[Review] Samsung Galaxy M11, Kembaran Galaxy A11

Samsung telah memperbarui lini Galaxy M di Indonesia, meliputi Galaxy M31, Galaxy M21, dan Galaxy M11. Masing-masing dibanderol dengan harga Rp3.999.000, Rp3.199.000, dan Rp2.099.000.

Demikian juga dengan Galaxy A series, yang mana belum lama ini Samsung telah merilis Galaxy A31, Galaxy A21s, dan Galaxy A11. Di mana masing-masing dibanderol tidak terlalu jauh dengan Galaxy M series yaitu Rp4.199.000, Rp3.399.000, dan Rp2.099.000.

Nah kalau saya bandingkan spesifikasi Galaxy M31 dengan Galaxy A31 dan Galaxy M21 dengan Galaxy A21s, mereka memang punya banyak perbedaan. Namun, tidak dengan Galaxy M11 dan Galaxy A11, kedua perangkat ini sangat identik atau mungkin perangkat yang sama.

Sebelumnya, saya juga telah mengulas Galaxy A11. Sekarang mari review Samsung Galaxy M11 sambil cari perbedaannya.

Desain

Review-Samsung-Galaxy-M11-12
Layar Samsung Galaxy M11 vs A11 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Dari sisi eksterior, Galaxy A11 dan Galaxy M11 bagai pinang dibelah dua. Bagian muka sama-sama mengemas Infinity-O display menggunakan panel TFT PLS berukuran 6,4 inci dengan resolusi HD+ (720×1560 piksel) dalam rasio 19.5:9. Punch hole di pojok kiri atas menampung kamera depan 8MP f/2.0.

Kemudian pada bagian punggungnya, dijumpai modul triple camera yang berjejer dalam posisi vertikal di pojok kiri atas. Bersama LED flash di sebelahnya dan sensor fingerprint konvensional di area tengah atas.

Review-Samsung-Galaxy-M11-13
Back cover Samsung Galaxy M11 vs A11 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Apakah desain kedua perangkat ini 100 persen sama persis? Setelah mencermati saya menemukan beberapa hal, pertama dan paling utama bahwa kapasitas baterai Galaxy M11 1.000 mAh lebih besar.

Imbasnya body-nya menjadi lebih tebal 1mm dan lebih berat. Galaxy M11 hadir dengan baterai 5.000 mAh memiliki dimensi 161.4×76.3×9 mm dan bobot 197 gram. Sementara, Galaxy A11 dengan baterai 4.000 mAh punya dimensi 161.4×76.3×8 mm dan bobot 177 gram.

Kerangka dan back cover-nya terbuat dari material plastik polikarbonat dan terasa solid di tangan. Unit review Samsung Galaxy M11 yang saya tes berwarna hitam dan punya finishing matte, sebagai pembanding Galaxy A11 berwarna putih yang saya tes punya finishing glossy.

Review-Samsung-Galaxy-M11-14
Kamera Samsung Galaxy M11 vs A11 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Selain itu, kalau diperhatikan lagi desain triple camera pada Galaxy M11 ini datar, sedangkan Galaxy A11 sedikit menonjol. Saya juga menemukan bahwa tingkat kecerahan layar Galaxy M11 lebih cerah (hasil saya browsing 420 nits), sedangkan layar Galaxy A11 sedikit lebih redup.

Demikian juga dengan penempatan atributnya, di sebelah kanan terdapat tombol power dan volume, serta SIM Tray di sisi sebrangnya dengan tiga slot (dua nano sim dan satu microSD). Lalu, jack audio 3.5mm dan mikrofon sekunder berada di area atas, serta port USB Type-C, speaker, dan mikrofon utama di bagian bawah.

Android 10; OneUI 2.0

Samsung Galaxy M11 menjalankan sistem operasi Android 10 dengan sentuhan OneUI 2.0. Belakangan saya mengulas smartphone Samsung dan berkali-kali bilang kalau OneUI 2.0 ini sangat mudah digunakan.

Meskipun antarmukanya sangat simpel, Samsung membenamkan banyak fitur dan bloatware. Dari aplikasi bawaan Samsung, Google, Microsoft, hingga beberapa aplikasi populer seperti Facebook, Netflix, dan Spotify. Ditambah AppCloud, rekomendasi aplikasi dari Samsung yang harus diinstall.

Sejumlah fitur baru Android 10 juga melengkapi Galaxy M11. Termasuk dark mode untuk mengubah tampilan background serba hitam, sistem navigasi gesture baru, opsi perizinan baru, dan lainnya. Untuk menjaga privasi pengguna, Galaxy M11 didukung sistem keamanan sensor fingerprint di belakang yang bekerja secara cepat dan tak ketinggalan face unlock.

Kamera

Galaxy M11 memiliki konfigurasi triple camera yang sama seperti yang digunakan pada Galaxy A11. Kamera utamanya yang terletak di tengah dengan resolusi 13MP f/1.8, tanpa dukungan AI atau Scene Optimizer tapi setidaknya dilengkapi opsi HDR otomatis untuk dynamic range lebih baik saat memoret dengan kondisi pencahayaan yang kontras.

Lalu, yang di bawah 5MP f/2.2 dengan lensa ultra wide untuk tangkapakan seluas 115 derajat, dan yang di atas 2MP f/2.4 sebagai depth sensor untuk fitur Live Focus. Sedangkan, kamera depannya 8MP dengan aperture f/2.0 untuk kebutuhan selfie, video call, dan face unlock.

Review-Samsung-Galaxy-M11-8

Mode kamera yang tersedia adalah foto dan video yang disertai fitur filter dan beauty. Live Focus untuk foto portrait yang idealnya berjarak 1-1,5 meter dengan efek bokeh yang levelnya bisa disesuaikan. Serta, mode panorama dan Pro bagi yang ingin mengatur ISO, white balance, exposure compensation, dan metering secara manual. Perekam videonya mendukung sampai resolusi 1080p 30fps, dari depan maupun belakang. Berikut hasil bidikan Samsung Galaxy M11:

Hardware

Review-Samsung-Galaxy-M11-25
Paket penjualan Samsung Galaxy M11 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Untuk mendukung kebutuhan yang menuntut untuk selalu #StayConnected, Galaxy M11 dibekali baterai 5.000 mAh untuk mendukung aktivitas panjang sobat anti lowbat. Untuk pemakaian normal harusnya sanggup bertahan seharian.

Bila harus mengisi daya kembali, dukungan teknologi fast charging 15W dapat membantu pengguna untuk segera terkoneksi kembali. Soal performa, tidak jauh berbeda dengan Galaxy A11. Sebab, mereka sama-sama ditenagai chipset Qualcomm Snapdragon 450 yang cukup powerful di kelas entry level.

Berbagai aktivitas mobile seperti chatting, berinteraksi di media sosial, browsing, hingga bermain game ringan dapat ditangani dengan baik. Kinerjanya ditopang RAM 3GB dan penyimpanan internal 32GB yang bisa diperluas lewat penggunaan microSD. Pergerakan di antarmuka terasa mulus, kegiatan multitasking – loncat dari satu aplikasi lainnya juga terasa lancar. Mungkin akan sedikit menunggu saat loading aplikasi atau game yang agak berat.

Verdict

Review-Samsung-Galaxy-M11-26
Review Samsung Galaxy M11 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Selain kapasitas baterai yang lebih besar, sisa spesifikasi Galaxy M11 sangat identik dengan Galaxy A11. Pengalaman yang diberikan pun bakal tidak jauh berbeda, termasuk suguhan desain, performa, hingga kemampuan kameranya. Meski ada beberapa catatan khusus pada detail desain dan tingkat kecerahan layarnya.

Jadi, mendingan pilih mana? Yang pasti seri Galaxy A ini posisinya lebih tinggi dan ditujukan untuk Gen Z guna memenuhi kebutuhan digitalnya. Sementara, Galaxy M series lebih ditujukan kalau kata Samsung buat #SobatAntiLowbat yang memprioritaskan daya tahan baterai, spesifikasinya cenderung sedikit lebih baik dibanding Galaxy A series.

Sparks

  • Inifinity-O display dengan punch hole yang kekinian
  • Baterai 5.000 mAh dengan fast charging 15W
  • Mengusung triple camera
  • Chipset Snapdragon 450 yang cukup bertenga untuk kebutuhan dasar ber-smartphone

Slacks

  • Resolusi layar masih HD+
  • Menggunakan konfigurasi kamera standar 13MP

[Review] Samsung Galaxy M31, Andalkan Baterai 6.000 mAh dan Kamera 64MP

Salah satu jagoan Samsung di pasar smartphone kelas menengah adalah Galaxy M31. Kapasitas baterai jumbo 6.000 mAh menjadi salah satu keunggulannya.

Ya, berbeda dengan Galaxy A series yang menyasar generasi live dan Gen Z. Galaxy M31 ini lebih ditujukan untuk pengguna dengan banyak aktivitas yang butuh daya tahan baterai lama.

Selain baterai besar, daya tarik utama dari Galaxy M31 terletak pada kamera utamanya yang beresolusi 64MP. Dibanderol dengan harga Rp3.999.000, berikut review Samsung Galaxy M31 selengkapnya.

Desain

review-samsung-galaxy-m31-1
Punggung Samsung Galaxy M31 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Samsung Galaxy M31 tampil simpel dengan desain minimalis khas smartphone kelas menengah Samsung. Walau tertanam baterai 6.000 mAh, profil body smartphone ini masih cukup ringkas dengan dimensi 159.2×75.1×8.9 mm dan bobot 191 gram.

Pada bagian depan, Galaxy M31 membawa Infinity-U display dengan panel Super AMOLED berlapis Corning Gorilla Glass 3 untuk melindunginya dari goresan ringan. Layarnya terlihat lapang 6,4 inci dengan bezel tipis dan notch berbentuk U, panelnya beresolusi 1080×2340 piksel dalam aspek rasio 19.5:9.

