Co-Founder & CTO Traveloka Derianto Kusuma Mengundurkan Diri

Hari ini (27/11) Traveloka resmi mengumumkan pengunduran diri salah satu pendirinya yang juga menjabat sebagai CTO, Derianto Kusuma. Ia akan efektif melepas jabatan CTO per 30 November 2018. Sebelumnya kami sudah mendengar kabar pengunduran ini sejak awal bulan lalu. Namun demikian pihak Traveloka saat itu memilih tidak memberikan komentar terkait hal tersebut.

Bersama dengan pendiri lainnya, Deri mendirikan Traveloka pada tahun 2012 dan berhasil membawa perusahaan ini untuk mencapai pertumbuhan yang luar biasa.

“Deri memiliki peran yang tidak tertandingi dalam pertumbuhan dan kesuksesan Traveloka dengan perannya yang tidak hanya membangun dan membesarkan sistem dan kapabilitas teknologi yang sustainable, tapi juga organisasi yang sustainable,” kata Ferry Unardi, Co-Founder & CEO Traveloka.

Ferry menambahkan, “Deri telah mempertimbangkan hal ini selama beberapa bulan dan mengadakan diskusi bersama saya dan para investor. Proses serah terima pekerjaan telah dipersiapkan, dan kami akan meneruskan apa yang telah kami bangun untuk Traveloka. Kami akan terus berkembang dan fokus untuk mencapai tujuan jangka panjang kami, menjadi perusahaan teknologi kelas dunia yang digunakan oleh jutaan orang.”

Sementara itu Deri berkomentar, “Perjalanan saya dengan Traveloka sungguh luar biasa, dari lahirnya Traveloka, mengimplementasikan pola pikir dan kapabilitas kelas dunia di Asia Tenggara di mana kami menawarkan para pelanggan dan mitra kami standar baru dalam kualitas dan akuntabilitas dalam seluruh operasi kami, hingga mengatasi berbagai jenis tantangan dalam berbagai tahapan tumbuhnya Traveloka. Saya senang dapat bekerja dengan semuanya dalam membawa Traveloka ke titik ini.”

“Traveloka kini sedang melalui tahap transisi, pekerjaan transformasi teknologi saya telah selesai dengan terbentuknya tim yang kuat untuk membawa pondasi kokoh kami untuk terus maju dan jalan untuk Traveloka ke depannya telah terjamin dengan pembiayaan atau investasi terbaru. Kini adalah waktu yang tepat bagi saya untuk melanjutkan bab selanjutnya dari hidup saya.”

Kabarnya Derianto akan fokus untuk mengembangkan usaha baru dalam kategori yang berbeda dengan Traveloka.

Application Information Will Show Up Here

Sajikan Layanan Pesan Tiket dan Fasilitas Wisata, Klook Hadir di Indonesia

Klook, yang dikenal sebagai platform pemesanan paket perjalanan secara online berusaha menyuguhkan pengalaman terbaik bagi penggunanya di Indonesia. Pengalaman-pengalaman yang dimaksud termasuk memudahkan pemesanan, transaksi, dan perjalanan dengan rekomendasi paket perjalanan hingga akses bebas hambatan pada saat masuk ke tempat wisata.

Startup asal Hongkong tersebut sudah mulai masuk ke Indonesia sejak tahun 2016. Dengan pangsa pasar yang cukup besar, Klook mencoba menarik hati generasi millennials dengan menyuguhkan tips yang bisa membuat perjalanan mereka lebih nyaman dan juga tips untuk menghemat biaya selama perjalanan.

Klook memiliki beberapa fitur unggulan untuk memanjakan penggunanya, di antaranya bisa memudahkan mendapatkan transportasi lokal dan menyewa modem yang bisa digunakan bersama.

