarWeb
Sumber: SimilarWeb

Komentar Viu

DailySocial mencoba menghubungi Viu dan Netflix terkait temuan data-data di atas, tetapi hanya Viu yang bersedia. Country Head Viu Indonesia Varun Mehta tidak bersedia berkomentar tentang angka-angka terkini. Akan tetapi, dia sepakat dengan isi laporan “Southeast Asia Online Video Consumer Insights and Analytics: A Definitive Study by Media Partners Asia” untuk kuartal pertama tahun ini. Laporan yang sama DailySocial cantumkan di artikel sebelumnya.

Viu disebut menempati peringkat pertama berdasarkan jumlah pengguna diantara platform streaming video utama, tidak termasuk YouTube, di Asia Tenggara. Berdasarkan waktu yang dihabiskan, Viu ada di posisi kedua, setelah Netflix.

Laporan itu juga menyorot waktu yang dihabiskan per penonton Indonesia tiap minggunya. Viu menduduki posisi kedua, tentunya setelah YouTube. Baru setelahnya ada Catchplay, Netflix, dan OTT lainnya yang bisa disimak dalam grafik di bawah ini.

“Laporan dari MPA cukup akurat [menggambarkan pencapaian Viu],” kata Varun.

Varun menjelaskan, selama pandemi ada kenaikan 30%-35% setiap harinya. Kenaikan ini berdampak pada rata-rata waktu yang dihabiskan per pengguna. Dia mencontohkan untuk pengguna yang merupakan fan base umumnya waktu yang mereka habiskan sekitar 2 jam setiap hari.

“Jadi pas tayang pagi hari subtitle baru ada bahasa Inggris, sudah mereka tonton. Ketika ada subtitle bahasa Indonesia keluar, biasanya mereka tonton lagi. Saya kurang paham mengapa ada tren itu, mungkin mereka ingin lebih mengerti dengan bahasa Indonesia.”

Fakta pendukung lainnya adalah pengguna Viu didominasi oleh kaum perempuan (70%). Mereka ini adalah fan base konten-konten Asia seperti Korea Selatan, Thailand, Jepang yang masing-masing punya penggemarnya.

Setiap hari Viu menayangkan episode terbaru dari serial ongoing yang dinanti para pengguna. Strategi ini berhasil membawa DAU sebesar 386 ribu orang dan rata-rata waktu yang dihabiskan lebih dari satu jam, sesuai dengan durasi tayang tiap episode baru.

Meski konten Asia kini juga mulai rajin diisi Neflix ke dalam katalognya, sayangnya kami belum tahu seberapa efektivitasnya dalam mendongkrak pengguna. Posisi Netfix, sebagai platform global, memiliki kelebihan keberagaman konten yang dapat dipilih pengguna.

Sebagai bukti, Netflix terus menambah katalog secara rutin dari Korea Selatan, negara-negara Skandinavia, India, Timur Tengah, hingga Afrika. Pilihan tontonan jauh lebih kaya dan beragam. Pemilik konten juga semakin diuntungkan karena mereka bisa mendapat penonton dari belahan dunia manapun.

Viu menghindari persaingan langsung dengan Netflix karena cara tersebut terbukti membuat Hooq menyerah dan Iflix berdarah-darah.

Di Indonesia, nasib Netflix mulai mujur karena kerja samanya dengan Kemendikbud. Baru-baru ini serial dokumenter populer Netflix segera hadir di TVRI sebagai bagian dari program Belajar dari Rumah. Ini adalah pertama kalinya di dunia, tayangan Netflix disiarkan saluran televisi.

Mulai 20 Juni 2020, konten andalan seperti “Our Planet”, “Street Food: Asia”, “Tidying Up with Marie Kondo”, “Spelling the Dream”, “Chasing Coral”, dan “Night on Earth” akan tayang setiap Sabtu pukul 21.30 WIB dan tayangan ulang setiap Minggu dan Rabu pukul 09.00 WIB.

Di timing yang bersamaan, Telkom mewacanakan pemblokiran terhadap Netlix akan selesai “dalam hitungan minggu”. Sejak pemblokiran empat tahun lalu, pihak Telkom melihat Netflix sudah banyak berubah, misalnya pengawasan orang tua yang jauh lebih baik dan memiliki take down policy.

