Platform Manajemen Keuangan Keluarga “Pocket” Kantongi Pendanaan Pra-Awal dari East Ventures

Platform manajemen keuangan keluarga “Pocket” yang telah hadir sejak tahun 2021 lalu telah menerima pendanaan pendanaan pra-awal yang dipimpin oleh East Ventures. Dalam rilis yang diterima, tidak disebutkan nilai investasi yang diperoleh startup fintech tersebut.

Perusahaan memiliki rencana untuk mengalokasikan dana ini dengan fokus pada penetrasi produk dan jumlah pengguna. Pocket juga akan berinvestasi dalam mengembangkan layanan serta penawaran yang dihadirkan untuk melengkapi ekosistem platform.

“Kami percaya pendanaan ini bisa menjadi penggerak kuat visi kami untuk mendemokratisasikan akses pembayaran digital untuk generasi muda dan membangun literasi keuangan sejak dini. Kami menghadirkan solusi untuk mengatasi masalah di lanskap perbankan tradisional saat ini untuk menghilangkan kesenjangan dan menuju inklusi keuangan melalui teknologi modern,” kata Co-Founder dan CEO Pocket Markus Kevin.

Bersama dengan Co-Founder dan CTO Bravyto Takwa Pangukir, Pocket hadir dengan latar belakang masih adanya permasalahan yang sudah lama berlangsung dalam lanskap keuangan, khususnya terkait manajemen keuangan pribadi dan keluarga. Pocket terdaftar dan diawasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia dan Bank Indonesia.

Saat ini platform wealth management yang menawarkan layanan serupa di antaranya adalah Finku, Sribuu, Moni, dan beberapa lainnya. Tidak sekadar aplikasi pencatatan keuangan pribadi, beberapa layanan seperti PINA juga menyematkan layanan investasi dan edukasi keuangan di aplikasinya — misinya memudahkan setiap pengguna mencapai tujuan finansialnya.

Luncurkan kartu virtual dan fisik prabayar

Kartu debit Pocket
Kartu debit Pocket

Pocket juga menghadirkan kartu virtual dan fisik prabayar dengan saldo digital untuk membantu orang tua modern mengelola keuangan keluarga mereka. Pocket memungkinkan pembuatan akun yang dapat dilacak, dipisahkan, dan sepenuhnya digital; pengguna dapat mengalokasikan akun digital ke setiap anggota keluarga untuk memiliki, menyimpan, dan membelanjakan uangnya masing-masing.

Setiap akun digital juga dilengkapi dengan kartu virtual dan fisik prabayar yang aman dan mendukung transaksi QRIS yang tersedia di lebih dari 20 juta merchant di seluruh Indonesia.

Setiap keluarga juga dapat mengelola dan mempersonalisasi akun berdasarkan batas pengeluaran dengan visibilitas yang jelas melalui laporan dan analitik penggunaan untuk setiap individu. Hingga saat ini, Pocket telah mencatat pertumbuhan yang signifikan sebesar 2,5 kali dan 3 kali dari bulan ke bulan dalam pengguna baru dan Total Purchasing Value (TPV) secara berurutan.

Pocket juga aktif bekerja sama dengan bank lokal untuk melengkapi ekosistemnya, berkolaborasi dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. Selain itu, Pocket telah dan akan berkolaborasi dengan lebih dari 100 sekolah (dengan fokus sekarang di daerah Jabodetabek) untuk meningkatkan literasi keuangan anak-anak melalui konten edukatif, serta meningkatkan akses keuangan di Indonesia.

“Kami yakin bahwa Pocket memimpin inovasi di bidang ini untuk membuka peluang yang tak terhitung jumlahnya dengan memberdayakan orang tua di Indonesia untuk mendidik dan mempersiapkan generasi muda, dan pada akhirnya memungkinkan keluarga modern memiliki keuangan rumah tangga yang sehat dan praktik keuangan yang berkelanjutan,” kata Partner East Ventures Melisa Irene.

