Crowdo Announces Bank Neo Commerce as Its Digital Bank Prime Partner

Fintech startup Crowdo announced a partnership with Bank Neo Commerce (BNC) to increase SME financing. This is Crowdo’s first-ever partnership since declaring itself a neobank service.

In an interview with DailySocial, Crowdo’s Group CEO, Reona Shimada explained, they offer comprehensive digital technology and infrastructure for digital banks in this partnership, and it will take a long time if it’s to be built independently.

BNC has access to technology such as an AI-powered credit scoring engine that Crowdo engine has built and trained for three years. It is said that Crowdo’s portfolio performed up to 70% better with this tool than traditional bank loans for SMEs during the pandemic.

In addition, access to the whole digital onboarding process and end-to-end underwriting, and supporting the digitization mission for digital banks. “By combining these two DNAs, it makes digital banks more efficient in their business processes. They can immediately experience the impact of the business as they get an acquisition channel,” Shimada said.

Technically, the onboarding process for SMEs in obtaining loans is done through the Crowdo platform. If the results of the assessment match the criteria targeted by BNC, then they will make the loan. Shimada explained that this approach is different from loan channeling, as is done by banks with p2p lending companies in general.

“Crowdo is more focused on digital solutions for SMEs, not just financing. SMEs can digitize their operations and get financial products. ”

Penandatanganan kerja sama Crowdo dan BNC / Crowdo
Crowdo and BNC agreement signing / Crowdo

In terms of monetization, Shimada was reluctant to reveal further detail. However, he said an example, in general cooperation between companies as this one usually uses commission share (share fee).

The company is expected to announced two other digital banks sooner this year. Previously disclosed, Crowdo targets to help SMEs digitize supply chain transactions worth more than Rp14 trillion and access loans and other financial products.

Through the Digitalization Platform service, it allows SMEs to open bank accounts in a simple and fast way, manage all invoices and purchase orders digitally, and request/receive payments.

Meanwhile, for financial products, there are three products, paylater (i.e. Early Payment, Micro Pay Later) and working capital loans. Early Payment or in the industry better known as invoice financing, this loan is intended for prepayments based on bills issued and purchase orders. Meanwhile, Micro Pay Later for small bills and unexpected payments.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Crowdo Umumkan Bank Neo Commerce sebagai Mitra Perdana Bank Digital

Startup fintech Crowdo mengumumkan kemitraan dengan Bank Neo Commerce (BNC) untuk peningkatan pembiayaan UKM. Ini adalah kemitraan perdana bagi Crowdo sejak mendeklarasikan diri sebagai layanan neobank.

Dalam wawancara bersama DailySocial, Group CEO Crowdo Reona Shimada menjelaskan, dalam kemitraan ini mereka menawarkan teknologi dan infrastruktur digital secara menyeluruh buat bank digital, yang mana bila dibangun sendiri akan memakan waktu yang lama.

BNC mendapat akses teknologi seperti mesin skoring kredit bertenaga AI yang sudah dibangun dan dilatih engine Crowdo selama tiga tahun. Diklaim dengan alat ini, kinerja portofolio Crowdo lebih baik hingga 70% daripada pinjaman tradisional bank untuk UKM selama pandemi.

Selain itu, akses proses onboarding digital secara keseluruhan dan underwriting dari ujung ke ujung, sehingga mendukung misi digitalitasi buat bank digital. “Dengan mengawinkan dua DNA ini membuat bank digital jadi lebih efisien proses bisnisnya, merekapun dapat segera merasakan dampak bisnis karena mendapat channel akuisisi,” kata Shimada.

Secara teknis, proses onboarding UKM dalam mendapatkan pinjaman dilakukan melalui platform Crowdo. Apabila hasil penilaiannya sesuai dengan kriteria yang diincar BNC, maka merekalah yang akan melakukan pinjaman. Shimada menjelaskan, pendekatan ini berbeda dengan loan channeling, seperti yang dilakukan perbankan dengan perusahaan p2p lending pada umumnya.

“Crowdo lebih fokus pada solusi digital untuk UKM, tidak hanya sekadar pembiayaan saja. UKM bisa melakukan digitalisasi operasional dan mendapat produk keuangan.”