“Klook berkomitmen untuk memberikan wisatawan akses yang mudah, cepat, dan nyaman untuk menikmati berbagai aktivitas populer di negara-negara tujuan wisata di seluruh dunia. Misalnya Jepang, salah satu dari negara tujuan favorit wisatawan Indonesia, Klook menawarkan berbagai pilihan yang menarik bagi millenials Indonesia seperti tiket transportasi lokal yang akan dikirimkan ke rumah sebelum melakukan perjalanan,” Head of Marketing Southeast Asia Klook, Marcus Yong.

Di Indonesia Klook berhadapan dengan pesaing-pesaing di industri OTA, termasuk dengan unicorn Traveloka, yang kini memiliki bisnis luas karena juga menawarkan pembelian tiket pesawat, kereta, hotel dan layanan-layanan perjalanan lainnya.

Dari laporan yang dikeluarkan Google dan Temasek baru-baru ini sektor online travel Indonesia merupakan sektor yang cukup menjanjikan. Di tahun ini nilai bisnis sektor online travel diperkirakan mencapai $30 miliar dan menjadi yang terbesar di lanskap digital.

Potensi ini yang tampaknya sedang coba dimanfaatkan oleh Klook dengan segenap jaringan travel, kemampuan fitur, dan pengalamannya selama ini . Saat ini dengan dukungan lebih dari 800 karyawan di 16 kantor di seluruh dunia, Klook menawarkan 60.000 paket perjalanan untuk lebih dari 250 tujuan.

“Berbagai keunggulan fitur dan penawaran yang Klook sediakan dapat memberikan pengalaman berlibur terbaik bagi penggunanya. Melalui program #KlookinLiburanmu kami berharap dapat menginspirasi wisatawan lainnya untuk menjadikan Klook sebagai partner andalan dalam mempersiapkan proses pemesanan yang aman serta aplikasi yang menemani perjalanan liburan agar para wisatawan mendapatkan pengalaman berlibur yang berkesan,” terang Marcus.

Salah satu upaya Klook untuk menjaring lebih banyak pengguna adalah dengan memberikan diskon di momen liburan.

Application Information Will Show Up Here

LapakTrip Ingin Bantu Agen Perjalanan Konvensional Adopsi Teknologi

Semakin maraknya dinamika layanan OTA di Indonesia membuat perusahaan travel agent mulai kesulitan untuk bersaing, khususnya karena keterbatasan penerapan teknologi. Melihat permasalahan tersebut, LapakTrip hadir menawarkan solusi teknologi yang sesuai dengan kebutuhan travel agent saat ini.

“Ide situs LapakTrip sendiri berawal dari melihat semakin tergerusnya bisnis agen travel konvensional yang tidak dapat bersaing di era digital ini dengan menjamurnya Online Travel Agents (OTA), serta ketidakpahaman mengenai teknologi ataupun tidak mempunyai dana marketing yang mumpuni untuk dapat bersaing dengan para raksasa,” kata Senior Business Development Manager LapakTrip Hendry Prianto kepada DailySocial.

Cara kerja LapakTrip

Dengan menjadi mitra, para agen travel konvensional berkesempatan menjual produk-produk perjalanan yang mereka miliki secara online di situs LapakTrip. Produk ini kemudian didistribusikan kembali ke pihak ketiga. Saat ini ada tiga partner besar yang akan menjadi saluran distribusi produk-produk LapakTrip. Dua perusahaan berbasis di Indonesia dan satu perusahaan di Taipei.

“Saat ini belum dapat kami berikan detailnya karena masih dalam tahap review perjanjian komersial kedua belah pihak,” kata Hendry.

Untuk memudahkan mitra atau supplier LapakTrip mengakses platform, mereka dapat menggunakan beberapa fitur unggulan. Contoh fitur yang tersedia adalah Widget yang dapat dipasang di berbagai situs.

Kemudian tersedia WebApps Builder. Masih dalam tahap pengembangan, nantinya para mitra LapakTrip dapat memiliki situs sendiri atau aplikasi mobile dengan domain mereka sendiri. Transaksi akan di-handle payment gateway milik LapakTrip.

