MAKA Motors Peroleh Pendanaan Awal Rp564 Miliar Dipimpin AC Ventures, East Ventures, dan SV Investment

Startup produsen kendaraan listrik MAKA Motors mengumumkan perolehan pendanaan tahap awal senilai $37,6 juta (lebih dari 564 miliar Rupiah). Putaran yang dipimpin oleh AC Ventures, East Ventures, dan SV Investment (investor asal Korea Selatan).

Perolehan ini diklaim sebagai pendanaan tahap awal terbesar yang pernah ada di Indonesia, sekaligus menjadi yang terbesar di Asia Tenggara untuk vertikal kendaraan listrik. Sebelumnya titel pendanaan awal terbesar didapat oleh TipTip senilai $10 juta tahun 2022 lalu.

Jajaran investor strategis lainnya turut serta dalam putaran tersebut, di antaranya Northstar Group, Provident, AlfaCorp, Skystar Capital, Peak XV Partners (sebelumnya dikenal Sequoia India and SEA), Openspace Ventures, Shinhan Ventures Investment, BEENEXT, Kinesys Group, dan M Venture Partners.

Dana jumbo ini rencananya akan digunakan perusahaan untuk mengeskalasi operasinya, memperluas kemampuan dan fasilitas R&D, serta mempercepat produksi sepeda motor listrik inovatifnya.

Startup ini didirikan pada 2021 oleh Raditya Wibowo dan Arief Fadillah berambisi ingin mempercepat adopsi sepeda motor listrik di Indonesia dengan menjawab kebutuhan unik pasar yang belum sepenuhnya diakomodasi oleh pemain yang ada.

Visi perusahaan adalah menyediakan sepeda motor listrik yang menawarkan perpaduan antara jangkauan berkendara, tenaga, kegunaan, dan daya tahan dengan harga yang kompetitif dibandingkan dengan sepeda saat ini, yang secara khusus memenuhi permintaan pengendara Indonesia.

Founder & CEO MAKA Motors Raditya Wibowo menyampaikan, pihaknya senang dapat bermitra dengan mitra yang memahami dan mendukung pendekatan R&D-first dan lokal. Langkah tersebut membuat perusahaan dapat mengatasi keterbatasan yang dihadapi oleh banyak perusahaan EV 2W (kendaraan listrik roda dua) saat ini yang mengalihdayakan R&D mereka dan akhirnya kehilangan wawasan pengguna yang penting, kontrol atas rantai pasokan, dan potensi efisiensi biaya.

“Pendanaan yang signifikan ini tidak hanya memvalidasi visi kami, tetapi juga mempercepat misi kami untuk melampaui ekspektasi pengendara Indonesia dengan sepeda motor listrik kami. Kami berkomitmen untuk mendorong batas-batas jarak tempuh, tenaga, kegunaan, daya tahan dan keterjangkauan di ranah sepeda motor listrik,” terangnya, Kamis (20/7).

Co-Founder & CTO MAKA Motors Arief Fadillah turut menambahkan, sejak awal perusaahaan melakukan R&D internal yang ketat, merekrut anggota tim terbaik dengan pengalaman luas bekerja dengan perusahaan otomotif terkemuka di Indonesia, Jepang, dan Jerman bekerja sama dengan mitra teknis dan pemasok kelas dunia.

“Selain menciptakan kendaraan yang unggul, kami bermimpi untuk membangun kemampuan rekayasa perangkat keras yang luar biasa di Indonesia dan membawa pulang talenta lokal kami yang brilian untuk bergabung dengan kami dalam misi kami,” ujarnya.

Masing-masing perwakilan investor juga memberikan pernyataannya dalam mendukung visi dan misi MAKA Motors. Mereka sepakat bahwa dengan pengalaman tim dan riset yang mendalam tentang industri ini dapat mendukung pertumbuhan mobilitas listrik, sekaligus mengurangi karbon transportasi di Indonesia.

Peluang pasar

Raditya menuturkan, negara ini merupakan rumah bagi lebih dari 127 juta sepeda motor, sekaligus pasar global terbesar ketiga untuk kendaraan roda dua. Sebagian besar kendaraan ini mengandalkan bensin sebagai sumber bahan bakarnya, dengan jumlah yang sedikit sekitar 43.000 sepeda motor listrik terdaftar.

