OPPO Akan Segera Merilis Update Beta ColorOS yang Sudah Berbasis Android 11

Google resmi merilis versi beta dari Android 11. Seperti biasa, yang kebagian jatah tentu saja cuma lini Google Pixel saja, tapi ini tidak mengejutkan mengingat hampir semua pabrikan smartphone Android punya sistem operasinya sendiri-sendiri yang telah dimodifikasi.

Yang cukup mengejutkan menurut saya adalah statement dari OPPO. Mereka mengumumkan bahwa update ColorOS versi beta yang menggunakan Android 11 sebagai basisnya juga akan dirilis bulan ini.

“ColorOS akan menjadi salah satu sistem operasi mitra pertama yang menghadirkan update Android 11 beta tersebut, yang nantinya akan tersedia di OPPO Find X2 dan Find X2 Pro,” ujar Aryo Meidianto, PR Manager OPPO Indonesia, dalam siaran pers yang kami terima.

Sebelum ini, perilisan versi baru Android umumnya hanya bisa membakar semangat para pengguna lini Pixel saja, sebab pabrikan lain selalu lama dalam mengimplementasikan update-nya. Namun gerak cepat OPPO kali ini semestinya bisa menjadi indikasi kalau ke depannya anggapan tersebut bakal berubah.

Sebagai versi terbaru, Android 11 tentu menghadirkan banyak pembaruan. Namun berhubung Android sendiri sudah terbilang sangat dewasa, sepintas pembaruannya di Android 11 mungkin tidak terkesan signifikan; sebagian merupakan penyempurnaan dari fitur-fitur yang sudah ada sebelumnya.

Satu aspek yang selalu disempurnakan dari versi ke versi adalah notifikasi. Dalam Android 11, aplikasi chatting bakal mendapatkan porsi notifikasinya sendiri di paling atas, tepat di bawah tombol-tombol Quick Settings. Lebih lanjut, pengguna juga dapat langsung melanjutkan percakapan dari notifikasi tersebut, atau dengan menariknya ke bawah menjadi semacam chat bubble yang bisa dibuka-tutup di atas aplikasi apa pun (mirip fitur Chat Heads milik Facebook Messenger).

Belum diketahui bagaimana pembaruan-pembaruan seperti ini bakal diadaptasikan ke ColorOS, namun yang pasti, beberapa fitur anyar Android 11 sendiri sebenarnya sudah tersedia di ColorOS.

Fitur screenshot satu halaman panjang misalnya, sudah bisa konsumen nikmati pada perangkat yang menjalankan ColorOS 7. Demikian pula untuk fitur screen recording, yang pada ColorOS 7.1 dapat merekam tampilan layar lengkap bersama audionya.

Android 11 memang masih berstatus beta, dan ke depannya pasti ada fitur-fitur yang dihapus atau ditambahkan. ColorOS pun juga begitu, dan sekarang kita bisa mengikuti perkembangannya tanpa harus menunggu lama.

Versi Baru ColorOS Berbasis Android 10 Sudah Bisa Diuji Coba oleh Pengguna OPPO Reno

Kabar gembira bagi para pengguna OPPO Reno, Anda diberi kesempatan untuk menjadi kalangan pertama yang menjajal versi baru ColorOS yang berbasiskan Android 10. Status versi anyarnya ini masih beta, dan itulah mengapa OPPO membatasi kuota pengujinya dalam jumlah beberapa ribu saja.

Seperti yang kita tahu, Android 10 mengemas seabrek fitur baru, dan sebagian besar dapat kita temukan pada ColorOS versi 6.7 ini. Salah satu yang paling dinantikan adalah Dark Mode, yang akan mengubah tampilan sejumlah aplikasi menjadi serba gelap sehingga jauh lebih nyaman di mata, terutama di malam hari.

Pada ponsel dengan layar AMOLED seperti OPPO Reno, Dark Mode juga bisa membantu menghemat konsumsi baterai. Ini dikarenakan pada panel AMOLED, sebagian besar pixel-nya tidak perlu menyala ketika menampilkan warna gelap. Tidak menyala berarti tidak mengonsumsi daya, itulah mengapa Dark Mode disebut dapat membantu meningkatkan efisiensi baterai.

