Setelah Diperkenalkan di CES 2017, MSI Akhirnya Resmi Luncurkan Headset Gaming Immerse GH70

Presentasi MSI di CES 2017 yang diwarnai dengan pengenalan sejumlah gaming gear ialah hal unik. Dahulu, MSI hanya menyiapkan periferal sebagai pelengkap bundel. Tapi walaupun device-device baru tersebut cukup menjanjikan, MSI tak buru-buru meluncurkannya. Mouse gaming  Clutch GM70 dan GM60 dilepas lima bulan setelah penyingkapan perdananya, lalu Immerse GH70 baru menyusul di bulan ini.

Di tanggal 13 Juli 2017 kemarin, sang produsen hardware gaming asal Taiwan itu resmi meluncurkan headphone MSI Immerse GH70. Headset tersebut sejauh ini merupakan produk audio paling high-end racikan MSI, dan tak heran jika tim desainer mencoba memastikannya tampil menarik dan bisa diintegrasikan dengan gaming notebook kesayangan Anda, sekaligus memampatkan segala macam teknologi canggih di dalam.

MSI Immerse GH70 2

Desain Immerse GH70 mungkin segera mengingatkan Anda pada headset populer buatan SteelSeries. Hal ini mungkin tidak mengherankan mengingat kedua perusahaan sudah lama melakukan kolaborasi, terutama dalam menggarap keyboard di laptop gaming MSI.

MSI Immerse GH70 3

Seperti Siberia V2, Immerse GH70 mengusung headband dua bagian dipadu headband sekunder lentur di bawahnya. Lewat metode ini, headphone jadi lebih fleksibel dan tekanan ke kepala terdistribusi secara merata. MSI memanfaatkan earcup empuk yang mudah digonta-ganti – tersedia opsi berbahan kain atau kulit. Microphone-nya juga lentur, dapat dikeluar-masukkan ke dalam housing, dan Anda bisa menyesuaikan kelengkungan mic dengan mudah.

MSI Immerse GH70 1

Agar penampilannya lebih menarik, MSI turut membubuhkan sistem pencahayaan RGB Mystic Light pada bagian eksternal earcup. Via software companion di PC, Anda dipersilakan memilih jutaan warna, atau memanfaatkan fitur Mystic Light Sync sehingga efek cahayanya bisa dibuat serasi seperti warna RGB di komponen (motherboard misalnya) serta periferal lain.

MSI Immerse GH70 4

Immerse GH70 menyajikan audio surround 7.1, dipersenjatai unit driver 50-milimeter bersertifikasi audio Hi-Res. Sertifikasi tersebut susah-susah MSI peroleh demi memberikan gamer keunggulan dibanding lawan mainnya karena berkat penyajian suara yang detail, kita dapat tahu arah datang musuh bahkan sebelum melihatnya. Sistem 7.1 memungkinkan user mendengar suara dari tujuh penjuru, dibantu satu subwoofer.

Proses setting dan utak-atik efek suara bisa dilakukan lebih lanjut via software MSI Gaming Center. Kemudian headset juga memiliki modul kendali buat menyala-matikan fitur 7.1, mengatur volume, serta menonaktifkan mic.

Immerse GH70 kabarnya sudah mulai tersedia di toko-toko retail mulai bulan Juli 2017. Untuk sementara ini, MSI belum memberi informasi soal harganya.

Sumber: MSI.

Razer dan Bungie Berkolaborasi Untuk Sediakan Gaming Gear Destiny 2

Pengumuman Destiny 2 merupakan kabar besar bagi penikmat game di PC karena setidaknya, mereka bisa menikmati sekuel dari permainan shooter multiplayer populer console last-gen itu di Windows. Dan buat merayakannya, sang developer menggandeng salah satu produsen periferal gaming ternama dunia untuk menyediakan produk-produk edisi spesial permainan tersebut.

