Daftar Startup yang Melakukan PHK Massal Sepanjang 2022

Di tahun 2022 ini, sejumlah startup digital mengambil langkah untuk merampingkan operasional bisnisnya. Salah satu dampaknya, mereka harus melakukan pengurangan pegawai dengan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

DailySocial.id mencoba merangkum daftar startup yang melakukan PHK atau layoff dalam jumlah massal sejauh ini:

Zenius: merumahkan sekitar 800 pegawai dalam 2x pengumuman

Hingga Agustus 2022, Zenius telah mengumumkan PHK sebanyak 2x. Pada pengumuman pertama, sekitar bulan Mei, mereka merumahkan sekitar 200 orang. Kemudian di pengumuman kedua, pada awal Agustus ini, dikabarkan ada 600 orang yang dirumahkan dari berbagai divisi. Pihak Zenius telah mengonfirmasi adanya PHK, kendati mereka tidak menyebutkan jumlah pastinya.

Dalam rilisnya, manajemen Zenius mengatakan bahwa keputusan ini diambil di tengah perubahan kondisi makro ekonomi dan perilaku konsumen, sehingga perusahaan harus menyelaraskan dan memprioritaskan kembali organisasi untuk memastikan  keberlanjutan dan pertumbuhan jangka panjang.

Pendanaan Terakhir Total Pendanaan Keterangan Lain
Seri B (Maret 2022) ~$60 juta Tahun ini mengakuisisi seluruh jaringan Primagama untuk menghadirkan pembelajaran hybrid.

LinkAja: merumahkan hampir 200 pegawai

LinkAja melakukan PHK terhadap hampir 200 pegawainya. Hal ini menyusul proses reorganisasi SDM perusahaan karena ada perubahan signifikan dalam proses dan tujuan bisnis.

Seperti diketahui LinkAja menawarkan layanan pembayaran e-money berbasis server. Salah satu fitur andalannya, mereka turut menyuguhkan opsi syariah kepada para penggunanya. Namun demikian, untuk aplikasi pembayaran mereka bersaing langsung dengan sejumlah pemain besar, di antaranya Gopay, ShopeePay, Dana, hingga OVO — yang mana masing-masing memiliki strategi yang nyaris sama.

Salah satu proposisi nilai yang coba disuguhkan LinkAja adalah penerimaan pembayaran offline melalui QRIS. Mereka turut melakukan penetrasi ke berbagai pasar tradisional dan kota lapis dua. Selain itu, layanan mereka juga digunakan sebagai sistem pembayaran utama di sejumlah aplikasi milik BUMN, salah satunya MyPertamina.

Juni 2022 ini perusahaan juga mengumumkan penunjukan Yogi Rizkian Bahar sebagai CEO. Yogi sebelumnya menempati sejumlah posisi strategis di grup Telkom.

Pendanaan Terakhir Total Pendanaan Keterangan Lain
Seri B (Maret 2021) ~$100 juta Startup ini didukung oleh sejumlah BUMN (baik secara langsung atau melalui unit CVC). Pendanaan terakhir diberikan oleh Gojek.

Tanihub: rumahkan puluhan pegawai

Tidak ada info resmi mengenai seberapa banyak karyawan yang dirumahkan, namun dari pantauan di LinkedIn, puluhan karyawan Tanihub tidak lagi bekerja di sana sejak Februari 2022. Ketika didalami, ternyata ini dampak dari penutupan gudang yang ada di Bandung dan Bali.

Tanihub memutuskan untuk fokus ke B2B, melayani pemenuhan bahan segar untuk pelaku bisnis. Adapun gudang yang ditutup sebelumnya dilakukan untuk pengelolaan suppy chain layanan B2C mereka, yakni bahan makanan untuk segmen rumah tangga.

Sebelumnya dalam wawancara bersama CEO Pamitra Wineka, TaniHub Group mengklaim menjadi perusahaan agritech pertama di Indonesia yang mencetak GMV di atas Rp1 triliun dengan pertumbuhan gross revenue sebesar 639% secara tahunan (YoY).

TaniHub mengoperasikan pusat distribusi di Bogor, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan Bali. Rencananya, TaniHub akan menambah di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.

