Movado Perkenalkan Smartwatch Keduanya, Kali Ini dengan OS Android Wear 2.0

Pabrikan jam tangan asal Swiss, Movado, kembali memperkenalkan smartwatch terbarunya. Berbeda dari sebelumnya dimana mereka menggandeng HP saat mengembangkan smartwatch pertamanya, Bold Motion, Movado kali ini lebih memilih untuk bermitra dengan Google dan mengadopsi sistem operasi Android Wear 2.0.

Penggunaan Android Wear otomatis membuat smartwatch bernama Movado Connect ini mengusung layar sentuh. Ada lima watch face khusus yang sudah disiapkan Movado, yang semuanya terinspirasi oleh desain Museum Dial milik jam tangan analog besutan Movado, plus dapat dikustomisasi lebih lanjut oleh pengguna.

Movado sejauh ini masih bungkam soal spesifikasi mendetailnya, termasuk apakah smartwatch ini mengusung heart-rate monitor atau tidak. Satu hal yang sudah dikonfirmasi adalah dukungan Android Pay, yang menandakan bahwa sudah ada chip NFC yang tertanam di dalamnya.

Berhubung ia merupakan smartwatch Android Wear 2.0, spesifikasinya sebenarnya sudah bisa ditebak dengan cukup jelas. Chipset yang digunakan hampir bisa dipastikan adalah Qualcomm Snapdragon Wear 2100, sama persis seperti yang smartwatch Android Wear 2.0 dari brandbrand lain gunakan.

Total ada lima desain yang berbeda yang Movado tawarkan, akan tetapi sejauh ini belum ada kepastian apakah Movado juga bakal menyediakan varian khusus untuk kaum hawa. Movado Connect rencananya bakal dipasarkan mulai musim semi mendatang, dengan harga mulai $495.

Sumber: Wareable dan PR Newswire.

Tak Jadi Pakai OS Sendiri, Misfit Vapor Bakal Usung Android Wear 2.0

Di ajang CES pada bulan Januari kemarin, Misfit mengumumkan smartwatch pertamanya yang bukan merupakan perangkat hybrid. Dalam pengumumannya, tidak disebutkan sistem operasi apa yang bakal dijalankan, tapi berdasarkan pantauan Wareable, smartwatch bernama Vapor itu menggunakan OS rancangan Misfit sendiri.

Namun semua itu ternyata hanya tinggal kenangan. Misfit baru saja mengonfirmasi kalau Vapor bakal ditenagai oleh Android Wear 2.0, bukan lagi OS besutannya sendiri.

Entah apa alasan yang mendasari keputusan ini, namun kalau menurut saya, Misfit kurang begitu yakin akan ekosistem aplikasinya. Android Wear merupakan platform smartwatch yang sudah terbilang matang, dan sepertinya sulit bagi Misfit untuk meyakinkan komunitas developer untuk mengembangkan aplikasi hanya untuk smartwatch barunya saja.

Terlepas dari itu, Android Wear 2.0 malah bakal menghadirkan integrasi Google Assistant pada Vapor. Di saat yang sama, Misfit Vapor juga akan bersaing langsung dengan smartwatchsmartwatch seperti Guess Connect, Huawei Watch 2, LG Watch Sport dan Style, New Balance RunIQ, serta Casio WSD-F20.

Secara hardware tidak ada yang berubah dari Vapor, termasuk bezel-nya yang dilengkapi panel sentuh untuk memudahkan pengoperasian. Layarnya juga masih sama, mengandalkan panel AMOLED 1,39 inci dengan kerapatan pixel 326 ppi. Deretan sensornya tidak ada yang dikurangi, termasuk heart-rate monitor dan GPS.

Chipset yang menjadi otaknya pun juga tetap Qualcomm Snapdragon Wear 2100. Secara keseluruhan, spesifikasi yang diusung Vapor memang identik dengan smartwatch Android Wear 2.0 (yang memang mengikuti standar yang diberikan Google), dan fakta ini semakin membuat keputusan Misfit untuk mengganti OS-nya jadi kian masuk akal.

Sayang hingga kini Misfit masih belum punya jadwal perilisan yang pasti. Rencananya di akhir musim panas, dengan banderol harga $199 dan pilihan warna hitam atau rose gold.