Pada tanggal 18 Mei 2017, Razer mengumumkan kolaborasinya bersama Bungie dan mengungkap agenda perilisan aksesori bertema Destiny 2. Produk-produk tersebut terdiri atas headphone, mouse, keyboard serta mousemat; yakni ManO’War Tournament Edition, DeathAdder Elite, Ornata Chroma dan Goliathus Speed. Headset ManO’War memang kompatibel ke PC maupun console, namun melihat produk lainnya, Razer terlihat bermaksud buat memanjakan gamer PC.

“Kami merasa sangat bersemangat bisa berkolaborasi bersama Razer untuk menciptakan aksesori premium yang akan disukai baik oleh fans Destiny dan juga penikmat game shooter pada umumnya,” tutur Jim McQuillan selaku Creative Director Band & Marketing. “Kami telah menemukan cara unik buat menggabungkan desain Destiny dengan hardware berperforma tinggi Razer demi menyuguhkan pemain keleluasaan dalam menikmati Destiny 2.”

CEO Razer Min-Liang Tan juga menunjukkan antusiasme serupa, “Destiny 2 adalah salah satu game yang paling dinanti di tahun ini, dan para gamer sangat mendambakan kehadirannya di PC. Detail dan inovasi dalam Destiny 2 sangat luar biasa, dan kami merasa terhormat bisa bekerja sama dengan salah satu developer terbaik buat mendukung pelepasan permainan ini di komputer.”

Keempat aksesori Razer tersebut merupakan produk mid ke high-end. DeathAdder Elite diklaim sebagai mouse spesialis eSport dengan sensor optik paling canggih di dunia, menawarkan 16.000DPI dan kemampuan membaca gerakan hingga 450-inci per detik; sesuai namanya, ManO’War Tournament Edition juga merupakan headphone kelas gaming kompetitif; lalu Ornata Chroma sendir ialah keyboard dengan switch ‘hybridmecha-membrane; sedangkan Goliathus Speed ialah mosepad soft yang dispesialisasikan buat menyajikan kecepatan gerak tinggi.

Keempat gaming gear Razer tersebut rencananya akan dirilis bersamaan dengan peluncuran Destiny 2, tepatnya di bulan September 2017 nanti. Buat sekarang, Razer belum menyingkap seperti apa wujud dari perangkat-perangkat itu. Produk-produk ini akan tersedia secara retail dan juga dijual di situs RazerZone.com.

Rincian mengenai permainan Destiny 2 bisa Anda simak lebih lengkap di artikel preview-nya, silakan akses via tautan ini.

Sumber: RazerZone.com.

Mouse Biasa Membuat Tangan Anda Pegal? Silakan Coba ‘Mouse Vertikal’ Anker

Ada banyak faktor harus dipertimbangkan ketika memilih mouse. Selain rancangan ergonomis, Anda juga perlu meninjau apakah periferal tersebut meminimalisir gerakan pergelangan secara efektif, bagaimana akurasinya, dan pastikan juga device nyaman saat digunakan dari posisi duduk. Tapi jika mouse biasa masih belum terasa nyaman, Anda bisa mencoba produk buatan Anker ini.

Perusahaan penyedia berbagai aksesori dan appliance yang didirikan mantan staf Google itu juga punya solusi unik, sebuah mouse 2.4G Wireless Vertical Ergonomic Optical. Perangkat ini sengaja dirancang untuk meminimalisir rasa lelah di tangan ketika Anda harus berinteraksi dengan komputer seharian. Sesuai namanya, mouse memiliki penampilan tidak biasa karena tubuhnya didesain ‘vertikal’.

Mouse Vertikal Anker 1

Tidak seperti mouse standar dengan rancangan horisontal, mouse ergonomis Anker memastikan pergelangan dan telapak tangan pengguna berada di posisi paling natural. Posturnya hampir mirip saat sedang salaman. Lewat cara ini, lengan bawah jadi lebih rileks tanpa memaksa Anda memutarnya lebih jauh (ke arah berlawanan jarum jam). Tubuh mouse Anker juga cukup besar untuk ‘mengisi’ genggaman tangan.