Beralih ke belakang, tampilan punggung Galaxy M31 yang berwarna ocean blue ini tampak cukup memikat mata. Meski tidak dihiasi dengan pola maupun efek gradasi khusus saat terpapar pantulan cahaya seperti yang terdapat pada Galaxy A series.

Empat unit kamera belakangnya disusun membentuk huruf L di dalam modul persegi panjang di pojok sisi kiri atas. Tak jauh dari kamera, bisa dijumpai sensor pemindai sidik jari konvensional yang posisinya terlalu tinggi sehingga agak sulit digapai.

Bagian bingkai dan cangkang belakangnya terbuat dari material plastik polikarbonat dengan finishing glossy, tapi menurut saya tidak terkesan murahan. Dengan sudut-sudut yang agak melengkung, body-nya terasa solid dalam kepalan tangan.

Untuk atributnya, tombol power dan volume berada di sisi kanan. SIM Tray disebrangnya yang terdiri dari tiga slot. Jack audio 3,5mm, port USB Type-C, mikrofon utama, dan speaker di sisi bawah, serta mikrofon sekunder di sisi atas.

OneUI 2.0; Android 10

review-samsung-galaxy-m31-7
Antarmuka Samsung Galaxy M31 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Samsung Galaxy M31 berjalan pada OneUI versi 2.0 berbasis Android 10 dengan patch keamanan April 2020. Kelebihannya, antarmuka Samsung ini simpel dengan ikon aplikasi berukuran besar. Karena berkonsentrasi pada pengalaman pengguna dan kemudahan penggunaan.

Samsung membenamkan banyak bloatware di Galaxy M31. Mulai dari aplikasi besutannya, aplikasi Google, aplikasi dari Microsoft, hingga aplikasi populer seperti Facebook, Spotify, dan Netflix. Ditambah lagi AppCloud, rekomendasi aplikasi dari Samsung yang harus kita install.

Quad Camera 64MP

review-samsung-galaxy-m31-8
Kamera Samsung Galaxy M31 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Selain baterai berkapasitas besar 6.000 mAh, sektor kamera juga menjadi daya tarik utama Galaxy M31. Di mana membawa konfigurasi quad camera dengan kamera utama beresolusi 64MP f/1.8 menggunakan sensor ISOCELL Bright GW1.

Sensor tersebut berukuran 1/1.72 inci dengan ukuran per piksel 0.8µm. Namun dengan teknologi Tetracell 2×2, secara default hasil optimal yang didapat hanya seperempat yaitu 16MP tapi dengan ukuran per piksel lebih besar 1.6µm sehingga dapat diandalkan di kondisi pencahayaan rendah.

Proses pengambilan gambarnya didukung fitur HDR yang akan secara otomatis aktif bila dibutuhkan. Serta, AI Scene Optimizer yang akan meningkatkan kualitas foto sesuai kondisi pemotretan seperti jenis objek dan pemandangan. Kalau butuh bantuan untuk agar komposisi fotonya lebih baik, bisa mengaktifkan fitur ‘shot suggestions‘.

Bila membutuhkan resolusi aslinya, mode foto 64MP bisa dipilih di pengaturan aspek rasio (ubah ke 3:4 64MP). Namun perlu dicatat, kita kehilangan fitur HDR dan AI Scene Optimizer. Idealnya gunakan resolusi tinggi ini pada siang hari dengan kondisi cahaya yang cerah dan dynamic range-nya tidak seluas ketika fitur HDR aktif.

review-samsung-galaxy-m31-18
Kamera Samsung Galaxy M31 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Lanjut ke kamera 8MP f/2.2 dengan lensa ultra wide 12mm, kita mendapatkan bidang pandang yang sangat lebar 123 derajat. Di mana bisa menghasilkan foto yang unik dengan memanfaatkan efek distorsinya. Catatan saya, bila Anda lebih mengejar hasil optimal dari Galaxy M31 maka kualitas kamera utamanya lebih menjanjikan.

Kemudian, ada 5MP f/2.4 dengan lensa macro, 5MP sebagai depth sensor untuk fitur Live Focus, dan kamera depannya 32MP f/2.0. Catatan untuk mode macro ini optimal dengan jarak 3-5cm dari objek dan untuk mendapatkan fokus secara tepat, kita perlu bergerak maju lebih dekat atau mundur sedikit.

review-samsung-galaxy-m31-17

Untuk aplikasi kameranya cukup intuitif dan kaya fitur. Untuk beralih ke mode wide angle, klik ikon tiga pohon saat berada di mode photo dan video. Lalu, kita bisa mencubit layar untuk zoom tersedia pilihan 0,5, 1x, 2x, dan 8x atau gunakan slider zoom untuk menentukan sendiri dan sebaiknya tidak lebih dari 2x untuk menjaga kualitas foto.

Selain mode photo dan video, mode kamera yang tersedia adalah Live Focus, Pro, panorama, macro, food, night, super slow-mo, slow motion, dan hyperlapse. Serta, fitur filter, beauty, Bixby Vision, dan AR Emoji.

review-samsung-galaxy-m31-16

Kalau untuk membuat konten video bagaimana? Kamera depan dan belakangnya sudah mendukung perekaman video 4K 30fps, fitur ini penting bagi video content creator terutama untuk keleluasaan post processing. Namun ada catatan, fitur digital image stabilization atau EIS hanya tersedia pada resolusi 1080p 30fps.

Bila butuh yang lebih stabil lagi, terdapat fitur Super Steady tapi menggunakan kamera ultra wide dengan crop signifikan untuk mendapatkan perekaman yang mulus. Tetapi, kualitas videonya tidak lebih bagus dibandingkan saat kita menggunakan kamera utama.

Lalu, yang cukup disayangkan adalah absennya video dengan frame rate tinggi seperti 1080p pada 60fps. Opsi ini berguna bagi video content creator, karena bisa memperlambat video hingga 40 persen pada sequence 24fps. Galaxy M31 memang menyematkan mode slow-mo dan super slow-mo, tapi pengaturannya tidak bisa diotak-atik dan hasilnya terbatas pada resolusi 720p.

Berikut hasil foto dari kamera belakang Samsung Galaxy M31:

Performa

Dari sisi performa, Galaxy M31 mengandalkan chipset Exynos 9611 yang dibangun pada proses fabrikasi 10nm. SoC ini juga dapat dijumpai smartphone kelas menengah Samsung seperti Galaxy M30s, M21, A51, dan A50s.

Chipset Exynos 9611 ini mengemas CPU octa-core. Terdiri dari quad-core Cortex-A73 2.3 GHz untuk mengerjakan tugas berat seperti bermain game dan quad-core Cortex-A53 1.7 GHz untuk tugas rutin harian.

Sejauh yang saya coba, performa Galaxy M31 bisa dibilang cukup cepat dan konsisten, proses scrolling dan beralih antar aplikasi. Bersama GPU Mali-G72 MP3, didukung RAM sebesar 6GB, penyimpanan internal 128GB, dan fitur Game Booster. Serta, kombinasi layar Super AMOLED dan baterai 6.000 mAh, Galaxy M31 pun siap memanjakan gamer mobile.

Pengaturan Game Booster ini bisa dijumpai pada aplikasi Game Launcher yang mengumpulkan semua hal terkait gaming pada satu tempat. Untuk performa yang optimal, pastikan pilih opsi focus on performance pada mode game performance.

Lalu, Game Booster ini bisa kita akses saat sedang bermain game, lewat ikon berada di samping tombol navigasi virtual. Di sini kita bisa monitoring temperature, memory, dan level baterai. Juga, mengambil screenshot dan membuat konten video dengan merekam gameplay pada resolusi 1080p.

Yang cukup menarik adalah keberadaan fitur pop-up panel, yang memungkinkan kita menyematkan empat aplikasi favorit dan ditampilkan secara pop-up. Hal ini berguna saat kita sedang melakukan aksi grinding dan sambil menunggu kita bisa sambil nonton YouTube, chatting, atau browsing.

Selain itu, kapasitas baterai 6.000 mAh tentunya membuat Galaxy M31 bisa bertahan seharian. Untuk pemakaian normal, setidaknya bila pagi baterai penuh bisa menemani sampai menjelang tidur.

Perlu dicatat, dukungan Adaptive Fast Charging-nya hanya 15W yang artinya masih belum cukup ngebut untuk mengisi daya sebesar 6.000 mAh.  Kurang lebih dalam waktu 30 menit dari baterai 0 persen akan tersisi sekitar 20 persen dan 40 persen setelah satu jam, serta butuh lebih dari satu setengah jam untuk mengisi penuh. Jadi, jangan lupa mengisi daya sebelum tidur agar Galaxy M31 bisa digunakan seharian.

Verdict

review-samsung-galaxy-m31-23
Paket penjualan Samsung Galaxy M31 | Photo by Lukman Azis/Dailysocial

Samsung Galaxy M31 adalah solusi lengkap bagi Anda yang membutuhkan smartphone dengan daya tahan baterai tangguh, kualitas layar bagus dengan Super AMOLED Full HD+, kamera utama 64MP yang mengesankan, dan performanya lumayan powerful. Semua itu dikemas dalam harga yang sangat kompetitif, yaitu Rp4 jutaan.

Perlu dicatat juga, dibanding Galaxy A series di kelasnya – Galaxy M31 tidak membawa semua elemen kekinian. Layarnya masih menggunakan desain Infinity-U display dengan notch, back cover polosan tanpa pola maupun efek gradasi, dan sensor pemindai sidik jarinya konvensional bukan di bawah layar.

Sparks

  • Baterai 6.000 mAh yang bisa bertahan seharian
  • Layar Super AMOLED Full HD+
  • Kamera utama 64MP 
  • Chipset Exynos 9611 yang cukup powerful
  • Harga kompetitif 

Slacks

  • Fast charging hanya 15W, kurang cepat
  • Masih menggunakan desain lama Infinity-U display
  • Sensor pemindai sidik jari konvensional

[Review] Samsung Galaxy A11, Selevel Galaxy A01 dengan Tambahan Fitur

Pada tanggal 31 Mei lalu, Samsung diam-diam menghadirkan Galaxy A11 yang akhirnya dirilis bersamaan dengan Galaxy A21s. Kalau dilihat dari silsilah keluarganya, Galaxy A11 tak lain adalah saudara kandung dari Galaxy A10s.