Sumber: Wareable.

Berubah Drastis, Smartwatch Guess Connect Generasi Kedua Kini Ditenagai Android Wear 2.0

Dua tahun silam, Guess memperkenalkan smartwatch perdananya yang dikembangkan bersama Martian Watches. Apa yang mereka ciptakan sejatinya merupakan sebuah arloji tradisional dengan imbuhan layar OLED mini dan sejumlah fitur pintar ala smartwatch.

Kini tiba saatnya bagi Guess untuk mengungkap suksesornya. Generasi kedua Guess Connect ini sudah berubah drastis, dari yang tadinya berupa jam tangan analog menjadi murni mengadopsi teknologi digital. Tentu saja, yang menjadi bintang adalah sistem operasi Android Wear 2.0 yang masih tergolong cukup gres.

Terkait spesifikasinya, Google sendiri sebenarnya sudah menetapkan standar untuk semua smartwatch Android Wear 2.0. Itulah mengapa spesifikasi Guess Connect juga tergolong mirip-mirip. Guess memang baru mengungkap chipset Qualcomm Snapdragon Wear 2100, tapi saya kira sisanya tidak jauh berbeda dari perangkat lain yang juga mengemas chipset ini.

Fitur tracking-nya pastinya juga ikut terintegrasi, tapi sejauh ini belum ada kejelasan apakah Guess telah menambatkan heart-rate monitor maupun GPS. Namun satu hal yang bisa dipastikan, smartwatch ini telah mengemas Google Assistant, yang sejatinya merupakan fitur standar untuk OS Android Wear 2.0.

Guess Connect akan ditawarkan dalam dua varian desain dan ukuran: yang berdiameter 41 mm ditujukan buat konsumen perempuan, sedangkan varian 44 mm yang berpenampilan lebih sporty untuk konsumen laki-laki. Smartwatch ini akan dilepas ke pasaran mulai musim gugur atau musim dingin tahun ini juga, sayang belum ada informasi mengenai harganya.

Sumber: Engadget dan Globe Newswire.

Montblanc Resmi Ungkap Smartwatch Perdananya

Baru saja memperkenalkan smartwatch baru, Tag Heuer sudah mendapat rival yang sepadan. Pada tanggal 16 Maret kemarin, Montblanc resmi memperkenalkan smartwatch perdananya. Dinamai Montblanc Summit, smartwatch ini berpotensi menjadi pesaing terdekat Tag Heuer Connected Modular 45.

Untuk menciptakan kesan pertama yang apik, Montblanc mengambil lini jam tangan 1858 miliknya sebagai inspirasi utama dalam mendesain Summit. Aura klasik ini turut didukung oleh elemen premium, seperti misalnya case yang terbuat dari bahan stainless steel atau titanium.

Summit mengemas layar AMOLED 1,39 inci, dengan resolusi 400 x 400 pixel. Layar ini dibungkus oleh kaca safir yang agak cembung guna memberikan kesan seakan-akan seperti jam tangan analog. Secara keseluruhan, Summit tahan air dengan sertifikasi IP68.

Menjadi otak Summit adalah chipset Snapdragon Wear 2100 besutan Qualcomm, didukung oleh RAM 512 MB dan storage internal sebesar 4 GB. Sistem operasi yang dipercayai adalah Android Wear 2.0, tentunya lengkap beserta integrasi Google Assistant. Konektivitas Wi-Fi turut hadir, namun tidak untuk LTE, GPS maupun NFC.

Montblanc mengklaim setidaknya ada 300 kombinasi desain yang bisa didapat dari Summit / Montblanc
Montblanc mengklaim setidaknya ada 300 kombinasi desain yang bisa didapat dari Summit / Montblanc

Sejauh ini Anda mungkin berpendapat bahwa Tag Heuer Connected Modular 45 lebih superior karena mengemas NFC dan berdesain modular. Akan tetapi ada satu fitur yang ditawarkan Summit yang tidak akan Anda jumpai di Tag Heuer, yakni heart-rate monitoring. Soal baterai, Montblanc mengklaim daya tahan satu hari penuh.

Seperti halnya smartwatch lain, Summit juga memiliki strap berukuran 22 mm yang mudah dilepas-pasang. Diameter case-nya sendiri berkisar 46 mm, sedangkan tebalnya hanya 12,5 mm. Di atas kertas, Summit tidak terasa terlalu besar tapi juga tidak tergolong ringkas.

