Bidik Pertumbuhan Bisnis Hingga 250 Persen, Tiket Fokus Sempurnakan Aplikasi

Pasca Blibli masuk sebagai pemegang saham baru, Tiket mulai kebut mengakselerasi pertumbuhan bisnisnya dimulai dari merekrut developer berkualitas. Talenta tersebut nantinya akan diarahkan menyempurnakan aplikasi Tiket, sehingga dapat menggenjot transaksi baru dari sana. Tiket menargetkan tahun ini secara bisnis keseluruhan dapat tumbuh 250 persen dibandingkan sebelumnya.

Tingkat unduhan aplikasi Tiket saat ini mencapai 3 juta orang dengan pertumbuhan 200 persen per tahunnya. Diklaim, tahun lalu Tiket mencatat total transaksi sebesar 3,9 juta dengan nilai triliunan Rupiah. Bila dilihat secara harian terdapat lebih dari 15 ribu transaksi.

Dari total transaksi, sekitar 47 persen datang dari aplikasi. Angka tersebut secara perlahan-lahan terus menunjukkan tren peningkatan sejak Tiket pertama kali meluncurkan aplikasi pada tiga tahun lalu sekitar 8 persen. Kemudian naik hampir dua kali lipat menjadi 15% di 2015, hingga menjadi 30 persen di tahun lalu.

“Dari total karyawan kami sekarang sekitar 300 orang, tim developer hanya 35 orang, untuk app hanya lima orang. Ini yang menyebabkan secara variasi produk, kami masih kalah dengan kompetitor. Makanya sekarang kita lagi hiring gila-gilaan untuk push ke aplikasi. Kami mencari developer kualitas A+ agar target tahun ini tercapai,” terang Chief Communication Officer (CCO) Gaery Undarsa, Kamis (24/8).

Gaery melanjutkan, bantuan dari shareholder baru memberi kekuatan sumber daya manusia dan finansial di Tiket jadi tidak terbatas.

“Dengan adanya Djarum, [resource] yang tadinya limited jadi unlimited. Ini jadinya mendukung semua operasional. Ekspektasi minimum setahun [bisa tumbuh] jadi dua kali lipat.”

Selain melakukan rekrutmen besar-besaran, Tiket juga berkomitmen untuk terus mengembangkan produk tiket pesawat yang diklaim sebagai kontributor terbesar transaksi. Pihaknya pun berencana akan terus mengembangkan varian produk tiket pesawat lainnya demi mendorong transaksi baru.

Saat ini dari seluruh rute pesawat yang dihadirkan Tiket, masih didominasi oleh rute domestik dengan porsi 85 persen dibandingkan rute internasional. Tiket telah bekerja sama dengan lebih dari 50 maskapai penerbangan, 180 ribu jaringan hotel di seluruh dunia.

“Hingga akhir tahun ini, Tiket dan Blibli akan fokus konsentrasi mematangkan kolaborasi dan sinkronisasi yang sedang berjalan dan mengembangkan kedua perusahaan e-commerce hingga dapat memenuhi seluruh kebutuhan travel dan online shopping bagi konsumen di Indonesia,” pungkas Gaery.

Application Information Will Show Up Here

Aplikasi “Budget Hotel” dan Penerimaan Konsumen di Indonesia

Budget hotel tergolong tren baru dalam industri travel, menawarkan layanan penginapan sesuai kebutuhan konsumen. Karakteristiknya pengguna dapat memilih jenis layanan yang dibutuhkan saat menginap –jika layanan hotel umum secara otomatis menyajikan full-services—sehingga cenderung memberikan lebih banyak penghematan di sisi konsumen.

Mengikuti tren digital, budget hotel juga ditawarkan oleh OTA (Online Travel Agency), bahkan sudah ada beberapa pemain spesifik yang hadir di Indonesia, sebut saja Airy Rooms, NIDA Rooms, RedDoorz, hingga ZEN Rooms.

Untuk mengetahui popularitas dan pandangan konsumen di Indonesia terhadap budget hotel, DailySocial bekerja sama dengan JakPat melakukan survei kepada pengguna smartphone di Indonesia untuk mengetahui ketertarikannya terhadap layanan tersebut. Sekurangnya ada 1005 responden yang mengikuti survei tersebut.

Tesis kami diawali dengan mengetahui kecenderungan pengguna ketika hendak menyewa sebuah tempat penginapan, sebanyak 65.77% telah memanfaatkan aplikasi atau layanan web agregasi, 41% mendatangi langsung hotel untuk menyewa, 18,81% melalui telepon, dan 17,31% melalui agen travel (offline).

Kecenderungan orang menggunakan layanan budget hotel

Porsinya sudah jelas, ada separuh lebih dari responden yang telah memanfaatkan layanan digital untuk memesan tempat penginapan. Lalu tentang penggunaan aplikasi budget hotel responden mengaku telah mengenal beberapa nama pemain, di antaranya ZEN Rooms, RedDoorz, NIDA Rooms, dan Tinggal.