Pendanaan Terakhir Total Pendanaan Keterangan Lain
Seri B (Januari 2021) ~$94,5 juta Tanihub telah melakukan suskesi kepemimpinan 2x. Sebelumnya Pamitra Winka ditunjuk sebagai CEO menggantikan Ivan Arie. Kemudian kini Johnny Widodo dikabarkan masuk menjadi CEO baru Tanihub.

MPL: menutup bisnis di Indonesia dan merumahkan seluruh pegawainya

Mobile Premier League (MPL) debut di Indonesia sejak awal 2019. Setelah 3 tahun lebih beroperasi, akhirnya mereka memutuskan untuk hengkang dari pasar Indonesia. Per 30 Mei 2022, MPL Indonesia tidak lagi beroperasi. Dampaknya puluhan pegawai yang menjalankan operasional di Indonesia juga dirumahkan.

Pendanaan Terakhir Total Pendanaan Keterangan Lain
Seri E (September 2021) ~$375,5 juta MPL bermarkas pusat di India. MDI Ventures dan Go-Ventures adalah investor dari Indonesia yang turut mendukung pendanaan mereka.

JD.id: rumahkan puluhan pegawai

Di tengah pertumbuhan pesat industri e-commerce, JD.id harus mengurangi puluhan jumlah pegawai pada Juni 2022 lalu. Pihak perusahaan mengatakan, hal ini disebabkan karena restrukturisasi SDM perusahaan yang dilakukan untuk menjaga daya saing.

Memang, saat ini JD.id harus bertarung melawan raksasa teknologi seperti Shopee, Tokopedia, Blibli, hingga Bukalapak. Semua nama yang disebutkan tersebut, termasuk JD.id, telah masuk ke jajaran perusahaan bervaluasi di atas $1 miliar (unicorn).

Proposisi nilai yang ditawarkan JD.id ialah menghadirkan layanan O2O. Mereka konsisten membangun berbagai ritel offline untuk mendukung pengalaman berbelanja.

Pendanaan Terakhir Total Pendanaan Keterangan Lain
Undisclosed Undisclosed, valuasi telah melebihi $1 miliar Di Indonesia, Gojek merupakan salah satu investornya. JD.id didirikan atas inisiatif JD.com dan Provident Capital sejak November 2015.

Lummo: rumahkan lebih dari 100 pegawai

Lummo dikabarkan merumahkan lebih dari 100 pegawainya. Menurut pemaparan manajemen Lummo, hal ini buntut dari perampingan kontrak dengan beberapa perusahaan layanan teknologi pihak ketiga.

Lummo bersaing langsung dengan beberapa starutp seperti BukuWarung untuk memudahkan pelaku UMKM melakukan pencatatan arus kas.

Pendanaan Terakhir Total Pendanaan Keterangan Lain
Seri C (Januari 2022) ~$150 juta Sebelumnya bernama BukuKas. Februari ini Lummo mendapatkan tambahan pendanaan seri C dari VC milik Jeff Bezos

Pahamify: rumahkan puluhan pegawai

CEO Pahamify Syarif Rousyan Fikri mengatakan bahwa ini imbas dari evaluasi bisnis yang dilakukan. Mereka sedang mengoptimalkan proses bisnis dengan melakukan efisiensi jumlah pegawai.

Pendanaan Terakhir Total Pendanaan Keterangan Lain
Seri A (November 2020) Undisclosed

Mamikos: rumahkan lebih dari 100 pegawai

Startup listing indekos terbesar di Indonesia Mamikos juga akhir Juli ini merumahkan lebih dari 100 pegawainya. Perusahaan telah melakukan restrukturisasi karena adanya perubahan fokus bisnis. Dikatakan juga oleh manajemen perusahaan, dari badai PHK ini tidak ada layanan yang ditutup dan dipastikan bisnis tetap berjalan seperti biasa.

Pendanaan Terakhir Total Pendanaan Keterangan Lain
Undisclosed Undisclosed

Disclosure: Artikel ini akan diperbarui sesuai dengan informasi terbaru di industri

CEO Muda Indonesia yang Menginspirasi Dunia Startup

Sukses di usia muda menjadi cita-cita dan pilihan siapapun termasuk kamu, tidak terkecuali dengan para CEO muda Indonesia.

Indonesia juga saat ini sudah memiliki banyak startup sukses di berbagai sektor dan di antara startup tersebut dibangun dan dikembangkan oleh CEO muda yang ternyata banyak menginspirasi.