Pemblokiran sepihak oleh Telkom sebenarnya dapat dituntut konsumen karena ada hak-hak yang sengaja dihalangi. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengaku belum menerima aduan terkait hal itu dan hanya ramai di media sosial.

Netflix sendiri sudah menyediakan paket berlangganan yang lebih murah, yang memudahkan konsumennya menonton konten hanya melalui ponsel.

Perubahan selera pengguna

Country Manager Viu Indonesia Varun Mehta / Viu
Country Manager Viu Indonesia Varun Mehta / Viu

Cara pengguna Viu dalam mengakses konten juga terbilang unik untuk tiap lokasi. Mereka yang tinggal di pulau Jawa cenderung up-to-date dalam menikmati tontonan, misalnya selalu hadir setiap ada episode terbaru dari serial kesukaannya.

Sedangkan pengguna dari Sumatera sangat bervariasi. Konsumen di Sumatera Barat cenderung menonton konten yang sudah lama terkenal. Sementara pengguna di Sumatera Selatan lebih menyukai tontonan dari Indonesia daripada lainnya.

Taste-nya berubah-ubah terus. Tapi saat tayangan A World of Married Couple, semua penonton dari seluruh Indonesia kompak menonton yang sama.”

Fokus ke konten Asia, menurut Varun, sudah terbukti sesuai hipotesis awal sehingga bisa membawa Viu tetap bertahan hingga kini. Entah dengan membuat konten original dengan bahasa lokal atau adaptasi Asia dari format internasional, memasukkan konten lokal, atau membeli konten regional papan atas.

“Saat pandemi, kami juga menemukan kebiasaan baru bahwa pengguna mulai discover new content, tidak lagi menonton karena sedang viral. Akhirnya terlihat bahwa banyak pengguna yang suka dengan konten original.”

Viu juga mencatat kenaikan traffic Viu dari perangkat smartphone (85%) ketimbang dari perangkat lainnya, seperti TV atau laptop. Tidak hanya konten dari Indonesia, Korea, Jepang, Tiongkok, dan Thailand, kini Viu sudah menerbangkan konten dari India dan Timur Tengah, seperti Turki dan Mesir.

Laporan keuangan PCCW Media, induk usaha Viu, mencatatkan pengguna MAU Viu pada tahun lalu adalah 41,4 juta orang, naik 35% dari tahun sebelumnya. Pengguna Viu menyaksikan 5,7 miliar video, naik 69%. Disebutkan konten original Viu terus memberikan kontribusinya dalam meningkatkan angka pengguna.

VP Brand Marketing Vidio Rezki Yanuar yang kami hubungi secara terpisah berkomentar, salah satu dampak pandemi adalah berhentinya penayangan pertandingan olahraga dari berbagai bidang, kecuali konten esports yang tetap berjalan.

Ketika sebagian besar tayangan olahraga berhenti, pihaknya justru menemukan fakta baru bahwa hal tersebut tidak berdampak buruk terhadap performa Vidio.

“Menurut data yang kami terima, walaupun ada penurunan jumlah tayangan dan penonton konten olahraga, ada peningkatan jumlah penonon tayangan film layar lebar, Vidio Original Series, dan tayangan live streaming. Bukan hanya live streaming TV nasional, tapi juga event eksklusif seperti Konser Satu Cara,” terangnya.

Hasil ini membuat pihaknya percaya diri bahwa Vidio tidak hanya kuat dalam sisi konten olahraga saja, namun juga konten lainnya seperti film layar lebar, Korea, Thailand, Tiongkok, drama India, animasi anak, program musik, dan konten edukasi.

Vidio tidak memberikan data terkini mengenai jumlah pengguna aktif dan pengunduhan aplikasi. Rezki hanya memastikan peningkatan cukup signifikan. Menurutnya, sejak membuat program Vidio Bebas Nonton, promosi gratis untuk menikmati konten Vidio, aplikasinya diunduh lebih dari lima juta kali dalam waktu satu bulan. HAl ini menobatkan perusahaan sebagai aplikasi nomor satu paling banyak diunduh pada April di Google Play dan App Store.

“Saat ini, Vidio telah dikunjungi lebih dari 60 juta kali dalam satu bulan. Peningkatan angka pengguna dan unduhan tak hanya di Google Play dan App Store, kami juga mengalami peningkatan unduhan untuk Smart TV sebanyak 700 ribu kali hingga Mei 2020.”