Budget Hotel Survey 1

Habit pemesanan langsung tetap dilakukan konsumen tatkala memesan budget hotel. Cukup masuk akal, karena pada umumnya orang memilih jenis penginapan tersebut lantaran membutuhkan efisiensi biaya atau hanya butuh sekedar menginap –umumnya dilakukan oleh pelancong, atau istilah kekiniannya backpackers. Selain penghematan dari sisi biaya, ternyata alasan lain orang-orang menggunakan budget hotel adalah efisiensi waktu.

Budget Hotel Survey 2

Dasar pemilihan budget hotel untuk menginap

Bagi pengguna budget hotel sendiri, ada beberapa kriteria yang ditentukan dalam memilih sebuah tempat. Faktor harga menjadi dominan, disusul jarak dengan destinasi terdekat. Berkaitan dengan faktor lain seperti tingkatan bintang suatu hotel dan fasilitas justru tidak terlalu menjadi perhatian. Konsiderasi ini bisa ditarik menjadi sebuah pola tentang konsumen budget hotel, yaitu hemat dan mudah dijangkau.

Budget Hotel Survey 3

Terkait dengan temuan lain seputar karakteristik konsumen budget hotel di Indonesia, bisa diunduh selengkapnya dalam laporan bertajuk “Budget Hotels Apps in Indonesia Survey 2017”. Temukan juga kabar terbaru tentang ekspansi, pendanaan, dan pergerakan baru pemain OTA di sektor budget hotel di Indonesia.

Rengkuh Pendanaan 4,6 Triliun Rupiah dari Expedia, Traveloka Pastikan Status Unicorn

Di dunia industri travel online, ada dua raksasa yang menguasai pasar ini. Pertama adalah Priceline, kedua Expedia. Priceline sudah memiliki Agoda di Asia dan hari ini Expedia mengumumkan investasinya di Asia Tenggara, khususnya Indonesia, dengan mengambil saham minoritas di Traveloka senilai $350 juta (lebih dari 4,6 triliun Rupiah) untuk menyainginya. Selain dari Expedia, dalam setahun terakhir Traveloka secara total sudah mendapatkan dana $500 juta (lebih dari 6,6 triliun Rupiah) dari East Ventures, Hillhouse Capital Group, JD.com, and Sequoia Capital.

Menurut The Information, yang pertama kali memberitakan informasi ini, Traveloka kini bervaluasi lebih dari $2 miliar dan menjadikannya startup unicorn pertama di industri travel online Indonesia. Nilai valuasinya di Indonesia hanya kalah dari Go-Jek yang disebutkan mencapai $3 miliar pasca perolehan pendanaan dari Tencent.

Dua tahun yang lalu kami memprediksi keduanya bakal menjadi unicorn bersama Tokopedia. Tokopedia sendiri kabarnya memang sudah menjadi unicorn, tapi belum mengumumkan valuasi terbaru pasca pendanaan terakhir dari Softbank dan Sequoia di tahun 2014.

Pasca perolehan pendanaan ini, SVP Expedia Greg Schulze akan masuk ke jajaran board of director Traveloka.

Agresif mengejar pertumbuhan

Sebagai startup yang agresif mencari pertumbuhan, Traveloka aktif mengeluarkan dana untuk periklanan, termasuk baru-baru ini menjadi sponsor utama liga sepakbola utama Indonesia (bersama Go-Jek) dan acara televisi Asia’s Got Talent 2017. Di tahun 2015, menurut data Adstensity, budget periklanan Traveloka mencapai lebih dari 550 miliar Rupiah.

Traveloka bisa dibilang termasuk startup yang cukup tertutup soal pendanaan. Perolehan pendanaan terakhir yang diumumkannya adalah pendanaan Seri A di bulan September 2013 dari perusahaan investasi Rocket Internet, Global Founders Capital. Setelah itu Traveloka tidak mau berkomentar soal rumor pendanaan.

Pendanaan kali ini adalah milestone bagi Traveloka karena menjadi bagian keluarga jaringan pemain travel besar global dan mendukung rencana Traveloka menguasai pasar regional. Traveloka, yang didirikan oleh 3 orang yang pernah berkarier di Silicon Valley, kini telah hadir di 6 negara Asia Tenggara.

Co-Founder dan CEO Traveloka Ferry Unardi dalam pernyataan resminya mengatakan, “Bermitra dengan perusahaan travel global terdepan akan membantu kami fokus ke pertumbuhan berkelanjutan di dunia travel online untuk memenuhi tujuan kami menyediakan opsi travel terbaik dan pengalaman reservasi yang berkualitas.”

“Traveloka adalah pemimpin di pasar travel Indonesia dan berekspansi secara agresif di Asia Tenggara. Kemitraan kami akan memberikan keuntungan dengan keunggulan dan pengetahuan lokal masing-masing untuk mengakselerasi perkembangan bersama,” ujar President dan CEO Expedia Inc Dara Khosrowshahi.