Dibanding kakaknya tersebut, Galaxy A11 kini mengusung desain Infinity-O display dengan punch hole di pojok kiri atas bukan notch di tengah. Punya konfigurasi triple camera dan chipset Qualcomm Snapdragon 450 yang lebih bertenaga. Dibanderol dengan harga Rp2.099.000, berikut review Samsung Galaxy A11 selengkapnya.

Desain

review-samsung-galaxy-a11-1

Samsung Galaxy A11 tersedia dalam dua pilihan warna, hitam dan putih. Unit yang saya terima berwarna putih polos dengan finishing glossy tanpa pola khusus maupun efek saat terkena cahaya dan gradasi.

Meski begitu, tampilan punggung dari Galaxy A11 tetap terlihat cantik. Sayangnya, Samsung tidak menyediakan case bawaan sehingga rentan kotor dan mudah tergores. Demi kenyamanan dan keamanan penggunaan, sebaiknya kita membeli anti gores dan case untuk melindungi layar dan back cover.

Ke bagian muka, tersaji Infinity-O display yang tampil kekinian, tapi masih menggunakan panel TFT PLS, bukan IPS maupun Super AMOLED. Ukuran layarnya cukup lapang 6,4 inci dengan resolusi sebatas HD+ (720×1560 piksel) dalam rasio 19.5:9.

Harap dimaklumi, Samsung memang menempatkan Galaxy A11 sebagai smartphone entry-level. Kualitas layarnya tidak istimewa, tapi sudah cukup baik dalam menampilkan konten media sosial seperti Instagram, browsing, dan nonton video.

review-samsung-galaxy-a11-6

Balik ke belakang, bisa dijumpai tiga unit kamera yang berjejer secara vertikal tanpa bingkai persegi panjang. Tak jauh dari kamera, ada area yang lekung sendirian di tengah back cover. Bagian tersebut ialah sensor pemindai sidik jari konvensional.

Secara keseluruhan, desainnya seperti Galaxy A series lain dengan sudut-sudut yang agak membulat. Material body-nya terbuat dari plastik, tapi tidak terasa murahan. Selain itu, meski terbenam baterai 4.000 mAh, ketebalan body-nya hanya 8 mm dengan bobot 177 gram.

Lanjut ke perlengkapan atributnya, di sisi kanan terdapat tombol power dan volume. SIM tray berada di sisi kiri, dengan tiga slot yang terdiri dari dua nano SIM dan satu slot microSD. Bagian atas dijumpai jack audio 3.5 mm dan mikrofon sekunder. Sementara, bagian bawah terdapat speaker, port USB Type-C, dan mikforon utama.

Kamera

review-samsung-galaxy-a11-11

Terkait fotografi, Samsung Galaxy A11 sudah dibekali konfigurasi triple camera di bagian belakang. Namun, Anda masih belum mendapatkan kamera dengan resolusi tinggi seperti Galaxy A31 dengan 48MP dan berteknologi Quad Bayer.

Sebab, kamera utama Galaxy A11 hanya beresolusi standar 13MP dengan aperture f/1.8. Bersama 5MP f/2.2 dengan lensa ultra wide yang memberikan bidang pandang seluas 115 derajat, dan 2MP f/2.4 sebagai depth sensor untuk fitur Live Bokeh.

Sedangkan, kamera depannya 8MP f/2.0 untuk selfie, video call, dan face unlock. Untuk kemampuan perekam videonya, baik kamera depan maupun belakang hanya mendukung sebatas 1080p 30fps. Berikut hasil foto dari Galaxy A11:

Software & Hardware

Samsung Galaxy A11 telah mengusung antarmuka OneUI versi 2.0 yang berfokus pada pengalaman pengguna dan kemudahan pengoperasian. Berbasis sistem operasi Android 10, sejumlah fitur baru pun melengkapi Galaxy A11. Termasuk dark mode untuk mengubah tampilan background serba hitam, sistem navigasi gesture yang lebih natural, opsi perizin baru, dan banyak lagi.

Dapur pacunya mengandalkan chipset Qualcomm Snapdragon 450 yang cukup mumpuni di kelas entry-level. SoC ini mengemas CPU octa-core Cortex A53 yang berdetak pada 1.8 GHz dengan GPU Adreno 506.

review-samsung-galaxy-a11-13

Performa yang disuguhkan dibantu besaran RAM 3GB dan penyimpanan internal 32GB yang menurut saya merupakan standar minimum untuk memperolah pengalaman ber-smartphone yang layak. Beruntung penyimpanan bisa diperluas lewat penggunaan microSD, sehingga memori internal bisa didedikasikan untuk menginstal aplikasi.

Untuk kebutuhan daya, Galaxy A11 mengusung kapasitas baterai yang sama dengan pendahulunya, yaitu 4.000 mAh yang terbilang besar. Bila pemakaiannya normal, smartphone bisa bertahan seharian dalam sekali pengecesan.

Namun bila pemakaian cukup intens, sudah pasti Anda akan mengisinya setidaknya sehari dua kali. Kabar baiknya, Samsung sudah membenamkan adapter fast charging 15W dalam paket penjualan, meski tidak cepat tapi pengisian dayanya dapat dipersingkat.

Verdict

review-samsung-galaxy-a11-12

Seperti halnya smartphone Galaxy A series lainnya, Galaxy A11 juga dirancang sebagai teman setia Gen Z untuk menjalani aktivitas digitalnya. Dibanderol Rp2.099.000, dengan spesifikasi yang ditawarkannya, terus terang saya agak berat merekomendasikan Galaxy A11.

Bukan karena Galaxy A11 jelek, tapi karena keberadaan Galaxy A21s yang posisinya cukup dekat tapi perbedaannya cukup siginifkan. Galaxy A21s dibanderol 2.799.000 dan sudah berfitur sangat lengkap untuk membuat konten.

Menurut saya, posisi Galaxy A11 ini masih di level yang sama seperti Galaxy A01 dengan sedikit pembaruan fitur dan peningkatan spesifikasi. Masih ditujukan untuk pemula, misalnya untuk anak sekolah yang baru pertama kali dibelikan smartphone oleh orang tuanya dan untuk para pengguna smartphone jadul.

Sparks

  • Infinity-O display dengan punch hole yang kekinian
  • SoC Snapdragon 450 yang cukup bertenaga di kelas entry-level
  • Punya konfigurasi triple kamera

Slacks

  • Kamera utama masih standar 13MP
  • Masih satu level dengan Galaxy A01 dengan tambahan fitur

[Review] Samsung Galaxy A31, Naik Kelas dengan Kamera 48MP dan NFC

Samsung belum lama ini meluncurkan Galaxy A31 yang ditujukan untuk mendukung gaya hidup live generation. Smartphone kelas menengah yang dibanderol Rp4.199.000 ini diumumkan lewat acara live streaming mengingat Indonesia saat ini masih dalam kondisi pandemi covid-19.

Sebagai penerus Galaxy A30s, Galaxy A31 pun hadir dengan perbaikan di sejumlah area. Diantaranya peningkatan resolusi layarnya yang kini beresolusi Full HD+, dengan kamera utama 48MP, hingga performa yang harusnya lebih baik.

Apalagi yang menarik dari perangkat terbaru Galaxy A series ini? Berikut review Samsung Galaxy A31 selengkapnya:

Desain Ramping

Dari sisi tampilan, desain Galaxy A31 tidak aneh-aneh, tetap simpel dan minimalis. Bagian mukanya mengemas Infinity-U display dengan bezel samping layar yang tipis dan memiliki lekukan berbentuk U di tepi atas layar guna memuat kamera depan beresolusi 20MP.

Balik ke belakang, back cover-nya disertai pola yang unik dan terdapat efek bias aurora saat melihatnya pada sudut tertentu. Lalu, empat unit kamera belakangnya disusun apik dalam bingkai persegi panjang menyerupai huruf L dan posisinya merapat ke sisi kiri atas.

Hadir dalam dimensi 159.3×73.1×8.6 mm dan bobot 185 gram, profil Galaxy A31 terbilang langsing dan tinggi meski tertanam baterai berkapasitas besar 5.000 mAh. Body-nya memang terbuat dari material plastik, tapi tidak terkesan murahan dan terasa solid di tangan.

Untuk kelengkapan atribut lainnya, tombol power dan volume berada di sisi kanan. Sedangkan, di sisi kiri ada SIM tray yang berisi dua slot nano SIM dan satu slot microSD. Pada sisi atas terdapat mikrofon sekunder, sedangkan jack audio 3,5mm, port USB Type-C, mikrofon utama, dan speaker terletak di sisi bawah.

Infinity U Display 20:9

Review-Samsung-Galaxy-A31-13

Panel yang digunakan berjenis Super AMOLED berukuran 6,4 inci dengan resolusi 1080×2400 piksel yang menghasilkan tingkat kepadatan layar 441 ppi. Kualitas layarnya sudah lebih dari cukup untuk menikmati konten video, aktivitas sehari-hari, maupun bermain game, konten tampil cemerlang dengan warna yang menyenangkan dan punya tingkat hitam yang tinggi khas Super AMOLED.

Menggunakan aspek rasio 20:9, layar Galaxy A31 menjulang ke atas terasa sekali amat panjang dan layarnya terlihat agak sempit. Sisi baiknya, Galaxy A31 bisa dipegang satu dengan mudah, apalagi sudut-sudut body-nya agak membulat. Meskipun ibu jari kita hanya bisa menjangkau setengah layar.

Review-Samsung-Galaxy-A31-18

Rasio memanjang ini menyuguhkan pengalaman menonton film lebih asyik. Serta, mode split screen view dapat menampilkan dua aplikasi secara bersamaan dengan lebih optimal saat multitasking sehingga bisa lebih produktif.

