OYO Kembali Jadwalkan IPO di India Jelang Akhir Tahun 2023

Setelah sempat tertunda, startup jaringan hotel bujet OYO dikabarkan kembali mengajukan dokumen baru untuk penawaran umum perdana saham atau IPO di India. Menurut sumber Skift, media lokal India, OYO mengurangi target dana segar yang diincar antara $400 juta-$600 juta, menurun tajam dari rencana awal sebesar $1 miliar.

Oravel Stays, induk dari OYO, telah mengajukan ulang Draft Red Herring Prospectus (DRHP) dengan Securities and Exchange Board of India (Sebi). Direncanakan IPO akan dilaksanakan sekitar November 2023 setelah Sebi memberikan persetujuan.

Sebelumnya, upaya untuk IPO diungkap pada 2021, OYO menargetkan dapat mengumpulkan 84,3 miliar Rupee ($1 miliar). Valuasi OYO sempat tembus ke angka $10 miliar pada 2019, tetapi ambles menjadi $2,7 miliar pada tahun lalu.

Rute pra-pengajuan (pre-filing) akan memberikan OYO fleksibilitas dalam hal waktu dan ukuran IPO. Biasanya dengan rute tradisional, perusahaan harus melaksanakan IPO dalam waktu 12 bulan sejak persetujuan Sebi. Sementara dalam jalur pra-pengajuan, IPO dapat diajukan dalam waktu 18 bulan sejak tanggal dari respons final Sebi.

Rute ini juga memberikan fleksibilitas untuk mengubah ukuran masalah utama sebesar 50 persen hingga tahap Updated Draft Red Herring Prospectus (UDRHP).

Nominal dana segar yang diincar $400 juta-$600 juta akan menjadi penerbitan utama (saham baru yang diterbitkan perusahaan untuk publik), akan digunakan untuk membayar sebagian besar utang perusahaan, menurut sumber Skift.

Pengajuan terakhir OYO ke Sebi pada November 2022 adalah hasil keuangan terbarunya untuk paruh pertama tahun keuangan 2022-2023, yang menunjukkan peningkatan signfikan dalam kinerja perusahaan sejak pengajuan IPO awal pada September 2021. Secara topline, ada peningkatan margin kotor yang berkelanjutan, dan pengurangan kerugian secara keseluruhan.

Founder OYO Ritesh Agarwal menyampaikan, perusahaan menargetkan EBITDA yang disesuaikan hampir ₹800 crore ($98 juta) di 2024. Untuk itu, perusahaan akan mengambil langkah-langkah untuk menjaga arus kas yang sehat dan terus beroperasi dengan menghemat banyak pengeluaran.

“Kami memiliki saldo kas saat ini sekitar ₹2.700 crore ($330 juta) dan kami berharap pada akhirnya dapat menggunakan sangat sedikit dana kas untuk operasi yang ada. Arus kas kami telah menunjukkan peningkatan dan ketergantungan kami pada dana eksternal secara bertahap menurun dari waktu ke waktu,” kata Agarwal dalam townhall baru-baru ini.

Dia mengaitkan peningkatan kinerja tersebut didukung oleh bisnis OYO di India, Indonesia, Amerika Serikat, dan UK serta pengoptimalan yang relevan dalam bisnis rumah liburan di Eropa.

Sepanjang pandemi, OYO mundur dari sejumlah pasar di luar India, memangkas staf demi bertahan hidup. Perusahaan juga beralih dari model bisnis padat modal dan aset fisik, mengalihkan fokusnya untuk membangun teknologi sebagai layanan.

OYO Indonesia

Perusahaan baru-baru ini mengumumkan rencananya untuk menggandakan jumlah hotel premium di India pada tahun 2023 dengan menambahkan sekitar 1.800 hotel premium. Fokus OYO pada hotel premium dimulai pada kuartal terakhir tahun 2022 dengan menambahkan lebih dari 400 hotel premium baru antara Oktober dan Desember.