Inspirasi dari mereka juga mematahkan kesulitan untuk sukses di usia muda. Walaupun, tugas dan tanggung jawab seorang CEO itu besar. Maka dari itu, artikel ini akan membahas siapa saja CEO muda Indonesia dari berbagai startup.

Yuk, simak lebih lanjut pembahasannya!

Daftar CEO muda Indonesia

1. Amanda Susanti Cole

Siapa yang tidak kenal dengan platform Sayurbox, salah satu startup situs belanja online kebutuhan segar sehari-hari. Apakah kamu tahu jika Sayurbox didirikan oleh seorang perempuan yang masuk ke jajaran 17 generasi Milenial RI yang masuk daftar berprestasi Forbes.

Sebagai CEO muda Indonesia dn founder dari Sayurbox, Amanda coba membuka peluang bisnis pangan secara digital melalui Sayurbox pada tahun 2017. Pada tahun tersebut juga Amanda hanya menjalankan bisnisnya dengan cara menjual kebutuhan sehari-hari dari petani lokal melalui Whatsapp dan Instagram.

Di tahun-tahun awalnya munculnya Sayurbox juga melupakan waktu yang sulit, ada banyak tantangan yang harus dijalani Amanda, bahkan di tahun pertamanya ia juga merasa tidak yakin apa Sayurbox bisa bertahan.

Di tahun berikutnya saat Sayurbox sudah memiliki aplikasi yang belum teroptimasi dengan baik sehingga banyak konsumen yang komplain. Namun, dengan berjalannya waktu Sayurbox bisa bertahan dan berkembang hingga saat ini. Bahkan, di tahun 2021 Sayurbox mendapatkan pendanaan seri B dari beberapa investor termasuk PT. Astra Digital International.

2. Audrey Maximilian

Dimulai dari keprihatinannya mengenai pembulian kepada orang-orang yang curhat di media sosial, membuat Audrey Maximillian membuat startup yang berfokus pada meditasi dan psikologi online yaitu Riliv

Riliv hadir di tahun 2015, tetapi di tahun tersebut juga Riliv tidak memiliki psikolog profesional melainkan, hanya menghadirkan mahasiswa psikologi yang memberi saran dan penenang awal kepada para penggunanya. Belum lagi, Maxi bukan dari lulusan psikologi, tetapi sistem informasi sehingga ia harus melakukan riset mendalam terkait masalah yang akan ia selesaikan dengan Riliv.

Hingga Riliv bisa mendapatkan penghargaan Google Play Best Unique App 2019, sering berkembangnya Riliv juga sekarang mereka sudah memiliki puluhan psikologi profesional yang siap membantu ratusan ribu pengguna Riliv. 

Bahkan, Riliv juga berhasil mendapatkan seri pendanaan awal di tahun 2022 yang dipimpin oleh East Ventures. Berkat Riliv juga, Maxi meraih penghargaan Forbes 30 Under 30 Asia di tahun 2020.

3. Ifandi Khairum Ranin

Salah satu CEO muda Indonesia dan founder dari startup yang bergerak dalam bidang pendidikan yaitu Satu Persen. Satu persen dibangun oleh Ifandi pada tahun 2019 dengan format channel Youtube. Sebelumnya ia hanya sering membagikan konten terkait pendidikan, kesehatan mental, dan self development di akun Youtube pribadinya sejak tahun 2018.

Namun, setelah mengetahui bahwa konten video dari Satu Persen dinikmati dan memberikan motivasi bagi para penontonnya, maka Ifandi dan beberapa temannya memutuskan membuat sebuah startup. Hingga di tahun  2022 pengikut Satu Persen di sosial media sudah mencapai satu juta pengguna. Tidak hanya itu, kini Satu Persen memiliki 40 mentor dan psikolog.

4. Rousyan Fikri

Startup edtech selanjutnya adalah Pahamify dan lagi-lagi CEO dan co- foundernya adalah anak muda Indonesia, Rousyan Fikri. Sebelum menjadi sebuah startup, pada tahun 2016 Pahamify hanya sebuah channel Youtuber bernama Hujan Tanda Tanya yang berisi konten edukasi sains dan teknologi.