ColorOS Trial Android 10

Fitur lain Android 10 yang hadir di ColorOS adalah navigasi gesture sebagai pengganti atas tombol navigasi virtual yang ada di bagian bawah layar. Menggantikan tombol Back adalah gesture mengusap dari sisi kiri layar, sedangkan mengusap dari bawah layar akan memberikan efek yang sama seperti tombol Home.

Untuk membuka jendela seluruh aplikasi yang terbuka, ada gesture mengusap hingga sepertiga layar dari bagian bawah. Sejauh pengetahuan saya, Android 10 yang terdapat di lini Google Pixel dilengkapi opsi untuk menonaktifkan gesture bagi pengguna yang lebih nyaman menggunakan tombol navigasi virtual, dan opsi yang sama semestinya juga tersedia pada ColorOS.

ColorOS Trial Android 10

Android 10 juga hadir membawa fitur Digital Wellbeing, yang pada dasarnya dirancang untuk membantu mengurangi ketergantungan pengguna akan perangkatnya. Di ColorOS, fungsinya pun sama, yakni supaya pengguna bisa melihat seberapa sering mereka memeriksa ponsel dan menggunakan aplikasi-aplikasi tertentu.

Lebih spesifik lagi, ada fitur bernama Wind Down yang dapat mengingatkan pengguna untuk mematikan perangkat di malam hari dengan mengatur opsi jadwal tidur. Terakhir, ColorOS berbasis Android 10 juga menghadirkan pengaturan privasi yang lebih lengkap, khususnya pengaturan akses lokasi untuk tiap-tiap aplikasi.

Bagi yang tertarik mencoba, Anda bisa mengunduh update-nya melalui menu software update seperti biasa dan memilih versi percobaannya. Untuk pengguna Reno10x Zoom dan Reno2, update-nya baru akan menyusul di penghujung tahun nanti.

Antisipasi Masalah, Huawei Luncurkan Sistem Operasi Bikinannya Sendiri, Harmony OS

Samsung sudah lama punya Tizen, dan sekarang Huawei pun punya Harmony OS. Alasan di balik lahirnya kedua sistem operasi tersebut berbeda. Bagi Huawei, yang menjadi alasan tentu saja adalah potensi diputusnya kerja sama antara Google dan Huawei sebagai imbas langsung dari “trade war” antara Amerika Serikat dan Tiongkok.

Harmony OS adalah solusi yang disiapkan seandainya skenario terburuk itu benar-benar terjadi. CEO Huawei, Richard Yu, menjelaskan bahwa sistem operasi bikinan mereka ini sungguh berbeda dari Android maupun iOS, utamanya berkat arsitektur microkernel yang digunakan.

Huawei Harmony OS

Dari kacamata sederhana, Harmony OS menjanjikan kompatibilitas dengan banyak perangkat sekaligus, termasuk halnya smartwatch ataupun smart TV. Di Tiongkok, Huawei bahkan sudah merilis Honor Vision, smart TV sekaligus perangkat pertama yang menjalankan Harmony OS. Satu OS untuk semua, kira-kira demikian premis simpel yang hendak dihidangkan Harmony OS.

Arsitektur microkernel juga membawa sejumlah keunggulan lain, salah satunya adalah “Deterministic Latency Engine”, yang memungkinkan sistem untuk memprioritaskan aplikasi atau kegiatan sehingga semuanya berjalan dengan kapasitas maksimum. Menurut Huawei, Harmony OS punya performa lima kali lebih gegas ketimbang sistem operasi lain yang tersedia saat ini.

Huawei Harmony OS

Selanjutnya, Harmony OS juga diklaim mampu beradaptasi dengan layout layar yang berbeda secara otomatis, dengan harapan developer tidak perlu membuang waktu terlalu banyak hanya untuk menyesuaikan aplikasinya dengan beragam perangkat yang ukuran layarnya bervariasi. Bicara soal aplikasi, Harmony OS juga dirancang agar dapat menjalankan aplikasi-aplikasi Android, HTML5 maupun Linux.