Application Information Will Show Up Here

Blackmagic Design Mengumumkan Pocket Cinema Camera 6K Pro

Blackmagic Design telah mengumumkan kamera terbaru lini Pocket Cinema Camera, bernama Pocket Cinema Camera 6K Pro (BMPCC6KP). Kamera cinema ini mengusung sensor Super 35mm dengan dudukan lensa Canon EF mount.

Salah satu peningkatan besar dibanding generasi sebelumnya ialah layar sentuh LCD 5 inci beresolusi 1920×1080 pikselnya kini memiliki mekanisme tilting dan mendukung tingkat kecerahan 1.500 nit. Ukuran layar yang cukup besar dan cerah, serta bisa dimiringkan tentu sangat membatu videografer untuk mendapatkan bidikan rendah maupun tinggi tanpa harus bergantung pada monitor eksternal.

Blackmagic 3

Bila layar masih kurang, Blackmagic juga merilis aksesori viewfinder eksternal baru yang dapat terhubung lewat hotshoe dan Pro Grip yang dapat menampung dua baterai. Aksesori EVF tersebut menggunakan panel OLED 3,68 juta titik, dapat dimiringkan 70 derajat secara vertikal, dan dilengkapi dengan empat bentuk eyepiece yang dapat dicopot pasang.

Peningkatan lainnya, Pocket Cinema Camera 6K Pro memiliki ND filter IR bawaan 2, 4, dan 6 stop yang digerakkan oleh motor. Untuk meningkatkan masa pakai baterai, Blackmagic beralih dari baterai Canon LP-E6 menggunakan Sony NP-F570 yang juga banyak digunakan pada aksesori di industri video.

Blackmagic mengatakan kamera ini sudah mengadopsi color science generasi ke-5 yang pertama kali hadir pada kamera Blackmagic Design URSA Mini Pro 12K. Dalam beberapa bulan, pengguna Pocket Cinema Camera 4K dan 6K juga akan mendapatkannya lewat pembaruan firmware. Kemampuan perekam videonya sebagai berikut:

  • 6144 x 3456 (6K) up to 50 fps
  • 6144 x 2560 (6K 2.4:1) up to 60 fps
  • 5744 x 3024 (5.7K 17:9) up to 60 fps
  • 4096 x 2160 (4K DCI) up to 60 fps
  • 3840 x 2160 (Ultra HD) up to 60 fps
  • 3728 x 3104 (3.7K 6:5 anamorphic) up to 60 fps
  • 2868 x 1512 (2.8K 17:9) up to 120 fps
  • 1920 x 1080 (HD) up to 120 fps

Fitur lainnya termasuk dual slot SD UHS-II dan CFast 2.0, USB-C media disk recording, dan sepasang mini XLR audio input. Harga Blackmagic Design Pocket Cinema Camera 6K Pro dibanderol US$2.495 (sekitar Rp35 jutaan), aksesori EVF eksternal US$495 (Rp6,9 jutaan), dan Pro Grip berharga US$145 (Rp2 jutaan).

Sumber: DPreview

Versi Terbaru Pocket Lebih Cekatan Membacakan Artikel Secara Lisan

Sebagian besar pengguna pastinya sudah tidak asing lagi dengan Pocket. Aplikasi read-later ini memungkinkan kita untuk menyimpan artikel yang ada di internet untuk dibaca kembali ketika sudah ada waktu luang nanti. Masalahnya, bagaimana kalau waktu luang itu benar-benar terbatas dan harus diisi oleh aktivitas lain, seperti sesi latihan di gym misalnya?

Pocket sebenarnya sudah punya solusinya, yakni fitur Listen yang memungkinkan artikel untuk dibacakan ke pengguna secara lisan ala sebuah podcast. Sayang cara membacakannya terkesan sangat robotik, dan mengakses fiturnya pun cukup sulit, terutama di aplikasi versi iOS-nya.

Kabar baiknya, dua problem ini sudah teratasi pada versi terbarunya, Pocket 7.0. Cara membacakannya kini jauh lebih natural dan lebih mirip manusia berkat integrasi platform deep learning Amazon Polly. Mengaksesnya juga mudah, cukup dengan mengklik icon bergambar headphone di ujung kiri atas.