One UI 2.1

Samsung Galaxy A31 melangkah pada sistem operasi Android 10 dengan user interface One UI terbaru versi 2.1 yang sangat user friendly. Ikon-ikonnya tampak besar dan kaya akan fitur.

Dari sisi layar, Galaxy A31 dilengkapi blue light filter dan dark mode untuk membuat pengguna lebih nyaman dengan antarmuka gelap. Lalu, terdapat screen mode vivid atau natural, tata letak home screen satu lapis atau dua lapis, edge screen yang menyediakan akses cepat, hingga sistem navigasi full screen gestures.

Untuk keamanan, perangkat ini mengandalkan On-Screen Fingerprint bersama face recognition untuk buka dan kunci smartphone secara praktis. Fitur andalan lain pada Galaxy A31 ialah adanya NFC yang bermanfaat untuk mengecek dan mengisi saldo di uang elektronik, serta pembayaran digital dengan Samsung Pay.

Quad Camera 48MP

Review-Samsung-Galaxy-A31-4

Kamera belakang Galaxy A31 cukup lengkap, ada empat unit dengan lensa berbeda. Kamera utamanya beresolusi 48MP Quad Bayer dengan aperture f/2.0, menggunakan sensor Samsung ISOCELL Bright GM2 didukung ISP (Image Signal Processor) suguhan chipset MediaTek Helio P65.

Secara default hasil optimalnya 12MP dengan ukuran per piksel besar 1.6µm sehingga mampu menangkap lebih banyak cahaya dan dapat diandalkan dalam kondisi low light. Kendati begitu, mode foto beresolusi juga tetap tersedia di pengaturan rasio dan pilih 4:3 48MP.

Selanjutnya ada kamera 8MP f/2.2 dengan lensa ultra wide 13mm untuk fasilitas wide angle. Fitur ini tersedia pada mode foto maupun video, caranya dengan menggeser ikon dua pohon ke tiga pohon yang berada tepat di atas tombol rana.

Sisanya masing-masing 5MP f/2.4 dengan lensa macro dan sebagai depth sensor atau memperoleh foto dengan efek bokeh. Saya cukup terkesan dengan hasil foto macro-nya, hasilnya lumayan meski masih kurang tajam. Kuncinya ada pada jarak pengambilan yaitu 3-5 cm, jadi perlu maju mundur untuk memastikan kita mendapatkan fokus yang tepat.

Review-Samsung-Galaxy-A31-25

Kamera belakang dan depannya ini dapat merekam video sebatas 1080p 30fps, belum sampai 4K. Oh iya, kamera depannya beresolusi 20MP dengan aperture f/2.2. Fitur kamera pada Galaxy A31 terbilang minim. Selain mode foto dan video, hanya ada mode live focus, pro, panorama, macro, dan food. Serta, fitur Scene Optimizer, Bixby Vision, dan AR Zone.  Berikut hasil foto Samsung Galaxy A31:

Hardware dan Performa

Review-Samsung-Galaxy-A31-20

Di sisi hardware, Galaxy A31 ditenagai chipset MediaTek Helio P65. SoC ini mengemas CPU octa-core, terdiri dari dual-core Cortex-A75 berkecepatan 2.0GHz dan hexa-core Cortex-A55 1.7GHz, serta GPU Mali-G52 2EEMC2.

Cortex-A75 sendiri sekitar 22 persen lebih cepat dibanding Cortex-A73 yang digunakan pada seri sebelumnya (Helio P60). Kinerjanya didukung RAM 6GB dan penyimpanan internal 128GB yang bisa diperluas lewat slot microSD. Performa di dunia nyata harusnya tidak ada kendala.

Review-Samsung-Galaxy-A31-26

Setidaknya itu yang saya alami, tugas-tugas yang diberikan dapat dijalankan dengan lancar. Sedangkan untuk kebutuhan daya, Galaxy A31 dibekali baterai berkapasitas 5.000 mAh dengan fast charging 15W, dengan penggunaan normal kemungkinan bisa bertahan sepanjang hari dalam sekali charge.

Verdict

Review-Samsung-Galaxy-A31-21

Secara keseluruhan, Samsung Galaxy A31 cukup kompetitif di kelas menengah level bawah. Dibanding pendahulunya, sejumlah peningkatan dibawanya. Mulai dari layar Super AMOLED yang kini beresolusi Full HD+, kamera utamanya 48MP, hingga hadirnya fitur NFC.

Penggunaan aspek rasio layar 20:9 secara mengejutkan juga meningkatkan pengalaman pengguna, bersama One UI versi 2.1 terbaru yang berkonsentrasi pada kemudahan penggunaan. Dibanderol dengan harga Rp4.199.000, harganya tidak terpaut jauh dengan Galaxy A51 yang posisinya lebih tinggi.

Sparks

  • Super AMOLED Full HD+
  • Quad Camera dengan kamera utama 48MP
  • NFC
  • Android 10 dengan One UI 2.1
  • Baterai 5.000 mAh dengan fast charging 

Slacks

  • Fitur kamera minim
  • Harganya relatif mahal, tidak jauh dengan Galaxy A51

OPPO A92, Hadir dengan Desain Baru Neo-Display

Wabah virus covid-19 tak mengendurkan upaya OPPO dalam memasarkan smartphone teranyar mereka di Indonesia. Setelah Reno3 series, OPPO turut meresmikan tiga perangkat A series guna menjangkau konsumen lebih luas yaitu A12, A52, dan A92.

Pada artikel ini, saya akan mengulas OPPO A92 yang diposisikan sebagai penerus OPPO A9 2020. Salah satu pembaruan yang dihandirkan ialah penggunaan desain layar baru Neo-Display.

Apa lagi pembaruan dan peningkatan yang dibawa oleh smartphone yang dibanderol dengan harga Rp4.199.000 ini? Mari kita bahas.

Neo-Display 1080p

speed-review-oppo-a92-2

Bila dibandingkan dengan pendahulunya, tampilan OPPO A92 sangat berbeda dengan OPPO A9 2020. Bagian muka mengemas desain layar baru yang disebut Neo-Display yang tampil beda. Di mana terdapat lubang layar di pojok kiri atas guna menampung kamera depan 16MP.

Layarnya berukuran 6,5 inci dalam rasio 20:9, bedanya resolusinya telah ditingkatkan dari HD+ menjadi FHD+ (1080×2400 piksel) yang menyuguhkan kepadatan layar sebesar 405 ppi. Bezel samping kanan dan kirinya pun sangat tipis hanya 1,73mm dan punya screen-to-body ratio mencapai 90,5 persen.

Beralih ke belakang, untuk pertama kalinya desain konstelasi diterapkan. OPPO A92 mengadopsi desain 3D quad-curve guna mengoptimalkan sudut lengkung pada bagian belakang sehingga lebih nyaman dalam genggaman tangan.

Penempatan AI Quad Camera belakangnya juga dirombak dalam modul berbentuk persegi panjang di sisi kiri atas yang tampil kekinian. Sedangkan, sensor fingerprint-nya dipindahkan dari belakang ke sisi kanan smartphone.

AI Quad Camera

OPPO A92

 

Konfigurasi empat kamera belakangnya tidak berubah meski layoutnya kini tampil baru, OPPO A92 punya kamera utama beresolusi 48MP Quad Bayer dengan aperture f/1.7 yang mana secara default menghasilkan foto 12MP dengan ukuran per piksel 1.6µm atau 64MP 0.8µm bila semua piksel digunakan.

Kemudian ada kamera sekunder 8MP f/2.2 dengan lensa ultra wide yang menyuguhkan bidang pandang 119 derajat. Sisanya masing-masing 2MP dengan lensa monokrom untuk efek black & white yang artistik dan sebagai depth sensor.

Bagi penggemar foto malam, OPPO A92 sudah dilengkapi mode Ultra Night Mode 2.0. Lalu, untuk perekam videonya sudah mendukung hingga 4K 30 fps, lengkap dengan video stability EIS untuk meredam getaran. Hasil videonya bisa langsung diedit menggunakan aplikasi edit video bawaan bernama SOLOOP.

RAM 8GB dan Storage 128GB

speed-review-oppo-a92-4

OPPO A92 sudah mengoperasikan Android 10 dengan ColorOS versi terbaru 7.1. Dapur pacunya masih sama seperti pendahulunya, yakni mengandalkan chipset Qualcomm Snapdragon 665 yang masih terbilang powerful di kelas menengah.

SoC ini mengemas CPU octa-core, terdiri dari empat inti Kryo 260 Gold berkecepatan 2.0 GHz dan sisanya Kryo 260 Silver berkecepatan 1.8 GHz. Serta, GPU Adreno 610 dengan fitur Hyper Boost yang menghadirkan pengalaman gaming yang lancar.

Untuk memastikan performanya berjalan mulus, OPPO A92 ditopang RAM LPDDR4X berkapasitas 8GB dan penyimpanan internal 128GB yang luas. Tak hanya itu, kapasitas baterainya juga besar yakni 5.000 mAh yang kini didukung dengan pengisian cepat 18W, sebelumnya hanya dibekali charger 10W.

Rangkuman

OPPO A92

 

Desain menjadi aspek yang menerima pembaruan besar. Bersama penggunaan sistem operasi Android 10 terbaru dengan ColorOS 7.1 yang kaya fitur.

Dibanderol dengan harga Rp4.199.000, rasanya sulit menampik daya tarik desain baru Neo-Display dan desain modul AI Quad Camera belakang yang dibingkai persegi panjang, ditambah balutan warna kekinian twilight black dan shining white.

Selain yang saya sebutkan di atas, spesifikasi OPPO A92 masih identik dengan pendahulunya. Sebut saja, konfigurasi AI Quad Camera dengan kamera utama 48MP, serta chipset Snapdargon 665 dengan RAM 8GB dan penyimpanan 128GB.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh OPPO. 