Kemudian, di tahun 2018 Rousyan dan beberapa rekannya meluncurkan startup Pahamify, dan juga menciptakan aplikasi belajar pada tahun 2019. Ada puluhan ribu video pembelajaran dalam Pahamify yang tidak terbatas dengan sains saja. Bahkan, di tahun 2020 Pahamify juga mendapatkan pendanaan Seri A yang dipimpin oleh Shunwei Capital.

Itulah empat nama CEO muda Indonesia yang bergerak dalam bidang startup, dari keempat nama tersebut membuktikan bila usia muda bukan halangan untuk menjadi sukses. Walaupun, perlu ada usaha dan kerja keras yang mendoronya. Kamu juga bisa menjadi CEO muda Indonesia. Yuk, mulai dari sekarang!

Edtech Startup Pahamify Receives Series A Funding Led by Shunwei Capital

Edtech startup Pahamify announced series A funding with undisclosed value, led by Shunwei Capital. New investors participated in are Lien Family Office (Wah Hin) and a number of angel investors, as well as previous investors. Insignia Ventures also involved in this round.

The news was delivered by Pahamify’s Co-Founder & CEO Rousyan Fikri. He said the fund is to be used for the development of learning materials from elementary to high school levels. It will also be used to accelerate technological innovation and the teaching process on the platform.

“This fund will help Pahamify to maintain our position as a leader in the online tryout service (PTN entrance exam preparation). Last year, we served nearly 1 million practice trial exam sessions. 1 of 3 students who took UTBK last year used Pahamify for their test practice,” Rousyan said, Friday (27/11).

Previously, last March, the company has received funding of $150 thousand from the US-based accelerator program, Y Combinator, after participating in the W20 batch.

The pandemic effect

Rousyan continued, this pandemic has encouraged edtech companies like Pahamify to accelerate the innovation level to support the whole student needs. Some of the released features including live online classes for high school students and equivalent for free. There are also learning materials for science, social studies, language, and preparation for higher education entrance examinations (UTBK and Mandiri).

In this online class, everyday students can take in-class sessions, there are six to eight classes each day, through the application and interacting with the teachers (called Rockstar Teacher Pahamify) which makes the learning atmosphere more interactive. “To help students during their study at home, we still provide this feature for free.”

In addition, during the pandemic, he claimed that the Pahamify online tryout feature was recommended by Indonesian students as the best platform for UTBK preparation. In this feature, they get practice exams every week and get immediate feedback about their practice results.

“Our system recommends concrete steps students can take to improve their scores and strengthen their exam preparation.”

The company also participates in a program organized by the Ministry of Education and Culture, namely Learning from Home which is held on TVRI. “We hope Pahamify’s contribution to this program can help the teaching and learning process of Indonesian students in this difficult time.”

All of these innovations are quite good results for the company. Rousyan claims, thanks to satisfaction with Pahamify, 2020 graduate users have recommended this application to their juniors.

“As a result, in the current academic year, even though it has only been running for four months, the number of paid users is already 10 times more than the number of paid users in the previous academic year,” he concluded.

In Indonesia, Pahamify competes with Ruangguru, Zenius, and Quipper.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Startup Edtech Pahamify Kantongi Pendanaan Seri A Dipimpin Shunwei Capital

Startup edtech Pahamify mengumumkan pendanaan seri A dengan nilai dirahasiakan, dipimpin Shunwei Capital. Investor baru yang turut berpartisipasi adalah Lien Family Office (Wah Hin) dan sejumlah angel investor, serta investor sebelumnya. Insignia Ventures juga ikut dalam putaran ini.

Kabar ini disampaikan oleh Co-Founder & CEO Pahamify Rousyan Fikri. Ia menuturkan tambahan dana tersebut akan digunakan untuk pengembangan materi belajar dari tingkat SD sampai SMA. Sebagiannya lagi akan dipakai untuk mempercepat inovasi teknologi dan proses pengajaran di platformnya.

“Dana ini akan membantu Pahamify untuk mempertahankan posisi kami sebagai leader di layanan tryout online (persiapan ujian masuk PTN). Tahun kemarin, kami melayani hampir 1 juta sesi latihan tryout ujian. 1 dari 3 siswa yang mengikuti UTBK tahun kemarin menggunakan Pahamify untuk latihan ujiannya,” kata Rousyan, Jumat (27/11).