Montblanc mengklaim setidaknya ada lebih dari 300 kombinasi desain yang bisa didapat dari Summit. Smartwatch ini rencananya akan dipasarkan mulai bulan Mei mendatang, dengan banderol mulai $890.

Sumber: PR Newswire dan Montblanc.

Visa Pamerkan Teknologi Contactless Payment dalam Wujud Kacamata Hitam

Berkat layanan seperti Apple Pay dan Android Pay, konsumen kini dapat melakukan pembayaran menggunakan smartphone atau smartwatch-nya. Channel YouTube ternama Unbox Therapy beberapa bulan lalu sempat mendemonstrasikan bahwa seseorang bisa menghabiskan waktunya seharian di New York tanpa perlu mengeluarkan dompet dan hanya menggunakan Android Pay saja.

Pertanyaannya, apakah smartphone dan smartwatch adalah alat bantu yang paling tepat? Menurut Visa, alternatif lainnya bisa berupa kacamata hitam. Baru-baru ini, mereka mengumumkan rencananya untuk menguji kacamata hitam berteknologi contactless payment ini.

Kalau melihat gambarnya di atas, kacamata ini tampak seperti kacamata hitam biasa. Pada kenyataannya memang demikian, hanya saja di dalam tangkainya telah tertanam chip NFC. Penggunaannya sama persis seperti smartphone atau smartwatch, cukup lepas kacamata lalu dekatkan ke mesin EDC (electronic data capture) dan transaksi pun langsung berhasil.

Visa memilih event Quiksilver dan Roxy Pro Gold Coast 2017 yang diselenggarakan World Surf League sebagai ajang percobaan teknologi ini. Kompetisi surfing sejatinya merupakan pilihan yang tepat, sebab mayoritas pengunjung yang berada di lokasi – yang pastinya di pantai – biasanya enggan membawa dompet.

Lalu ketika mereka hendak membeli sesuatu, entah itu makanan atau merchandise, mereka cukup melepas kacamata dan menggunakannya layaknya sebuah kartu debit. Meski kedengarannya praktis, hal lain yang perlu diperhatikan adalah bagaimana jadinya ketika kacamata itu hilang atau diambil orang?

Visa sendiri bermaksud melakukan pengujian ini untuk meninjau apakah ada demand dari konsumen, serta apakah brand atau bank tertentu mau menjadi sponsor dari kacamata contacless payment ini.

Sumber: The Verge dan CNBC.

Tag Heuer Connected Modular 45 Resmi Diperkenalkan

Rumor mengenai smartwatch kedua Tag Heuer yang beredar bulan lalu sama sekali tidak meleset. Pada tanggal 14 Maret kemarin, Tag Heuer bersama Intel secara resmi memperkenalkan Tag Heuer Connected Modular 45, setahun lebih setelah kolaborasi pertamanya.

Desainnya memang tidak berpaling jauh dari pendahulunya. Akan tetapi sesuai namanya, ada aspek modular yang terkandung pada perangkat ini, dimana pengguna dapat mengganti bodinya dengan modul jam tangan mekanikal Tag Heuer 02T Tourbillon Chronograph.

Hal ini tentu saja bisa menjadi daya tarik tersendiri di hadapan para purist yang belum bisa move on dari jam tangan analog, tapi di sisi lain mendambakan sejumlah fitur yang ditawarkan smartwatch. Masih seputar desain, Connected Modular 45 akan ditawarkan dalam 56 varian desain yang berbeda – bahkan dial-nya saja ada 30 pilihan.

Tag Heuer Connected Modular 45 ibarat smartwatch siluman; bodinya dapat diganti dengan modul jam tangan mekanikal / Tag Heuer
Tag Heuer Connected Modular 45 ibarat smartwatch siluman; bodinya dapat diganti dengan modul jam tangan mekanikal / Tag Heuer

Di balik kaca safir dan bodi titanium itu bernaung prosesor Intel Atom Z34XX yang menjadi otak dari segalanya. Layar sentuhnya sendiri menggunakan panel AMOLED 1,39 inci, dan secara keseluruhan perangkat tahan air hingga kedalaman 50 meter.