Sejumlah brand akomodasi untuk segmen mid-premium, yakni Townhouse Oak, Townhouse, Collection O, dan Capital O sudah tersebar di lebih dari 35 negara, termasuk Indonesia. Perusahaan juga meluncurkan program akselerator untuk pelaku bisnis perhotelan generasi pertama dengan lebih dari lima hotel operasional di platformnya.

Di Indonesia saja, segmen pengguna dari korporasi menyumbang kontribusi bisnis terbesar di OYO. Pada 2022, OYO memaparkan ada kenaikan pemesanan pada segmen korporasi di Indonesia sebesar 237% menjadi 253 korporasi dari tahun sebelumnya yang hanya 75 korporasi.

Para klien tersebut datang dari sektor keuangan, teknologi, startup, serta ritel dan logistik yang berlokasi Jakarta, Tangerang, Surabaya, Bekasi, dan Medan. Utamanya disumbang dari sektor keuangan yang menjadi kontributor terbesar bagi OYO Indonesia.

Sejak hadir di Indonesia sejak 2018, OYO memiliki 2.500 properti yang tersedia di 180 kota, termasuk di antaranya Jakarta, Bandung, Medan, Palembang, Semarang, Magelang, dan Yogyakarta. Pertumbuhan bisnisnya diklaim naik 15 kali lipat dengan peminat lebih dari 12 juta pelanggan.

Berdasarkan tren pemesanan tertinggi, Bandung, Bali, Yogyakarta, Malang, dan Lampung merupakan kota destinasi liburan sepanjang 2022. Sementara, Jakarta, Tangerang, Surabaya, Bekasi, dan Medan adalah kota dengan kunjungan bisnis tertinggi.

Application Information Will Show Up Here

Perkuat Bisnis di Indonesia, OYO Siapkan Dana Investasi 4,2 Triliun Rupiah

OYO mengumumkan komitmen baru dalam investasi mereka di Indonesia menjadi US$300 juta atau setara 4,2 triliun Rupiah. Komitmen anyar ini diumumkan setelah keberhasilan perusahaan menembus 5 juta pelanggan sepanjang 2019 ini.

Pendiri dan CEO OYO Ritesh Agarwal menyampaikan langsung sejumlah pencapaian yang sudah mereka peroleh selama beroperasi di Indonesia. Ritesh mengatakan, saat ini OYO sudah menggandeng 1.000 hotel dan 27.000 kamar di 100 kota di Indonesia. Ia menyebut angka itu tercapai lebih cepat dari target mereka yakni satu tahun.

“Kami pernah menyampaikan bahwa kita akan berinvestasi US$100 juta pada tahun lalu. Sekarang kami akan memperbarui investasi itu menjadi US$300 juta berkaca dari kesuksesan kita di sini,” ucap Ritesh.

Country Head OYO Indonesia Rishabh Gupta menjelaskan, tambahan investasi US$200 juta itu dianggarkan untuk satu tahun ke depan. Menurutnya, dana itu akan digunakan utamanya untuk revitalisasi bangunan hotel dan pelatihan staf yang tersebar

Country Head of Business Development OYO Indonesia Agus Hartono Wijaya turut menambahkan, pengucuran investasi itu diputuskan karena mereka menyadari ada cukup banyak hotel di sejumlah kota yang kualitasnya di bawah standar. Renovasi jadi langkah prioritas mereka untuk menarik pelanggan.

Let’s say okupansi mereka di bawah 50 persen misalnya. Justru itu value OYO untuk meningkatkan okupansi mereka jadi di atas 50 persen. Bagaimana caranya ya dengan direnovasi dulu,” imbuh Agus.

Perbedaan akses dan infrastruktur suatu daerah turut berpengaruh pada kualitas hotel yang beragam. Disparitas kualitas hotel inilah yang hendak diselesaikan oleh OYO lewat tambahan investasi mereka.

Fokus di timur

Salah satu fokus ekspansi OYO di Indonesia berada di wilayah timur. Potensi wisata yang besar dan industri perhotelan yang masih berkembang di sana jadi alasan OYO membidik ke sana.