Penandatanganan kerja sama Crowdo dan BNC / Crowdo
Penandatanganan kerja sama Crowdo dan BNC / Crowdo

Untuk monetisasinya, Shimada enggan menjelaskan lebih detail. Namun ia memberi contoh, pada umumnya kerja sama antar perusahaan seperti ini menggunakan pembagian komisi (share fee).

Dua bank digital lainnya diharapkan dapat segera diumumkan perusahaan sepanjang tahun ini. Sebelumnya diungkapkan, Crowdo menargetkan dapat membantu UKM mendigitalisasi transaksi supply chain yang bernilai lebih dari Rp14 triliun dan mengakses pinjaman dan produk keuangan lainnya.

Melalui layanan Platform Digitalisasi memungkinkan UKM membuka rekening bank dengan cara sederhana dan cepat, mengelola semua invoice dan pesanan pembelian secara digital, dan meminta/menerima pembayaran.

Sementara itu, untuk produk keuangan, terdiri dari tiga produk, ialah paylater (i.e. Early Payment, Micro Pay Later) dan pinjaman modal kerja. Early Payment atau di industri lebih dikenal dengan istilah invoice financing, pinjaman ini diperuntukkan buat pembayaran di muka berdasarkan tagihan yang diterbitkan dan pesanan pembelian. Sementara, Micro Pay Later untuk tagihan kecil dan pembayaran terduga.

Crowdo Kini Menjadi Neobank, Perluas Solusi Digital untuk UKM

Di balik besarnya potensi digitalisasi UKM Indonesia, masih menyimpan banyak isu yang ternyata tak cukup dengan kehadiran solusi p2p lending saja. Alasan tersebut yang menginisiasi Crowdo untuk perluas layanannya dan menobatkan diri menjadi neobank dari awalnya penyedia pinjaman p2p.

Menjadi neobank, bukan berarti Crowdo memegang lisensi bank digital. Perusahaan telah mengantongi izin penuh dari OJK sejak akhir tahun lalu sebagai p2p lending. Dalam menyediakan solusi yang ada, perusahaan bermitra dengan lembaga keuangan lainnya.

Neobank dan bank digital punya perbedaan konsep. Neobank adalah lembaga keuangan digital yang produk-produknya adalah hasil kemitraan dengan lembaga keuangan lainnya, salah satunya perbankan. Sementara, bank digital secara teorinya adalah bank-bank yang sudah ada mendigitalkan layanannya. Mereka biasanya memiliki lisensi untuk melakukan kegiatan pengambilan simpanan.

Group CEO Crowdo Reona Shimada menjelaskan, perusahaan selalu berambisi menjadi institusi finansial, lending adalah salah satu produknya. Dari sisi konsumen UKM, masih banyak solusi yang mereka butuhkan. “Jika melihat dari tren fintech di global, neobank itu sangat consumer-centric. Produknya simpel dan seamless consumer journey-nya,” terangnya dalam wawancara terbatas bersama sejumlah media, kemarin (24/2).

Ditegaskan kembali oleh COO Crowdo Indonesia Nur Vitriani, dengan menjadi neobank artinya Crowdo menjadi katalis buat industri keuangan digital karena membawa inovasi baru dengan proses yang lebih simpel. Perusahaan tengah berdiskusi dengan tiga bank digital hadir di platform Crowdo.

Hanya saja, identitas dari ketiga bank ini masih dirahasiakan. “Kita sedang proses dengan tiga bank digital untuk onboarding di Crowdo. Bagi mereka, karena kami sudah punya teknologi AI tentu akan sangat membantu mereka daripada harus bangun sendiri,” terangnya saat dihubungi DailySocial, Kamis (24/2).

Sebagai neobank, Crowdo menyediakan solusi keuangan digital UKM dengan mengintegrasikan digitalisasi operasional dengan solusi pinjaman dan perbankan yang dibantu mesin penilaian kredit bertenaga AI. Serta, produk dan layanan yang didorong prinsip lingkungan, sosial, dan tata kelola yang positif.

Produk Crowdo saat ini

Ada dua solusi utama yang ditawarkan, yakni digitalisasi operasional dan produk keuangan, baik itu pinjaman dan fitur perbankan. Keduanya adalah masalah yang paling mendesak yang dihadapi UKM.