Melihat angka-angka di atas, Rezki menegaskan komitmennya untuk terus berinovasi memberikan produk terbaik dan terbaru, dalam bentuk aplikasi maupun Smart TV, demi kenyamanan konsumen.

“Salah satu kekuatan Vidio adalah perusahaan lokal yang sangat mengerti kebutuhan konsumen lokal, sehingga strategi yang kami lakukan memperkaya konten karena ini adalah segalanya untuk jenis bisnis ini, serta melakukan marketing dan channel distribution yang beragam,” tutupnya.

Seleksi Alam Bisnis “Video On Demand” Asia Tenggara

Kabar kurang baik kembali datang dari bisnis video on-demand. iflix dikabarkan telah mengalami goncangan serius, terkait isu finansial perusahaan. Menurut DealStreetAsia, dua co-founder iflix Patrick Grove dan Luke Elliott mengundurkan diri dari posisinya di manajemen sejak awal April 2020. Mereka merupakan pendiri Catcha Group, pemegang saham utama iflix.

Tidak hanya iflix yang mengalami kesulitan. Hooq sebelumnya sudah menyudahi operasional per akhir April 2020 lalu. Para pemegang saham mayoritas mengajukan likuidasi dengan dalih ingin fokus ke bisnis utama. Mereka menilai model bisnis video streaming yang dijalankan Hooq kurang signifikan hasilnya.

Pihak iflix sendiri masih enggan memberikan komentar tentang isu yang tengah beredar tersebut. Disebutkan ada kemungkinan iflix dijual ke korporasi media asal Tiongkok dan mungkin transaksi bakal ditutup akhir bulan ini. Yang jelas, kondisi ini membuat berbagai agenda perusahaan harus diubah total, termasuk rencana IPO tahun ini.

Konon, sejak awal tahun ini, iflix sudah berusaha mencari pendanaan dengan target $50 juta. Per akhir tahun 2019, kas perusahaan semakin menipis setelah menutup kerugian bersih di tahun 2018 yang dilaporkan hingga $158,1 juta. Di Indonesia, iflix didukung oleh dua konglomerat media, yaitu Emtek dan MNC.

Metode pembayaran dan variasi konten

Di sebuah wawancara dengan WSJ, co-founder iflix Patrick Grove mengatakan untuk bisnis layanan streaming ia berkiblat pada kesuksesan perusahaan di Tiongkok. Menurutnya, penetrasi bisnis di sektor ini perlu mendapat dukungan kuat platform pembayaran mobile lokal. Di Tiongkok, menurut data eMarketer, penetrasi layanan pembayaran mobile di negara tersebut sudah capai 577,4 juta.

Di Indonesia, layanan iflix sudah menyajikan beberapa pilihan pembayaran. Selain menggunakan kartu kredit, opsi yang disajikan ialah metode potong pulsa (didukung hampir semua operator yang ada). Belum ada platform digital wallet atau e-money lokal yang diintegrasikan di sana.

Meskipun demikian, hal ini bukan satu-satunya faktor ketidakberhasilan iflix memimpin pasar Asia Tenggara, khususnya di Indonesia. Variasi konten-konten populer disinyalir memegang peranan penting, misalnya konten original atau drama Korea (K-drama).

Menurut data yang kami kompilasi dari berbagai sumber, termasuk survei yang dilakukan DailySocial dan Populix, Viu dan Netflix saat ini memuncaki persaingan layanan video on demand di Indonesia. iflix berada di posisi ketiga atau keempat dengan traffic dan time spent yang relatif jauh dibanding dua pemimpin pasar tersebut.

Dalam beberapa tahun ke depan, seleksi alam dan konsolidasi diperkirakan menjadi tren bisnis video on demand. Pemain yang tersisa adalah mereka yang berkocek tebal dan mampu menghasilkan konten-konten (eksklusif) terbanyak yang disukai audiensnya.

Application Information Will Show Up Here

Go-Play Jadi Aplikasi Terpisah Kedua di Luar Go-Jek

Gojek akhirnya merilis aplikasi Go-Play di Google Play sebagai aplikasi terpisah, mengikuti jejak Go-Life. Meski sudah bisa diunduh semua pengguna, akses untuk masuk ke dalam sistem masih terbatas untuk pengguna terpilih yang mendapatkan notifikasi dari Gojek.