Kendati demikian, upaya ekspansi itu tak akan mudah karena gairah bisnis perhotelan di sana sedang lesu.

Ketua Umum Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Haryadi Sukamdani mengutarakan, tingkat okupansi hotel di kawasan timur merosot 30 persen. Serupa dengan data PHRI, Badan Pusat Statistik pun mencatat penurunan tingkat hunian hotel berbintang pada Maret 2019 sebesar 4,21 poin menjadi 52,89 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Haryadi menyebut kenaikan harga tiket pesawat jadi penyebab utama hal itu terjadi.

Kendati demikian, Rishabh meyakini kenaikan harga tiket pesawat tak begitu berpengaruh pada industri perhotelan. Di samping upaya pemerintah Indonesia yang terus membenahi infrastruktur pariwasata, pihaknya juga terus berinvestasi untuk memperbaiki kualitas pelayanan hotel yang bekerja sama dengan OYO.

“Lagipula orang Indonesia tidak hanya berwisata melalui pesawat, banyak juga yang pakai infrastruktur darat seperti kalau ke Bandung atau Yogyakarta. Bagi OYO, okupansi hotel tidak terdampak oleh kenaikan tiket pesawat,” cetus Rishabh.

Program OPEN untuk pemilik aset

Pada saat yang sama, OYO juga meluncurkan OPEN yang ditujukan untuk mitra pemilik aset. Sederhananya, program ini merupakan wadah bagi para pemilik aset untuk bertukar ide, informasi, dan lainnya yang dapat menunjang bisnis.

Dalam program itu OYO berkomitmen untuk membagi hasil pendapatan tepat waktu, memberikan akses pembiayaan yang terjangkau, membantu pemasaran hotel, dan menyediakan teknologi sebagai solusi untuk pemilik hotel.

Pengembangan Teknologi Jadi Strategi Oyo Agresif Akuisisi Properti

Pemanfaatan teknologi diklaim menjadi pembeda Oyo dengan pemain jaringan hotel konvensional. Diklaim kombinasi antara teknologi dan tim terbaik mampu membuat Oyo mentransformasi satu properti dalam satu hari.

Country Head Oyo Indonesia Rishabh Gupta menjelaskan, setidaknya ada lebih dari 20 inovasi teknologi yang sudah dikembangkan Oyo baik secara global, maupun spesifik untuk melayani Indonesia saja. Salah satu inovasi teranyar yang dikhususkan buat Indonesia adalah sistem back end untuk merekap laporan keuangan per bulan.

Di situ, Oyo membuat semua status pembayaran yang dilakukan konsumen dari berbagai kanal distribusi OTA di dalam satu berkas dokumen dikirim secara rutin ke email mereka. Pemilik properti dapat melihat dari mana saja booking dilakukan, metode pembayaran yang dipakai, hingga komisi yang diberikan untuk Oyo dan sebagainya.

“Indonesia punya metode pembayaran yang berbagai macam, sehingga kami perlu kustomisasi sendiri. Jadi semua kalkulasi sudah dilakukan Oyo lewat sistem, pemilik properti hanya cukup melihat rekapnya saja. Pendapatan dan keuntungan yang mereka dapat tiap bulannya dari Oyo,” terang Rishabh kepada DailySocial.

Kelebihan ini diberikan lantaran mayoritas pemilik properti yang “menitipkan” asetnya ke Oyo bukan menjadikan hotel sebagai bisnis utamanya, sehingga keahlian mereka bukan dalam hal manajemen hotel.

Dari sisi aplikasi, Oyo menawarkan solusi untuk pelanggan, pemilik hotel, dan karyawannya. Misalnya aplikasi untuk manajer properti yang berguna untuk mengelola operasional harian properti secara menyeluruh, termasuk pemesanan kamar, jalur penjualan, permintaan pelanggan, housekeeping, dan pengelolaan keuangan.