“Komisi yang kami ambil dari mitra LapakTrip adalah di rentang 12%-18% dari setiap transaksi. Begitu WebApps Builder kami selesai, kami akan berlakukan model SaaS (software-as-a-service). Untuk angkanya masih belum final saat ini,” kata Hendry.

Target LapakTrip

Saat ini LapakTrip telah memiliki 60 mitra aktif. Perusahaan sendiri baru live bulan Juni 2018 lalu. Per bulan jumlah pengguna aktif baru mencapai sekitar 3 ribu pengguna di bulan September 2018.

“Sekarang ini sedang kami perkuat partnership dengan pihak ketiga, seperti BliBli, GO-JEK, AirAsia Big Points, dan lainnya supaya dapat memperkuat posisi branding dari LapakTrip sendiri,” kata Hendry.

Meskipun masih belia, LapakTrip sudah memiliki sejumlah target yang ingin dicapai, termasuk akuisisi lebih banyak mitra yang akan berpengaruh pada jumlah produk dan destinasi. Destinasi utama yang menjadi fokus adalah seluruh destinasi wisata di Indonesia dan di negara Asia lainnya, seperti Korea Selatan, Jepang, dan Taiwan.

“Hal ini dilakukan karena tidak bisa kita pungkiri bahwa behavior dari pasar domestik sendiri kalau liburan mungkin masih memilih ke luar negeri,” kata Hendry.

Target lain yang ingin dicapai adalah memperluas kemitraan dengan layanan e-commerce dan bank.

“Selain WebApps Builder, kami juga sedang mempersiapkan satu fitur untuk sisi pelanggan yang bernama TripSaving. Nantinya fitur ini dapat membantu terutama kalangan millenial untuk membantu dan mempersiapkan finansial mereka supaya bisa merencanakan liburan impian mereka,” kata Hendry.

BukaKamar Diperkenalkan ke Publik, Unggulkan Fitur “Last Minute Booking”

Aplikasi booking hotel BukaKamar memperkenalkan diri ke publik untuk pertama kalinya, meski secara produk belum siap menerima booking. Layanan ini hadir untuk mengakomodasi kebutuhan pelancong dan pelaku bisnis yang membutuhkan booking hotel secara langsung dan spontan.

CEO BukaKamar Boby Haryadi menuturkan, aplikasi baru resmi live di Google Play per hari ini (18/10). Namun pihaknya sengaja belum memasukkan inventaris kamar hotel ke dalam aplikasi demi menjamin kesiapan aplikasi dengan tampilan antarmuka yang lebih sempurna.

Secara kesepakatan bisnis, BukaKamar telah bermitra dengan 15 hotel yang tersebar di Jakarta, Bali, Bandung, Surabaya, Makassar, Palembang, Pekanbaru, dan Solo.

Untuk monetisasinya, perusahaan mengambil komisi dari setiap booking yang terjadi. Operasional BukaKamar masih dilakukan secara bootstrap. Tim terdiri dari enam orang, termasuk Boby sendiri.

“Hari ini untuk perkenalan dulu ke publik. Rencananya mulai Senin besok (22/10) kami mulai perlahan-lahan masukkan inventaris kamar hotel ke aplikasi,” tuturnya.

Fitur unggulan BukaKamar

Untuk fitur unggulannya last minute booking, pengguna dapat memesan kamar dalam rentang waktu maksimal 14 hari sebelumnya. Diskon yang didapat pengguna dari fitur ini diklaim lebih rendah dari harga normal, sekitar 15%-25%.

Fitur lainnya yakni local rate. Dalam radius 5 km jangkauan pengguna, apabila melakukan booking kamar mereka akan dapat diskon tambahan 10%.

Seluruh fitur ini diharapkan dapat memberi nilai tambah bagi para pelancong dan pelaku bisnis untuk menggunakan BukaKamar. Apalagi di kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya, lebih dari 60% rata-rata booking 1-5 hari sebelumnya.