[Review] ASUS VivoBook S14 S433, Laptopnya Anak Muda

Fleksibilitas waktu dan lokasi saat bekerja merupakan hal penting bagi generasi muda. Maka mereka pasti memerlukan laptop yang desainnya elegan dan minimalis, serta body ringkas sehingga mudah dibawa untuk kerja di kantor, kafe, atau di rumah saja mengingat kondisi pandemi covid-19.

Di sisi lain, aspek daya tahan baterai dan performa juga menjadi pertimbangan utama. Semua kebutuhan tersebut, coba dijawab oleh ASUS dengan merilis laptop baru bernama VivoBook S14 S433 untuk generasi muda, milenial bahkan yang lebih muda lagi gen Z.

Mengantongi label S, artinya perangkat ini merupakan seri VivoBook kelas premium dan sudah ditenagai prosesor Intel Core generasi ke-10 yang tak hanya gesit tetapi juga hemat daya. Lalu, apa lagi kelebihan? Berikut review ASUS VivoBook S14 S433 selengkapnya.

https://youtu.be/bgYcaSZVg0U

Desain Negative Space

Simpel dan minimalis, itu kesan pertama yang saya dapat saat unboxing ASUS VivoBook S14 S433. Unit yang saya review berwarna indie black yang tampil kalem dan elegan seperti halnya laptop premium ZenBook series.

Area depan laptop ini memiliki ruang kosong atau dalam istilah desain disebut “negative space”. Di sana hanya terdapat tulisan “ASUS VivoBook” yang ditempatkan di samping sehingga memungkinkan penggunanya melakukan kustomisasi seperti menempelkan berbagai macam stiker di bagian belakang layar laptop ini.

ASUS juga memberikan beberapa stiker eksklusif di paket penjualannya. Stiker tersebut tidak akan bisa didapatkan selain dengan membeli VivoBook S14 yang dapat ditempelkan sehingga membuatnya tampil berbeda dan lebih personal. Selain indie black, warna elegan lainnya adalah dreamy white. Sementara, bagi yang memiliki kepribadian berwarna dan tegas dapat memilih gaia green atau resolute red.

Kerangka laptop ini terbuat dari material aluminium alloy, berpadu dengan polikarbonat di beberapa bagian seperti pada bagian belakang layar laptop ini. Sisi-sisinya terdapat diamond cut design yang menambah kesan premiumnya.

NanoEdge Display 14 Inci

Saat laptop dibuka, terbentang layar seluas 14 inci dengan panel LED-backlit beresolusi Full HD (1920×1080 piksel) yang dikemas dalam desain NanoEdge Display. Di mana bezel samping kanan kirinya sangat tipis yaitu 5,7 mm dan 10,8 mm untuk sisi atasnya. Sayangnya, area sekeliling bezel layarnya ini terbuat dari material plastik.

ASUS mengklaim screen-to-body ratio mencapai 85 persen sehingga ukuran keseluruhan body menjadi lebih kecil jika dibandingkan dengan laptop berlayar 14 inci lainnya. Harus diakui, body laptop ini memang cukup ringkas. Ketebalannya hanya 15,9mm dan bobotnya hanya 1,4 kg sehingga dapat dengan mudah dibawa bepergian.

Layar ASUS VivoBook S14 S433 ini mampu mereproduksi warna pada color space sRGB hingga 100 persen. Artinya sangat cocok untuk para content creator seperti fotografer dan video editor. Selain itu, layar VivoBook S14 (S433) juga memiliki IPS-level dengan sudut pandang lebar yaitu hingga 178 derajat.

Keyboard-nya sendiri berukuran penuh (full size) dengan backlit dan key travel 1.4mm yang memberikan pengalaman mengetik yang nyaman. Yang unik, khusus tombol enter-nya memiliki aksen hijau stabilo untuk presisi yang lebih baik saat menekan tombol enter.

Pada area touchpad terdapat sensor fingerprint yang terintegrasi dengan fitur Windows Hello di Windows 10. Pengguna pun tidak perlu mengetikkan password untuk masuk ke dalam sistem.

VivoBook S14 juga dilengkapi dengan fitur audio premium bersertifikasi harman/kardon. Fitur ini cukup penting dihadirkan mengingat VivoBook S14 (S433) merupakan laptop yang menyasar anak muda dan musik tidak bisa dipisahkan dari mereka.

Konektivitas

Sebagai laptop seri VivoBook tertinggi, VivoBook S14 (S433) telah dilengkapi dengan beragam konektivitas modern yang salah satunya adalah modul WiFi 802.11ax atau WiFi 6. Teknologi nirkabel generasi terbaru ini menjanjikan kecepatan transfer data hingga tiga kali lipat lebih tinggi, kapasitas jaringan hingga empat kali lipat lebih banyak, dan latency hingga 75 persen lebih rendah.

Bagaimana dengan konektivitas port fisiknya? Sisi kanan terdapat dua port USB 2.0 dan microSD card reader. Sedangkan, di sisi kiri terdapat port DC-in, HDMI, USB 3.2 Gen 1 Type-C yang menjanjikan kecepatan transfer data lebih baik, USB-C 3.2 Gen 1, dan audio jack. Selain itu, port USB Type-C juga dapat dimanfaatkan untuk mengkoneksikan VivoBook S14 (S433) dengan berbagai perangkat eksternal modern yang kini mulai banyak memanfaatkan USB Type-C sebagai interface-nya.

Hardware & Performa

ASUS VivoBook S14 S433 ditenagai oleh prosesor Intel Core generasi ke-10. ASUS menyediakan dua varian, dengan Intel Core i7-10510U atau Intel Core i5-10210U.

Unit review ASUS VivoBook S14 S433 yang saya gunakan merupakan varian dengan prosesor Intel Core i5-10210U yang memiliki konfigurasi 4 core 1.6GHz dan 8 thread. Dengan Turbo Boost hingga 4.2GHz, cache 6MB, dan thermal design power 15 Watt.

Selain tangguh dalam hal performa prosesor, laptop ini didukung chip grafis NVIDIA GeForce MX250 dengan 2GB GDDR5 VRAM, RAM 8 GB DDR4, dan sudah menggunakan PCIe SSD berkapasitas 512GB yang telah dilengkapi dengan Optane Memory berkapasitas 32GB.

Optane Memory merupakan teknologi eksklusif Intel yang memanfaatkan memori tambahan sebagai cache. Dengan adanya cache, SSD mampu mengakses data yang sering diakses secara lebih cepat.

Tentu saja, prosesor generasi terbaru dari Intel tersebut tidak hanya powerful tetapi juga hemat daya. Mengadopsi baterai 50Whrs, VivoBook S14 S433 diklaim ASUS mampu bertahan selama 12 jam saat diuji menggunakan PCMark 10 Battery pada mode Modern Office.

Verdict

ASUS memang merancang VivoBook S14 S433 untuk konsumen muda, laptop ini punya desain stylish dengan banyak pilihan warna. Ditenagai prosesor Intel Core generasi ke-10, performanya juga dipastikan powerful untuk beragam aktivitas sehari-hari dan punya ketahanan baterai hingga 12 jam.

Lewat VivoBook S14 S433, ASUS juga akan melakukan rebranding lini laptop mainstream VivoBook series dengan segmen pasar menengah ke atas atau mid to high. Kedepannya akan lebih banyak lagi, laptop VivoBook untuk mengisi segmen tersebut.

Kelebihan lain dari laptop ini ialah disertai layanan perlindungan tambahan “Perfect Warranty“. Layanan garansi eksklusif ini akan mengganti kerusakan akibat kesalahan pengguna. Misalnya laptop terjatuh, layarnya pecah, atau tidak sengaja terkena air.

Pengguna bisa memperbaiki VivoBook S14 S433 di service center resmi ASUS dan hanya perlu membayar 20 persen biaya, sisanya 80 persen ditanggung oleh ASUS. Namun perlu diingat, layanan ini hanya berlaku di tahun pertama dan hanya untuk satu kali klaim.

Satu lagi, harganya ASUS VivoBook S14 S433 dibanderol Rp13.999.000 untuk varian dengan prosesor Intel Core i5-10210U. Serta, Rp15.999.000 untuk varian dengan prosesor Intel Core i7-10510U.

Sparks

  • Desain Negative Space yang Bisa Dikustomisasi
  • Tersedia dalam 4 pilihan warna
  • Prosesor Intel Core Generasi ke-10
  • Disertai Perfect Warranty

Slacks

  • Layar level-IPS tapi sedikit keabu-abuan di sudut pandang tertentu
  • Bezel layar dari plastik
  • Belum mengadopsi USB Thunderbolt

[Review] Samsung Galaxy A01, Android di Bawah Satu Setengah Juta

Buat yang mencari smartphone Android dengan harga sejutaan, tapi mereknya harus Samsung, maka jawabannya adalah Galaxy A01 dan Galaxy A10s. Harga kedua smartphone ini beda tipis, spesifikasi agak mirip meski perbedaannya cukup banyak terutama di ukuran layar, chipset, dan kapasitas baterainya.

Saat dirilis pada bulan Maret lalu, Samsung Galaxy A01 dibanderol Rp1.499.000. Sebagai pembanding, saat ini harga Galaxy A10s berkisar Rp1,6 jutaan. Menurut Samsung, pasar smartphone entry-level di segmen satu jutaan ini sangat besar dan sangat sensitif terhadap perbedaan harga.

Jadi, lebih baik pilih yang mana, Galaxy A01 atau A10s? Yuk cari tahu dan berikut review Samsung Galaxy A01 selengkapnya.

Desain Infinity-V

Walaupun harganya terjangkau, gaya desain Galaxy A01 sama seperti Galaxy A series yang dibanderol lebih mahal. Tampil simpel dan minimalis dengan notch Infinity V display di bagian muka dan punya sudut-sudut agak membulat yang terasa erat di genggaman tangan.