Versi awal Harmony OS rencananya bakal meluncur ke sejumlah smartwatch dan perangkat pintar, sebelum akhirnya merambah kategori lainnya. Smart TV sudah, mungkin sebentar lagi kita bakal melihat Huawei Watch edisi Harmony OS?

Sumber: Wareable.

Google Sempurnakan Desain Tampilan Wear OS Demi Mudahkan Pengoperasian

Ketika Google mengganti nama Android Wear menjadi Wear OS pada bulan Maret lalu, saya mengira keputusan itu hanya sebatas rebranding. Namun ternyata saya salah, sebab Google rupanya juga telah menyempurnakan desain tampilan Wear OS.

Revisi desain ini bertujuan untuk memudahkan pengoperasian. Dari tampilan utamanya (watch face), pengguna sekarang bisa mengakses berbagai fitur yang berbeda dengan satu usapan (swipe) pada layar. Google percaya cara seperti ini dapat membantu pengguna memaksimalkan waktunya di jam-jam sibuk. Seperti apa memangnya?

Wear OS redesign

Yang pertama, swipe dari atas ke bawah akan menampilkan deretan shortcut ke berbagai fungsi macam airplane mode, Google Pay, find my phone, dan lain sebagainya. Selanjutnya, swipe dari bawah ke atas akan menampilkan deretan notifikasi. Untuk notifikasi pesan masuk, pengguna dapat merespon menggunakan fitur smart reply dengan satu tap saja.

Yang ketiga, swipe dari kiri ke kanan akan menampilkan Google Assistant. Di sini pengguna dapat melihat ringkasan informasi yang disuguhkan secara proaktif oleh Assistant. Seiring waktu, Google memastikan bahwa bantuan dari Assistant akan terasa makin esensial.

Terakhir, swipe dari kanan ke kiri bakal menampilkan widget Google Fit. Google Fit sendiri baru-baru ini telah dirombak ulang, dan versi barunya juga akan tersedia pada update Wear OS ini, yang dijadwalkan meluncur mulai bulan depan. Sayang sejauh ini belum ada info smartwatch apa saja yang bakal kebagian jatah update.

Sumber: Google.

AsteroidOS Siap Berikan Nafas Baru Bagi Smartwatch Android Wear yang Sudah Uzur

Menjajal satu demi satu custom ROM merupakan keasyikan yang hanya bisa dinikmati pengguna perangkat Android. Namun situasinya sedikit berbeda di smartwatch. Meski mayoritas menjalankan Wear OS (Android Wear) yang berbasis Android, tidak banyak sistem operasi alternatif yang bisa konsumen coba.

Namun sekarang setidaknya sudah ada satu sistem operasi open-source yang dapat digunakan di sejumlah smartwatch. Namanya AsteroidOS, dan versi stabil pertamanya (v1.0) baru saja dirilis ke publik setelah dikembangkan selama sekitar empat tahun.

AsteroidOS menawarkan fitur-fitur esensial yang sudah semestinya menjadi standar untuk smartwatch, mulai dari notifikasi, kalender, alarm, kalkulator, remote control pemutar musik sampai aplikasi ramalan cuaca. Pengembangnya juga telah menyiapkan SDK (software development kit) agar komunitas developer bisa membuat aplikasi untuk AsteroidOS.

AsteroidOS

Karena berbasis Linux, SDK AsteroidOS pada dasarnya juga menawarkan kemudahan untuk membuat porting aplikasi dari platform lain. Semua ini tentu harus menunggu keterlibatan dari kalangan developer, tapi setidaknya sekarang pengguna bisa bermain-main dengan sejumlah watch face dan aplikasi bawaan AsteroidOS.

Guna memudahkan konsumen, pengembang AsteroidOS juga telah menyediakan panduan instalasi bagi para pengguna Asus ZenWatch, ZenWatch 2, ZenWatch 3, Sony Smartwatch 3, LG G Watch, G Watch R dan G Watch Urbane. Namun mungkin yang menjadi pertanyaan, mengapa kita harus meninggalkan Android Wear dan beralih ke AsteroidOS?

