BMW Singkap Konsep SUV Elektriknya, BMW iX3

Fokus industri otomotif tampaknya sedang tertuju ke segmen SUV elektrik. Tesla memelopori trennya lewat Model X, Jaguar dan Hyundai siap menyusul tahun ini juga, sedangkan VW di tahun 2020. Di tempat lain, ada Nissan, Porsche dan bahkan Buick yang telah memamerkan konsepnya masing-masing. Kini BMW pun tidak mau ketinggalan.

Di hadapan pengunjung Beijing Auto Show, pabrikan Jerman itu menyingkap konsep BMW iX3. Dari namanya sudah kelihatan kalau ini merupakan mobil elektrik, tapi jangan salah, wujudnya jauh lebih mirip crossover konvensional BMW X3 ketimbang BMW i3 yang sepenuhnya elektrik.

BMW iX3

Performanya ditunjang oleh motor elektrik generasi kelima buatan BMW, yang diklaim mampu menyemburkan daya kurang lebih sebesar 270 hp. ‘Mesin’ tersebut menerima suplai daya dari baterai berkapasitas 70 kWh, yang diestimasikan bisa membawa iX3 menempuh jarak sejauh 400 km dalam satu kali pengisian. Memang bukan yang terbaik, tapi masih lumayan jika dibandingkan calon rival-rivalnya tadi.

BMW tentunya tidak lupa menyematkan dukungan teknologi fast charging, di mana kapasitas baterai mobil bisa terisi hingga 80 persen dalam waktu kurang dari 30 menit jika menggunakan charger 150 kW. Jaringan charger generasi baru ini kabarnya bakal dibangun dalam waktu dekat.

BMW iX3

Ini juga yang pada dasarnya menjadi alasan mengapa iX3 masih mengusung status konsep. BMW sepertinya masih menunggu infrastruktur pendukungnya siap terlebih dulu sebelum merilis iX3 secara massal. Memang sejauh ini tidak ada yang berani memastikan, tapi menurut Wired, kemiripan iX3 dengan mobil konvensional bisa menjadi indikasi positif bahwa mobil ini bakal terealisasi dalam beberapa tahun ke depan.

Pertanyaan lainnya, mengapa harus Tiongkok? Mengapa tidak memperkenalkannya di pameran mobil di Eropa atau Amerika? Karena Tiongkok memang merupakan salah satu pasar otomotif terbesar, dan pemerintahnya juga memberlakukan regulasi yang terbilang ketat terkait emisi karbon, sehingga pada akhirnya mobil elektrik punya kans untuk sukses lebih besar di sana.

Sumber: Wired.

Volvo S90 Ambience Concept Ibarat Planetarium Berjalan yang Siap Memainkan Indera Penumpangnya

Sering kali yang mendefinisikan kadar kemewahan suatu mobil adalah pilihan material yang digunakan di bagian dalamnya; apakah sebatas kulit asli atau yang menyandingkan kulit, Alcantara dan berlian sekaligus? Namun menurut Volvo, masih ada cara lain, dan bahkan yang terkesan lebih ekstrem, yakni menciptakan mobil yang mampu merangsang dan menyatukan indera-indera manusia.

Filosofi nyeleneh itulah yang pada akhirnya melahirkan Volvo S90 Ambience Concept. Bentuk luarnya sangat mirip dengan sedan S90 Excellence, dan interiornya pun juga nyaris tidak berbeda. Perbedaannya tidak terlihat secara kasat mata, melainkan harus dirasakan menggunakan tiga indera sekaligus: penglihatan, pendengaran dan penciuman.

Volvo S90 Ambience Concept

Dari segi visual, kabinnya dapat berubah sewaktu-waktu menjadi semacam planetarium, dengan tujuh tema yang berbeda: Northern Lights, Scandinavian Forest, Swan Lake, Archipelago, Rain, Nocturnal dan Freedom. Dari yang menenangkan sampai yang menyegarkan, proyeksi yang tersaji di langit-langit kabin ini dipercaya mampu memberikan sensasi istimewa bagi penumpang, dan cara menggantinya cukup semudah menggunakan aplikasi ponsel.