Mouse Vertikal Anker 2

Mouse mempunyai dimensi 115x58x87-milimeter. Namun meskipun ukurannya terlihat bulky, bobotnya sendiri sangat ringan – bahkan lebih enteng dari rata-rata mouse gaming premium: hanya 95-gram. Layout tombolnya sendiri masih tergolong familier, dengan sedikit modifikasi. Dua tombol utama dan scroll wheel ditempatkan di area punggung yang diagonal, lalu tombol next dan last page berada di sisi kiri, dekat jangkauan jempol. Di bagian paling atasnya, Anda bisa menemukan tombol DPI.

Mouse Vertikal Anker 3

Betul sekali, mouse 2.4G Wireless Vertical Ergonomic Optical memiliki fitur penggantian DPI on-the-fly. Anda bisa memilih tiga level sensitivitas, yaitu 800-, 1200-, dan 1600-dots per inch. Mouse ini juga diklaim lebih baik dibanding produk bersensor optik lain, dan bisa bekerja efektif di berbagai jenis permukaan. Menurut Anker, produk tersebut sangat fleksibel, siap mendukung beragam kebutuhan, dari mulai browsing, bekerja, sampai gaming.

Mouse 2.4G Wireless Vertical Ergonomic Optical tersambung ke PC Anda secara wireless via USB receiver 2.5G. Agar bisa aktif, periferal ini perlu ditenagai oleh dua baterai AAA. Konsumsi dayanya hemat, serta ditunjang sistem pintar. Jika tidak digunakan selama delapan menit, mouse akan masuk ke mode standby.

Kabar gembiranya lagi, mouse vertikal Anker ini ditawarkan di harga yang sangat murah. Anda bisa memilikinya cukup dengan mengeluarkan US$ 16 saja. Selain 2.4G Wireless Vertical Ergonomic Optical, ada tiga model mouse vertikal Anker yang bisa Anda pilih.

Sumber: Anker.

Hori TAC Pro Hadirkan Senjata Andalan Gamer PC di Console PlayStation 4

Selain jadi sistem input utama PC, perpaduan keyboard dan mouse menawarkan kecepatan, keakuratan, serta kenyamanan yang sulit disamai oleh controller game lain. Karena alasan itu, sudah lama produsen mencoba menghadirkan metode kendali tersebut di console, dan salah satu spesialis aksesori gaming tertua asal Jepang belum lama menyingkap alternatif baru dari gamepad biasa.

Biasa melakukan kolaborasi bersama para console maker ternama, kali ini Hori digandeng oleh Sony untuk meramu Tactical Assault Command Pro. Periferal ber-nickname TAC Pro ini terdiri dari dua komponen, yaitu mouse dan keyboard, disiapkan untuk mendukung penuh PlayStation 4 serta diklaim kompatibel ke seluruh game. Periferal menyuguhkan metode gerakan via stik analog dan tombol keyboard, serta menjanjikan keleluasaan kustomisasi.

TAC Pro 1

TAC Pro bisa segera Anda gunakan setelah tersambung ke console, sengaja dirancang untuk permainan-permainan first-person shooter. Unit controller kiri menyerupai area kiri keyboard Anda, namun tombol-tombolnya sudah digantikan oleh simbol controller PlayStation seperti lingkaran, kotak, segitiga, L1 sampai R2, dan sebagainya. Tuts ala keyboard dipersenjatai switch mekanik racikan Hori sendiri. Wrist rest dibuat menonjol dan ergonomis, ada touchpad di sisi atas yang dapat diraih ujung jari, kemudian stik analog dan tombol disediakan di wilayah jempol.

TAC Pro 3

Unit mouse-nya sendiri hampir identik dengan mouse PC biasa, terdapat dua tombol utama, satu scroll wheel, dua tombol buat mengatur level sensitivitas, dan dua tombol lagi di sisi kiri. Di dalam, periferal ini menyimpan sensor optik 3.200dpi. Baik mouse dan keyboard tersambung ke console melalui kabel USB.

TAC Pro 2

Ada sejumlah fitur yang segera memberikan keunggulan bagi para gamer PlayStation 4: Anda bisa menyesuaikan tingkat sensitivitas secara langsung ketika bermain, lalu dengan menekan Snipe Button, level kepekaan tersebut dapat dikurangi sejenak untuk membidik lebih akurat. Selain itu ada Walk Button, ditujukan agar gerakan karakter di game lebih presisi.