“Jadi prinsipnya itu, lebih baik kasih diskon daripada okupansi hotel berkurang. Sebab di industri hospitality itu kamar kosong sama dengan rugi karena biaya lainnya kan tetap berjalan, seperti listrik, gaji karyawan, dan sebagainya.”

Seluruh booking, sambungnya, hanya bisa dilakukan lewat aplikasi. Untuk situs desktop hanya bisa diakses mitra hotel untuk mengontrol manajemen kamar. Saat ini aplikasi BukaKamar baru tersedia di platform Android.

Ke depannya, BukaKamar ditargetkan dapat menjaring 1000 kamar dari mitra hotel. Diharapkan target tersebut dapat terealisasi paling lambat pada Januari 2019.

Boby mengungkapkan, target tersebut akan dicapai dengan menggaet jaringan hotel yang sudah memiliki banyak cabang dan kamar di seluruh Indonesia. Dengan cara itu, dapat dengan singkat BukaKamar dapat mengakuisisi kamar dalam waktu singkat.

“Semakin banyak kamar hotel yang bisa kami akuisisi tentunya akan semakin baik buat pengguna karena mereka bisa memiliki banyak pilihan,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here

Koperansel Jadi Mesin Pencari untuk Kebutuhan Perjalanan

Platform Online Travel Agency (OTA) makin banyak diminati masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akomodasi. Saat ini sudah ada banyak OTA yang dapat digunakan, kadang pengguna harus selektif dalam melakukan pencarian demi mendapatkan penawaran terbaik. Melihat fenomena tersebut, startup bernama Koperansel hadir sebagai mesin pencari yang membantu pengguna memenuhi kebutuhan akomodasi perjalanan.

Koperansel menghadirkan layanan perbandingan harga dengan mengurasi dari beberapa layanan OTA. Selain itu juga memberikan informasi penawaran dan promo spesial yang sedang berjalan. Adapun layanan akomodasi yang sudah didukung ialah pemesanan tiket pesawat dan hotel.

Sejak didirikan pada awal tahun 2017 dan mulai meluncur di awal tahun 2018, saat ini Koperansel telah mengintegrasikan pencarian dengan beberapa OTA, di antaranya Tiket.com, Nusatrip, Pegipegi, EzyTravel, ArenaTiket, Via, dan Wego. CEO Koperansel, Dwi Pradito Wijayanto, menjelaskan tumbuhnya industri travel membuat harga semakin kompetitif, sehingga menjadikan harga sebagai variabel utama pelanggan menentukan pilihan akomodasi.

“Potensi industri travel, jumlah OTA, dan kebiasaan saat mencari tiket pesawat dan hotel menjadi peluang baru bagi segmen pencarian travel. Masalah dari pencarian manual yang merepotkan, tidak akurat, dan memakan waktu dapat diselesaikan memakai situs Koperansel dalam hitungan detik, satu pencarian dan satu layar saja,” terang Dwi.

Komperansel
Tampilan web Komperansel

Ada tiga fitur utama yang coba dihadirkan startup asal Bandung tersebut. Pertama fitur pencarian, pihaknya mengklaim saat ini teknologi yang digunakan bisa mencari di lebih dari 200 situs pemesanan tiket dalam hitungan detik. Fitur kedua adalah fitur Instant Booking, sebuah menu yang memungkinkan pengguna melakukan pemesanan langsung tiket pesawat dan hotel dari beberapa OTA tanpa redirect ke halaman terkait.

Sementara untuk fitur ketiga yakni Trip and City Guide Directory, fitur yang membantu pengguna mendapatkan informasi dan panduan tentang tempat makan, tempat menginap, dan informasi lain terkait destinasi. Saat ini Dwi cukup optimis layanan yang dikembangkan dapat diterima oleh masyarakat Indonesia, berbekal respons positif yang didapat pada fase beta tahun lalu.