Persaingan industri travel yang makin memanas

Kemitraan Traveloka dan Expedia adalah jawaban dari akuisisi Blibli terhadap Tiket.com. Untuk menjadi pemimpin di industri ini mereka harus bergerak agresif. Data Google dan Temasek menyebutkan di tahun 2025 nilai pasar di industri travel Asia Tenggara akan mencapai $76 miliar, dengan konsumsi di sektor travel akan mencapai 38% dari total konsumsi masyarakat Asia Tenggara di tahun tersebut.

Selain Traveloka dan Tiket.com, dua pemain travel online di Indonesia yang cukup relevan adalah Pegipegi dan Nusatrip. Meskipun demikian, Traveloka tidak lagi sekedar ingin menguasai Indonesia dan Asia Tenggara. Tersirat bahwa Traveloka bakal menggunakan jaringan Expedia untuk ekspansi Traveloka yang lebih luas.

“Kami menantikan kolaborasi dengan Expedia untuk memperluas layanan kami ke Asia dan negara-negara selanjutnya,” ujar Ferry.

Application Information Will Show Up Here

Indonesia Flight dan Industri OTA yang Kian Menantang

Persaingan di lanskap OTA (Online Travel Agency) Indonesia masih terbuka lebar, seiring dengan pesatnya inovasi dan berkembangnya pangsa pasar. Memang, babak baru seakan hadir, pasca salah satu pemain terbesarnya Tiket.com diakuisisi Blibli, yang mana sebelumnya para pemain di sektor e-commerce dan online marketplace sendiri sudah memulai menjajakan layanan OTA kepada pelanggannya.

Persaingan tidak hanya vertikal milik pemain OTA murni, artinya perlu strategi yang kuat bagi para pemain untuk mampu bertahan dan berkembang. Kondisi ini tidak menyurutkan Indonesia Flight sebagai salah satu pemain OTA yang sebelumnya merupakan bagian dari Tiket. Pun demikian selepas akuisisi Tiket.com, Indonesia Flight kini berdiri secara independen dengan kepemilikan penuh oleh Co-Founder Indonesia Flight Marcella Einstein dan Yoppy Nelwanto.

Cella sapaan akrab Marcella, kepada DailySocial menceritakan awal mula pendirian startupnya. Pada tahun 2012 Indonesia Flight merupakan sebuah aplikasi pemesanan tiket pesawat yang menggunakan inventori Tiket, bertindak sebagai B2B Offcial Partner. Hal ini dikarenakan pada periode itu hanya Tiket.com OTA di Indonesia yang membuka inventori API secara publik dan bisa dikonsumsi aplikasi pihak ketiga.

Perlahan tapi pasti Indonesian Flight mendapatkan pertumbuhan pengguna dan keuntungan secara organik. Dari data yang disampaikan Cella, hingga tahun 2014 Indonesia Flight mengalami pertumbuhan mencapai 200 persen.

Tiga tahun berjalan, tepatnya pada tahun 2015, Tiket.com menawarkan kerja sama untuk akuisisi Indonesia Flight. Dengan pertimbangan visi dan misi yang sejalan Cella akhirnya menerima pinangan Tiket.com tersebut.

“Dalam perjalanannya, kami melakukan resource sharing di beberapa divisi dengan Tiket.com, contohnya divisi HR, finance, internal control, legal, customer service sampai dengan berbagi security dan office boy. Hal tersebut betul-betul efektif, karena terjadi pengurangan beberapa fixed cost di bagian OPEX untuk Indonesia Flight. Namun untuk tim intinya sendiri, kami melakukan perekrutan secara terpisah, khususnya di bagian IT, sales dan marketing,” ungkap Cella menjelaskan.

Indonesia Flight dalam persaingan OTA di Indonesia

Kini mau tidak mau Indonesia Flight harus bersaingan dengan lebih banyak pemain sektor tikecting di Indonesia, termasuk dengan Tiket.com itu sendiri. Menyikapi hal ini Cella dan tim tengah meyiapkan roadmap yang akan dilakukan Indonesia Flight dalam dua hingga tiga tahun ke depan. Dinilai efektif dan menjadi upaya mereka untuk tetap bersaing di industri OTA di Indonesia.

To be honest, alasan kenapa saya dan partner mengiyakan untuk diakuisisi oleh Tiket.com adalah selain kesamaan visi misi, tetapi juga karena komitmen Tiket.com yang berjanji tidak akan mengkerdilkan Indonesia Flight, kami akan didukung untuk terus bertumbuh parallel dengan mereka, dan pada kenyataannya Tiket.com memegang janjinya, kami tidak dilebur ke Tiket.com, kami tetap dapat menjalankan apa yang menjadi mimpi kami dengan menyatukan visi misi dengan Tiket.com”

“Untuk konsumennya sendiri, sudah pasti ada irisan antara Tiket.com & Indonesia Flight. Namun yang menarik, irisan tersebut tidaklah besar. Tiket.com membesar ke kiri dan kami ke kanan. Hal tersebut yang membuat kami semakin yakin bahwa pangsa pasar untuk online travel masih sangat luas sekali,” jelas Cella.