Berikutnya aplikasi Oyo Captain untuk mengaudit hotel Oyo dan manajer BD Oyo menggunakan input yang diaktifkan AI pada aplikasi Orbis untuk menampilkan properti dan hotel baru. Oyo Captain adalah sebutan manajer hotel yang ditempatkan Oyo untuk memantau operasional harian hotel secara langsung.

Pemilik properti juga dibekali aplikasi untuk mengontrol arus kas, kinerja bisnis, perkembangan harga, ulasan, dan rekomendasi pelanggan. Juga aplikasi khusus untuk sistem pricing berdasarkan permintaan dan timing waktu, pemilik dapat menyesuaikannya sesuai kondisi tersebut agar tetap kompetitif.

Aplikasi Oyo untuk konsumen dibekali dengan algoritma berbasis AI untuk menemukan properti yang paling sesuai di lokasi terbaik dengan harga tepat. Tersedia pula bot untuk melayani permintaan konsumen. Keseluruhan teknologi ini diberikan pasca properti sudah masuk listing.

Sebelum masuk ke listing, tim Oyo dibantu oleh teknologi lainnya seperti Oyo Optimus yang berbentuk aplikasi untuk memahami kebutuhan transformasi sebuah properti sembari menghitung estimasi biaya. Serta memungkinkan semua pihak termasuk pemilik aset untuk memonitor proses transformasi yang berlangsung.

Tersedia pula pendekatan desain berbasis AI untuk mengevaluasi kritik dan saran dari konsumen, sekaligus mengidentifikasi preferensi desain mereka. Di samping itu, memprediksi Oyo saat renovasi menyeluruh selagi melakukan peningkatan terhadap infrastruktur yang telah ada. Tujuannya untuk mengurangi biaya dan waktu yang harus dikeluarkan.

Rishabh menambahkan, dengan dibantu teknologi di atas, tim Oyo yang bergerak di teknik sipil mampu menetapkan standar baru dalam mentransformasi dan merenovasi properti dalam 14 hari, berbanding jauh dengan industri hingga 90 hari. Berdasarkan standar tersebut, perusahaan mengklaim mampu mentransformasikan lebih dari 70 hotel ke dalam jaringan Oyo tiap bulannya.

“Oyo memiliki 300 Oyopreneurs (karyawan) kualitas dunia yang dibantu oleh teknologi untuk mengubah properti dalam waktu singkat.”

Indonesia menjadi satu dari tiga negara, bersama Tiongkok dan Malaysia, yang menjadi fokus Oyo untuk merealisasikan penambahan secara kumulatif lebih dari 64 ribu setiap bulannya.

Rencana Oyo untuk Indonesia

Tampilan kamar yang telah direnovasi oleh Oyo / Oyo
Tampilan kamar yang telah direnovasi oleh Oyo / Oyo

Per April 2019, sebanyak 530 properti dengan 12.250 kamar di 52 kota telah bergabung ke dalam jaringan Oyo. Angka ini tumbuh pesat dibandingkan dengan Maret 2019 saja, terdapat 360 hotel di 40 kota yang tergabung. Saat pertama kali hadir di Indonesia pada Oktober 2018, Oyo hadir dengan 30 hotel dan 1.000 kamar di 3 kota.

Ambisi Oyo untuk hadir di 100 kota tahun ini ditargetkan segera tercapai melihat perkembangan yang pesat tersebut.

Seluruh properti tersebut merupakan hasil kemitraan dengan lebih dari 500 pemilik aset. Mereka datang dari berbagai kalangan, seperti perusahaan properti Adhi Persada dan HK Realtindo, dan pemilik properti pribadi dengan lebih dari satu aset.

“Awalnya pemilik properti baru coba satu aset untuk kita kelola. Lalu setelah melihat hasilnya, akhirnya mereka memutuskan untuk menambah sehingga sekarang jadi repeat consumer kami.”

Sejauh ini Rishabh enggan menjelaskan rencana perusahaan bersama Grab yang menyuntik US$100 juta (sekitar Rp1,5 triliun) ke perusahaan tahun lalu. “Belum ada update yang bisa saya bagikan terkait hal ini.”