Dalam waktu dekat, Koperansel berencana merilis aplikasi mobile, membuat chatbot, mengoptimalkan pilihan Instant Booking dan mengintegrasikan platform dengan payment gateway.

Rayakan Hari Jadi Ketujuh, Tiket.com Pacu Bisnis Hotel

Merayakan hari jadi yang ketujuh, Tiket.com mulai memacu kontribusi dari bisnis pemesanan kamar hotel sebagai bisnis utama. Keputusan tersebut dipilih lantaran pertumbuhan revenue-nya diklaim mencapai 250% secara year-on-year dengan pertumbuhan inventory naik 2 kali lipat, lebih besar ketimbang keseluruhan bisnis Tiket.com yang hanya 150%.

“Yang bakal menarik ke depannya kita akan dorong penjualan kamar hotel karena itu paling besar pertumbuhannya dari bisnis kita yang lainnya. Akan ada banyak inisiasi yang siap kita lakukan untuk dorong bisnis utama ini,” ucap CMO dan Co-Founder Tiket.com Gaery Undarsa, Kamis (30/8).

Pengembangan produk kamar hotel sedang dipersiapkan terutama untuk perubahan tampilan yang bakal lebih simpel dan bersih. Ada penambahan detail informasi kamar dan fasilitas yang akan disediakan serta pengembangan waktu pencarian hotel yang menjadi lebih singkat. Seluruh pengembangan tersebut masih dilakukan tim Tiket.com.

Salah satu fitur unggulan produk hotel adalah ‘Tonight Deals’, konsumen bisa mendapatkan harga kamar jauh lebih murah dan ekstra diskon dengan check in pada pukul 18.00 – 04.00 WIB. Fitur ini sudah hadir sejak Juni 2018, dengan latar belakang kebiasaan orang Indonesia yang suka last minute saat booking kamar. Namun terkendala karena sistem booking hotel yang terbatas.

Dari sisi investory, perusahaan akan agresif perlebar produk maskapai dan hotel internasional. Disebutkan investory produk pesawat dan hotel di Tiket.com mencapai 58 partner maskapai dan lebih dari 350 ribu produk hotel.

Gaery menuturkan pihaknya juga membuka penambahan inventory untuk hotel budget. Sehingga konsumen bisa memiliki banyak pilihan kamar dari berbagai kelas. Dari total investory hotel, mayoritas adalah hotel bintang dua dan tiga.

Untuk jaring hubungan dengan berbagai pihak hotel di destinasi wisata populer, Tiket.com membuka kantor baru khusus marketing di Yogyakarta dan Bali.

“Tiket.com punya tim dedicated menangani hotel terbanyak dari tim lainnya. Untuk fokus ke hotel itu perlu treatment khusus karena kebutuhan mereka itu beda-beda. Makanya penting bangun hubungan yang spesial.”

Gaery mengklaim, perbulannya lini bisnis ini mampu menyumbang sekitar 20%-30% untuk total booking, ketimbang bisnis lainnya. Penjualan kamar hotel di Jakarta, menurut data Tiket.com dalam setahun terakhir, menjadi penjualan terbesar pertama disusul oleh Bali dan Surabaya.

Perkembangan setahun belakangan

Setelah diakuisisi GDP Venture melalui Blibli.com, Tiket.com mengalami perkembangan yang siginifikan di segala bidang. Salah satunya adalah mengeluarkan fitur andalan ‘Smart Feature’ yang terdiri dari Smart Round Trip, Smart Refund, Smart Reschedule, dan Smart Traveler untuk memudahkan konsumen saat bepergian.

Mulai awal tahun ini Tiket.com juga gencar melakukan strategi pemasaran yang masif di beberapa lini baik online maupun offline. Hal ini pada akhirnya berdampak pada total kenaikan kunjungan pada pertengahan tahun ini sebesar 80% secara year-on-year.

Kunjungan di aplikasi naik 208%, sedangkan tingkat unduhan naik lebih dari 280%. Total pengunduh aplikasi Tiket.com disebut-sebut sudah tembus 5 juta unduhan. Total booking dari aplikasi mencapai 80% dari total keseluruhan transaksi di Tiket.com.