Lalu menanggapi persaingan dengan para pemain baru termasuk dari sektor marketplace yang juga kini berjualan tiket Cella masih percaya pemain OTA baru akan membutuhkan waktu (dan investasi) yang signifikan guna menggeser posisi pemain OTA murni yang sudah ada.

Menurut Cella para pemain OTA baru yang memberikan promosi besar-besaran dan initial cost yang tidak murah untuk memulai bisnisnya belum tentu dapat mengalahkan pemain OTA yang sudah dulu ada. Menurutnya kualitaslah yang menjadi tolak ukurnya.

“Nantinya review, bintang, dan rating yang menjadi tolok ukur yang adil. Parameter-parameter ini akan memberikan gambaran seberapa maksimal para pemain melayani dan melakukan improvisasi terhadap barang/jasanya,” pungkas Cella.

Application Information Will Show Up Here

Kado Manis dari Sebuah Dedikasi pada Pekerjaan

Era digital berhasil mengubah banyak hal, termasuk kebiasaan orang dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Tak terkecuali dalam aktivitas pekerjaan, aksesibilitas yang kian mudah membuat batasan antara waktu personal dan profesional seakan sangat tipis. Sebagai contoh, pada saat liburan seperti Idulfitri, dengan gadget yang dimiliki orang tetap bisa menyempatkan diri melakukan aktivitas produktif, mulai dari yang paling sederhana seperti membalas email klien sampai melakukan kegiatan yang lebih kompleks seperti melakukan meeting secara online.

Di lain sisi banyak jenis pekerjaan yang memaksa pegawainya untuk tetap siap siaga. Implikasinya mereka harus merelakan waktu dan kebersamaan yang harusnya dapat dinikmati bersama keluarga. Contohnya ketika kita bertolak mudik ke kampung halaman, di sana kita akan melihat bahwa para pekerja sektor publik, seperti di bandara, tetap berdedikasi pada pekerjaannya membantu para pemudik untuk bertemu dengan keluarga agar bisa bersama di hari raya.

Berangkat dari semangat untuk mengapresiasi para “pahlawan di balik layar”, Traveloka bekerja sama dengan PT Angkasa Pura I (Persero) menghadirkan Program Silaturahmi – Angkasa Pura 1. Salah satu perwujudan program ini ialah dengan menerbangkan puluhan keluarga dari pekerja sektor publik, khususnya yang bertempat di bandara, untuk dapat merayakan hari raya bersama keluarga.

Dijelaskan oleh Caesar Indra selaku Senior Vice President Business Development Traveloka bahwa dalam program ini Traveloka menyediakan sebanyak 200 tiket pesawat pulang pergi dan satu kamar hotel selama 3 hari 4 malam di destinasi cakupan wilayah operasional PT Angkasa Pura 1 berada. Sebagai informasi, terdapat lebih dari 5.000 karyawan PT Angkasa Pura 1 di 13 bandara nasional yang tetap bertugas melayani selama hari libur menyambut Idulfitri.

Dalam kesempatan yang sama, Adi Nugroho, Direktur Personalia dan Umum PT Angkasa Pura 1 menambahkan bahwa pihaknya mengapresiasi para pekerja bandara yang tetap bertugas melayani publik pada momen liburan kali ini. Dan program yang digagas bersama Traveloka dinilai akan menjadi salah satu apresiasi atas kerja keras yang mereka lakukan.

Dikatakan lebih lanjut oleh Adi bahwa dalam program ini PT Angkasa Pura 1 akan membantu dalam proses seleksi dan verifikasi sehingga memastikan dapat terdistribusi dan dinikmati dengan baik oleh para pekerja. Terdapat beberapa kriteria dalam menyeleksi pekerja bandara yang dapat menerima program ini. Mereka yang menerima kejutan spesial ini adalah yang berada di level staf, yang memiliki kinerja dan prestasi baik dalam masa tugasnya di masing-masing tempat.

Selain itu, bersamaan dengan momen libur lebaran tahun ini, tepatnya tanggal 29 Juni 2017, Traveloka meluncurkan video dokumentasi dari Program Silaturahmi Traveloka – Angkasa Pura I, berupa dua cerita terbaik dari karyawan PT Angkasa Pura 1. Kedua cerita tersebut kini bisa disaksikan di kanal Youtube resmi Traveloka melalui tautan berikut ini: http://bit.ly/trvlkmks dan http://bit.ly/trvlkbali.

Traveloka dulu, silaturahmi kemudian. Angkasa Pura I – Bandara Aman, Mudik Nyaman.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh Traveloka.