Hadir dengan dimensi 146.2×70.9×8.3 mm dan bobot 149 gram. Ukurannya memang ringkas dan tipis, begitu mudah di simpan ke dalam kantong celana. Meski begitu, sebetulnya layarnya masih cukup luas yakni 5,7 inci dengan resolusi 720×1520 piksel dalam rasio 19:9.

Kualitas layarnya memang tidak istimewa, tapi sudah mencukupi untuk menopang kegiatan ber-smartphone penggunanya. Bezel tepi layarnya cukup tipis, meski dagunya sedikit agak tebal tapi tidak terlalu mengganggu dan justru dapat berfungsi sebagai tempat untuk mengistirahatkan ibu jari saat menonton video dalam mode landscape.

Body-nya sendiri terbuat dari material plastik yang harusnya membuatnya lebih tahan lama, tapi bagian cover belakangnya perlu proteksi agar tidak tergores. Karena isi paket penjualan Galaxy A01 hanya terdiri dari unit smartphone, kepala charger, dan kabel data microUSB – maka sebaiknya pengguna mencari anti gores dan case yang dibeli secara terpisah untuk melindungi layar dan cover belakang.

Unit review Samsung Galaxy A01 yang saya test berwarna hitam, pilihan lain terdapat warna biru dan merah. Soal kelengkapan atributnya, tombol power dan SIM tray ditempatkan di sisi kanan, serta tombol volume di sisi sebrangnya, tombol-tombolnya kencang dan terasa mantap saat ditekan. Jack audio 3,5mm berada di atas, sedangkan port microUSB dan mikrofon di bawah. Untuk speaker, bisa ditemui di belakang body smartphone.

OneUI 2.0

review-samsung-galaxy-a01-10

Perangkat ini sudah berjalan di sistem operasi Android 10 terbaru dengan sentuhan OneUI versi 2.0 seperti yang terdapat pada smartphone Samsung kelas menengah dan premium. Fokus dari OneUI 2.0 adalah meningkatkan pengalaman pengguna dan kemudahan penggunaan, antarmukanya disederhanakan dan bisa dioperasikan dengan satu tangan.

OneUI 2.0 juga membenamkan fitur-fitur baru Android 10, seperti opsi izin yang baru, sistem navigasi, dan termasuk fitur dark mode. Saat menjelajahi menu utama, kalian akan menemukan sejumlah aplikasi dengan logo abu-abu. Ini disebut AppCloud, intinya Samsung merekomendasikan untuk mengunduh bloatware tersebut ke dalam smartphone kita.

Smartphone ini tidak memiliki fingerprint sensor, namun setidaknya Samsung membenamkan fitur face unlock sebagai cara yang cukup menyenangkan untuk membuka kunci smartphone dibanding cara tradisional seperti pola, PIN, dan password. Saat menggunakan face unlock, akan muncul animasi disekitar kamera depan, prosesnya cukup cepat, dan konsisten di pencahayaan yang baik.

Kamera Pelengkap

review-samsung-galaxy-a01-11

Pada rentang harga satu juta, kamera biasanya hanya sebagai fitur pelengkap. Di Galaxy A01, Samsung telah membenamkan setup dual camera belakang. Kamera utamanya beresolusi 13MP dengan aperture f/2.2. Lalu, kamera sekundernya 2MP sebagai depth sensor untuk fitur live focus sehingga pengguna bisa menyesuaikan intensitas efek blur saat memotret.

Sementara, kamera depannya 5MP untuk selfie maupun sistem pengaman face unlock. Baik kamera depan dan belakang Galaxy A01 sanggup merekam video 1080p. Fitur kameranya tidak banyak, tercatat hanya ada lima mode yaitu foto, video, live focus, Pro, dan panorama. Pada mode foto, dilengkapi dengan filter bersama mode beauty, hingga yang cukup menarik ialah stiker. Berikut hasil fotonya:

Hardware dan Performa

review-samsung-galaxy-a01-12

Dapur pacu Galaxy A01 ini ternyata cukup powerful, dengan chipset Qualcomm Snapdragon 439. Sayang, kapasitas RAM dan penyimpanannya pas-pasan, masing-masing hanya 2GB dan 16GB.

Untuk menjaga performa smartphone tetap stabil, sebaiknya sisipkan micro SD untuk menyimpan segala jenis file dan gunakan memori internal khusus untuk aplikasi. Kabar baiknya, SIM tray pada Galaxy A01 terdiri dari tiga slot jadi tidak perlu mengorbankan slot SIM kedua untuk menggunakan micro SD.

Tentu saja, kita juga perlu bijak dalam menginstal game dan aplikasi ke Galaxy A01. Sejauh ini, performanya cukup lancar meskipun juga sering dijumpai jeda misalnya saat mengakses kamera atau membuka aplikasi.

Verdict

review-samsung-galaxy-a01-13

Samsung Galaxy A01 adalah smartphone entry-level yang dibanderol dengan harga di bawah satu setengah sejuta dan dirancang untuk memenuhi kebutuhan dasar ber-smartphone. Seperti akses sosial media, browsing, streaming video, hingga bermain game ringan.

Samsung Galaxy A01 membawa tagline satu untuk sejuta gaya. Cocok untuk anak yang memasuki usia sekolah yang baru pertama kali punya smartphone, buat yang baru beralih dari feature phone atau ponsel jadul, dan juga ideal sebagai smartphone kedua untuk yang merindukan smartphone berdimensi ringkas.

Lalu, apa perbedaan utama Galaxy A01 dengan Galaxy A10s? Dari layar, Galaxy A10s mengusung layar lebih besar yakni 6,2 inci tapi dengan resolusi yang sama HD+. Sedangkan, jeroannya sama sekali berbeda karena mengandalkan chipset Mediatek Helio P22 didukung RAM 2GB tapi punya memori internal lebih lapang yakni 32GB. Kapasitas baterainya juga lebih besar, 4.000 mAh dan yang paling membedakan ialah adanya sensor fingerprint.

Sparks

  • Desain simpel dengan Invinity V Display
  • Dual camera 13MP+2MP
  • OneUI 2.0 berbasis Android 10
  • Chipset Snapdragon 439

Slacks

  • RAM 2GB
  • Memori internal 16GB pas-pasan
  • Tanpa case dan anti gores di paket penjualannya

[Speed Review] OPPO A91 Andalkan Desain Stylish dan Quad Camera 48MP

Bagi yang ingin membeli smartphone merek OPPO, namun punya budget yang terbatas maka lini A series OPPO adalah jawabannya. Nah yang terbaru ada OPPO A31 yang dibanderol Rp2,8 juta di kelas entry level dan OPPO A91 yang belum lama ini dirilis dengan harga Rp4 juta di kelas menengah.

Desain stylish dengan opsi warna lightening black dan unicorn white. Serta, kemampuan kamera dengan konfigurasi quad camera dan kamera utama beresolusi 48MP merupakan suguhan utama dari OPPO A91. Lalu, apa lagi kelebihan dan kekurangannya? Berikut speed review OPPO A91 selengkapnya.

Desain

Review-OPPO-A91-8

OPPO A91 mengusung layar seluas 6,4 inci yang dikemas dalam desain water-drop screen dengan notch kecil di atas layar. Istimewanya, panelnya sudah menggunakan AMOLED dengan resolusi 1080×2400 piksel pada aspek rasio 20:9 dan telah diproteksi Corning Gorilla Glass 5.

Beralih ke belakang, akan dijumpai setup quad camera dalam posisi vertikal. Di sampingnya ada keterangan “Designed for A-Series” dan LED flash, serta tulisan OPPO di pojok kiri bawah. Body-nya sendiri terbilang tipis meski menampung baterai berkapasitas 4.000 mAh, ketebalannya hanya 7.9mm dengan bobot 172 gram.

Review-OPPO-A91-1

Anda tidak akan menemukan sensor fingerprint di back cover karena perangkat ini memiliki sistem pemindai sidik jari di bawah layar atau hidden fingerprint unlock versi 3.0 yang ditingkatkan kecepatannya. Di mana respon untuk membuka smartphone hanya butuh waktu 0,32 detik, naik 45 persen lebih cepat dari generasi sebelumnya.

Soal kelengkapan atributnya, tombol power terletak di sisi kanan yang mudah digapai oleh jempol dan tombol volume berada di sisi sebrangnya. Bagian atas bisa dijumpai mikrofon sekunder dan sisanya di bawah, ada jack audio 3,5mm, mikrofon, port USB Type-C, dan speaker.

Kamera

Review-OPPO-A91-2

Kemampuan kamera merupakan salah satu fitur penting yang diunggulkan oleh OPPO A91. Di bagian belakang terdapat empat unit kamera dengan kamera utama beresolusi 48MP dan aperture f/1.8.

Sensor 48MP ini menerapkan teknologi Quad Bayer 2×2, di mana hasil fotonya menjadi 12MP dengan ukuran per piksel lebih besar yakni 1.6µm sehingga lebih dapat diandalkan saat memotret di kondisi cahaya rendah. Sementara, mode foto 48MP dengan piksel 0.8µm bisa ditemukan di pengaturan aspek rasio.

Selanjutnya, kamera 8MP dengan lensa ultra wide angle untuk menangkap lebih banyak informasi dan menguatkan cerita di balik foto yang diambil. Lalu, ada kamera 2MP dengan lensa monokrom yang bisa dirasakan manfaatnya di filter hitam putih. Satu lagi, 2MP juga sebagai depth sensor dan foto portrait dengan efek bokeh.

Untuk keperluan face unlock, video call, selfie, hingga nge-vlog, OPPO A91 mengandalkan kamera depan beresolusi 16MP dengan aperture f/2.2. Baik kamera depan maupun belakangnya mendukung perekaman video hingga 1080p 30fps, lengkap dengan fitur AI Video Beautification. Terkhusus kamera belakang perekaman videonya dilengkapi dengan Electronic Image Stabilization (EIS) guna meredam getaran sehingga pergerakan video terlihat lebih mulus.