Tiket.com turut berpartisipasi dalam memberikan inventorinya untuk Blibli Travel, dalam produk pesawat dan hotel. Menurut Gaery, justru dengan kehadiran Blibli, kedua perusahaan dapat melengkapi satu sama lain.

“Kita dan Blibli garap market-nya sama, itu tidak apa-apa. Justru kalau dua-duanya jalan pada akhirnya bisa jadi nilai tambah buat kedua perusahaan,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here

SaaS Platform for Business Trip “Travelstop” Ready to Expand to Indonesia Post-Funding

SaaS platform developer for business trip Travelstop (8/27) receives seed funding worth of IDR 17 billion. A Singapore-based startup allows business to manage the whole accommodation using AI-based tools. The seed funding investment was led by SeedPlus, supported by several angel investors.

One focus of this funding is to finalize business expansion, including Indonesia. Observed from the research by Travelstop, Asia Pacific will be the largest B2B travel market. It’s projected to grow up to 10.4% CAGR during 2015-2023. The business trip solution is currently for large companies and traditional business travelers, while the trip with no management in Asia, dominated by millennials, requires more flexible and simple solutions.

“These travelers want to experience more than a trip, and the company is building a modern business trip platform for the next generation. Our goal is not only to provide a fun and flexible travel booking experience but also to make the post-trip cost management more efficient,” Prashant Kirtane, Travelstop’s CEO said.

Travelstop aims to solve this problem through a platform that makes a business trip easier to order and automates expense report for employees. They’re using machine learning and personalization supported by artificial intelligence to create flight and hotel recommendations, shorten the process for business travelers for researching and arranging a trip. Employees also have access to an intuitive expense reporting tool which simplifies the reimburse process.

“We aim to use machine learning and artificial intelligence to escalate experience for the current business travelers, we’ll be ready and flexible by investing in modern infrastructure to advance our business platform,” Vijay Aggarwal, Travelstop’s CTO, said.

This platform provides features to facilitate business with accommodation trip arrangements. Through the app, businesses can automate the reporting process. A data-based approach is applied to all decisions made was scaleable. Another thing is the simplification of the efficient travel accommodation research process, operational teams sometimes have to choose and sort out the accommodation based on certain criteria.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Pasca Perolehan Pendanaan, Platform SaaS Travel untuk Bisnis “Travelstop” Siap Ekspansi ke Indonesia

Pengembang platform SaaS travel untuk bisnis Travelstop kemarin (27/8) mengumumkan perolehan pendanaan awal senilai 17 miliar Rupiah. Startup berbasis di Singapura tersebut memungkinkan bisnis mengelola akomodasi perjalanan secara menyeluruh dengan alat berbasis kecerdasan buatan. Investasi pendanaan awal dipimpin SeedPlus, didukung beberapa angel investor.

Salah satu fokus pendanaan ialah untuk mematangkan ekspansi bisnis, termasuk di Indonesia. Menurut riset yang ditampung Travelstop, kawasan Asia Pasifik akan menjadi pasar perjalanan B2B terbesar. Diproyeksikan akan tumbuh hingga 10,4% CAGR antara 2015-2023. Solusi perjalanan bisnis saat ini dirancang untuk perusahaan besar dan pelancong bisnis tradisional, sementara perjalanan yang tidak dikelola di Asia, yang semakin didominasi oleh generasi milenial, membutuhkan solusi yang lebih sederhana dan lebih fleksibel.

“Para pelancong ini menginginkan pengalaman perjalanan yang lebih berarti, dan kami sedang membangun platform perjalanan bisnis modern untuk para pelancong di generasi berikutnya. Tujuan kami adalah tidak hanya memberikan pengalaman pemesanan perjalanan yang menyenangkan dan fleksibel, tetapi juga membuat proses manajemen biaya pasca-perjalanan menjadi lebih efisien,” terang CEO Travelstop Prashant Kirtane.