Kabar gembiranya lagi, tak hanya pemilik PlayStation 4 saja yang bisa memanfaatkan Hori TAC Pro. Periferal ini kompatibel ke PlayStation 3 dan juga PC. Meskipun menjadi highlight di situs PlayStation, menariknya seluruh potensi TAC Pro baru dapat tersaji saat tersambung ke Windows PC. Di sana, Anda bisa mengkonfigurasi tombol, menciptakan profile, serta mengatur setting mouse melalui app companion.

Hori TAC Pro sudah bisa dipesan via situs Amazon seharga US$ 150, rencananya akan dirilis pada tanggal 1 November 2016.

Sumber: Hori.

Mouse Swiftpoint Z Bantu Anda Dominasi Game Berbekal Tingkat Presisi Super-Tinggi

Dukungan mouse (dan juga keyboard) adalah salah satu alasan mengapa banyak gamer enggan berpaling dari PC sebagai platform untuk menikmati permainan video. Karena berkali-kali terbukti handal, desain dasar mouse hingga kini tidak banyak berubah, dan para produsen umumnya hanya menyempurnakan fungsi serta menambahkan fitur-fitur high-end.

Tapi kira-kira sejauh apa kapabilitas mouse di masa depan, selain dari semakin meningkatnya DPI dan hadirnya konsep modular? Di tahun 2014, desainer bernama Grant Odgers mengungkap Swiftpoint GT, sebuah mouse yang mengadopsi teknik gesture touch, membuat penggunaannya jadi sangat intuitif. Teknologi tersebut Odgers hadirkan di kreasi terbarunya, kali ini ditujukan untuk para gamer dan desainer: The Z.

Swiftpoint Z merupakan mouse pertama di dunia yang mampu mendeteksi putaran, kemiringan, dan ketinggian; serta menyajikan cara baru menekan tombol. Melalui periferal ini, Anda bisa memasukan bermacam-macam input tanpa mengangkat jari. Z juga dapat membaca seberapa keras tekanan pada tombol (termasuk ketika Anda menekannya dalam-dalam), dan merespons dengan kecepatan berbeda.

Swiftpoint Z
Z mengusung rancangan ergonomis, memiliki layar OLED dan lampu LED.

Developer tak hanya fokus pada desain dan sensor saja. Swiftpoint Z menyimpan accelerometer, gyroscope, force sensor serta sistem tactile feedback sehingga keakuratannya sulit ditandingi, bahkan oleh produsen mouse ternama. Lalu Z bisa mengetahui 50 jenis klik berbeda, dari mulai menekan seperti biasa, men-tap zona tertentu, atau bahkan sekedar meluruskan jari.

Seperti apa saja keunggulan Z? Bayangkan, dengan memiringkan mouse ke kanan atau kiri, Anda bisa memerintahkan karakter di game untuk memiringkan kepala. Kemudian menggeser kamera secara pelan dan lurus dapat dilakukan dengan memutar mouse ke arah yang Anda maksud. Terakhir: Anda bisa memerintahkan helikopter di permainan buat terbang cukup dengan mengangkat mouse.

Z mengusung rancangan ergonomis dan tombolnya telah teruji tetap bekerja normal hingga 20 juta kali klik. Melengkapi fiturnya, tim Swiftpoint turut menambahkan layar OLED di sisi kiri mouse. Sewaktu Anda mengangkatnya, Z secara otomatis mengaktifkan mode konfigurasi, dan Anda tinggal menekan tombol di atas display buat mengubah level DPI. Demi memastikan tidak adanya kendala terkait baterai dan latency, developer memutuskan untuk tetap menggunakan kabel.

Saat ini Swiftpoint Z dijajakan oleh tim Odgers di Kickstarter seharga mulai dari US$ 150 khusus bagi para backer. Proses pengiriman dijadwalkan dilakukan pada bulan Desember 2016.