Pun belum ada kabar lanjutan mengenai rencana Oyo menambah investasi khusus untuk Indonesia. Sebelumnya dikabarkan Oyo berinvestasi khusus untuk Indonesia, sebesar US$100 juta selama dua tahun, agar dapat hadir di 50 kota tahun ini.

Saat ini Oyo Indonesia telah merekrut 750 talenta lokal dari berbagai latar belakang yang ditempatkan ke seluruh Indonesia untuk mengelola properti. Perusahaan berkomitmen merekrut lebih banyak karyawan hingga 2020 mendatang demi memperkuat sektor perhotelan.

Tidak hanya menjual listing dari aplikasinya sendiri, Oyo memanfaatkan pemain OTA lain untuk memasarkan propertinya. Beberapa layanan OTA yang dimanfaatkan adalah Booking.com, Agoda, Tiket.com, Pegipegi, dan Traveloka.

Diklaim rerata tingkat hunian hotel mengalami kenaikan sampai 75% sejak pertama kali bergabung dengan jaringan Oyo.

 

Tahun Depan Oyo Targetkan Miliki Jaringan di Seratus Kota

Setelah meresmikan kehadirannya dua bulan yang lalu, Oyo sebagai jaringan hotel yang telah beroperasi di lebih dari 500 kota di 6 negara mengklaim telah mengalami pertumbuhan bisnis yang signifikan di Indonesia. Saat ini di jaringan Oyo sudah ada lebih dari 150 hotel di 16 kota di Indonesia.

Tahun 2019 mendatang Oyo memiliki target ekspansi di lebih dari 100 kota. Selama ini Oyo juga telah memperkuat jaringan hotel di Indonesia dengan menambahkan lebih dari 70 hotel per bulan ke jaringannya. Sebelumnya perusahaan mengumumkan komitmen investasi lebih dari US$100 juta (sekitar Rp1,5 triliun) untuk menjadi pemain terdepan di Indonesia.

“Dengan total investasi sebesar $100 juta, kami telah menyiapkan strategi pertumbuhan bisnis yang agresif untuk tahun 2019. Kami berencana akan memperluas jaringan di lebih dari 100 kota di Indonesia. Kami juga terus mengeksplorasi berbagai peluang pertumbuhan organik selagi membangun sinergi lewat berbagai kerja sama dengan entitas lokal,” kata Country Lead Oyo Hotels Indonesia Rishabh Gupta.

Besarnya permintaan dari masyarakat terkait dengan hotel di Indonesia menurut Oyo tidak diimbangi dengan penyediaan akomodasi berkualitas. Dalam hal ini Oyo dengan kapasitas yang dimiliki ingin mengakomodasi kebutuhan tersebut lewat model bisnis berbasis teknologi.

“Kota besar seperti Jakarta dan Surabaya menjadi kontributor terbesar terhadap pertumbuhan Oyo di Indonesia, namun kami melihat bahwa peluang bisnis yang tidak kalah besar justru datang dari kota-kota lain yang menjadi pusat bisnis regional maupun destinasi wisata baru. Berbagai program pengembangan destinasi wisata dari Kementerian Pariwisata Indonesia juga turut memiliki andil besar dalam mendukung pengembangan bisnis hospitality di Indonesia ke depannya,” tambah Rishabh.

Untuk pendanaan sendiri, Oyo sebelumnya telah mengantongi funding dari Softbank, Lightspeed, Sequoia, dan Greenoaks Capital senilai US$1 miliar. Ada pula tambahan $200 juta yang diambil dari neraca keuangan perusahaan.

Baru-baru ini Oyo juga dikabarkan telah mendapatkan dana segar dari Grab senilai $103,4 juta (Rp1,5 triliun) dalam seri E. Rencananya investasi Grab ini akan digunakan untuk membantu mengembangkan layanan Oyo di Asia Tenggara, terutama di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here