Volvo S90 Ambience Concept

Pengalaman tersebut semakin diperkuat oleh alunan audio yang senada, yang berasal dari sound system premium bikinan Bowers & Wilkins, lengkap sampai ke tweeter kecil pada bagian sandaran kepala. Terakhir, indera penciuman penumpang bakal dimanjakan oleh satu dari empat aroma yang berbeda hasil racikan Byredo.

Volvo S90 Ambience Concept

Untuk sekarang, mobil ini memang baru sebatas konsep, akan tetapi Volvo sudah punya rencana untuk merealisasikan inovasi-inovasi tidak umum ini pada versi produksi S90 Excellence nantinya, khususnya untuk pasar Tiongkok – sejak 2010, Volvo telah berada di bawah naungan pabrikan Tiongkok, Geely.

Sumber: Volvo.

Konsep SUV Elektrik Buick Enspire Bisa Tempuh Nyaris 600 Km dalam Satu Kali Charge

Di titik ini saya kira semua sudah setuju kalau mobil elektrik adalah masa depan industri otomotif. Satu per satu pabrikan mulai mengejar ketertinggalannya dari Tesla, dan kalau melihat posisi Tesla sebagai pabrikan asal AS, tidak mengherankan apabila yang berambisi menyainginya adalah pabrikan yang masih satu kampung, salah satunya Buick.

Di ajang Beijing Auto Show yang bakal dihelat dalam waktu dekat, sub-brand General Motors itu akan memperkenalkan konsep SUV elektrik bernama Buick Enspire. Eksteriornya tergolong sangar, dan foto utama yang dipilih Buick menunjukkan kebolehannya menaklukkan medan berat alias off-road.

Buick Enspire

Buick belum mengungkap banyak detail mengenai Enspire, tapi yang pasti performanya cukup mengesankan. Motor elektriknya sanggup menghasilkan daya sebesar 410 kW, dan akselerasi 0 – 100 km/jam dapat ia tempuh dalam waktu 4 detik saja. Sebagai perbandingan, Tesla mengklaim varian termahal Model X (P100D) hanya butuh waktu 2,9 detik untuk mencapai kecepatan yang sama.

Namun yang jauh lebih memikat lagi adalah efisiensi dayanya. Buick mengklaim Enspire dapat menempuh jarak sejauh 595 km dalam satu kali pengisian. Sekali lagi sebagai perbandingan, varian paling irit Model X ‘hanya’ mampu menempuh jarak 475 km. Yang lebih istimewa lagi, baterai Enspire bisa terisi hingga 80% kapasitas totalnya dalam waktu 40 menit saja.

Buick Enspire

Masuk ke kabinnya, pengemudi dan penumpang bakal disambut oleh interior yang mewah sekaligus lapang. Tampak display OLED yang tersebar di mana-mana, dan heads-up display (HUD) pun juga sudah menjadi fitur standar bagi Enspire.

Tidak ada yang bisa menjamin bahwa mobil ini bakal terealisasi nantinya. Selama berpuluh-puluh tahun, mobil konsep sering kali tidak pernah bernasib lebih dari sebatas, well, konsep. Kendati demikian, setidaknya ini bisa menunjukkan bahwa persaingan pasar mobil elektrik ke depannya bakal semakin sengit.

Sumber: Engadget dan Buick.

Gandeng Belimob, Blibli Luncurkan Fitur Tukar Tambah Mobil

Bertujuan memudahkan pelanggan menjual mobil lama mereka dengan mobil keluaran baru, layanan e-commerce Blibli meluncurkan fitur Tukar Tambah mobil. Menggandeng Belimob yang merupakan unit bisnis Mobil88, anak perusahaan Astra yang bergerak dalam dalam bidang pembelian kendaraan mobil bekas, diharapkan fitur ini bisa menjadi one-stop shopping experience bagi pelanggan Blibli.

“Layanan tukar tambah (trade-in) merupakan upaya kami menghadirkan one-stop shopping experience bagi pelanggan saat membeli mobil di Blibli. Dan sebagai langkah awal kami berpartner dengan Mobil88 yang terpercaya sekaligus terdepan dalam bidang jual beli mobil bekas,” kata Senior Vice President of Trade Partnership Blibli Lay Ridwan Gautama.