Hardware

Review-OPPO-A91-6

Sebagai smartphone baru yang dirilis pada tahun 2020, cukup disayangkan bahwa OPPO A91 memiliki dalaman lawas. Sistem operasinya masih berjalan di atas Android 9 Pie dengan ColorOS 6.1 dan menggunakan chipset MediaTek Helio P70 seperti yang tertanam pada smartphone OPPO F11 series tahun lalu.

Semoga saja, OPPO segera merilis update Android 10 ke OPPO A91 dalam waktu dekat. Kalau soal performa, Helio P70 sendiri sudah cukup memadai untuk menangani beragam tugas ber-smartphone harian, termasuk untuk gaming. SoC ini mengemas CPU octa-core yang terdiri dari quad-core 2.1 GHz Cortex-A73 dan quad-core 2.0 GHz Cortex-A53, serta GPU Mali-G72 MP3.

Performanya juga ditopang oleh besaran RAM mencapai 8GB dan penyimpanan internal 128GB. Tanki baterai 4.000mAh juga didukung pengisian daya cepat 20W VOOC Flash Charge 3.0 yang 26 persen lebih cepat dari VOOC generasi sebelumnya. Di mana memungkinkan untuk mengisi ulang daya 50 persen dalam 30 menit.

Verdict

Review-OPPO-A91-7

OPPO A91 adalah smartphone kelas menengah yang membawa keunggulan desain stylish, serta kemampuan foto lewat setup quad-camera dengan kamera utama beresolusi 48MP. Sudah menggunakan panel AMOLED dalam desain water-drop screen yang kekinian, lengkap dengan fitur hidden fingerprint unlock 3.0.

Adapun untuk kekurangannya, OPPO A91 ini masih menjalankan OS Android 9 Pie dan belum ada informasi kapan update Android 10 akan bergulir. Kemudian dapur pacunya agak lawas, meski performanya sudah mencukupi untuk semua kebutuhan dasar ber-smartphone dan sebagian orang tidak membutuhkan performa tinggi. Terakhir soal harga, OPPO A91 cukup kompetitif direntang Rp4 juta, meskipun kompetitornya sangat banyak.

Sparks

  • Setup quad camera dengan kamera utama 48MP
  • Panel AMOLED water-drop screen beresolusi Full HD+
  • Hidden fingerprint unlock 3.0 yang cepat
  • VOOC Flash Charge 3.0

Slacks

  • Masih menjalanakan OS Android 9 Pie
  • Chipset lawas seperti yang didapat OPPO F11 series tahun lalu

Disclosure: Artikel ini adalah sponsored konten yang di dukung oleh OPPO. 

[Review] ASUS VivoBook Pro F571, Laptop Ngantor Bisa Buat Gaming

Bekerja dan bermain game merupakan dua kebutuhan yang berbeda. Laptop kerja meskipun dibekali prosesor yang kencang, biasanya tanpa ditopang chip grafis yang memadai. Sebaliknya laptop gaming bisa digunakan untuk bekerja, tapi lebih condong sebagai desktop replacement sebab dimensi dan bobotnya merepotkan bila harus dibawa-bawa setiap hari.

Lewat laptop VivoBook series yang baru, ASUS mencoba menawarkan solusi perangkat gaming selain ROG atau TuF series. Adalah VivoBook Pro F571, sebuah laptop mainstream berlayar lapang 15,6 inci yang nyaman untuk bekerja maupun bermain game dengan opsi spesifikasi hingga prosesor Intel Core i7-9750H dan chip grafis NVIDIA GeForce GTX 1650.

Yang menarik harga ASUS VivoBook Pro F571 pun cukup terjangkau, mulai dari Rp12.299.000 dengan prosesor Intel Core i5-9300H, NVIDIA GeForce GTX 1050_v4GB, RAM 8GB, dan penyimpanan SSD PCIe 512GB. Lalu, Rp14.299.000 dengan Intel Core i7-9750H dan ditambah memori Optane 32GB. Serta, varian tertinggi Rp15.299.000 dengan NVIDIA GeForce GTX 1650_v4GB.

Berikut review ASUS VivoBook Pro F571 selengkapnya. Video hands-on laptop ini bisa dilihat di bawah ini:

Desain Low Profile

Desain ASUS VivoBook Pro F571
Desain ASUS VivoBook Pro F571 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Perangkat ini memiliki dimensi 35,9×24,8×2,19 cm dan bobot 2,14 kg. Sebagai laptop 15,6 inci, body laptop ini memang tidak bisa dibilang kecil meski cukup ringkas untuk seukurannya, namun setidaknya masih memungkinkan untuk dibawa bepergian.

Layar 15,6 inci tersebut dikemas dalam desain NanoEdge display, di mana bezel samping layar kanan dan kirinya sangat tipis hanya 7,4 mm saja yang menyuguhkan kesan luas. Meskipun bagian dahi dan dagunya masih cukup tebal, ASUS menyebut screen-to-body ratio-nya mencapai 80,2 persen.

Panel LED-backlit Anti-Glare 60Hz ini beresolusi FHD (1920×1080 piksel) dengan dukungan color space NTSC 72 persen dan memiliki wide angle view sebesar 178 derajat. Harus diakui, layar 15,6 inci merupakan ukuran yang ideal untuk bekerja dengan nyaman terutama yang harus multitasking dan menampilkan lebih dari satu aplikasi di layar.

Desainnya sendiri seperti laptop VivoBook series lainnya, tetap tampil low profile dan minimalis. Saat tutup dibuka, terhampar keyboard berukuran penuh, lengkap dengan numeric pad dan backlight. Hanya saja, tombol navigasi panahnya ini ukurannya kecil dan penempatannya juga agak canggung. Lalu, pada area touchpad terdapat sensor fingerprint di pojok kanan atas yang terintegrasi dengan sistem Windows Hello di Windows 10.

Dirancang sebagai laptop untuk bekerja sekaligus bermain game, VivoBook Pro F571 ini telah dibekali dengan sistem pendingin khusus agar performanya tetap stabil. ASUS pun melengkapinya dengan IceCool Technology agar panas dapat diredam dan tidak menjalar hingga ke bagian palmrest serta keyboard.

Dua kipas dan heatpipe khusus juga disematkan di bagian dalam VivoBook Pro F571. Keduanya bekerja untuk memastikan suhu komponen tetap terjaga dan mencegah terjadinya overheat. Udara panas akan dikeluarkan melalui dua ventilasi khusus di bagian belakang laptop ini sehingga pengguna tidak akan terganggu oleh udara panasnya.

Konektivitas ASUS VivoBook Pro F571
Konektivitas ASUS VivoBook Pro F571 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Soal konektivitas, VivoBook Pro F571 hadir dengan modul dual-band WiFi 5 (802.11ac) dan Bluetooth 4.2. Sedangkan konektivitas non-wireless dan atributnya, di sisi kanan laptop terdapat slot Kensington, dua port USB 2.0, indikator baterai dan daya, serta slot SD card reader. Sementara, di sisi kiri laptop dapat dijumpai port pengisian daya, ethernet, HDMI, USB 3.0 Type A, USB Type-C, dan combo audio jack.

Hardware & Performa

Performa ASUS VivoBook Pro F571
Performa ASUS VivoBook Pro F571 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Unit review ASUS VivoBook Pro F571 yang saya gunakan merupakan varian dasar dengan prosesor Intel Core i5-9300H generasi ke-9, memiliki CPU 4 core 8 thread dan thermal design power 45 Watt. Di samping unit integrated graphics Intel HD Graphics 630, varian ini tiba dengan discrete graphics card NVIDIA GeForce GTX 1050 dengan VRAM 4 GB GDDR5.

Versi yang satu ini lebih cocok dijadikan sebagai laptop kerja saja atau sekedar bermain game casual ringan. Untuk bermain game kelas AAA dengan cukup baik, sebaiknya ambil varian tertinggi dengan prosesor Intel Core i7-9750H dan chip grafis hingga NVIDIA GeForce GTX 1650. Pada konfigurasi ini, bisa bermain game dengan pengaturan grafis medium dengan frame rate yang stabil di laptop mainstream tentunya sudah cukup menyenangkan.

Khusus untuk yang menggunakan prosesor Intel Core i7-9750H, kedua varian telah didukung penyimpanan M.2 PCIe SSD berkapasitas 512GB ditambah dukungan Intel Optane Memory hingga 32GB. Ruang penyimpanan SSD ini tidak hanya cukup lega, tetapi juga kencang dan SSD kencang berarti waktu loading game menjadi lebih singkat. Kemudian besaran RAM-nya 8GB LPDDR4 menggunakan mode dual channel guna mengoptimalkan kinerja dari spesifikasi tersebut.

Verdict

ASUS mendesain VivoBook Pro F571 untuk generasi milenial yang sudah bekerja kantoran, mereka yang membutuhkan perangkat untuk bekerja tapi di sisi lain punya hobi gaming. Jadi sudah jelas, keyword dari VivoBook Pro F571 ialah laptop kerja yang bisa untuk bermain game, dengan catatan kalian harus memilih varian paling tinggi.

Keterangan lain sebagai laptop berlayar 15,6 inci, maka lebih cocok digunakan bagi yang bekerja stay di kantor. Meski ukurannya cukup ringkas untuk seukurannya, dimensi laptop 15,6 inci tetap kurang cocok untuk mereka yang punya mobilitas tinggi dan dituntut bisa bekerja kapan pun di mana pun, saya akan merekomendasikan ASUS ZenBook 13 UX334.

Sparks

  • Layar 15,6 inci yang nyaman untuk bekerja dan bermain game
  • Harga relatif terjangkau, terutama varian dasarnya
  • Ketersediaan varian dengan spesifikasi lebih tinggi

Slacks

  • Varian tertinggi Rp15.299.000, terlalu dekat dengan laptop ROG
  • Sebagai laptop 15,6 inci, dimensinya masih merepotkan untuk dibawa bepergian tiap hari

[Review] ASUS Zenfone 6 Twilight Silver, Masih Recommended di 2020?