Mengingat penjualan tahunan yang mengejutkan dari 6 hingga 8 juta kendaraan roda dua baru, terdapat peluang besar untuk elektrifikasi di segmen ini. Tidak hanya berkontribusi pada lingkungan yang lebih hijau, tetapi juga membantu pengendara Indonesia dalam mengurangi pengeluaran harian mereka

Meskipun industri EV 2W di Indonesia masih dalam tahap awal, banyak merek telah memperkenalkan modelnya sendiri sementara pemerintah berupaya untuk mempromosikan dukungan lebih lanjut, termasuk potongan pajak dan bantuan bisnis.

Dengan potensi dan persaingan yang berkembang, perusahaan memprioritaskan penelitian dan pengembangan. Kucuran investasi juga telah disalurkan untuk tim engineer dan kemampuan litbang demi mendorong komitmen yang kuat terhadap inovasi.

Dedikasi ini memungkinkan perusahaan menghasilkan produk unggulan yang mengungguli pesaing, sekaligus memastikan struktur biaya yang efisien karena mengadopsi rantai nilai terintegrasi secara vertikal, melalui R&D, desain produk, perakitan, dan penjualan/layanan purna jual.

Pendekatan tersebut berbeda dengan kebanyakan pemain otomif yang fokus padda perakitan dan penjualan/layanan purna jual.

Produk pasar massal pertama MAKA Motors saat ini dalam tahap pengembangan dan dijadwalkan diluncurkan pada 2024, dengan batch pertama kendaraan percontohan siap untuk digunakan pada bulan ini. Tak hanya itu, pabrik juga akan dibangun yang berlokasi di Jawa Barat mulai akhir tahun ini.

Saat ini tercatat sejumlah perusahaan lokal hingga asing masuk ke industri kendaraan listrik ini, baik untuk penyediaan hardware maupun software. Beberapa di antaranya ION Mobility, Charged Indonesia, Alva One, Swap Energi, Viar, Elvindo Rama, Selis E-Max, Honda PCX, serta produsen lokal yang motornya sempat dicoba presiden yakni Gesits.

Pasar Kendaraan Listrik Indonesia Ditaksir Capai Lebih dari Rp300 Triliun

AC Ventures dan Asosiasi Ekosistem Mobilitas Listrik (AEML) baru saja merilis laporan bertajuk “Indonesia’s Electric Vehicle Outlook: Supercharging Tomorrow’s Mobility” yang mengulas berbagai topik kunci terkait kendaraan listrik, mulai dari pelaku industri, infrastruktur, produksi lokal, rantai pasok, hingga kebijakan dan regulasi.

Laporan ini menyoroti potensi kendaraan listrik di Indonesia dengan proyeksi nilai sebesar $20 miliar atau lebih dari Rp300 triliun secara keseluruhan yang didukung sejumlah faktor kunci, antara lain peningkatan permintaan konsumen, kebijakan pemerintah, dan perkembangan teknologi baru yang mendorong performa dan mengurangi biaya secara keseluruhan.

Per 2020, pemakaian kendaraan listrik di Indonesia baru mencapai 26.000 unit roda dua dan 7.600 unit roda empat. Pemakaian ini utamanya didorong dari kemitraan B2B dan pembelian langsung. Secara persentase, saat ini motor listrik tercatat baru menyumbang 0,2% dari total pasar sepeda motor di Indonesia. Persentase ini dapat meningkat hingga 10% dalam lima tahun mendatang apabila pemangku kepentingan publik dan swasta bekerja sama untuk mendorong kendaraan listrik lokal.

Ekosistem pendukung, seperti cell manufacturing and battery management system ditaksir mengantongi nilai pasar sebesar $3 miliar-$4,5 miliar hingga 2030. Sementara, auto R&D and manufacturing diproyeksi menembus $12,5 miliar-$15 miliar. Kendati begitu, sejumlah tantangan ikut menyelimuti pengembangan kendaraan listrik di tanah air, mulai dari mahalnya biaya produksi kendaraan dan komponen baterai hingga rantai pasok.

Pemangku kepentingan di Tanah Air telah mengeluarkan sejumlah kebijakan di sisi permintaan, suplai, hingga infrastruktur untuk memberikan subsidi financing/insentif ke manufaktur, pengembang infrastruktur, hingga pengguna.

Sumber: Indonesia’s Electric Vehicle Outlook: Supercharging Tomorrow’s Mobility

Sebagai perbandingan, penetrasi penggunaan kendaraan listrik roda dua di Vietnam sudah mencapai 9,7% di 2021. Ini tidak termasuk penggunaan sepeda listrik. Tiongkok dan negara-negara di Eropa mencatat penetrasi lebih besar, masing-masing 15% dan 16,1% untuk kendaraan listrik roda empat di 2021. Adapun, Tiongkok mendominasi penggunaan kendaraan listrik roda dua dengan 19,7%.