Travelstop mencoba memecahkan permasalahan ini melalui platform yang memudahkan pemesanan perjalanan bisnis dan mengotomasi laporan pengeluaran bagi pegawai. Travelstop menggunakan pembelajaran mesin dan personalisasi yang didukung oleh kecerdasan buatan untuk membuat rekomendasi penerbangan dan hotel, menjadikan berkurangnya jam yang dibutuhkan oleh pelancong bisnis untuk melakukan riset dan memesan perjalanan mereka. Karyawan juga memiliki akses ke alat pelaporan pengeluaran intuitif yang menyederhanakan proses penggantian biaya.

“Tujuan kami adalah untuk memanfaatkan pembelajaran mesin dan kecerdasan buatan untuk menambahkan pengalaman bagi pelancong bisnis saat ini, sementara kami juga akan sigap dan fleksibel dengan berinvestasi di infrastruktur modern untuk memperkuat platform kami,” ujar CTO Travelstop Vijay Aggarwal.

Platform Travelstop menyediakan fitur yang memudahkan bisnis untuk mengelola pemesanan akomodasi perjalanan. Melalui aplikasi tersebut, bisnis dapat mengotomasi proses pelaporan. Pendekatan berbasis data juga diterapkan agar setiap keputusan yang diambil menjadi lebih terukur. Hal lain yang ingin disajikan ialah penyederhanaan proses riset pencarian akomodasi travel yang efisien, biasanya tim operasional harus memilih dan memilah akomodasi perjalanan didasarkan pada kriteria tertentu.

Traveloka Rombak Tampilan Aplikasi, Coba Pendekatan Lewat Bercerita

Aplikasi Traveloka versi terbaru (versi 3.0) sudah resmi meluncur sejak sebulan belakangan. Banyak perubahan besar, baik dari segi UI/UX-nya dan kini menonjolkan unsur bercerita lewat berbagai konten inspirasi yang disajikan.

Senior Brand and Design Manager Traveloka Taufiq Adhie Wibowo menuturkan, dalam tampilan terbarunya ini perusahaan ingin menjembatani pengguna dengan produk Traveloka lewat inspirasi kisah seputar destinasi terkenal.

Kemudian Traveloka ingin menciptakan engagement yang lebih kuat dengan pengguna, betah berlama-lama di aplikasi, sehingga tidak hanya sekedar menarik potensi terjadinya transaksi. Hal ini berbeda dengan pendekatan versi sebelumnya, yang lebih menonjolkan produk dan promosi.

“Ternyata story adalah komponen yang penting dalam travelling. Kami mau hadir sebagai travel companion secara end-to-end buat pengguna,” terangnya kepada DailySocial, Senin (28/5).

Taufiq enggan membeberkan dampak yang dihasilkan dari peluncuran tampilan terbarunya tersebut, seperti lama durasi kunjungan, traffic, dan sebagainya. Menurutnya peluncurannya baru sekitar sebulan, sehingga belum bisa diungkapkan hasilnya secara langsung.

Tampilan UI/UX dari versi 2.0 dan 3.0 / Traveloka
Tampilan UI/UX versi 2.0 dan 3.0 / Traveloka

Perombakan UI/UX ini, sambungnya, baru dilakukan untuk di Indonesia. Di lima negara lainnya, pendekatannya berdasarkan masalah yang dihadapi masing-masing negara, misalnya lebih mengedepankan sistem pembayaran untuk Traveloka Thailand.

Produk Traveloka yang lebih beragam disediakan untuk bersaing di Indonesia. Saat ini hampir 20 produk yang tersedia. Di luar negeri, produk Traveloka yang paling diandalkan adalah pembelian tiket pesawat dan hotel.

Disebutkan proses perombakan ini memakan waktu kurang lebih enam bulan, dimulai dari pertengahan tahun lalu sampai akhir 2017.