Sebelumnya, pada Maret lalu perusahaan baru mendapat pendanaan sebesar $150 ribu dari program akselerator asal Amerika Serikat Y Combinator, pasca ikut serta di batch W20.

Dampak dari pandemi

Rousyan melanjutkan, dampak pandemi ini mendorong perusahaan edtech seperti Pahamify untuk mempercepat tingkat inovasinya untuk mendukung kebutuhan para siswa. Beberapa fitur yang sudah dirilis di antaranya kelas online live yang bisa dinikmati oleh siswa SMA sederajat secara gratis. Juga tersedia materi pembelajaran untuk IPA, IPS, Bahasa, dan persiapan ujian masuk perguruan tinggi (UTBK dan Mandiri).

Dalam kelas online ini, setiap hari siswa bisa ikut sesi kelas, terdapat enam sampai delapan kelas setiap harinya, lewat aplikasi dan berinteraksi dengan para pengajar (disebut Rockstar Teacher Pahamify) yang membuat suasana belajar semakin interaktif. “Untuk membantu siswa-siswi selama masa belajar di rumah, sampai saat ini fitur tersebut masih kita berikan secara gratis.”

Di samping itu, selama pandemi, ia mengklaim fitur tryout online Pahamify banyak direkomendasikan siswa-siswi Indonesia sebagai platform terbaik untuk persiapan UTBK. Di fitur ini, mereka mendapatkan latihan ujian setiap minggunya dan memperoleh feedback langsung mengenai hasil latihannya.

“Sistem kami merekomendasikan langkah-langkah konkret yang bisa diambil siswa-siswi untuk meningkatkan skor dan memantapkan persiapan ujiannya.”

Perusahaan juga berpartisipasi untuk program yang diselenggarakan Kemdikbud, yakni Belajar dari Rumah yang diadakan di TVRI. “Kita berharap kontribusi Pahamify di program ini bisa membantu proses belajar-mengajar siswa-siswi Indonesia di masa yang sulit ini.”

Seluruh inovasi tersebut buah hasil yang manis buat perusahaan. Rousyan mengklaim, berkat kepuasan terhadap Pahamify, para pengguna lulusan 2020 banyak merekomendasikan aplikasi ini ke adik-adik kelasnya.

“Hasilnya, di tahun ajaran sekarang, walaupun baru empat bulan berjalan, jumlah pengguna berbayar sudah 10 kali lebih banyak dibanding jumlah pengguna berbayar di satu tahun ajaran kemarin,” pungkasnya.

Di Indonesia, Pahamify bersaing ketat dengan Ruangguru, Zenius, dan Quipper.

Application Information Will Show Up Here

Pahamify Dapat Pendanaan 2 Miliar Rupiah dari Y Combinator, Ingin Perkuat Konten

Startup edtech Pahamify mengumumkan pendanaan sebesar $150 ribu (setara 2 miliar Rupiah) dari program akselerator asal Amerika Serikat Y Combinator pasca ikut serta di batch W20. Dana segar tersebut akan dimanfaatkan untuk ekspansi konten untuk pelajar SMP dan guru. Saat ini Pahamify baru menghadirkan materi untuk SMA.

“Target kami adalah tetap menjadi yang paling inovatif supaya dapat membantu siswa Indonesia memaksimalkan potensinya dan merasakan serunya belajar. Kita bisa terus berinovasi karena latar belakang founders yang ahli di bidangnya: pendidikan S3, game designer handal, dan YouTuber,” terang Co-Founder dan CEO Pahamify Rousyan Fikri kepada DailySocial.

Pendanaan yang dikantonginya ini menandakan pertama kalinya perusahaan mendapat investasi non hibah. Rousyan berujar, Y Combinator pernah memberikan dana hibah dengan nilai dirahasiakan pada tahun lalu. Perusahaan juga pernah menerima dana hibah dari YouTube dan Siberkreasi.

“Walaupun mereka [Y Combinator] suka konsep kami dan sudah pernah ngasih kami dana hibah, mereka masih ragu untuk investasi. Namun berkat support dari Pahamifren [pengguna Pahamify] yang sudah percaya dan menggunakan Pahamify dari awal. Kami akhirnya bisa survive.”