Umumkan CEO Baru, PegiPegi Berambisi Jadi Pemain OTA terbaik di Indonesia

Di tengah gempuran lanskap bisnis perjalanan yang kini juga dilakukan oleh pemain e-commerce, lantas membuat pemain online travel agent (OTA) harus lebih mengedepankan strategi peningkatan pengalaman konsumen loyal. Langkah inilah yang kini dilakukan PegiPegi.

Pegipegi juga mengumumkan kehadiran CEO baru, Takeo Kojima, yang masih dari kalangan eksekutif Recruit Holdings. Takeo menggantikan Hideki Yamada yang baru menjabat selama satu tahun.

Kendati kerap berubah, Deputy CEO PegiPegi Ryan Kartawidjaja memastikan kepemimpinan Takeo bakal mendukung ambisi perusahaan untuk menjadi pemain OTA terbaik di Indonesia.

“Takeo memiliki pengalaman di IT, online marketing, serta kuat di data analysis. Ini dapat menjadi kombinasi yang baik untuk strength PegiPegi ke depannya, sebab 2017 adalah tahun yang penting bagi kami,” katanya, Rabu (14/6).

Tahun ini PegiPegi menargetkan pertumbuhan transaksi tumbuh dua kali lipat dibandingkan pencapaian di tahun sebelumnya yang tumbuh 250%. Diharapkan kontribusi transaksi datang salah satunya dari momen Lebaran, yang ditargetkan dapat tumbuh lebih dari 300% dibandingkan momen yang sama di tahun sebelumnya.

“Kami juga akan meningkatkan layanan selama momen Lebaran berlangsung, jam kerja consumer service (CS) bertambah agar konsumen jadi semakin terlayani. Kami dapat dihubungi lewat berbagai medium, mulai dari telepon, e-mail, BBM, Line, Whatsapp, Live Chat, dan lainnya.”

Peningkatan layanan konsumen, menurut Takeo, menjadi salah satu cara perusahaan dalam menghadapi ketatnya persaingan online travel. Pihaknya meyakini dengan expertise yang dimiliki timnya, dan hubungan yang dibangun dengan para mitra jadi kekuatan perusahaan guna mendongkrak jumlah transaksi.

“Dari transaksi harian kami sekitar 50% datang dari repeat order, sisanya dari konsumen baru. Hal tersebut jadi bukti bahwa konsumen kembali karena percaya dengan layanan yang kami berikan. Angka persentase ini akan terus kami tingkatkan,” tutur Takeo.

Pihaknya juga berkomitmen untuk terus menambah inventaris jumlah hotel dan maskapai domestik dan internasional. Diklaim saat ini PegiPegi telah terhubung langsung dengan lebih dari 7.500 hotel mayoritas terdiri dari hotel bintang dua dan tiga, namun juga terdapat hotel budget sampai hotel bintang lima.

Selain itu, terdapat pilihan 20 ribu rute penerbangan dengan tujuh maskapai, dan 1.600 rute rute kereta api.

Kontributor utama dari transaksi PegiPegi datang dari pemesanan kamar hotel, kemudian posisi kedua berasal dari tiket pesawat, dan terakhir dari tiket kereta api.

“Sejak awal PegiPegi berdiri, core bisnisnya adalah pemesanan kamar hotel. Saat ini masih jadi kontributor utama kami, yang terkecil dari tiket kereta api karena itu masih baru, tahun lalu diluncurkan.”

Tidak membuka investasi dari luar

Takeo mengungkapkan untuk mendukung bisnis PegiPegi di Indonesia, Recruit Holding selaku ‘orang tua’ dari perusahaan berkomitmen untuk terus menyuntikkan dana investasi. Hanya saja secara nilainya Takeo enggan membeberkannya lebih detil.

Karena adanya komitmen tersebut, PegiPegi tidak membuka peluang untuk investor di pihak luar, terutama perusahaan modal ventura.

“Sejak PegiPegi berdiri, kami memang selalu mendapat kucuran dana dari holding saja. Tidak buka peluang untuk investor selain itu untuk masuk.”

Saat ditanya apakah PegiPegi sudah mencetak laba atau belum, Takeo menjawab bahwa sementara ini pengeluaran perusahaan memang masih lebih besar dari pemasukan. Meskipun demikian, tiap tahun persentase perbandingan antara keduanya diklaim makin menipis. Dia optimis pada beberapa tahun mendatang, PegiPegi sudah bisa menjadi perusahaan yang memberi keuntungan.

“Pengeluaran masih lebih besar dari pemasukan, tapi menuju ke sana [laba] karena kini besar pengeluaran kian berkurang tiap tahunnya. Kami harap tahun ini dan ke depannya akan semakin baik,” pungkasnya.