Di tahap awal, fase beta konten yang ditawarkan Go-Play cukup menarik. Selain menyajikan konten ekslusif berlabel Go-Play Original seperti show stand up comedy The HAHA Club Jakarta, film Ku Lari Kepantai, Aruna & Lidahnya, dan seri Filosofi Kopi, mereka juga menghadirkan beberapa film dan seri populer seperti Cek Toko Sebelah, What’s Wrong with Secretary Kim, dan lain sebagainya. Tak hanya streaming langsung, tersedia pilihan untuk mengunduh film-film yang diinginkan untuk ditonton di lain kesempatan, dengan jangka waktu yang ditentukan.

Berdasarkan percobaan, pengalaman menonton menggunakan Go-Play cukup memuaskan karena konten yang disajikan memiliki kualitas gambar tinggi (tergantung koneksi karena belum ada pengaturan memilih resolusi).

Persaingan aplikasi konten on demand

Di Indonesia raksasa layanan on demand konten Netflix masih diblokir Telkom Group. Kendati demikian persaingan masih cukup ketat berkat hadirnya layanan lokal dan regional seperti Hooq, Iflix, Maxstream, Viu, dan Vidio.

Selain platform streaming, Gojek juga mengembangkan Go-Studio yang memproduksi konten sendiri. Go-Play dan Go-Studio termasuk dalam jajaran Gojek Entertainment yang kini dipimpin Edy Sulistyo.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Suksesi Kepemimpinan di Paktor Group

Akhir tahun 2016 lalu, startup penyedia platform online dating Paktor mengumumkan akuisisinya atas pengembang aplikasi live streaming 17 Media. Akuisisi tersebut dilakukan dalam bentuk penyuntikan modal, sehingga Paktor Group mendapatkan ekuitas mayoritas di sana. Salah satu tindak lanjut dari akuisisi tersebut ialah perpindahan Joseph Phua selaku CEO Paktor Group menjadi CEO M17 Group yang membawahi langsung Paktor dan 17 Media.

Setelah memegang dua kepemimpinan, akhirnya grup perusahaan memutuskan untuk menunjuk Ng Jing Shen, yang sebelumnya bertindak sebagai CTO Paktor, menjadi CEO. Joseph sendiri akan fokus memimpin M17 Group bersama Shang Koo yang berperan sebagai CFO. Susunan kepemimpinan disebut sangat penting bagi Paktor untuk meneruskan tradisi positif yang berlangsung. Sejak tahun 2013, Paktor mengklaim sudah menjadi perusahaan yang menuai profit.

Hal tersebut diklaim mendorong kepercayaan para investor. Sampai saat ini pihaknya sudah berhasil membukukan pendanaan senilai $53 juta, MNC Media Group menjadi salah satu konglomerasi lokal yang turut berpartisipasi dalam kucuran pendanaan tersebut. Selain digunakan untuk memperkuat posisinya di sejumlah negara, pendanaan tersebut juga digunakan untuk target ekspansi, salah satunya ke wilayah Korea Selatan.

“Mengelola bisnis Paktor untuk memastikan pertumbuhan jangka panjang membutuhkan proses rencana yang penuh pemikiran dan matang. Saya telah bekerja bersama Jing Shen sejak aplikasi Paktor didirikan, saya percaya penuh pada keahliannya, pengertian terhadap sistem teknologi dan nilai-nilai perusahaan, dilengkapi dengan pemahaman yang dalam mengenai tren pasar yang terus berubah, membuat Jing Shen menjadi pilihan terbaik untuk memimpin perusahaan kami secara efektif,” ungkap Joseph.

Dari sisi produk, ada beberapa perombakan terhadap aplikasi mobile Paktor yang dinilai lebih menyempurnakan aplikasi sesuai dengan product market-fit, salah satunya ditunjukkan dengan pertumbuhan pengguna dan pendekatan monetisasi yang lebih efektif.

Struktur Bisnis M17 Group / Paktor
Struktur Bisnis M17 Group / Paktor

Menurut data statistik yang dimiliki Paktor Group, saat ini ada total 19,5 juta pengguna layanan secara global. Di Indonesia sendiri, Paktor memiliki sekitar 3,5 juta pengguna dengan rasio pengguna pria dan wanita berimbang. Rata-rata umur pengguna di Indonesia adalah antara 26-40 tahun. Angka ini turut menjadikan Indonesia sebagai basis pasar terbesar Paktor, dan menjadi indikasi penerimaan masyarakat terhadap layanan atau aplikasi kencan online.