Tantangan, sentimen, dan ekosistem lokal

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) membidik sebanyak 1,76 juta kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB) dan 400 ribu unit untuk roda empat dapat mengaspal pada 2025. Dalam realisasinya, pemerintah tercekal sejumlah tantangan karena keterbatasan ekosistem untuk mendukung produksi, infrastruktur, hingga rantai pasok secara lokal.

Salah satunya adalah jaringan stasiun pengisian (charging station) dan penukaran baterai (BSS) pada kendaraan listrik. Per 2022, baru ada 439 high-powered general charging station yang terdapat di 328 titik lokasi dan 961 BSS di Indonesia.

Keterbatasan ini dikarenakan biaya investasi untuk membangun infrastruktur pengisian/penukaran baterai kendaraan listrik masih mahal. Tantangan lainnya adalah harga kendaraan listrik tidak murah, sedangkan opsi financing kendaraan listrik belum banyak. Di samping itu, spesifikasi yang terbatas juga belum dapat memenuhi kebutuhan pengendara.

Selain itu, minat terhadap kendaraan listrik juga dinilai belum tinggi. Berdasarkan survei terkait sentimen atau persepsi masyarakat terhadap kendaraan listrik, sebanyak 95% dan 84% responden masing-masing memiliki impresi positif pada aspek fuel efficiency dan biaya pemeliharaan yang rendah. Namun, impresi negatif terbesar tertuju pada aspek model kendaraan listrik (84%), infrastruktur pengisian baterai (81%), dan ukuran kendaraan listrik (79%).

“Banyak yang berminat switch ke kendaraan listrik karena merasa terlalu banyak menghabiskan biaya untuk bahan bakar. Namun, bagi kami, ini bukan hanya persoalan penghematan biaya, tetapi bagaimana mengembangkan produk yang punya kinerja yang sama dan dapat diandalkan seperti kendaraan yang sudah mereka miliki. Makanya, kami merancang produk dari pengalaman kami yang disesuaikan dengan pengguna Indonesia. Kami kembangkan kapabiitas R&D dengan tim yang kami miliki,” Founder dan CEO Maka Motors Raditya Wibowo saat sesi panel paparan laporan ini, Senin (3/7).

Lebih lanjut, laporan ini menyoroti inisiatif sektor pemerintahan dan swasta dalam mendukung ekosistem kendaraan listrik dalam negeri. Pemerintah mendirikan holding Indonesia Battery Corporation (IBC) untuk membangun industri baterai kendaraan listrik dari hulu ke hilir.

Di sektor swasta, raksasa manufaktur baterai kendaraan listrik Contemporary Amperex Technology Co Ltd (CATL) asal Tiongkok rencananya menggelontorkan investasi sebesar $5,6 miliar untuk mengembangkan bahan baku baterai kendaraan listrik di Indonesia.

Sumber: Indonesia’s Electric Vehicle Outlook: Supercharging Tomorrow’s Mobility

Dari sisi penggunaan, perusahaan teknologi besar, seperti Grab dan Gojek, ikut ambil bagian dengan memperkenalkan pemakaian kendaraan listrik melalui layanan ride-hailing dan logistik sebagai entry point mereka. Grab Indonesia mengoperasikan 14.000 armada motor listrik, sedangkan Lazada Logistics menggunakan kendaraan listrik yang diproduksi PT Smoot Motor Indonesia untuk keperluan logistik.

Berdasarkan data yang kami himpun, ekosistem kendaraan listrik dalam negeri saat ini diisi oleh berbagai startup produsen motor listrik maupun pengembang baterai yang melibatkan sejumlah pemangku kepentingan. Beberapa di antaranya adalah Alva One, Charged Indonesia, ION Mobility, hingga Swap Energi.

Sumber: Indonesia’s Electric Vehicle Outlook: Supercharging Tomorrow’s Mobility

Korporasi dan pemodal ventura juga ikut terlibat dengan mendirikan perusahaan patungan (joint venture/JV) untuk menggarap kendaraan listrik, di antaranya ada Electrum (GoTo dan PT TBS Energi Utama Tbk) dan Ilectra Motor Group (PT Indika Energy Tbk, Alpha JWC Ventures, dan Horizons Ventures.