Hal-Hal yang Perlu Anda Ketahui Mengenai PlayStation VR

Terlepas dari rencana Sony dan Microsoft ke depan buat meracik hardware baru, buat sekarang para pemilik console hanya memiliki sedikit pilihan jika mereka ingin menikmati konten virtual reality. Di kelas ini, PlayStation VR merupakan satu-satunya pilihan terbaik melihat dari segi harga serta dukungan konten. Dan VR juga menjadi tema utama yang Sony angkat di E3 2016.

Kiprah sang console maker Jepang di arena kompetisi headset VR modern mulai terdengar sejak diungkapnya Project Morpheus di GDC 2014. Setelah periode pengembangan yang cukup lama, Sony mengumumkan bahwa PlayStation VR adalah nama resmi perangkat itu, dan di bulan Maret lalu mereka mengonfirmasi waktu rilisnya: jatuh pada tanggal 13 Oktober tahun ini. Namun sebelum momen itu tiba, ada baiknya Anda mengetahui fakta-fakta terkait PSVR terlebih dulu.

Desain dan spesifikasi

Jujur saja, desain PSVR memang tidak sekeren HTC Vive. Dari gambar-gambar yang sudah beredar, device itu terlihat besar dan mendominasi wajah Anda. Ia merupakan rumah bagi layar OLED 5,7-inci beresolusi 1920×1080-pixel (atau 960×1080 untuk tiap mata) dengan refresh rate maksimal 120Hz. Lampu LED di sana bukan sekedar pemanis penampilan. Komponen tersebut dibutuhkan agar headset dapat tersambung ke unit PlayStation Camera.

Dukungan periferal

PlayStation Camera merupakan perangkat wajib supaya headset bisa bekerja. Ia dijual terpisah atau Anda dapat membeli bundel lengkap PSVR. Sony menyediakan dua metode kendali utama: menggunakan controller DualShock 4 atau PS Move. Selain itu, headset turut menyimpan sistem motion sensor enam poros, terdiri atas gyroscope threeaxis serta accelerometer.

Apa itu ‘processing unit‘?

Berbeda dari asumsi sebelumnya, modul kotak yang menyertai PlayStation VR tidak dimaksudkan untuk menambah kemampuan komputasi PlayStation 4 Anda. Processing unit tidak menyajikan tenaga CPU atau GPU tambahan, bukan merupakan ekspansi ataupun upgrade, dan tidak dapat diakses bebas oleh para developer. Komponen ini disiapkan buat memproses audio 3D, menangani output VR ke TV, menampilkan interface di mode sinematik, serta menyuguhkan ‘Seperate Mode’ – di mana audio dan video di-stream secara terpisah ke display.

Game

Untuk sekarang, PSVR boleh dikatakan sebagai salah satu headset VR dengan dukungan permainan terbanyak, tidak kurang dari 53 judul; termasuk game-game yang sedang Sony kembangkan: The Deep, The London Heist, sampai The Playroom VR.

Harga

Sesuai janji Sony, PlayStation VR dibanderol setara harga console, yakni US$ 400. Tapi ingat, paket ini belum termasuk unit Camera dan Move. Alternatifnya, Sony telah menyiapkan ‘bundel VR’ seharga US$ 500, sudah termasuk Camera, controller dan koleksi mini-game.

Artikel diolah dari tulisan Digital Trends. Sumber tambahan: Eurogamer.

Mouse Asus ROG Spatha Diramu Untuk Bantu Anda Taklukkan Game MMO

Di CES 2016 bulan Januari lalu, Asus melengkapi deretan gaming gear mereka dengan memperkenalkan sejumlah periferal baru. Mereka meliputi keyboard Republic of Gamers Claymore, mouse ROG Spatha, serta headphone ROG 7.1. Saat itu detail mengenai produk tersebut masih terbilang minim, dan memang belum lama Asus menyingkap informasinya lebih lengkap.

Di artikel ini, kita akan mengulik ROG Spatha, mouse gaming yang Asus sengaja ramu untuk menjadi periferal spesialis permainan massively multiplayer online, biasa disingkat MMO. Ia merupakan salah satu gear high-end produsen asal Taiwan itu. Asus tak menganggapnya sebagai mouse biasa, melainkan ‘simbol status bahwa Anda serius’, dirancang agar segala fungsi game berada di genggaman Anda.