Makin maraknya platform online jual beli otomotif merupakan salah satu alasan mengapa Belimob tertarik menjalin kemitraan dengan Blibli. Sebelumnya, Belimob memasok kebutuhan mobil seken untuk penjualan di mobil88. Belimob kini membuka layanan pembelian mobil seken untuk perorangan dengan jaminan semua merek dan jenis mobil pasti dibeli.

“Sudah lama kami memang menyasar pasar e-commerce dan melalui kerja sama ini kami siap memberikan yang terbaik termasuk kemudahan dalam pelayanan jual beli bagi Pelanggan Blibli.com,” kata Presiden Direktur Mobil88 Halomoan Fischer Lumbantoruan.

Proses transaksi diklaim transparan

Layanan ini merupakan pengembangan fasilitas layanan penjualan mobil yang sudah ada di Blibli sejak tahun 2016. Fitur ini memudahkan pelanggan Blibli dalam proses menjual mobil lama ketika ingin membeli mobil baru di Blibli. Nantinya mobil lama tersebut akan dibeli Belimob.

“Blibli untuk penjualan produk otomotif khususnya mobil saat ini sudah bekerjasama dengan lebih dari 15 merek mobil flagship dan dalam waktu dekat secara bertahap merek-merek dan tipe mobil lain yang kami jual sudah bisa dibeli dengan cara Tukar Tambah,” kata Lay.

Pelanggan yang ingin menjual mobil lama dan membeli mobil baru melalui Blibli, bisa mengunjungi situs khusus. Setelah semua persyaratan dilengkapi, pelanggan akan mendapatkan informasi harga terbaik yang bakal diberikan Blibli dan Belimob.

Setelah diverifikasi, pelanggan akan mendapatkan e-voucher dalam waktu 4 hari senilai harga jual mobil yang telah disepakati. Nantinya, pelanggan bisa langsung membeli mobil baru menggunakan e-voucher dengan potongan langsung.

Selain Belimob, beberapa startup telah menyasar pasar yang sama. Sebut saja BeliMobilGue dan Carsome. Bedanya di Belimob dananya dikhususkan untuk membeli mobil baru, sementara dua platform lain menawarkan dana cair secara tunai.

Application Information Will Show Up Here

Hyundai Bersiap Pasarkan SUV Elektriknya Menjelang Akhir Tahun Ini

Ingat mobil elektrik, pasti ingat Tesla. Namun belakangan satu per satu pabrikan mobil lain mulai serius menghadapi pasar baru ini. Tidak terkecuali Hyundai, yang tengah bersiap meluncurkan SUV elektriknya, Hyundai Kona Electric.

Sesuai namanya, ini merupakan versi elektrik dari SUV kecil yang bernama sama. Desainnya nyaris identik, menggabungkan citra SUV dan hatchback. Perbedaan yang paling mencolok adalah absennya grille pada moncong depan Kona Electric, mengingat cara kerja sistem pendinginnya sangat berbeda dari mobil bermesin bensin.

Hyundai Kona Electric

Bicara soal mobil elektrik, yang paling penting dibahas tentu saja adalah efisiensi dayanya. Hyundai mengklaim baterai berkapasitas 64 kWh yang tertanam mampu membawa Kona menempuh jarak 400 kilometer sebelum perlu diisi ulang. Pengisian ulangnya pun terbilang cepat jika menggunakan fast charger: 80% kapasitas baterai bisa terisi dalam waktu kurang dari satu jam.

Hyundai Kona Electric

Perihal performa, Kona Electric sedikit lebih unggul dibanding versi standarnya, sanggup menyemburkan daya sebesar 201 hp dan torsi 395 Nm guna mempercepat akselerasi. Pada kenyataannya, Hyundai bilang bahwa 0 – 100 km/jam bisa ditempuh dalam waktu 7,6 detik saja oleh Kona Electric, sedangkan kecepatan maksimumnya mencapai 167 km/jam.