Saat ini, sebagian besar UKM di Indonesia mengelola data dan transaksinya secara offline dan manual. Hal ini mengakibatkan produktivitas yang buruk karena pemilik bisnis haru menghabiskan banyak waktu untuk masalah nonkomersial. Crowdo menawarkan solusi digital sederhana yang memungkinkan UKMK dengan mudah mengelola transaksi supply chain secara online dan mengakses produk keuangan lebih mudah.

Perusahaan menargetkan dapat membantu UKM mendigitalisasi transaksi supply chain yang bernilai lebih dari Rp14 triliun dan mengakses pinjaman dan produk keuangan lainnya.

Melalui layanan Platform Digitalisasi memungkinkan perusahaan untuk membuka rekening bank dengan cara sederhana dan cepat, mengelola semua invoice dan pesanan pembelian secara digital, dan meminta/menerima pembayaran.

Sementara itu, untuk produk keuangan, terdiri dari tiga produk, ialah paylater (i.e. Early Payment, Micro Pay Later) dan pinjaman modal kerja. Early Payment atau di industri lebih dikenal dengan istilah invoice financing, pinjaman ini diperuntukkan buat pembayaran di muka berdasarkan tagihan yang diterbitkan dan pesanan pembelian. Sementara, Micro Pay Later untuk tagihan kecil dan pembayaran terduga.

“Pinjaman Modal Kerja untuk mendukung proyek yang lebih besar dan persyaratan modal kerja bisa bantu UKM mengembangkan bisnisnya,” tambah Vitri.

Ke depannya, perusahaan akan menambah layanan digital lebih jauh untuk UKM. Misalnya manajemen biaya operasional, pengaturan tagihan, dan penggajian karyawan.

Adapun saat ini perusahaan telah memiliki 76 ribu pengguna per Desember tahun lalu dengan total penyaluran di kisaran Rp600 miliar. Pada tahun ini, perusahaan memiliki target ingin mendigitalkan $1 miliar dalam transaksi supply chain yang difasilitasi melalui komunitas UKM dan melipatgandakan penyaluran pinjaman hingga dua kali lipat menjadi Rp1,2 triliun.

Untuk lender Crowdo, saat ini sepenuhnya adalah lender institusi, yang datang dari perbankan atau multifinance. “Mereka melihat teknologi AI yang kami tawarkan untuk credit scoring engine yang mana ini sangat berguna terutama saat pandemi untuk mengurangi risiko NPL. Kami berhasil menahan laju NPL di bawah rata-rata perbankan,” kata Shimada.

Group CEO Crowdo Reona Shimada / Crowdo
Group CEO Crowdo Reona Shimada / Crowdo

Tahan ekspansi

Secara grup, Crowdo telah beroperasi di tiga negara, yakni Indonesia, Singapura, dan Malaysia. Shimada menerangkan, ketiga negara ini saling berkontribusi satu sama lain dalam menginspirasi setiap inovasi perusahaan. Menurutnya, Indonesia dan Malaysia punya kemiripan dari sisi regulatornya yang progresif untuk mendorong inovasi di industri fintech.

Sementara Singapura, lebih terbatas dalam ukuran pasar, tapi memiliki sumber daya yang langkap seperti data scientis. “Berada di tiga pasar ini, Crowdo sangat diuntungkan, Crowdo Indonesia melayani pasar terbesar di ASEAN sambil mengakses kemampuan yang kuat dari pasar kami yang lain.”

Terkait rencana ekspansi ke negara baru, belum menjadi suatu agenda yang diharuskan oleh perusahaan mengingat pandemi yang masih berlangsung. Namun, ia melihat permintaan yang kuat untuk solusi neobanking di pasar seperti Filipina, Vietnam, dan Thailand dan ia secara proaktif melihat peluang masuk ke sana. “Indonesia akan tetap menjadi fokus utama kami.”

Dalam mendorong target perusahaan, diungkapkan bahwa saat ini Crowdo sedang memroses penggalangan Seri B. “Yang penting bagi kami adalah kami memiliki sekelompok investor yang bersemangat dengan misi kami untuk bergabung dalam putaran penggalangan dana,” tutup dia.