Perjalanan Pegipegi Menginjak Usia Lima Tahun

Pegipegi tahun ini menginjak usia lima tahun. Selama ini banyak kendala yang dihadapi sekaligus solusi yang dihadirkan untuk terus bertahan, bersaing dan memberikan yang terbaik bagi pelanggannya. Di usianya yang ke lima, Pegipegi masih terus berusaha memenuhi ambisi mereka menjadi Online Travel Agent (OTA) terbaik di Indonesia.

Mundur ke belakang, salah satu kendala awal yang dihadapi Pegipegi adalah mengedukasi masyarakat. Deputy CEO Pegipegi Ryan Kartawidjaja mengisahkan hal ini kepada DailySocial. Kendati demikian seiring berjalannya waktu masyarakat sudah terbiasa dengan pemesanan dan transaksi online. Hal ini juga salah satu dampak dari mulai banyaknya industri dan layanan digital yang mengharuskan bertransaksi online.

“Masyarakat yang dulunya harus mendatangi suatu tempat untuk membeli tiket, dengan banyaknya sarana pemesanan online memudahkan mereka untuk merencanakan perjalanan kapan pun dan di mana pun. Dengan adanya layanan pemesanan online ini, masyarakat bisa merencanakan perjalanan mereka sendiri, mulai dari jenis maskapai, hotel, harga, maupun tujuan wisata yang ingin didatangi,” ujar Ryan.

Industri OTA tumbuh juga dikarenakan meningkatnya masyarakat yang aktif melakukan traveling. Seolah traveling sekarang menjadi gaya hidup masyarakat. Dari data yang dihimpun pihak Pegipegi rata-rata pelanggannya melakukan pemesanan dua sampai tiga kali dalam satu tahun. Hal ini disinyalir juga karena adanya transportasi yang terjangkau seperti maskapai Low-cost carrier (LCC) yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat dari berbagai kalangan.

Transformasi Pegipegi dalam lima tahun

Pegipegi mengawali kiprahnya di industri OTA pada tahun 2012, tepatnya pada tanggal 7 Mei 2012. Di awal kemunculannya Pegipegi hanya menyediakan layanan pemesanan hotel. Kemudian pada tahun 2013 Pegipegi mulai melayani pemesanan tiket pesawat. Hingga pada akhirnya pada tahun 2016 silam Pegipegi meluncurkan pemesanan tiket kereta api untuk melengkapi kebutuhan para pelanggan mereka.

Laman situs website Pegipegi
Laman situs website Pegipegi

Dari segi teknologi, perjalanan Pegipegi juga bertahap. Di awal kemunculannya Pegipegi hanya bisa diakses melalui website. Dua tiga tahun berselang, pada tahun 2015 akhirnya mereka merilis aplikasi mobile, baik untuk Android maupun iOS. Selain itu cara pembayaran juga terus mengalami penambahan dan penyempurnaan. Yang mulanya hanya ada ATM transfer, Internet Banking, dan Kartu kredit, saat ini pelanggan Pegipegi juga bisa melakukan pembayaran secara tunai di Alfamart dan Indomaret.

“Saat ini kami sedang mempersiapkan untuk penambahan destinasi tujuan yang bukan hanya domestik, namun juga internasional untuk semakin melengkapi pilihan destinasi traveling masyarakat Indonesia,” ujar Ryan menjelaskan rencana Pegipegi ke depannya.

Bertahan di tengah persaingan

Tidak sedikit layanan OTA yang bermunculan dalam lima tahun terakhir. Hal ini tidak membuat Pegipegi gentar menghadapi persaingan. Dijelaskan Ryan salah satu yang membuat Pegipegi bertahan hingga saat ini adalah pihaknya berupaya memberikan layanan pemesanan online terbaik bagi para pelanggannya. Fokus pada kepuasan pelanggan.

“Selain itu kami juga memberikan tips traveling dan review yang dapat sangat membantu customer sebagai referensi untuk traveling. Didukung dengan banyaknya promo dan layanan Customer Service yang sangat membantu, kami yakin Pegipegi dapat diterima dengan baik oleh masyarakat Indonesia,” papar Ryan

Lebih lanjut, hadirnya pemain baru membuat Pegipegi semakin tertantang. Tinggi dan ketatnya persaingan dikonversi menjadi semangat untuk meningkatkan kualitas layanan, tampilan situs dan menambah inventori produk untuk memberikan kemudahan dan pilihan bagi pelanggan Pegipegi, baik pelanggan maupun pengguna baru.

Ryan sendiri merasa persaingan di sektor OTA masih tetap terbuka. Hal ini karena masyarakat tidak cenderung hanya menggunakan satu OTA. Kemudahan membandingkan harga dan kualitas layanan juga menjadi alasan tersendiri masyarakat belum begitu fanatik terhadap sebuah OTA. Pekerjaan rumah bagi bisnis OTA adalah bersaing dari segi kualitas untuk memuaskan pelanggan mereka.