Hyundai Kona Electric

Fitur driver assist, termasuk pengereman otomatis ketika mendeteksi objek di depan mobil, tersedia sebagai fitur standar. Lalu Hyundai tak lupa membekali kabin Kona Electric dengan sejumlah fitur premium macam panel instrumen full-digital, heads-up display (HUD), sampai wireless charger untuk ponsel.

Hyundai sejauh ini belum bilang harganya berapa, tapi semestinya tidak terpaut terlalu jauh dari Kona versi standar yang dibanderol mulai $19.500. Di Amerika Serikat, pemasarannya bakal dimulai menjelang akhir tahun 2018.

Sumber: Engadget dan Hyundai.

Subaru Gunakan Teknologi Pengenal Wajah untuk Mendeteksi Pengemudi yang Mengantuk

Kita semua tahu bahwa salah satu penyebab kecelakaan lalu lintas adalah pengemudi yang mengantuk atau kelelahan. Peluang terjadinya insiden tersebut semakin meningkat ketika menempuh jarak yang cukup jauh, namun Subaru tampaknya sudah menyiapkan solusi yang cukup efektif untuk menangani problem tersebut.

Solusi yang dimaksud adalah sistem bernama DriverFocus, yang memanfaatkan teknologi pengenal wajah (facial recognition) untuk mengidentifikasi tanda-tanda pengemudi yang kelelahan atau yang teralihkan perhatiannya. Sistem ini nantinya bakal tersedia pada varian termahal SUV Subaru Forester (Touring) edisi terbaru, yang diperkenalkan baru-baru ini di ajang New York Auto Show.

Ketika sistem berhasil mendeteksi pengemudi yang mengantuk, maka mobil secara otomatis akan mengaktifkan sistem driver assist bawaan yang bernama EyeSight. EyeSight bukanlah sistem semi-otomatis seperti Tesla Autopilot, akan tetapi masih cukup membantu berkat fitur-fitur seperti adaptive cruise control, lane assist dan lane departure warning, serta yang paling penting, pengereman otomatis alias pre-collision braking.

2019 Subaru Forester

Subaru bilang bahwa DriverFocus bisa mengenali sampai lima pengemudi yang berbeda selagi mengingat-ingat pengaturan posisi jok, suhu kabin, display multifungsi dan lain sebagainya yang ditetapkan oleh masing-masing pengemudi. Fitur ini sejatinya membuat Forester amat ideal dijadikan mobil keluarga.

Subaru memang bukan yang terdepan soal sistem kemudi otomatis, tapi setidaknya inovasi seperti ini bisa membantu mengurangi angka kecelakaan lalu lintas selagi kita mengejar skenario masa depan di mana tidak ada lagi kecelakaan yang diakibatkan user error, sebab semuanya dapat bergerak dengan sendirinya dan berkoordinasi satu sama lain.

Sumber: Engadget dan Subaru.

BMW Pamerkan Konsep Classic Mini Electric

Mobil elektrik tidak selamanya harus berwajah futuristis, sebab yang berbeda pada dasarnya hanyalah jeroannya saja. Berkaca pada prinsip itu, elektrifikasi menjadi cara yang ideal untuk menghidupkan kembali mobil-mobil legendaris dari masa lalu, seperti yang dilakukan BMW Group baru-baru ini.

Di event New York Auto Show 2018, BMW menyingkap konsep Classic Mini Electric. Tampak jelas bahwa desainnya nyaris identik dengan mobil yang dipakai pada film The Italian Job yang dirilis di tahun 1969. Bedanya tentu saja di sini mesin bensinnya telah digantikan oleh motor elektrik.

Classic Mini Electric

Sayangnya BMW tidak berbicara banyak soal spesifikasi maupun performa dari Classic Mini Electric. Meski sepintas kelihatannya siap diproduksi, mobil ini tak lebih dari sebatas konsep. Namun yang mungkin lebih mengecewakan lagi, ini adalah konsep Mini versi elektrik yang ketiga dalam kurun waktu sekitar satu dekade.

Konsep yang pertama, yaitu Mini E yang dirilis di tahun 2008, merupakan cikal bakal hatchback elektrik BMW i3. Konsep yang kedua diperkenalkan tahun lalu di ajang Frankfurt Motor Show, dan kalau BMW bisa menepati janjinya, versi inilah yang nantinya bakal diproduksi mulai tahun depan.