Sementara, anak usaha BUMN, Pertamina NRE ikut menggelontorkan dana kelolaan sebesar Rp7,7 triliun pada tahun lalu. Dana kelolaan bernama Energy Fund ini disiapkan untuk investasi pada inovasi di sektor energi.

Gojek Jalin Kemitraan dengan Carousell, Strategi Pendekatan Lokal Berlanjut di Singapura

Gojek saat ini sudah memulai kiprahnya di pasar Singapura. Strategi pendekatan lokal pun perlahan mulai dijalankan. Terbaru adalah kerja sama mereka dengan Carrousell yang mengadirkan potongan harga bagi pengguna keduanya.

Pengguna Carousell yang mengunduh aplikasi Gojek dengan mengklik iklan Gojek di aplikasi atau web Carousell akan menerima voucher diskon. Promo kerja sama keduanya akan berlaku mulai Kamis (24/1) hingga (6/3).

Head of Transport Global Gojek Raditya Wibowo mengatakan pihaknya cukup senang menyambut kerja sama ini, dan bersiap tumbuh bersama Carousell sebagai mitra lokal di Singapura.

“Di Gojek, kami ingin bermitra dengan merek lokal yang sejalan dengan misi kami untuk menjadikan kehidupan sehari-hari menjadi lebih baik. Sebagai marketplace consumer to consumer yang ternama di Singapura, Carousell memecahkan masalah bagi konsumen dengan menjadikan pertukaran barang dan jasa lebih mudah diakses. Kami sangat senang dapat bekerja sama dengan Carousell dan tumbuh bersama dengan mitra lokal yang inovatif,” jelas Raditya dalam rilisnya.

Dengan kerja sama ini Gojek telah memiliki dua mitra lokal Singapura. Sebelumnya, pada November tahun 2018 Gojek mengumumkan kerja sama dengan Bank DBS dan berencana bersama-sama membangun ekosistem digital di Singapura.

Application Information Will Show Up Here

Rayakan HUT Pertama, Go-Box Ekspansi ke Enam Kota Baru

Tidak terasa layanan logistik yang menargetkan konsumen perorangan dan UKM milik Go-Jek yaitu Go-Box telah menginjak usia satu tahun. Layanan ini resmi diluncurkan oleh CEO Go-Jek Nadiem Makarim dan Head of Go-Box Raditya Wibowo bulan Oktober tahun 2015 silam.

Merayakan HUT-nya yang pertama secara resmi Go-Box kembali melakukan ekspansi ke kota besar di Indonesia. Kali ini kota yang disasar adalah Medan, Palembang, Solo, Malang, Balikpapan, dan Makassar. Ekspansi tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pengiriman logistik di kota-kota tersebut.

“Ekspansi ini kami lakukan untuk memenuhi seluruh kebutuhan logistik publik dan pebisnis di pulau Sumatra, Sulawesi dan Kalimantan. Saat ini, armada kami telah siap untuk memenuhi kebutuhan pengiriman barang Anda di 12 kota,” kata Head of GO-BOX Raditya Wibowo.

Sebelumnya Go-Box telah melayani kota-kota seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Bali, Semarang, Yogyakarta, dan telah memiliki lebih dari 5300 mitra di 12 kota.

Dengan layanan Go-Box, pengguna juga dapat mengirimkan barang hanya dengan menggunakan satu armada hingga ke 15 titik pengiriman sekaligus hanya dengan memanfaatkan aplikasi mobile yang bisa diakses di aplikasi Go-Jek.

Pengguna bisa dengan mudah melakukan pemesanan, memonitor jalannya barang yang dikirim hingga mendapatkan asuransi. Untuk memastikan barang sampai di tujuan dengan aman, Go-Box juga telah bekerja sama dengan pihak penyedia asuransi untuk mengganti kerusakan atau kehilangan barang hingga maksimal Rp 500,000,000.

Selain pengguna dari kalangan individu, Go-Box juga telah melakukan kerja sama dengan beberapa perusahaan ternama dalam membantu kebutuhan logistik.

Application Information Will Show Up Here

Go-Jek Resmikan Layanan Logistik Go-Box

Inefisiensi bukan hanya terjadi pada layanan transportasi di Indonesia, namun juga di segmen logistik. Dalam Logistic Performance Index yang dikeluarkan oleh Bank Dunia, Indonesia menempati urutan ke-53 dari 150 negara, di bawah Malaysia (urutan 25) dan Thailand (urutan 35). Kelemahan Indonesia dalam hal infrastruktur membuat efektivitas logistik secara keseluruhan menurun.

Continue reading Go-Jek Resmikan Layanan Logistik Go-Box