[Review] Huawei Y7 Pro, Smartphone Entry-level Rasa Mid-range

Menurut kalian, fitur apakah yang paling esensial pada sebuah smartphone? Hasil diskusi saya dengan beberapa rekan di Dailysocial, setidaknya ada empat fitur utama yaitu terkait daya tahan baterai, kemampuan kamera, performa yang gegas, dan desain. Tentu saja, urutannya bisa acak karena kebutuhan ber-smartphone tiap orang berbeda-beda.

Diskusi tersebut memberi saya ide dalam menulis format review yang baru dan kebetulan Huawei Y7 Pro menjadi yang pertama. Di mana, saya akan memaparkan garis-garis besarnya saja beserta experience yang saya dapatkan.

Huawei Y7 Pro sendiri merupakan smartphone entry-level dan dijual dengan harga promo Rp1.999.000 dan Rp2.199.000 normalnya. Spesifikasinya sebagai berikut:

  • OS Android 8.1 Oreo; EMUI 8.2
  • Layar IPS 6,26 inci beresolusi HD+ (720×1520 piksel) dalam rasio 19:9
  • SoC Qualcomm Snapdragon 450
  • Memori 32 GB, 3 GB RAM
  • Kamera belakang 13 MP, f/1.8, PDAF dan 2 MP sebagai depth sensor, serta depan 8MP
  • Baterai 4.000 mAh

Cocok Buat Siapa? 

review-huawei-y7-pro-1

Saat peluncuran Mate 20 series pada akhir tahun lalu, Huawei dengan jelas mengatakan bahwa mereka menempatkan diri sebagai brand smartphone premium dan akan fokus menggarap pasar menengah ke atas di Indonesia.

Lalu, kenapa membuka tahun 2019 dengan Huawei Y7 Pro yang masuk dalam kategori entry-level? Jawabannya kembali ke data, menurut mereka sekitar 70 persen pasar smartphone Indonesia masih didominasi oleh kelas entry-level. Saya mencoba mengerti, hanya saja seolah “Huawei belum berada di jalurnya”.

review-huawei-y7-pro-1

Baiklah, lagi pula Huawei Y7 Pro ini sudah tampil kekinian, punya notch dan dua kamera belakang. Selain itu, daya tahan baterai smartphone ini sedikit di atas rata-rata. Tapi, kekurangan paling fatal ialah absennya fingerprint sensor.

Jadi, Huawei Y7 Pro ini cocok buat siapa? Yang jelas, bukan buat kalian yang doyan main game di smartphone. Tapi, kalau sekedar Mobile Legends atau Arena of Valor sebenarnya masih bisa dijalankan dengan baik. Sementara, untuk PUBG Mobile bakal kewalahan.

Chipset Snapdragon 450 dengan besaran RAM 3GB lebih ideal buat yang aktif di WhatsApp, sering mengelola email, dan media sosial seperti Instagram serta teman-temannya. Berikut hasil benchmark Huawei Y7 Pro di sejumlah aplikasi:

Gak Perlu Hemat Baterai

review-huawei-y7-pro-1

Salah satu pengalaman menyenangkan saat menggunakan Huawei Y7 Pro ialah memungkinkannya men-charge smartphone sekali sehari. Waktu yang paling ideal ialah malam hari menjelang tidur, karena tanpa teknologi fast charging butuh waktu sekitar 2-3 jam untuk mengisi penuh baterai berkapasitas 4.000 mAh – bakal merepotkan kalau men-charge di jam kerja.

Skenario penggunaannya kurang lebih sebagai berikut, saya aktif memantau notifikasi WhatsApp, Slack, dan Gmail – serta meresponnya bila perlu. Tentu saja, beberapa grup WhatsApp yang ramai di-silent dan ada tiga akun email utama yang sinkronisasinya aktif.

review-huawei-y7-pro-1

Menggunakan aplikasi Go-Jek atau Grab untuk transportasi ke kantor atau makan siang. Lalu, sesekali buka feed Instagram, YouTube, dan bermain game Arena of Valor 2-3 match sehari. Dari 5 hari kerja, 3-4 hari Huawei Y7 Pro mampu bertahan seharian dan hanya sesekali men-charger 2 kali sehari saat penggunaan meningkat.

Yang lebih mengesankan lagi ialah kita bisa hangout di akhir pekan tanpa perlu membawa power bank dan mengaktifkan fitur battery saver – karena saya ingin Huawei Y7 Pro mengerahkan semua kemampuan terbaiknya.