Classic Mini Electric

Kalau bicara spekulasi, bisa jadi BMW menyiapkan Classic Mini Electric ini sebagai edisi terbatas pasca peluncuran Mini Electric yang berwajah modern nanti. Apapun yang terjadi, dunia sudah lama menanti kehadiran Mini versi elektrik, dan sudah waktunya BMW merealisasikannya.

Sumber: Elektrek dan BMW.

Dampak Skandal Mobil Kemudi Otomatis Uber, Nvidia Terapkan Pengujian Secara Virtual

Di event CES pada bulan Januari lalu, Nvidia sempat bicara panjang-lebar mengenai rencananya memaksimalkan artificial intelligence di industri otomotif. Mereka tidak segan menghabiskan dana miliaran dolar untuk melakukan riset di bidang pengembangan sistem kemudi otomatis, dan sederet inovasi sudah mereka siapkan bagi mitra pabrikan mobil yang tertarik.

Namun situasinya berubah setelah kasus kecelakaan yang melibatkan mobil kemudi otomatis Uber pada tanggal 19 Maret lalu, yang memakan korban seorang wanita berusia 49 tahun. Selang beberapa hari setelahnya, Recode melaporkan bahwa Nvidia memutuskan untuk menyetop semua pengujian mobil kemudi otomatisnya selagi investigasi atas kasus Uber berlangsung.

Nvidia bukannya menyerah. Mereka masih punya ide lain untuk meneruskan kerjanya, tanpa harus mengemban risiko fatal yang bisa terjadi. Ide tersebut diwujudkan lewat sistem bernama Nvidia Drive Constellation, yang sederhananya memungkinkan mitra-mitra Nvidia untuk melakukan pengujian secara virtual.

Nvidia Drive Constellation

Drive Constellation terdiri dari dua komponen. Yang pertama adalah software Nvidia Drive Sim yang berjalan pada suatu server, yang bertugas menyimulasikan semua teknologi yang terdapat pada mobil kemudi otomatis, termasuk deretan sensor seperti radar dan lidar.

Simulasi virtual ini juga dapat merefleksikan kondisi mengemudi yang bervariasi, semisal saat kaca depan mobil menjadi target silauan matahari terbenam, atau saat badai besar melanda. Kreasi datanya dipercayakan pada sejumlah GPU buatan Nvidia sendiri.

Komponen yang kedua juga berupa server, tapi yang menjalankan software Nvidia Drive Pegasus. Tugasnya adalah memroses data-data yang berasal dari server Drive Sim, lalu merespon balik secara instan.

Perpaduan keduanya memungkinkan mitra Nvidia untuk menguji reaksi algoritma kemudi otomatisnya masing-masing ketika dihadapkan dengan skenario-skenario ekstrem. Selain sama sekali tidak membahayakan, simulasi virtual juga dapat menghasilkan lebih banyak data untuk dipelajari, sebab pabrikan bisa melangsungkannya sebanyak apapun mereka mau dalam satu hari.

Sumber: Engadget.

Alibaba dan Ford Resmikan Vending Machine Mobil di Tiongkok

Tahun lalu, Alibaba sempat memamerkan salah satu visi mereka yang bertajuk “New Retail”, di mana sederhananya mereka mencoba menggabungkan kelebihan-kelebihan berbelanja secara offline dan online. Sekarang, mereka tengah mencoba membawa konsep tersebut ke ranah otomotif.

Bermitra dengan Ford, Alibaba ingin menyajikan pengalaman yang lebih mudah dalam membeli mobil. Kolaborasi mereka melahirkan Super Test-Drive Center, sebuah fasilitas di kota Guangzhou yang pada dasarnya merupakan vending machine berisikan mobil. Ya, vending machine berisi baju tidak ada apa-apanya kalau dibandingkan ini.

Fasilitas ini sejatinya dirancang agar konsumen bisa lebih mudah melakukan test drive atas mobil yang tengah diincarnya. Alibaba bilang ada lebih dari 100 mobil (dengan model yang juga beragam, termasuk sport car Ford Mustang) yang bisa dipilih oleh konsumen di fasilitas ini.