Well, coba Anda lihat deretan perangkat yang kompatibel itu tadi. Mayoritas adalah smartwatch lama, dan kebanyakan juga sudah tidak menerima update OS terbaru dari pabrikannya masing-masing. Alternatif seperti AsteroidOS ini setidaknya masih bisa memberikan nafas baru seandainya pengguna masih ingin menggunakan perangkat lamanya.

Sumber: Liliputing dan AsteroidOS.

Update Terbaru Windows 10 Hadirkan Sejumlah Fitur Penunjang Produktivitas

Tepat tanggal 30 April 2018 ini, Microsoft resmi merilis update terbaru untuk Windows 10. Memang tidak ada penamaan khusus seperti “Creators Update” kali ini, akan tetapi sejumlah pembaruan yang dibawanya bisa dibilang cukup signifikan, terutama untuk urusan produktivitas.

Yang pertama dan yang paling menarik adalah fitur baru bernama Timeline, yang sempat diumumkan sekitar setahun lalu. Sesuai namanya, Timeline memungkinkan kita untuk meninjau apa saja yang kita konsumsi atau kerjakan sebelumnya sampai 30 hari ke belakang.

Semisal Anda perlu melihat kembali file PDF yang sempat Anda tandatangani pekan lalu, tinggal buka Timeline lalu scroll ke bawah, atau bisa juga dengan memanfaatkan fungsi search. Namun yang lebih istimewa lagi, Timeline rupanya juga bisa diakses melalui perangkat Android atau iOS dengan bantuan browser Microsoft Edge atau Office 365, sehingga Anda dapat meninjau apa saja yang dikerjakan di laptop atau PC dari mana saja.

Masih menyangkut tema produktivitas, ada fitur bernama Focus Assist. Fungsinya tidak lain dari membantu kita berkonsentrasi selama mengerjakan sesuatu, dan caranya tentu saja adalah dengan menyingkirkan elemen-elemen pengalih perhatian seperti notifikasi media sosial dan lain sejenisnya untuk sementara waktu.

Untuk mengaktifkannya, cukup klik tombolnya di Action Center. Focus Assist juga bisa aktif secara otomatis sesuai jadwal yang kita tetapkan, dan kita juga bebas menentukan aplikasi atau kontak tertentu yang dinilai penting dan tidak boleh terlewatkan notifikasinya meski fitur ini sedang aktif. Setiap kali sesi Focus Assist selesai, kita bakal mendapat rangkuman notifikasi yang masuk selama tadi sibuk berkonsentrasi.

Selanjutnya, seperti biasa Microsoft juga menyematkan sejumlah penyempurnaan untuk browser Edge. Yang paling sepele namun paling menarik adalah sebuah icon pengeras suara pada tab yang sedang memutar audio. Klik icon itu, maka audionya bisa kita mute atau unmute dengan sangat mudah. Tidak ada lagi ceritanya bingung mencari dari tab mana suara berasal.

Terakhir, fitur Dictation kini diklaim lebih akurat dan bisa diaktifkan kapan saja dengan shortcut “Win + H”, dan pada aplikasi apa saja yang memiliki area untuk menginput teks. Cortana juga tidak lupa di-update agar dapat membantu kita mengontrol perangkat smart home yang kompatibel.

Sumber: Microsoft.

Microsoft Sedang Godok Versi Windows 10 yang Lebih Hemat Storage

Sebagian besar konsumen memang tidak akan mempermasalahkan size besar yang dihabiskan Windows 10 pada hard disk (atau SSD) milik laptop maupun PC-nya. Namun ini merupakan problem besar bagi mereka yang laptop-nya hanya memiliki ruang penyimpanan sebesar 16 GB untuk sistem operasi.

Laptoplaptop ini memang bisa menjalankan Windows 10 saat keluar dari pabrik, akan tetapi versinya mentok di situ saja. Pasalnya, tidak ada ruang lagi untuk meng-install update terbaru yang dirilis Microsoft. Lalu apa gunanya memakai iterasi terbaru Windows kalau tidak bisa mendapatkan versi yang paling gres?