“Kami melihat bahwa terdapat ruang yang masih besar sekali untuk pertumbuhan online dating. Jelas sekali bahwa online dating dan aplikasi kencan akan terus berkembang di Indonesia. Kami juga memiliki rencana untuk meluncurkan beberapa fitur baru untuk pasar ini, kami akan memberikan update ketika sudah siap,” terang Joseph.

Sedangkan untuk 17 Media, salah satu strategi yang diterapkan ialah dengan memiliki talenta/bintang yang stabil. Pendekatannya dengan menjalin kerja sama khusus dengan para bintang untuk berbagai kegiatan pemasaran. Termasuk menjalin kemitraan dengan Tashi Media untuk proses perekrutan dan pengelolaan talenta yang akan berunjuk gigi di aplikasi 17 Media.

Application Information Will Show Up Here

Layanan Streaming Video Hooq Dikabarkan Sambangi Indonesia Maret Ini

Situs Streaming Video Online Hooq / Hooq

Layanan streaming video Hooq, yang digagas oleh SingTel, dikabarkan bakal mulai menyambangi Indonesia Maret ini. Seperti dikabarkan The Register, bulan ini Hooq bakal tersedia di Indonesia, India, dan Thailand, menyusul inaugurasi layanan ini di Filipina awal bulan lalu. Hooq mencoba merambah pasar yang belum dijamah oleh layanan streaming video populer Netflix.

Continue reading Layanan Streaming Video Hooq Dikabarkan Sambangi Indonesia Maret Ini

Ohdio Menggeliat dengan Hadirkan Layanan Playlist Musik Terkurasi “Lagu Galau”

Tampilan Situs Lagu Galau / DailySocial

Layanan radio online khusus musik Indonesia Ohdio kembali menggeliat. Setelah sempat berhibernasi sekian lama tanpa aktivitas, mereka merilis layanan khusus berupa playlist musik terkurasi Lagu Galau, berdekatan dengan perayaan Hari Kasih Sayang. Seperti namanya, Lagu Galau berisi kumpulan lagu-lagu sendu (mellow) yang biasa didengar oleh kaum muda saat hati sedang galau.

Continue reading Ohdio Menggeliat dengan Hadirkan Layanan Playlist Musik Terkurasi “Lagu Galau”

YouTube Music Service Batal Hadir di Tahun Ini

Baru genap satu minggu yang lalu kami mengabarkan perihal YouTube yang mengisyaratkan kehadiran layanan musik streaming dalam waktu dekat, kabar kurang sedap datang melanjuti kabar tersebut. Pasalnya, layanan terbaru dari YouTube yang mungkin banyak ditunggu-tunggu oleh penggunanya ini kabarnya tak akan secara resmi hadir setidak-tidaknya hingga tahun 2014 nanti.

Continue reading YouTube Music Service Batal Hadir di Tahun Ini

Layanan Online Streaming Perancis Deezer Bakal Masuki Indonesia

Di tengah gonjang-ganjing industri musik di Indonesia berkaitan dengan kepastian kelangsungan bisnis RBT, situs streaming Deezer yang berasal dari Perancis akan memperluas jangkauannya ke 100 negara dalam waktu dekat, termasuk di antaranya Indonesia. Seperti dikutip dari Reuters, Pimpinan Deezer, Axel Dauchez, memilih untuk menghindari pasar USA (termasuk menghindari persaingan dengan Pandora dan Spotify) dan mencari pasar di negara lain. Sebelumnya kami telah beritakan bahwa Spotify bakal masuki pasar Asia, meskipun belum bisa dikonfirmasi apakah Indonesia bakal termasuk di dalamnya.

Dalam kerjasamanya, Deezer akan ber-partner dengan operator telekomunikasi lokal. Deezer memiliki layanan di berbagai platform, baik di komputer maupun di ponsel, tapi nampaknya untuk ekspansi global ini Deezer akan memilih fokus dengan platform mobile. Untuk mobile sendiri, Deezer telah tersedia di hampir semua platform, termasuk iOS, Android, BlackBerry, Nokia, dan Windows Phone.

Continue reading Layanan Online Streaming Perancis Deezer Bakal Masuki Indonesia