Connected Modular 45 mengemas media penyimpanan sebesar 4 GB, dan OS yang dijalankannya adalah Android Wear 2.0, yang berarti sudah ada Google Assistant terintegrasi. Spesifikasi baterainya tidak dicantumkan, namun diestimasikan bisa bertahan selama lebih dari satu hari.

Total ada 56 varian desain yang berbeda untuk Tag Heuer Connected Modular 45 / Tag Heuer
Total ada 56 varian desain yang berbeda untuk Tag Heuer Connected Modular 45 / Tag Heuer

Wi-Fi, Bluetooth dan GPS turut dibenamkan dalam bodinya, sehingga pengguna tak perlu ragu akan kapabilitas tracking-nya – sayang tidak ada LTE dan heart-rate monitor. Sesuai harapan, Tag Heuer tidak lupa menyematkan chip NFC, yang berarti Connected Modular 45 bisa digunakan sebagai media pembayaran elektronik.

Tag Heuer mematok harga mulai $1.600 untuk smartwatch keduanya ini, $100 lebih mahal generasi yang pertama. Dengan banderol semahal ini, tentu saja konsumen tidak akan mengincarnya demi integrasi Google Assistant semata, tapi murni untuk mendapatkan prestige yang ditawarkan brand sekelas Tag Heuer, sedangkan fitur-fitur pintarnya bisa dianggap sebagai bonus.

Sumber: Intel.

Topi Ini Dapat Mengisi Ulang Baterai Smartphone Anda

Event tahunan South by Southwest (SXSW) yang digelar di kota Austin kerap menjadi panggung demonstrasi produk-produk teknologi yang sedikit nyeleneh. Salah satu contohnya adalah produk bernama SolSol ini. Ia merupakan sebuah topi, wujudnya pun persis seperti topi biasa, akan tetapi ia bisa mengisi ulang baterai ponsel Anda.

Rahasianya terletak pada panel surya yang tertanam di bagian depannya. Tidak cuma ponsel yang bisa di-charge, tetapi juga smartwatch, action cam maupun perangkat-perangkat lain yang menyambung via USB. Pun demikian, jangan harap proses charging-nya bisa secepat menggunakan laptop atau bahkan colokan listrik.

Menurut klaim pengembangnya, SolSol dapat mengisi daya sebesar 200 mAh per jam. Seandainya Anda butuh waktu satu jam untuk mengisi ulang menggunakan colokan listrik, atau dua jam menggunakan laptop, maka Anda butuh sekitar 2,7 sampai 4 jam menggunakan SolSol.

Karena daya yang disalurkan sangat kecil, SolSol mungkin lebih cocok untuk mempertahankan daya baterai ponsel ketimbang mengisinya ulang sampai penuh / SolSol
Karena daya yang disalurkan sangat kecil, SolSol mungkin lebih cocok untuk mempertahankan daya baterai ponsel ketimbang mengisinya ulang sampai penuh / SolSol

Dengan keterbatasan ini, SolSol jelas belum bisa menggantikan power bank, tapi ia akan sangat membantu di saat-saat darurat. Perlu dicatat juga, SolSol tidak mengemas baterai, yang artinya ia tidak bisa menyimpan energi listrik, sehingga percuma saja kalau Anda menggunakannya di malam hari.

SolSol saat ini sudah bisa dibeli seharga $56. Model yang tersedia untuk sementara hanya topi baseball, tapi pengembangnya sedang berupaya menyematkan teknologinya ke lebih banyak jenis topi sekaligus mematangkan teknologinya supaya bisa mengisi ulang baterai dengan lebih cepat.

Sumber: Engadget.

Xiaomi Luncurkan Sepatu Pintar dengan Kemampuan Fitness Tracking

Seperti yang sudah pernah kita bahas, gadget buatan Xiaomi tidak cuma terbatas pada kategori smartphone saja. Pabrikan asal Tiongkok itu pada dasarnya banyak berinvestasi ke startupstartup kecil, memodali mereka guna mengembangkan perangkat inovatif dari bermacam kategori, seperti salah satunya sepatu pintar.

Sepatu pintar itu diberi nama 90 Minutes Ultra Smart Sports Footwear, cukup panjang mengingat ini merupakan terjemahan dari nama aslinya dalam bahasa Tionghoa. Namun jika Anda mengesampingkan namanya, sepatu ini bukan sembarang sepatu olahraga seperti yang biasa Anda beli di toko-toko.