Belum lama ini ASUS telah merilis varian warna baru untuk Zenfone 6, bernama twilight silver. Sebelumnya, smartphone Android flagship ASUS ini tersedia dalam warna midnight black. Sebetulnya ASUS Zenfone 6 perdana dirilis pada bulan Mei 2019, namun tiba di Indonesia pada November 2019. Jadi, baru beredar di Tanah Air sekitar 4-5 bulan.

Dibanderol seharga Rp6.999.000, dengan aspek unggulan diantaranya flip camera, chipset Snapdragon 855, dan baterai besar 5.000 mAh lengkap dengan fast charging. Perangkat ini jelas masih sangat recommended di tahun 2020 dan berikut review ASUS Zenfone 6 selengkapnya. Sesi hands-on-nya bisa dilihat video di bawah ini:

Desain

Layar ASUS Zenfone 6
Layar ASUS Zenfone 6 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Klasik dan minimalis, dua kata ini menurut saya tepat untuk menggambarkan desain Zenfone 6. Bagian muka didominasi oleh layar 6,4 inci tanpa gangguan notch maupun punch hole, namun masih punya sensor fingerprint konvensional di punggungnya.

Panel yang digunakan masih berjenis IPS dengan resolusi 1080×2340 piksel dalam rasio 19.5:9. Mendukung color gamut DCI-P3 100 persen dan HDR10, serta diproteksi Corning Gorilla Glass 6.

Bezel sekeliling layarnya sangat tipis, namun ASUS berhasil menyematkan earpiece yang juga berfungsi ganda sebagai speaker sekunder dan LED notifikasi di bagian atas layar sebelah kanan. Dengan tingkat kecerahan maksimum 600 nit, membuat layarnya agak sulit dibaca di bawah sinar matahari langsung.

Flip camera ASUS Zenfone 6
Flip camera ASUS Zenfone 6 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Hal yang membuat smartphone ini sangat unik adalah mekenisme flip dual camera-nya. Di mana Zenfone 6 hanya punya satu set kamera dengan tugas ganda yakni bisa jadi kamera belakang dan depan. Modul kamera ini dikemas menggunakan material liquid metal untuk ketahanan yang baik.

Selain itu, perangkat ini memiliki satu tombol ekstra yang disebut smart key di sebelah kanan atas yang secara default berfungsi untuk memanggil Google Assistant. Fungsi tombol ini bisa disesuaikan sesuai kebutuhan, misalnya tekan sekali untuk mengubah sound mode, tekan dua kali untuk mengaktifkan flashlight, dan tahan untuk screenshot.

Cover belakang ASUS Zenfone 6
Cover belakang ASUS Zenfone 6 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Hadir dengan dimensi 159.1×75.4×9.2 mm, bobot 190 gram, dan kerangka dari aluminium, Zenfone 6 terasa penuh dan cukup premium di tangan. Berkat cover belakang berteknologi 3D-curved dan sudut yang agak membulat membuatnya nyaman digenggam.

Untuk kelengkapan atributnya, di sisi kanan terdapat tombol power, tombol volume, dan tombol pintar (smart key). SIM tray dengan dua slot nano SIM dan satu slot microSD di sisi kiri. Flip camera dan mikrofon sekunder di sisi atas dan sisi bawah terdapat jack audio 3,5mm, port USB Type-C, mikrofon utama, dan speaker.

Android 10 dengan ZenUI 6

ZenUI 6
ZenUI 6 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Begitu mengambil ASUS Zenfone 6, pengguna akan langsung mendapatkan update sistem operasi ke Android 10 dengan sentuhan ZenUI 6 yang telah dirombak besar-besaran. Antarmuka berjalan lebih ringan, bersih tanpa banyak bloatware, dan kini lebih simpel menyerupai pure Android.

Secara default, launcher ZenUI 6 terdiri dua lapis atau memiliki home screen dan app drawer. Serta, sudah dilengkapi dengan sistem navigasi berbasis gesture yang baru dan system color scheme dark atau dark mode.

Terkait kinerja dan daya tahan baterai, ASUS menyediakan beberapa tool seperti AI Boost bila Anda membutuhkan performa penuh. Kemudian ada mobile manager untuk mengontrol penggunaan RAM dan PowerMaster bagi yang ingin memperpanjang daya tahan baterai.

Selain mengandalkan sensor fingerprint yang terletak di punggung, Zenfone 6 tetap menyediakan metode face recognition. Namun cara kerjanya kurang praktis, pertama tekan tombol power untuk membangunkan smartphone, usap layar, dan kemudian kamera akan berputar untuk mengenali penggunanya.

Flip Camera

Kamera ASUS Zenfone 6
Kamera ASUS Zenfone 6 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

ASUS Zenfone 6 mengandalkan satu set kamera yang sayangnya masih terdiri dari dua kamera saja. Setup kamera ini akan berputar 180 derajat ke muka untuk menjalankan tugas sebagai kamera depan. Artinya tidak ada perbedaan kualitas, Anda akan mendapatkan foto selfie dan kualitas video kamera belakang saat nge-vlog karena menggunakan set kamera yang sama.

Kamera utamanya 48MP f/1.8 Quad Bayer menggunakan sensor Sony IMX586 dan kamera kedua 13MP f/2.4 dengan lensa wide angle 11mm. Secara default, pada mode photo kamera utama menghasilkan resolusi 12MP dengan ukuran per piksel lebh besar 1.6µm sehingga dapat diandalkan dalam berbagai kondisi cahaya.

Pada mode 12MP ini kita difasilitasi optical zoom 2x untuk mengubah perspektif, didukung fitur HDR++ untuk meningkatkan dynamic range, serta fitur beauty dan efek. Sementara, pada mode 48MP ukuran per piksel 0.8µm dan tanpa dukungan fasilitas yang saya sebutkan di atas. Idealnya digunakan dalam kondisi pencahayaan yang baik, misalnya saat landscape meski sayangnya tanpa dukungan format Raw.

Review-ASUS-Zenfone-6

Beberapa mode pengambilan gambar yang tersedia ada time lapse, slo-mo, motion tracking, video, photo, portrait, pano, night, dan Pro. Kabar baiknya, hampir semua fitur kamera yang ada tersedia baik saat menjadi kamera belakang maupun depan.

Review-ASUS-Zenfone-6

Lompat ke mode Pro, di sini kita bisa leluasa menyetel pengaturan layaknya menggunakan kamera mirrorless misalnya. Mulai dari meyesuaikan white balance (2750K-7500K), exposure compensation (-2 sampai 2+), ISO (25-3200), shutter speed (1/3200-32s), dan manual focus. Lengkap dengan bantuan fitur gradienter dan juga histogram, sayang tanpa opsi penyimpanan format Raw.

Sekarang beralih ke perekam videonya, dengan kamera utama Zenfone 6 mampu merekam video 4K 60fps dan 4K 30fps bila menggunakan kamera wide angle. Fitur video stabilization tetap bekerja di resolusi 4K dengan kompensasi crop.

Hal yang cukup menarik ialah mode motion tracking, di mana kita bisa mengunci subjek yang bergerak dan kamera akan berputar mengikutinya. Pada mode photo maupun video, kita juga bisa menggerakkan kamera secara manual dengan menggunakan tombol volume yang bisa digunakan untuk mengambil footage dengan gerakan yang mulus.

Berikut hasil foto ASUS Zenfone 6:

Hardware

Performa ASUS Zenfone 6
Performa ASUS Zenfone 6 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Selain keunikan flip camera, aspek performa yang super powerful menjadi daya tarik lainnya. Smartphone ini sudah ditenagai chipset Qualcomm Snapdragon 855 dan unit review ASUS Zenfone 6 yang saya gunakan varian RAM 6GB dengan penyimpanan 128GB.

Lewat konfigurasi ini, berbagai skenario penggunaan smartphone berat seperti kegiatan gaming, multitasking atau membuka banyak aplikasi sekaligus, hingga editing foto Raw dan video bisa ditangani dengan sangat baik. Saat butuh performa lebih, mode AI Boost bisa dinyalakan tapi dengan konsumsi daya lebih besar sebagai gantinya.

Kapasitas baterai Zenfone 6 sendiri terbilang besar; 5.000 mAh dan dilengkapi dengan fitur PowerMaster untuk memastikan daya tahan baterainya bisa lebih awet. Pengisian dayanya didukung fast charging dengan Quick Charge 4.0 18W dan sebagai informasi smartphone ini tidak mendukung wireless charging.

Verdict

Flip camera ASUS Zenfone 6
Flip camera ASUS Zenfone 6 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Mempertimbangkan semua fitur dan harganya, ASUS Zenfone 6 cocoknya buat siapa? Menurut saya buat kalian para pengguna smartphone kelas menengah yang ingin merasakan smartphone dengan performa flagship tanpa perlu mengeluarkan uang lebih. Bisa juga untuk kalian yang secara intens memanfaatkan kamera depan misalnya untuk vlogging atau live streaming dan ingin meningkatkan hasilnya.

Meski begitu perlu diingat bahwa Zenfone 6 tidak mengandung semua elemen kekinian yang ada pada tahun 2020. Sebut layar OLED, konfigurasi triple atau bahkan quad camera, dan belum mengadopsi sensor sidik jari di bawah layar. Bila Anda bisa menerima hal tersebut, Rp6.999.000 dengan chipset Snapdragon 855 dan mekanisme flip camera jelas masih sangat optimal untuk dijadikan daily driver di tahun 2020.

Sparks

  • Flip camera
  • SoC Snapdragon 855 yang powerful
  • Memori internal 128GB dan masih dapat diperluas
  • Harga relatif terjangkau
  • Jack audio 3,5mm
  • Warna baru twilight silver yang cantik
  • Video 4K 60fps
  • Tombol ekstra ‘smart key’

Slacks

  • Konfigurasi masih dual camera
  • Sensor fingerprint konvensional
  • Layar kurang cerah maksimum 600 nit
  • Body sedikit bongsor