Ford Super Test-Drive Center

Prosedurnya melibatkan layanan e-commerce Tmall kepunyaan Alibaba. Dari aplikasi ponselnya, konsumen bisa memilih model mobil yang hendak dicoba, lalu menentukan waktu pengambilannya. Metode verifikasi yang dipilih adalah facial recognition, di mana ketika tiba di fasilitas, konsumen bakal dipindai wajahnya berdasarkan selfie yang diambil saat melakukan pemesanan.

Setiap sesi test drive dihargai 99 sampai 198 yuan (tergantung modelnya), dan bisa dinikmati selama tiga hari. Khusus Alibaba Super Member, mereka bisa menikmati test drive secara cuma-cuma. Sekali lagi, ini merupakan contoh perkawinan elemen offline dan online yang cukup apik.

Merasa cocok dengan mobil yang dijajal? Konsumen tinggal mengunjungi diler Ford terdekat untuk melakukan pembelian. Ke depannya, Alibaba berharap konsumen malah bisa melakukannya langsung via Tmall.

Dari sudut pandang lain, fasilitas seperti ini sejatinya juga punya potensi untuk dimanfaatkan bersama semacam layanan persewaan mobil on-demand. Saya membayangkan skenario di masa yang akan datang di mana ketimbang membeli mobil, konsumen bisa menyewa ketika membutuhkannya, dan pengambilannya bisa langsung lewat vending machine ini.

Sumber: TechCrunch dan Alizila.

Pininfarina Siap Berevolusi dari Sekadar Rumah Desain Menjadi Pabrikan Mobil

Di industri otomotif, nama Pininfarina memang tidak sebesar Ferrari. Selama puluhan tahun perannya tidak lebih dari sebatas desainer mobil-mobil besutan Ferrari. Namun di tahun 2020 nanti, jangan kaget kalau ada supercar elektrik dengan label Pininfarina sebagai logo utamanya.

Media publikasi Autocar melaporkan kabar ini berdasarkan informasi dari sumber internal. Pininfarina yang kini berada di naungan Mahindra (perusahaan asal India itu mengakuisisinya di tahun 2015), bakal meninggalkan status lamanya sebagai rumah desain menjadi pabrikan mobil terpisah. Sosok yang ditunjuk untuk memimpin adalah Michael Perschke, mantan petinggi Audi India.

Tidak tanggung-tanggung, sejak awal mereka sudah memasang target untuk memproduksi empat mobil dalam kurun waktu lima tahun. Yang pertama dan yang menjadi unggulan adalah sebuah supercar elektrik bernama PF-Zero. Kabarnya, PF-Zero ini diproyeksikan sebagai penantang Bugatti Chiron, meski mesinnya murni ditenagai oleh energi listrik.

Pininfarina H2 Speed

Kedengarannya ambisius, akan tetapi Pininfarina dan Mahindra tidak sendirian. Mereka juga akan dibantu oleh pabrikan asal Kroasia, Rimac, yang belum lama ini memperkenalkan supercar elektrik bertenaga nyaris 2.000 hp. Wujudnya seperti apa memang belum ada yang tahu, tapi setidaknya mobil konsep Pininfarina H2 Speed (gambar atas) yang diungkap di tahun 2016 bisa memberikan sedikit gambaran.

Tiga mobil lainnya dikabarkan adalah SUV. Model teratasnya, PF-One, bakal mengemas baterai berkapasitas 140 kWh, serta motor elektrik dengan output daya total sebesar 950 hp. Dengan bekal seperti ini, akselerasi 0 – 100 km/jam bisa dengan mudah ditempuh dalam waktu kurang dari 3 detik.

Pengembangannya akan dimulai tahun ini juga (untuk PF-Zero), dengan jadwal rilis di tahun 2020. 2020 sepertinya bakal menjadi tahun yang menarik untuk sektor mobil elektrik, apalagi mengingat Tesla juga akan memulai produksi Roadster 2 di tahun tersebut.

Sumber: Autocar.