Target selanjutnya

Kepada DailySocial Ryan menjelaskan bahwa berdasarkan data pemesanan di Pegipegi terjadi peningkatan yang cukup signifikan. Dari tahun 2015 hingga 2016 misalnya, pemesanan naik hingga mencapai 250%. Kondisi ini yang membuat Pegipegi cukup yakin dengan mematok target untuk tahun ini, dua kali lipat pertumbuhan transaksi di banding tahun sebelumnya.

“Melihat pertumbuhan yang cukup pesat ini, Pegipegi optimis untuk menargetkan, setidaknya transaksi akan meningkat 2 kali lipat pada tahun berikutnya. Oleh karena itu, Pegipegi telah menyiapkan berbagai hal untuk mencapai target tersebut, di antaranya adalah mengembangkan layanan pemesanan yang lebih mudah; meningkatkan jumlah inventori, memperbanyak pilihan metode pembayaran; serta menjalin kerja sama dengan berbagai pihak untuk menghadirkan beragam promo menarik demi menjamin kepuasan pelanggan. Dengan hal ini, kami optimis pada tahun 2017 ini transaction growth akan naik sebanyak 200% dibandingkan dari tahun sebelumnya,” pungkas Ryan.

Application Information Will Show Up Here

RedDoorz Hadirkan Ragam Sistem Pembayaran Baru untuk Memikat Pelanggan

Persaingan antar penyedia akomodasi budget hotel di Indonesia kian riuh. Dari tiga pemain terbesar saat ini, NIDA Rooms, ZEN Rooms dan RedDoorz, ketiganya sama-sama terus diperkuat dengan inovasi, terakhir ketiganya juga baru saja mendapatkan suntikan pendanaan seri A untuk perluasan cakupan bisnis. Maka dibutuhkan strategi lain yang berorientasi kepada pengguna untuk mendapatkan minat dari pasar.

Salah satu yang diupayakan oleh RedDoorz ialah dengan memberikan kenyamanan lebih dari sisi sistem pembayaran. Baru-baru ini pihaknya meluncurkan tiga mekanisme baru, yakni dengan transfer via ATM, Pay at Hotel (membayar di hotel saat check-in) dan menggunakan RedCash. Metode-metode pembayaran baru ini diperkenalkan agar pelanggan mendapatkan pengalaman yang lebih nyaman dari proses pemesanan hingga pembayaran akomodasi.

“Kami ingin menawarkan keuntungan lebih tidak hanya untuk tamu-tamu kami, tapi juga untuk semua partner bisnis kami. Salah satu dari komitmen kami adalah untuk menghadirkan metode-metode pembayaran yang akan mempermudah keseluruhan proses transaksi,” ujar Founder & CEO RedDoorz Amit Saberwal.

Salah satu yang menarik adalah RedCash. RedCash adalah fitur mata uang virtual yang didapatkan dalam bentuk loyalty points dari setiap pemesanan langsung melalui situs RedDoorz. Poin RedCash akan di kreditkan ke akun tamu saat proses check-in.

“Kami juga menyadari bahwa kebanyakan tamu-tamu kami adalah pelancong budget atau ekonomi yang memilih untuk membayar langsung di hotel atau melalui ATM. Sekarang, tamutamu RedDoorz akan bisa melakukan pemesanan terlebih dulu dan bayar kemudian. Hal ini diharapkan dapat menjadikan proses pembayaran, yang juga bisa dilakukan dengan RedCash, lebih nyaman,” jelas Amit.

Seiring meningkatnya kepuasan pelanggan dengan penambahan metode pembayaran ini, RedDoorz juga telah memperluas jaringan akomodasinya di Bogor dan Yogyakarta. Hingga saat ini RedDoorz mengklaim telah memiliki lebih dari 550 hotel di pulai Jawa dan Bali.

Application Information Will Show Up Here

Susul NIDA Rooms dan RedDoorz, Kini Giliran ZEN Rooms Bukukan Seri A Senilai 54,4 Miliar Rupiah

Setelah NIDA Rooms dan RedDoorz kini giliran ZEN Rooms mengumumkan perolehan pendanaan seri A. Pendanaan tersebut diperoleh dari investor Redbadge Pacific dan SBI Investment Korea, turut berpartisipasi juga Asia Pacific Internet Group (APACIG). Nilai yang digelontorkan mencapai $4,1 juta atau setara dengan Rp54,4 miliar. Pendanaan tersebut melambungkan nilai ekuitas perusahaan menjadi $8 juta.

Pendanaan kali ini akan difokuskan untuk perluasan jaringan ZEN Rooms di kawasan Asia serta memantapkan inovasi fitur-fitur baru yang akan diluncurkan beberapa waktu pendatang. Selain di beberapa wilayah di Indonesia, ZEN Rooms saat ini telah beroperasi menyediakan platform pemesanan budget hotel di wilayah Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand.