Pocket 7.0

Saat fitur Listen ini aktif, Pocket bakal menyuguhkan tampilan player ala aplikasi podcast. Di bawahnya, ada deretan artikel lain yang belum sempat dibaca, yang bisa langsung ikut dibacakan tanpa harus kembali ke menu utama.

Penggunaan aset Amazon tidak berhenti sampai di Polly saja. Dalam waktu dekat, Pocket bakal merilis skill Alexa sehingga artikel juga dapat dibacakan melalui speaker Echo selagi pengguna sedang memasak atau makan di kediamannya.

Ketika ada waktu untuk membaca, versi anyar Pocket rupanya juga telah mengusung tampilan baru yang jauh lebih menarik. Penggunaan font baru dimaksudkan supaya artikel lebih mudah dibaca dan mata pun tidak terlalu cepat lelah. Dark Mode juga tersedia buat yang sering membaca sebelum tidur di malam hari.

Sumber: Pocket dan VentureBeat.

Mozilla Akuisisi Layanan Read Later Populer, Pocket

Mozilla, perusahaan kita kenal sebagai pengembang browser Firefox, baru-baru ini mengumumkan bahwa mereka telah mengakuisisi Pocket. Bagi yang tidak tahu, Pocket merupakan layanan untuk menyimpan bermacam konten dari internet untuk ditonton, dilihat dan dibaca di lain waktu.

Tidak ada informasi mengenai nilai akuisisinya, akan tetapi ini merupakan akuisisi strategis pertama yang dilakukan oleh Mozilla. Mengapa Pocket? Menurut Mozilla, Pocket punya visi yang sejalan dengan mereka, yakni memberikan konsumen akses yang mudah terhadap konten berkualitas di internet yang tidak bergantung pada platform tertentu.

Hubungan Mozilla dan Pocket sendiri bisa dikatakan cukup unik. Pada awal pengembangannya di tahun 2007, Pocket hanya berupa plugin untuk Firefox, dan namanya kala itu masih Read It Later. Delapan tahun kemudian, kedua perusahaan memutuskan untuk bekerja sama dan menjadikan Pocket sebagai fitur bawaan Firefox.

Sekarang, Pocket sudah punya sekitar 10 juta pengguna aktif yang mengakses layanannya via perangkat iOS, Android maupun langsung dari web. Sejauh ini diperkirakan juga sudah ada lebih dari 3 miliar konten yang disimpan menggunakan Pocket.

Pasca akuisisi, Pocket masih akan beroperasi secara mandiri, namun berada di bawah payung Mozilla Corporation. Pocket nantinya juga akan menjadi bagian dari proyek open-source Mozilla, tetapi Nate Weiner selaku pendiri Pocket memastikan bahwa tidak akan ada yang berubah pada Pocket. Malahan, timnya jadi bisa lebih cepat mengembangkan fitur-fitur baru berkat sumber daya dan skala global Mozilla.

Sumber: Mozilla dan Pocket.

GPD Pocket Adalah Netbook Sebesar Console Handheld

Dengan mengusung nama GamePad Digital, tidak sulit menebak bisnis apa yang jadi fokus perusahaan asal Shenzhen itu. Sejak 2010, GPD bermain di ranah penyediaan console portable Android, hingga akhirnya mereka memperkenalkan console handheld Windows awal tahun lalu. Dan di 2017, GPD punya agenda untuk melangkah ke segmen yang ‘lebih produktif’.

Kembali menggunakan platform crowdfunding untuk mempresentasikan perangkat barunya, GamePad Digital kali ini menyingkap GPD Pocket, sebuah netbook super-mungil dengan pilihan sistem operasi Windows 10 atau Ubuntu. Menurut sang produsen, laptop di masa depan tak hanya dirancang agar bertubuh ringan dan tipis, namun juga dibuat agar wujudnya kecil sehingga mudah dibawa-bawa seperti smartphone.