Untuk itu, Microsoft tampaknya sedang menyiapkan solusinya dalam bentuk edisi baru Windows 10, yang secara internal mereka sebut dengan nama Windows 10 Lean. Selesai di-install, Lean rupanya bisa menghemat kapasitas penyimpanan hingga sebesar 2 GB dibandingkan jika kita meng-install Windows 10 Home atau Pro.

Pertanyaannya, apa saja yang hilang dari edisi ini? Menurut informasi yang berhasil digali Windows Central, yang dihilangkan cuma komponen-komponen yang dinilai non-esensial, macam Registry Editor atau Internet Explorer, dan lain sejenisnya. Sisanya sama persis seperti Windows 10 biasanya, dan Lean pun masih mendukung instalasi aplikasi 32-bit.

Selain itu, sumber Windows Central juga mengatakan bahwa kemungkinan proses instalasi update pada Windows 10 Lean bakal berlangsung lebih lama. Kompromi ini harus dilakukan demi mencegah terjadinya rollback di tengah-tengah proses update, yang pada akhirnya bakal menggagalkan proses update itu sendiri.

Sejauh ini Lean masih dalam tahap pengembangan, dan belum ada yang bisa mengestimasikan kapan Microsoft bakal merilisnya secara publik – tidak menutup kemungkinan bagi Microsoft untuk membatalkannya secara menyeluruh.

Sumber: Windows Central.

LG Rilis webOS Versi Open-Source Demi Mewujudkan Pengadopsiannya di Kategori Perangkat Lain

Masih ingat dengan webOS? Sebelum Android jadi sebesar sekarang, webOS pada masanya merupakan alternatif lain iOS yang tidak kalah menarik. Di tahun 2010, webOS berpindah tangan ke HP bersamaan dengan akuisisi atas perusahaan pengembangnya, Palm. Lalu di tahun 2013, webOS berpindah tangan lagi ke LG.

Di tangan LG, webOS tidak lagi mengisi smartphone atau tablet, melainkan smart TV sekaligus kulkas. Kendati demikian, LG sebenarnya ingin webOS bisa merambah lebih banyak perangkat. Untuk itu, mereka mengumumkan webOS Open Source Edition, yang bisa diulik oleh developer yang tertarik.

Kalau melihat ilustrasi yang diberikan LG di atas, mereka tampaknya berharap ke depannya webOS bisa menenagai tablet, set-top box hingga robot. Merilis webOS versi open-source tentunya bisa membantu perwujudan visi tersebut. Di samping itu, LG juga bekerja sama dengan pemerintah Korea dalam membantu startup terpilih untuk urusan komersialisasi dengan webOS sebagai alat bantunya.

Yang menarik, ini bukan pertama kalinya webOS dijadikan open-source. Sebelum mengopernya ke LG, HP sebenarnya sempat mengubah sejumlah bagian webOS menjadi open-source di awal 2012. Versi ini juga yang akhirnya menjadi fondasi atas LuneOS, sistem operasi yang ditujukan buat smartphone dan tablet.

Kendati demikian, webOS versi open-source yang dirilis HP dulu ternyata tidak lengkap, seperti diungkapkan oleh pengembang LuneOS. Ini otomatis memunculkan pertanyaan serupa, apakah webOS Open Source Edition yang dirilis LG kali ini benar-benar komplet dan bisa digodok menjadi sistem operasi final untuk perangkat lain?

Sumber: LG.

Tahun Depan, Microsoft Ubah Windows 10 S Jadi Mode Khusus untuk Versi Standar

Setahun yang lalu, Microsoft memperkenalkan Windows 10 S bersamaan dengan Surface Laptop. Kombinasi keduanya dinilai ideal untuk kebutuhan sekolah (atau bisnis), di mana yang sering dicari adalah laptop yang bebas ribet dan terjamin performanya.

Windows 10 S mencoba mewujudkan hal itu lewat optimalisasi dan satu pembatasan yang krusial: pengguna hanya bisa meng-install aplikasi yang berasal dari Microsoft Store. Namun seandainya diperlukan, konsumen masih bisa meng-upgrade ke Windows 10 Home secara cuma-cuma, atau ke Windows 10 Pro dengan membayar $50.