Genderang persaingan yang terus menguat

Persaingan makin terlihat ketika waktu pendanaan beberapa pemain di sektor ini sangat berdekatan. NIDA Rooms baru membukukan pendanaan seri A senilai $5,6 juta. Baru genap seminggu ini, pesaing lainnya RedDoorz juga baru mengumumkan pendanaan dengan putaran yang sama senilai $1 juta. Dan secara garis besar alokasi yang dilakukan masing-masing pemain sama, yakni untuk perluasan cakupan layanan di Asia dan pembenahan fitur.

Beberapa strategi turut dipatenkan oleh masing-masing pemain. Oleh ZEN Rooms contohnya. Guna mengakuisisi pelanggan, terutama kalangan millennials di Indonesia, pihaknya menjalin kerja sama khusus dengan online marketplace terbesar Tokopedia. Hal ini dilakukan mengingat potensi untuk pasar tersebut sangat besar, kalangan konsumtif yang terus bertumbuh. Karena sebelumnya ZEN Rooms sempat memaparkan bahwa ia ingin memfokuskan pada akomodasi konsumen korporasi.

Semua pemain bergerak agresif memperebutkan peningkatan minat akan budget hotel. Tak hanya persaingan vertikal, namun OTA (Online Travel Agency) umum –di Indonesia seperti Tiket.com atau Traveloka, juga mulai ambil bagian menawarkan kepada konsumen opsi untuk penginapan harga hemat tersebut.

Menurut Co-Founder and Global Managing Director Kiren Tanna salah satu strategi yang dapat membuat ZEN Rooms bertahan adalah dengan inovasi berbasis customer-centric. Untuk itu beberapa fitur coba ia tonjolkan dalam ZEN Rooms, seperti pay-at-hotel, self check-in kiosks dan beberapa pipeline layanan lain yang segera dihadirkan.

Application Information Will Show Up Here

RedDoorz Dapatkan Pendanaan Seri A Senilai 13,3 Miliar Rupiah

Hari ini platform penyedia reservasi budget hotel RedDoorz mengumumkan keberhasilannya dalam meraih pendanaan sebesar $1 juta (atau senilai Rp13,3 miliar) dari InnoVen Capital yang merupakan joint venture dari Temasek Holding Singapura dan Bank UOB. Ini menjadi pendanaan lanjutan setelah sebelumnya RedDoorz membukukan pendanaan seri A tahun 2016 yang dipimpin oleh Asia Investment Fund, World Bank Group dan Jungle Ventures.

Di masa awal pendiriannya, pada tahun 2015, RedDoorz juga sempat mendapatkan pra-seri A dari 500 Startup. Misi perusahaan untuk menghadirkan rangkaian akomodasi budget dengan kualitas terjaga membawa pada kepercayaan investor tersebut. Saat ini RedDoorz mengklaim telah memiliki 500 kanal budget hotel yang tersebar di wilayah Jakarta, Bali, Bandung, dan Surabaya.

“Kami bangga bekerja sama dengan InnoVen yang percaya dengan model bisnis kami karena perusahaan peminjaman modal hanya mencari perusahaan yang memiliki arus kas yang sehat dan kemampuan untuk membayar kredit. Anggaran untuk berwisata juga ikut meningkat seiring dengan pertumbuhan pendapatan per kapita dan kemampuan belanja masyarakat lokal, dan kami menjawab kebutuhan mereka dengan menyediakan akomodasi berkualitas,” tutur Founder & CEO RedDoorz Amit Saberwal.

Pendanaan tersebut akan difokuskan untuk meningkatkan pertumbuhan bisnisnya dan mematangkan brand RedDoorz di pangsa pasar Asia Tenggara. Meningkatnya peminat layanan tren online travel agency (OTA) khususnya pada segmentasi budget hotel diklaim telah membawakan RedDoorz peningkatan pendapatan hingga 12 kali lipat hingga saat ini.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Google, pasar pemesanan kamar hotel online di Asia Tenggara akan meningkat dari $6,6 miliar di 2015 ke $36,4 miliar di 2025 dengan peningkatan 19 persen setiap tahunnya.

Sebelumnya dengan nilai lebih besar, pesing langsung RedDoorz yakni NIDA Rooms juga baru saja mendapatkan pendanaan seri A sejumlah $5,6 juta ari Shanda Group dan beberapa investor Asia Tenggara lainnya. Dengan tujuan sama, pendanaan tersebut juga difokuskan untuk mematangkan kehadiran NIDA Rooms sebagai spesialis buget hotel di Indonesia dan Asia Tenggara.

Sementara para pemain lain seperti Airy Rooms, ZUzu Hotels dan Zeen Rooms juga terus mencoba mengembangkan bisnis di Indonesia. Salah satu strategi yang digalakkan ialah dengan menggandeng OTA lokal, seperti yang dilakukan oleh AiriRooms dan Traveloka. Sedangkan Zen Rooms memiliki strategi yang sedikit berbeda, yakni mencoba memfokuskan pada konsumen korporasi dan konsumen jangka panjang. Beberapa kemitraan dengan online marketplace juga sempat dijalankan oleh beberapa pemain budget hotel online di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here