GPD Pocket 1

Memang seberapa mungilkah GPD Pocket? Perangkat memiliki lebar 180x106mm, berketebalan hanya 18,5mm, dengan bobot tak sampai setengah kilogram (tepatnya 480-gram). Sebagai jendela mengakses konten, GamePad Digital menyiapkan layar 7-inci. Dan kabar gembiranya, produsen tidak berkompromi pada kualitas panel. Pocket menghidangkan display IPS 1920×1200 323,5ppi – lebih padat dari Apple Macbook Air dan Microsoft Surface 3.

GPD Pocket 2

Tubuh dari GPD Pocket tersusun atas material serupa device-device populer itu, memanfaatkan logam magnesium yang dibentuk secara detail. Buat mendukung faktor daya tahannya, layar GPD Pocket diproteksi lapisan Corning Gorilla Glass 3. Aspek konektivitas fisiknya juga tidak dilupakan. Pocket didukung sebuah port USB 3.0, microHDMI, USB type-C dan port audio 3,5mm.

GPD Pocket 3

Untuk input-nya, GPD Pocket mengadopsi rancangan papan ketik ‘chocolate‘; tuts-nya tipis, ergonomis, dan permukannya dibuat agar tidak lengket di jari. GamePad Digital mengklaim bahwa keyboard tersebut lebih nyaman serta lebih akurat dibanding metode input Microsoft Surface 3. Lalu untuk mengendalikan kursor mouse, Pocket menyuguhkan trackpoint beserta sepasang tombol.

GPD Pocket diotaki chip Intel Atom x7-Z8750 quad-core 1,6GHz, didukung GPU Intel HD Graphics 405, RAM LPDDR3 8GB, penyimpanan internal 128GB, dan tenaganya dipasok unit baterai lithium 7.000mAh, memastikan device bisa aktif hingga 12-jam pemakaian. GamePad Digital menawarkan dua pilihan sistem operasi, yakni Windows 10 Home dan Ubuntu 16.04 LTS – OS Linux paling populer dan bersahabat buat pengguna awam.

Kampanye GPD Pocket yang dilangsungkan GamePad Digital di Indie Gogo sangat sukses, mereka berhasil mengumpulkan dana hampir tujuh kali target awal (lebih dari US$ 1,345 juta). Produk rencananya akan dijajakan di harga retail US$ 600, tapi selama periode crowdfunding berlangsung, Anda bisa memilikinya dengan mengeluarkan uang US$ 400 saja.

Sumber: GPD.

Pocket Permudah Pencarian Konten Menarik di Web Lewat Fitur Explore

Selama beberapa tahun, layanan seperti Pocket telah menemani pengguna menyimpan berbagai macam konten yang menarik di internet, terutama ketika mereka belum punya waktu untuk membaca atau menontonnya. Kini diperkirakan sudah ada lebih dari 3 miliar konten yang disimpan oleh pengguna Pocket.

Koleksi konten sebanyak itu membuat Pocket merasa tergerak untuk menawarkan lebih dari sekadar kemudahan simpan-menyimpan. Mereka baru saja merilis fitur bernama Explore, yang pada dasarnya memberikan akses ke segudang konten menarik terhadap semua pengguna internet, tidak terbatas bagi mereka yang memiliki akun Pocket saja.

Saat berkunjung ke Explore, Anda akan ditanyai mengenai topik yang menarik bagi Anda. Cantumkan “tech” misalnya, maka Pocket akan menampilkan semua artikel tentang teknologi yang orang-orang simpan menggunakan Pocket. Ini berarti secara tidak langsung pengguna Pocket bertindak sebagai kurator dari apa yang disuguhkan di Explore.

Dari situ Anda bisa lompat ke topik yang lebih spesifik, seperti “artificial intelligence” misalnya, atau beralih ke Pocket Hits. Pocket Hits pada dasarnya merupakan sebuah newsletter harian berisi 10 cerita paling menarik maupun trending topic di hari tersebut.

Setelah pengguna menyimpan sesuatu menggunakan extension, Pocket akan menampilkan sejumlah artikel terkait yang tidak kalah menarik / Pocket
Setelah pengguna menyimpan sesuatu menggunakan extension, Pocket akan menampilkan sejumlah artikel terkait yang tidak kalah menarik / Pocket

Kemudahan menemukan konten baru yang menarik terus berlanjut ke extension Chrome yang dimiliki Pocket. Mulai sekarang, saat Anda menyimpan sesuatu menggunakan extension ini, akan muncul deretan artikel terkait yang bisa Anda baca langsung atau simpan untuk dibaca nanti.