Berkat chipset Intel Curie, sepatu pintar ini dapat mendeteksi apakah pengguna sedang berjalan, berlari atau malah mendaki / Xiaomi
Berkat chipset Intel Curie, sepatu pintar ini dapat mendeteksi apakah pengguna sedang berjalan, berlari atau malah mendaki / Xiaomi

Pasalnya, Xiaomi telah membenamkan chipset Intel Curie di dalamnya. Intel memang secara spesifik merancang chip ini untuk perangkat wearable. Ukurannya hanya sebesar kancing baju, akan tetapi ia sanggup merekam data-data aktivitas fisik secara real-time sekaligus mengemas modul Bluetooth, dan dapat beroperasi selama sekitar 60 hari tanpa perlu di-charge.

Hasilnya, sepatu garapan Xiaomi ini dapat mendeteksi apakah penggunanya sedang berjalan, berlari, atau malah mendaki. Selagi beraktivitas, chip Curie akan terus merekam data-data seperti jumlah kalori yang terbakar, kecepatan, jarak tempuh dan lain sebagainya. Kalau Anda memakai sepatu ini, Anda tidak lagi perlu memakai fitness tracker atau smartwatch, kira-kira begitu premisnya.

Sepatu pintar ini ditawarkan dalam beragam pilihan warna, termasuk edisi khusus yang dilengkapi bagian sol yang bisa menyala / Xiaomi
Sepatu pintar ini ditawarkan dalam beragam pilihan warna, termasuk edisi khusus yang dilengkapi bagian sol yang bisa menyala / Xiaomi

Secara fisik, Xiaomi 90 Minutes Ultra Smart tampak seperti sepatu olahraga kebanyakan. Xiaomi menawarkannya dalam beragam pilihan warna, plus sebuah edisi khusus yang bagian solnya dilengkapi material yang dapat menyala biru di malam hari, memastikan supaya penggunanya tetap terpantau oleh para pengguna jalan.

Sepatu ini sekarang sedang ditawarkan lewat platform crowdfunding Xiaomi sendiri. Harga yang dipatok adalah 299 yuan, atau sekitar Rp 580 ribu, dan pemasarannya akan dimulai pada tanggal 15 April mendatang.

Sumber: GizmoChina.

Berkat Tapdo, Anda Bisa Mengontrol Bermacam Aplikasi dan Perangkat Menggunakan Sidik Jari

Faktor praktis dan keamanan pada akhirnya berhasil membuat sensor sidik jari menjadi fitur standar pada smartphone. Sekarang kita sudah sangat terbiasa membuka ponsel menggunakan sidik jari, dan metode yang sama juga dimanfaatkan untuk sistem pembayaran elektronik seperti Apple Pay dan Android Pay.

Namun sebuah perusahaan bernama Tapdo Technologies berpikir sensor sidik jari mempunyai manfaat lebih dari sekadar dua aktivitas itu. Di mata mereka, teknologi biometrik ini juga dapat dipakai untuk mengaktifkan berbagai macam fungsi pada layanan, aplikasi maupun perangkat smart home.

Buah pemikiran mereka adalah sebuah perangkat wearable mirip smartwatch yang bagian wajahnya dihuni oleh sensor sidik jari. Uniknya, sensor ini dapat membedakan bagian ujung jari dengan bagian tengah dan pangkal, sehingga pada dasarnya satu jari saja bisa menjadi ‘kunci’ aktivasi tiga fungsi yang berbeda.

Tapdo dapat dikenakan di pergelangan tangan atau seperti tombol biasa / Tapdo Technologies
Tapdo dapat dikenakan di pergelangan tangan atau seperti tombol biasa / Tapdo Technologies

Satu ‘tombol’ untuk bermacam-macam, kira-kira seperti itu premis yang ditawarkan Tapdo. Menggunakan aplikasi pendampingnya, pengguna dapat menetapkan fungsi-fungsi tertentu pada bagian jari tertentu. Contohnya, ujung telunjuk untuk memutar atau menghentikan musik, sedangkan bagian tengah dan pangkalnya untuk membesarkan atau mengecilkan volume.