ROG Spatha 2
Tampilan atas ROG Spatha.

Asus ROG Spatha mengusung arahan desain ergonomis, bukan ambidextrous, sehingga ia kurang cocok digunakan gamer kidal – terutama bagi mereka yang memakai mouse di tangan kiri. Namun bagi mayoritas, Spatha berpeluang besar untuk jadi periferal favorit. Chassis-mya terbuat dari logam magnesium, sisi-sisinya dipisahkan garis tebal, dan ada tiga zona lampu LED terpisah.

Desain tersebut bukan sekedar pemanis penampilan. Tombol sebelah kanan lebih panjang karena umumnya ukuran jari tengah kita lebih panjang dari telunjuk, lalu pola ‘kuil suku Maya’ di sisi samping dibubuhkan di sana demi menjaga cengkeraman tetap mantap meski Anda memiliki telapak tangan yang besar. Spatha juga cocok untuk dua tipe pemakaian mouse, yaitu palm atau claw grip.

Switch Omron di dalam memastikan ROG Spatha tetap berfungsi normal hingga 20 juta kali klik. Ia menyuguhkan total 12 tombol yang bisa dikustomisasi, termasuk enam thumb button. Soket switch-nya upgradable sehingga Anda dimudahkan mengkustomisasi ‘feel‘ dari mouse tersebut. Spatha dapat dipakai sebagai mouse wired ataupun wireless, menyuguhkan sensor laser 8.200dpi, mampu mendeteksi kecepatan 150-inci per detik dan akselerasi 30g.

ROG Spatha
Bundel pembelian ROG Spatha.

Ada sedikit perbedaan polling rate antara mode kabel (via iUSB 2.0) dan wireless, masing di 2.000Hz dan 1.000Hz. Asus ROG Spatha mengusung koneksi berkecepatan 2,4GHz untuk berkomunikasi dengan PC, sehingga level latency-nya minimal. Mouse dibundel bersama dua tipe kabel – kabel karet 1-meter serta braided sepanjang 2-meter. Warna dan pola lampu LED, serta fungsi tombol dapat Anda konfigurasi melalui software ROG Armory, tersedia berupa download.

Menarik bukan? Sayangnya meskipun Asus telah memublikasikan press release di awal minggu ini, mereka belum memberi tahu harga serta kapan ROG Spatha tersedia di Indonesia.

Sumber: Asus.com.

Keyboard Gaming Logitech G810 Orion Spectrum Manjakan Gamer Lewat Rupa dan Kinerja

Walaupun namanya tidak sepopuler SteelSeries dan Razer, masuknya Logitech di ranah periferal gaming membuat kompetisi semakin seru. Pasalnya, produk-produk besutan mereka itu mempunyai kualitas tinggi namun ditawarkan di harga yang sangat bersaing. Dan belum lama, Logitech memperkuat lini keyboard gaming dengan mengumumkan papan ketik mekanik teranyar.

Produsen periferal PC sepuh asal Swiss tersebut memperkenalkan gaming keyboard G810 Orion Spectrum. Berdasarkan deskripsi, ia didesain sedemikian rupa demi menyajikan performa tinggi dalam kegiatan gaming. Logitech mengklaim mencantumkan teknologi paling mutakhir ke G810, dan aspek primadona dari papan ketik ini adalah switch mekanik Romer-G hasil racikan Logitech sendiri.

G810 Orion Spectrum dirancang dengan sangat apik untuk memanjakan gamer, dari mulai penggunaan lapisan matte buat meminimalisir noda sidik jari hingga kabel yang dikepang – memastikan bagian tersebut tidak gampang terbelit dan rusak. Kemudian buat mendukung sisi penampilan, G810 dibekali sistem pencahayaan RGB canggih: tersedia bermacam-macam mode dan keleluasaan kustomisasi.