Tidak cuma itu, saat Anda membuka tab baru di Chrome, Pocket akan menampilkan tiga artikel yang paling menarik untuk dibaca saat itu juga atau disimpan untuk nanti. Ketiganya merupakan hasil kurasi jutaan artikel yang disimpan pengguna Pocket setiap harinya.

Lewat inisiatif barunya ini, Pocket terkesan kian mirip dengan Flipboard. Namun yang menjadi pembeda utama, agregasi dan kurasi konten di Pocket berjalan secara otomatis seiring pengguna menggunakannya untuk menyimpan konten menarik dari web, sebelum akhirnya disajikan di Explore ketika Anda mencantumkan topik yang relevan.

Sumber: Pocket Blog via TheNextWeb.

Google Luncurkan Extension Save to Google untuk Chrome dengan Fungsi Mirip Pocket

Raksasa pencarian Google baru-baru ini meluncurkan sebuah fitur baru untuk pengguna browser Chrome. Bernama “Save to Google”, ia merupakan extension resmi yang berfungsi untuk memudahkan pengguna menyimpan konten-konten menarik yang ia jumpai di internet, entah itu gambar, video, artikel, dan lain sebagainya.

Extension ini pada dasarnya akan menjadi pelengkap untuk fitur Bookmark. Semua konten yang disimpan menggunakan Save to Google bisa diakses dengan mengunjungi google.com/save.

Dari situ, pengguna bisa menyortir semua konten yang disimpan berdasarkan tag untuk memudahkan akses di lain waktu. Saat tombol extension ditekan, pengguna pun juga bisa langsung menambahkan tag, dan konten tersebut akan otomatis dikumpulkan menjadi satu sesuai tag-nya masing-masing – anggap tag ini seperti folder.

Semua konten yang disimpan bisa diakses dari google.com/save / Chrome Web Store

Fitur ini juga bisa dianggap sebagai solusi alternatif Google terhadap layanan macam Pocket maupun Instapaper. Pocket, seperti yang kita ketahui, juga mempunyai extension untuk Chrome.

Extension Save to Google saat ini sudah tersedia di Chrome Web Store. Ia kompatibel dengan Windows, Mac, Linux, dan tentu saja Chrome OS. Belum ada keterangan apakah google.com/save bisa diakses dari perangkat mobile; sejauh yang saya coba, tautan ini masih menampilkan keterangan error.

Sumber: OMG Chrome.

Pocket Uji Coba Fitur Recommendations Versi Beta Ke Publik

Di era kemajuan teknologi, informasi serta berita terbaru bisa didapatkan secara real-time, kapanpun dan di manapun. Tentunya tak semua informasi dapat kita proses secara langsung dan bersamaan. Untuk itulah hadir layanan read-later yang memungkinkan kita untuk menyimpan informasi, berita, referensi terlebih dahulu. Banyak layanan read-later yang bisa kita gunakan, Pocket salah satunya.

Pocket merupakan salah satu layanan read-later yang bisa Anda gunakan secara gratis, meski untuk bisa menikmati fitur yang ada secara penuh, Anda harus membayar sekitar $45 untuk setahun. Baru-baru ini lewat sebuah posting-an di Medium, sang CEO Pocket Nate Weiner mengumumkan uji coba versi beta kepada publik untuk fitur terbaru mereka, Recommendations.

Info Menarik: Bagan Upgrade Windows 10 dan Informasi Lain Seputar Sistem Operasi Terbaru Microsoft

Sesuai namanya, fitur Recommendations akan memberikan rekomendasi artikel serta informasi pilihan berdasarkan dari topik yang Anda simpan, baca dan bagikan melalui Pocket. Tab Recommendations ini akan hadir di samping tab artikel yang sudah Anda simpan di Pocket.

pocket-recommendations

Dengan 17 juta pengguna terdaftar, Pocket memiliki lebih dari 2 juta konten yang disimpan. Fitur Recommendations diharapkan dapat membantu setiap pengguna Pocket untuk tetap dapat mengkonsumsi konten yang tak hanya menarik sesuai dengan minatnya namun juga tetap berkualitas. Instapaper sebagai layanan pesaing Pocket sudah memiliki fitur serupa bertajuk Browse.