Traveloka memproduksi konten tematik yang secara berkala terus diperbarui oleh tim in-house. Tak hanya berbentuk tulisan, tersedia juga foto-foto yang dilengkapi dengan video 360 derajat agar terlihat lebih menggugah. Cara ini juga dimanfaatkan untuk mempromosikan destinasi yang kurang begitu terkenal, namun memiliki potensi alam yang luar biasa.

Di dalam beberapa konten, tim memberikan rekomendasi destinasi yang diselipkan penjualan produk. Misalnya dalam mempromosikan destinasi di Korea, diselipkan informasi seputar atraksi yang menarik dan tiketnya bisa dibeli melalui Traveloka.

Tantangan bisnis OTA

Senior Brand and Design Manager Traveloka Taufiq Adhie Wibowo / Traveloka
Senior Brand and Design Manager Traveloka Taufiq Adhie Wibowo / Traveloka

Taufiq menuturkan, semakin besar skala bisnis perusahaan, maka semakin ketat pula persaingannya di pasar, apalagi untuk skala Asia Tenggara. Bagi bisnis OTA, keputusan seseorang untuk membeli tiket perjalanan kini sudah tidak lagi linier, malah cenderung tidak beratur.

Awalnya urutan pertama dimulai dari riset, kemudian membuat rencana, dan memesan tiket. Setelah itu seseorang akan mendapatkan pengalaman dan akhirnya berbagi pengalaman tersebut kepada orang lain.

“Kita enggak cuma sekadar beri inspirasi, tapi bagaimana konten yang kami berikan bisa jadi jembatan untuk ambil keputusan [membeli tiket].”

tim UI/UX Traveloka disebut selalu mengedepankan konsep DEDI (Data Informed, Emphatic, Deliver, Iterate). Informasi data didapat dari hasil riset para pengguna yang nantinya akan menjadi bahan hipotesis.

Dari situ, tim bisa mendapatkan terjemahan mentah apa yang bisa mereka lakukan sebelum disampaikan ke para pengguna. Proses tersebut akan terus berulang sampai akhirnya bertemu titik temu.

“Kami percaya produk yang bagus itu tidak pernah selesai. Makanya end goal kami konstan, terus menerus dilakukan. Tantangan sekarang makin berat, industri [OTA] makin mature, makanya harus beri inovasi terbaru,” pungkas Taufiq.

Application Information Will Show Up Here

Traveloka Makes an Entrance to Car Rental Business

Lately, Traveloka is actively launched all-new variant services following Lebaran moment and the long holiday. The latest service is car rental. Some services that were previously introduced are bus ticketing, Traveloka Eats, and PayLater lending service.

Christian Suwarna, Senior Vice President of Business Development Traveloka explained, the car rental service completes the effort to meet all demand integrated with one app. Car rental becomes as easy as booking a flight or train tickets.

“After introducing Bus & Travel ticketing service, Traveloka is now fulfilling user’s transportation demand through innovation and technology. Car Rental presents as Traveloka’s commitment in providing the best travel experience for all users,” Suwarna said in the official release to DailySocial, Fri (5/25).

The car rental partners with more than 100 rental providers, accommodating standardized car rental with fare includes a car and a driver for 12 hours. Also, options for all-inclusive additional package includes fuel, parking, toll, and driver’s meal or stay during traveling outside of town. It is available in 11 cities, including Jakarta, Bali, Medan, Yogyakarta, Makassar, Palembang, Malang, Balikpapan, Surabaya, Semarang, and Bandung.

In terms of car rental, customers can book 12 hours before the pick-up time. Next, the customer needs to fill in some booking details of the city, rental date, duration, and pick-up time. Then the customer can choose the car types and providers.

After making the payment, Traveloka will verify and send the booking voucher to customer’s email.

This service is still in beta version and available only for Android. Not all the customers can use the latest service due to the gradual distribution. It will be available for iOS soon. Prior to Traveloka, Tiket.com has provided similar service.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here