Startup ini sudah berdiri medio 2017 di Bogor. Rousyan mendirikan Pahamify bersama dua temannya, Mohammad Ikhsan dan Edria Albert. Sebelumnya, Pahamify hadir dalam kanal YouTuber dengan nama akun Hujan Tanda Tanya di 2016. Akun tersebut berisi konten edukasi sains dan teknologi.

Bertepatan dengan pengumuman ini, Rousyan juga menjelaskan saat ini perusahaan masuk sebagai peserta Y Combinator batch W20. Ada dua startup lokal lainnya yang mewakili Indonesia, yakni Newman’s dan YukStay.

Dia menerangkan masuk ke dalam program ini mengajarkan perihal sains startup. Ada metode tertentu, yang jika dilaksanakan dengan konsisten, dapat membuat startup alumni YC menjadi startup besar dan berdampak. Selain itu, mereka mendapat pelajaran yang langsung disampaikan founder startup besar global.

“Banyak yang mengatakan bahwa YC adalah ‘Harvard-nya startup’ dengan 2,5%-3% peluang diterima. Setelah mengikuti program YC, saya menyadari bahwa itu tidak berlebihan.”

Pencapaian Pahamify

Dijelaskan lebih jauh, posisi Pahamify diklaim berbeda dengan kebanyakan startup edtech lainnya. Rousyan bilang perusahaan ingin selalu dikenal sebagai perusahaan yang inovatif, menggabungkan konten yang bagus, cara belajar sesuai riset terbaru, serta gamifikasi aplikasi.

Perusahaan akan mengembangkan materi pelajaran untuk SMP dan mempertimbangkan untuk guru. Pahamify sudah menyediakan materi untuk SMA, baik IPA dan IPS. “Untuk materi SMP segera kami rilis, kalau guru sedang dipersiapkan desain kontennya karena inginnya menerapkan computational thinking.”

Pihaknya ingin pelajar bisa mengakselerasi pencapaian yang biasanya butuh lima sampai belasan tahun, kini hanya butuh waktu beberapa tahun saja. Pencapaian tersebut secara pribadi berhasil ia capai, saat umur 15 tahun diterima sebagai mahasiswa ITB. Lalu setelah lulus jenjang S1, langsung melompat ke S3.

Perusahaan mengklaim telah menjadi teman persiapan kuliah yang mampu membuat pelajar SMA ketagihan belajar. “Tahun lalu kami mengadakan program intensif bimbingan SBMPTN melalui live streaming, 88% peserta diterima di PTN.”

Tidak disebutkan jumlah pengguna Pahamify. Berdasarkan unduhan, aplikasi ini telah diunduh lebih dari 100 ribu kali di Google Play Store. Aplikasi juga sudah tersedia di App Store.

Selain aplikasi, produk Pahamify lainnya adalah kanal YouTube Hujan Tanda Tanya yang masih terus dijalankan. Rousyan menyebut tiap tahunnya rutin mendapat proyek video edukasi dari Google. Selanjutnya, platform untuk mengembangkan keterampilan sosial maupun keterampilan teknis diberi nama, Skilify.

Untuk berlangganan paket di Pahamify, kemarin (18/3) perusahaan perluas kemitraan dengan LinkAja sebagai metode pembayaran di aplikasi. Harga paketnya dimulai dari Rp70 ribu per bulan, untuk 1,5 tahun sebesar Rp550 ribu. Disediakan pula paket untuk persiapan Ujian Tertulis Berbasis Komputer (UTBK) berupa tryout online dengan kisaran harga dari Rp25 ribu hingga Rp250 ribu.

Application Information Will Show Up Here

Startup Edtech Pahamify Resmi Hadir, Tawarkan Konten Edukasi untuk Pelajar SMA

Startup edtech lokal kembali ramai dengan kehadiran Pahamify. Startup ini awalnya hadir dalam kanal YouTube dengan nama akun Hutan Tanda Tanya sejak 2016, berisi konten edukasi tentang sains dan teknologi.

Akun tersebut telah menjaring lebih dari 250 ribu subscriber dan mengantongi berbagai penghargaan dari YouTube maupun Siberkreasi. Sejumlah dana hibah yang diperoleh mendorong tim menyeriusinya menjadi Pahamify.

Rousyan Fikri mendirikan Pahamify bersama dua temannya, Mohammad Ikhsan dan Edria Albert, sejak 1,5 tahun lalu di Bogor. Ketiganya memiliki latar belakang yang kuat di bidang edukasi dan teknologi.