Info Menarik: Office Mobile untuk Windows 10 Sudah Tersedia

Anda bisa mendaftar untuk mulai menikmati fitur Recommendations versi publik beta dan mengirimkan feedback agar fitur ini menjadi lebih baik lagi sebelum resmi diluncurkan. Pendaftaran bisa dilakukan sesuai dengan platform yang Anda gunakan baik itu Android, iOS ataupun Web atau Anda bisa mendaftar ketiganya sekaligus jika mau.

Dengan semakin banyaknya konten yang ada di internet, kehadiran kurasi, bagi pengguna tertentu, dianggap penting. Kehadiran teknologi serta arus informasi yang cepat pasti membawa dampak positif, namun jika tidak ditanggapi dengan bijak yang ada justru merugikan penggunanya dengan tenggelam dalam arus informasi yang ada.

Keuntungan lain dari hadirnya kurasi adalah kini Anda bisa menikmati konten berkualitas yang sesuai dengan minat dan ketertarikan Anda akan sebuah topik. Meski demikian ada pula layanan kurasi konten yang gagal bertahan dan membuka diskusi tentang apakah kurasi (masih) dibutuhkan atau tidak.

Bisa jadi kehadiran fitur Recommendations di Pocket ini juga sebagai salah satu rencana untuk dapat bersaing dengan aplikasi News dari Apple yang kabarnya juga akan dikurasi secara manual.

Sumber: Medium.

Aplikasi Something Good to Read Adalah Solusi Atas Kebiasaan Anda Menumpuk Artikel di Layanan Read Later

Berkat internet, kita bisa membaca berbagai artikel menarik sehari-harinya. Begitu banyaknya artikel yang menarik – seperti yang TRL selalu sediakan setiap harinya 🙂 – sampai-sampai sebagian besar dari kita lebih sering menyimpannya memakai layanan read later seperti Pocket ketimbang langsung membacanya. Continue reading Aplikasi Something Good to Read Adalah Solusi Atas Kebiasaan Anda Menumpuk Artikel di Layanan Read Later

[Rumor] Facebook Persiapkan Fitur Bookmark

Media sosial seperti Facebook atau Twitter tak jarang dijadikan sumber berita utama bagi para penggunanya. Saya pribadi cukup sering mengetahui mengenai berita-berita terbaru lebih dulu dari media sosial ketimbang media konvensional, baik yang online maupun offline. Oleh karena itu, fitur “favorite” yang ada pada Twitter sering beralih fungsi menjadi alat bookmark untuk artikel-artikel yang hendak saya baca lagi di lain waktu.

Facebook nampaknya kian menyadari pentingnya peran media sosial sebagai sumber berita bagi para penggunanya. Salah satunya ditunjukkan dari rumor yang beredar yang menyatakan bahwa Facebook saat ini sedang mempersiapkan fitur untuk melakukan bookmark dengan nama “save for later reading“.

Seperti yang dilansir oleh blog teknologi My Tech Skool, Facebook kedapatan sedang mengujicobakan fitur “save for later reading” ini pada beberapa pengguna. My Tech Skool bahkan mempublikasikan beberapa gambar yang disinyalir sebagai screenshot dari fitur ini.

Facebook Bookmark - 1 Facebook Bookmark - 2

Jika Facebook akhirnya jadi merilis fitur ini, tentu akan menjadi ancaman besar bagi aplikasi-aplikasi sejenis seperti Pocket atau Instapaper. Meski berdasarkan rumor yang berkembang fitur ini masih terbatas untuk artikel-artikel yang dibagikan di aplikasi Facebook, bukan tidak mungkin di masa depan Facebook mengembangkan fitur ini menjadi tombol yang bisa ditambahkan ke berbagai halaman situs lain seperti tombol “like“.

 

Sumber: My Tech Skool.