Logitech G810 Orion Spectrum 02

Lewat software Logitech Gaming, Anda dipersilakan mengkonfigurasi warna lampu tuts satu per satu, menyajikan pilihan lebih dari 16,8 juta warna. Lalu warna dapat disinkronisasi ke periferal Logitech lain. App juga sudah di-pre-load bersama 300 lebih profile game. Ia bisa disesuaikan dengan genre permainan, sehingga pola dan warna lampu akan berbeda-beda saat Anda sedang menikmati Counter-Strike, Dota, atau FPS, MMO, RTS dan MOBA pada umumnya.

Backlight LED diramu sedemikian lupa demi memfokuskan cahaya di sisi atas tombol dan meminimalisir kebocoran warna. Selain membuat wujudnya lebih cantik, teknik ini berguna dalam menjaga agar huruf gampang terbaca. Melalui tombol-tombol media control di area kanan atas, Anda bisa langsung mengendalikan musik tanpa perlu keluar dari permainan.

Jantung dari kapabilitas G810 Orion Spectrum terletak pada switch Romer-G. Switch menyuguhkan key-travel berjarak 1,5mm, 25 persen lebih pendek dibanding punya kompetitor. Lalu berkat actuation 45-gram (dan waktu respons hanya 5ms), keyboard dapat membaca input secara instan serta mengurangi rasa lelah ketika Anda bermain game di waktu yang lama. G810 Orion Spectrum juga lulus uji coba tekan sebanyak 70 juta kali – lebih tinggi 40 persen dari switch mekanik standar.

Keyboard G810 Orion Spectrum kompatibel ke PC ber-platform Windows 10, 8.1, 8 serta 7; terkoneksi via port USB 2.0 dan memerlukan sambungan internet untuk download aplikasi tambahan. Masa pre-order telah dibuka di Logitech.com, G810 dibanderol seharga US$ 160.

Sumber: Logitech.com.

Tiga Periferal Baru Asus ROG Ini Sempurnakan Kegiatan Gaming Anda

Republic of Gamers Asus ciptakan setelah sang produsen dari Taiwan itu menyadari signifikansi ranah gaming pada perkembangan teknologi hardware. Meski ROG segera mengingatkan kita pada produk notebook dan komponen high-end, Asus juga tidak melupakan aspek esensial penopang gaming seperti menyediakan beragam aksesori serta periferal.

Ketika kompetitor umumnya menggaet tim spesialis buat menyuguhkan periferal pendukung, Asus memutuskan untuk meramunya sendiri. Dan di CES 2016 silam, Asus mengungkap tiga aksesori gaming baru. Mereka adalah keyboard ROG Claymore, mouse ROG Spatha, dan headset ROG 7.1. Dari penjelasan Asus, periferal dirancang sedemikian rupa agar serasi dengan produk hardware, contohnya motherboard 970 Pro Gaming/Aura.

ROG Claymore

Merupakan keyboard mekanik dengan switch Cherry MX RGB, disuguhkan dalam opsi hitam, coklat, biru dan merah. Bagian keypad dapat dilepas, memberikan gamer keleluasaan buat menentukan sendiri posisinya. Numpad tak lupa dibekali fitur macro. Papan ketik memanfaatkan frame aluminium plus detail ala kuil suku Maya.

Claymore menyajikan LED backlight RGB 16,8-juta warna, masing-masing tuts dapat dikustomisasi. Ada teknologi N-key Rollover, di mana tiap tombol dibaca secara terpisah oleh keyboard, sehingga tiap tekanan terdeteksi akurat meski tombol lain sedang ditekan. LED dapat disinkronisasi ke motherboard. Kemudian via hotkey, Anda bisa langsung mengakses fungsi overclock, BIOS sampai setting kecepatan kipas.

ROG Spatha

Spatha ialah laser gaming mouse dengan 8200dpi, dispesialisasikan untuk permainan MMO. Periferal menggunakan jenis chassis berbahan logam magnesium, menawarkan 12 tombol programmable – enam di antaranya ditempatkan di sisi jempol. Rancangan soket tombol kiri dan kanan memungkinkannya untuk di-upgrade dan dikonfigurasi. Berbekal switch Omron, Asus mengklaim mouse tetap bekerja otimal sampai 20 juta kali klik.