“Meskipun sudah banyak aplikasi belajar tersedia, konten berkualitas tetap menjadi barang langka. Membuat konten pembelajaran berkualitas adalah keahlian yang masih sangat jarang di temukan para konten kreator di Indonesia,” terang CEO dan Co-Founder Pahamify Rousyan Fikri, Jumat, (19/7).

Peluncuran ini turut dihadiri Direktur Ekonomi Digital Aptikom Kemkominfo I Nyoman Adhiarma. Ia mengapresiasi kehadiran Pahamify karena sektor pendidikan termasuk ke dalam satu dari tujuh prioritas yang didorong Kemkominfo. Pendidikan tergolong sektor yang paling mudah didigitalisasikan dan tidak serigid sektor kesehatan.

“Tapi tantangannya sangat besar karena rata-rata tingkat pendidikan di Indonesia hanya sebatas kelas 2 SMP. Ini jauh tertinggal dibanding negara tetangga,” terang I Nyoman.

Kompetitor terdekat Pahamify adalah Ruangguru dan Quipper.

Produk Pahamify

Sementara ini, Pahamify menyediakan konten edukasi untuk jenjang SMA jurusan IPA. Ada lebih dari 500 konten dalam bentuk video, dilengkapi dengan ribuan kuis dan ringkasan. Konsep yang diusung adalah fun learning dibalut gamification agar belajar seseru bermain game.

Di dalam aplikasi juga disediakan Career Center, berupa layanan konseling yang dikelola oleh psikolog dari Universitas Indonesia untuk bantu siswa mengenali minat dan bakat diri. Juga, membantu siswa yang memiliki masalah akademik maupun non akademik.

Rousyan melanjutkan, di dalam aplikasi sudah dilengkapi dengan profil dari berbagai universitas dan jurusan untuk permudah siswa memilih jurusan sebelum masuk perguruan tinggi.

“Dari riset yang kami lakukan sebelum resmi merilis Pahamify, selain butuh platform untuk belajar akademis, siswa juga menghadapi masalah non teknis di kehidupan sehari-harinya. Makanya kami buat konselingnya.”

Di samping itu, timnya juga menyediakan program intensif untuk pelajar SMA tingkat akhir sebelum mengikuti tes perguruan tinggi. Metode yang dipakai adalah flip based classroom. Rousyan mengaku metode tersebut dipakai saat ia sekolah di luar negeri dan setelah diteliti bisa diterapkan di Indonesia.

Sejak aplikasi resmi diperkenalkan di Oktober 2018, dia mengklaim telah menjaring puluhan ribu pengguna yang kebanyakan adalah pelajar SMA. Untuk program intensif, disebutkan pada batch pertama telah berhasil mengantarkan 88% pesertanya ke PTN impian.

Biaya berlangganan aplikasi ini dibanderol mulai dari Rp50 ribu sampai Rp260 ribu, tergantung rentang waktu yang diinginkan. Aplikasi sudah tersedia untuk versi Android dan iOS.

Rencana perusahaan

Hingga akhir tahun ini, Pahamify berencana untuk menambah konten edukasi IPS untuk jenjang SMA. Jenjang SMP juga akan segera disasar karena timnya mendapat banyak permintaan dari para siswa.

“Harapannya tahun ini bisa selesaikan konten buat IPS dan SMP. Kami berharap tahun depan bisa melakukan lebih banyak inovasi baru yang lebih seru.”

Sementara akun YouTube Hutan Tanda Tanya masih akan diteruskan keberlangsungannya oleh Pahamify. Akun ini akan mempopulerkan konten sains dan teknologi karena menyasar penonton dari semua kalangan umum. Harapannya dari strategi ini bisa mendorong orang-orang untuk mencoba Pahamify.

“Tim Hutata (kepanjangan dari Hutan Tanda Tanya) masuk ke dalam unit bisnis di Pahamify. Fokusnya beda dengan Pahamify karena mereka menyasar ke general audience.”

Status pendanaan Pahamify disebutkan sudah mendapat investasi dari angel investor dengan nilai dirahasiakan. Perusahaan juga telah mendapat dana hibah dari YouTube dan Siberkreasi. Tim Pahamify saat ini berjumlah 50 orang dan seluruh konten dibuat secara in house.

Application Information Will Show Up Here