Setiap kali suatu fungsi berhasil diaktifkan, perangkat akan bergetar sebagai indikatornya. Menurut pengembangnya, sejauh ini sudah ada 28 fungsi berbeda yang bisa diaktifkan via Tapdo. Kekurangannya? Anda harus mengingat-ingat bagian jari mana untuk fungsi apa.

Tapdo rencananya akan dipasarkan melalui platform crowdfunding Kickstarter mulai bulan ini juga. Harga termurah yang bisa didapat oleh para backer adalah $99.

Sumber: Wareable dan Tapdo.

Fitbit Alta HR Suguhkan Heart-Rate Monitoring dalam Kemasan yang Ramping Sekaligus Stylish

Setahun yang lalu, Fitbit memperkenalkan Alta, activity tracker pertamanya yang dirancang dengan mengedepankan nilai estetika. Kini Fitbit sudah siap untuk merilis suksesornya yang membawa fitur yang sangat ditunggu-tunggu oleh para pengguna Alta selama ini: heart-rate monitoring.

Fitbit Alta HR, demikian nama perangkat baru ini, mengadopsi desain yang sangat identik dengan pendahulunya. Tentu saja satu-satunya hal yang membedakan adalah kehadiran sensor laju jantung di belakangnya, dimana Fitbit mengaku harus mendesain ulang chip yang digunakan supaya bisa masuk ke bodi Alta HR yang sangat ramping.

Perihal kinerja, semua fitur yang ditawarkan Alta ikut hadir di sini, termasuk halnya fitur notifikasi. Pun demikian, Fitbit mengklaim Alta HR dapat memonitor pembakaran kalori secara lebih komprehensif, dimana ia dapat melakukannya ketika pengguna melangsungkan aktivitas yang tak melibatkan langkah kakinya, seperti yoga misalnya.

Fitbit Alta HR dapat memonitor pembakaran kalori pada aktivitas yang tidak melibatkan langkah kaki, seperti yoga misalnya / Fitbit
Fitbit Alta HR dapat memonitor pembakaran kalori pada aktivitas yang tidak melibatkan langkah kaki, seperti yoga misalnya / Fitbit

Bersamaan dengan heart-rate monitoring yang konstan, Fitbit turut memperkenalkan dua fitur sleep tracking baru lewat Alta HR, yaitu Sleep Stages dan Sleep Insights. Sleep Stages menggabungkan data dari accelerometer dan sensor laju jantung untuk mengestimasikan waktu tidur Anda di tiap-tiap fase secara lebih akurat, termasuk dalam fase REM (Rapid Eye Movement).

Sleep Insights di sisi lain didesain untuk memberikan rekomendasi aktivitas yang disesuaikan dengan kondisi tubuh masing-masing pengguna. Fitur ini pada dasarnya akan membantu pengguna untuk lebih memahami korelasi antara pola tidur, pola makan, olahraga, berat badan dan laju jantung.

Kedua fitur ini dikembangkan bersama sejumlah ahli dari Stanford University, John Hopkins University dan University of Arizona. Sleep Stages nantinya juga akan tersedia untuk Fitbit Blaze dan Charge 2, sedangkan Sleep Insights untuk semua produk Fitbit yang menawarkan fitur sleep tracking.

Fitbit mengaku harus mendesain ulang chip sensor laju jantung yang digunakan supaya bisa masuk ke bodi Alta HR yang ramping / Fitbit
Fitbit mengaku harus mendesain ulang chip sensor laju jantung yang digunakan supaya bisa masuk ke bodi Alta HR yang ramping / Fitbit

Selebihnya, Alta HR merupakan versi lebih komplet dari Alta yang kita kenal selama setahun terakhir ini. Terlepas dari semua fitur baru yang disajikan, Alta HR diklaim malah punya daya tahan baterai yang lebih awet; 7 hari dibandingkan 5 hari yang ditawarkan Alta standar.

Fitbit Alta HR akan dipasarkan mulai April mendatang seharga $150. Fitbit juga akan menawarkan Special Edition Alta HR yang mengemas case rose gold 22 karat seharga $180. Terakhir, strap opsional berbahan silikon, kulit atau stainless steel juga tersedia dngan banderol mulai $30 sampai $100.

Sumber: Business Wire.