Uniknya lagi, Anda dibebaskan untuk memakainya secara wireless atau tersambung via kabel. Di mode wired, polling rate (tinggi rendahnya informasi yang dapat terkirim dari mouse ke komputer) mencapai 2.000Hz. Dan hampir sama seperti Claymore, kita bisa mengkustomisasi lighting LED RGB di tiga zona mouse.

ROG 7.1

New Asus ROG Peripherals 01

Asus memberikan nama sederhana bagi sang penerus Strix 7.1 ini: ROG 7.1. Produsen bilang, berbagai penyempurnaan telah diimplementasikan agar efek surround sound terdengar lebih baik lagi, serta menjanjikan ‘atmosfer suara 3D sesungguhnya’.

Headset ditenagai driver discrete bermagnet neodymium kelas audiophile, ditambah audio station plug-and-play USB khusus. Unit tersebut menyimpan soundcard, juga menyediakan akses langsung ke setting suara in-game. Teknologi noise-cancellation di sana kabarnya sanggup mengurangi 90 persen bunyi-bunyian eksternal yang tak diinginkan.

Sumber: Asus.com.

Ditunda, Oculus Touch Tak Jadi Diluncurkan Bersama Oculus Rift

Berdasarkan kabar di bulan Juni lalu, versi retail Oculus Rift akan jadi sangat spesial. Sang produsen berencana menyajikan penawaran menarik, membundel head-mounted display VR itu dengan controller Xbox One gratis dan didampingi periferal Oculus Touch. Sayang sekali ada sedikit kabar buruk bagi mereka yang penasaran ingin menjajal periferal racikan tim Oculus VR tersebut.

Lewat blog resmi, Oculus VR menyampaikan bahwa mereka membutuhkan waktu lebih banyak buat menyempurnakan Oculus Touch. Hal ini menyebabkan waktu peluncurannya harus tertunda, tak bisa berbarengan dengan unit headset. Namun Anda tidak perlu cemas, karena jadwal perilisan Oculus Rift sendiri tidak berubah. Developer tetap memasang target di triwulan pertama 2016.

Oculus VR juga memberikan update pengembangan hardware Touch. Mereka telah menyempurnakan aspek ergonomis, membuatnya lebih nyaman, fleksibel, serta terasa natural dalam genggaman. Tim menerapkan sejumlah perubahan pada pose tangan. Penundaan ini turut dimanfaatkan produsen untuk menambah kapasitas pra-produksi, sehingga ada lebih banyak developer yang bisa mengujinya sebelum Touch sampai di tangan konsumen.

Sejauh ini, respons tester terhadap Oculus Touch sangat positif. Oculus VR yakin agenda baru tersebut memastikan periferal hadir lebih baik lagi serta ‘memasang standard baru dalam input virtual reality‘. Mereka tak lupa menjanjikan dukungan konten-konten menarik, akan diungkap lengkap di ajang Oculus Connect 2 di bulan September besok. Tapi tentu saja, Oculus Touch hanyalah pelengkap. Pengalaman VR sesungguhnya benar-benar bersandar pada kinerja Rift.

Sayangnya ada sedikit kekhawatiran terkait pengunduran Oculus Touch. Jika Touch tidak dibundel bersama Rift, itu artinya ia merupakan periferal opsional dan dari pengalaman, hal ini malah berpotensi menyakiti pengembangan konten.

Ambil contohnya Kinect buat Xbox One. Ketika Microsoft memutuskan untuk memisah paket console dengan device motion sensing itu demi memotong harga, developer malah tidak bisa lagi mengandalkan hardware supaya kreasi mereka dapat dinikmati gamer. Hasilnya bisa kita lihat sekarang. Meskipun Kinect versi baru sangat canggih, tidak banyak konten yang betul-betul memanfaatkan seluruh kemampuannya.

Untung saja ada sedikit ‘kompensasi’ dari penundaan periferal Oculus Touch. Menemani EVE Valkyrie, Oculus VR mengumumkan akan menyertakan permainan platformer 3D Lucky’s Tale dalam paket penjualan headset virtual reality mereka.

Via Tech Radar & Stuff.tv. Sumber: Oculus.