Mekanisme seperti ini tentu saja membuahkan sejumlah pertanyaan. Yang paling utama, mengapa harus ada versi terpisah kalau pada akhirnya konsumen diperbolehkan kembali ke versi standar (Home atau Pro)? Mengapa tidak dijadikan mode khusus yang bisa diaktifkan sesuai keperluan konsumen saja?

Microsoft tampaknya memperhatikan perbincangan di kalangan komunitas penggunanya, sebab mereka berencana mengubah Windows 10 S menjadi mode khusus buat Windows 10 Home, Pro dan Enterprise. Bukan lagi Windows 10 S dan bukan lagi versi yang terpisah, melainkan S Mode.

Cara kerja S Mode sebenarnya sama persis seperti Windows 10 S sekarang. Laptop yang secara default menjalankan S Mode tidak bisa diisi dengan aplikasi yang bukan dari Microsoft Store. Apabila konsumen hendak menonaktifkannya, mereka bisa melakukannya secara cuma-cuma untuk Windows 10 Home, atau dengan membayar $50 untuk Windows 10 Pro, berdasarkan rumor yang beredar.

Sumber: The Verge.

Xiaomi Siap Rilis MIUI 9 Versi Final Secara Global

Suka atau tidak dengan tampilannya, MIUI merupakan salah satu Android versi custom terbaik dan yang konsisten menerima update. Versi terbarunya, MIUI 9, telah menjalani fase pengujian selama beberapa bulan, dan sekarang Xiaomi sudah siap merilis versi finalnya secara global.

Perubahan terbesarnya berkaitan dengan performa. MIUI 9 membawa sederet pembenahan teknis demi mengurangi lag, mempercepat proses loading aplikasi dan menyuguhkan pengalaman menyeluruh yang lebih mulus. Xiaomi bahkan tak segan menyebut performa MIUI 9 sangat mendekati stock Android.

MIUI 9 juga memperkenalkan fitur bernama App Vault. Dari kacamata pengguna iOS, fitur ini cukup mirip dengan Siri Suggestions. App Vault dapat diakses di halaman paling kiri home screen, dan di sana terpampang sederet shortcut ke bermacam fungsi maupun informasi dari aplikasi-aplikasi yang kerap digunakan.

Xiaomi juga telah membenahi sistem notifikasi pada MIUI 9. Notifikasi yang menyimpan konten ekstra kini bisa diperbesar tampilannya, dan pengguna juga dapat memberikan balasan langsung dari panel notifikasi tanpa membuka aplikasi yang bersangkutan.

MIUI 9 Notification

Selain notifikasi, fitur split screen juga ikut disempurnakan. Ukuran masing-masing jendela aplikasi sekarang bisa diatur, dan dengan satu tap pengguna dapat menukar posisi kedua aplikasi yang ditampilkan.

Juga tidak kalah menarik adalah pembaruan pada fitur edit foto bawaan MIUI 9, dimana pengguna sekarang dapat menerapkan fungsi retouch ala di Photoshop untuk menghapuskan elemen yang tak diinginkan pada sebuah foto. Di samping itu, aplikasi pemutar video MIUI 9 kini telah mendukung lebih banyak format dan subtitle.

MIUI 9 Photo Editor

Terakhir, fitur Mi Drop yang dirancang untuk mempermudah proses berbagi file secara wireless via jaringan ad-hoc kini dibungkus sebagai aplikasi terpisah. Nantinya, Xiaomi berencana merilis Mi Drop di Play Store, sehingga pengguna perangkat lain dengan OS Android 4.4+ juga bisa menikmati kemudahan yang ditawarkan.

Beberapa perangkat yang bakal kebagian jatah update MIUI 9 lebih awal mencakup Redmi Note 4, Mi Mix 2 dan Mi Max 2 – plus Redmi Y1 dan Redmi Y1 Lite yang baru saja diumumkan. Seiring waktu MIUI 9 pastinya juga akan tersedia pada perangkat lain, bahkan termasuk Mi 2 yang sudah berusia 5 tahun – meski tentu saja sejumlah fitur baru MIUI 9 tidak akan tersedia di sana.

Sumber: The Next Web dan MIUI.