Kemampuan Kamera

review-huawei-y7-pro-1

Buat sebagian orang, kemampuan kamera menjadi pertimbangan utama saat memilih smartphone. Namun, pada level harga Rp2 juta tentu kita tak bisa berharap banyak.

Kamera utama 13-megapixel (f/1.8 + PDAF) dan 2-megapixel sebagai depth sensor, untuk sekedar posting dan stories Instagram, serta dokumentasi presentasi dan scan QR code sudah terbilang cukup.

Kamera Y7 Pro juga sudah dilengkapi dengan fitur Artificial Intelligence (AI), di mana sistem kamera akan akan mengidentifikasi subjek atau scene sehingga sehingga foto yang Anda dihasilkan lebih optimal.

review-huawei-y7-pro-1

Sementara, kamera depan 8-megapixel menangani cukup baik aktivitas selfie maupun video call. Untuk perekaman videonya, kamera belakang mendukung resolusi 1080p dan 720p untuk kamera depan.

Berikut beberapa hasil jepretan dari Huawei Y7 Pro 2019:

Desain Cukup Kekinian

review-huawei-y7-pro-1

Tampilan luar smartphone itu penting, setidaknya bagi beberapa orang. Mereka langsung menilai smartphone dari desainnya fisiknya, bahkan di kelas entry-level sekalipun.

Sebab itu, smartphone yang mengandung elemen kekinian seperti notch dan dual camera bisa menjadi daya tarik tersendiri. Setidaknya, Huawei Y7 Pro sudah memiliki fitur yang saya sebutkan di atas.

Huawei Y7 Pro mengemas desain ‘dewdrop display‘ seperti yang ada di Huawei Mate 20 dengan notch berukuran mini berbentuk setetes air. Bedanya, dagu Y7 Pro ini masih cukup tebal dan di area tersebut dapat dijumpai tulisan ‘Huawei’.

Bentang layarnya 6,26 inci, ditopang resolusi HD+ (720×1520 piksel), dan dimuat dalam aspek rasio 19:9. Sementara, body bagian belakang terbuat dari material keramik. Lalu, kerangkanya dari logam dan harus diakui bila build quaity-nya sangat baik.

review-huawei-y7-pro-1

Yang pasti, Huawei Y7 Pro tampil layaknya smartphone kelas menengah. Unit yang saya review berwarna midnight black, ada satu lagi warna yang lebih mencolok; aurora blue yakni perpaduan antara biru dan ungu.

Verdict

review-huawei-y7-pro-11

Menurut saya, satu aspek yang membuat Huawei Y7 Pro berada di kelas entry-level ialah absennya pemindai sidik jari. Sisanya berasa kelas menengah, ada fitur face unlock sebagai alternatif untuk membuka kunci smartphone, layar ekstra lapang dengan notch, baterai 4.000 mAh yang cukup besar, dan performa Snapdragon 450 dengan RAM 3GB yang sudah cukup untuk menangani kebutuhan dasar ber-smartphone.

Bila RAM 3GB terasa terlalu pas-pasan. Nantinya, Huawei juga menyediakan Y7 Pro dalam varian RAM 4GB dan storage 64GB pada tanggal 8 Februari.

Sparks

  • Usung dewdrop display dengan notch mini
  • Dual rear camera
  • Baterai 4.000 mAh 

Slacks

  • Tanpa pemindai sidik jari
  • Harga normal ternyata lebih tinggi Rp200.000 dari Rp1.999.000

[Review] OPPO R17 Pro, Atraktif di Banyak Aspek

Tak puas menguasai pasar smartphone kelas menengah dengan F dan A series, OPPO mulai beranjak menjajaki pasar smartphone premium.

Dimulai dengan membawa kembali Find series yakni OPPO Find X, kini R series lewat R17 Pro juga telah resmi menyesaki pasar premium Indonesia.

Posisi smartphone R series ini satu level di atas mid-range smartphone F series (seperti F9) dan satu level di bawah true flagship Find series (seperti Find X).

Dibanderol Rp9.999.000, perangkat ini membawa desain dan banyak fitur premium seperti under-display fingerprint reader, SuperVOOC flash charge, hingga konfigurasi triple camera, serta hardware yang mumpuni.

Selengkapnya, berikut review OPPO R19 Pro.

Desain Waterdrop Screen dengan Warna Radiant Mist

OPPO R17 Pro yang dirilis di Indonesia hanya tersedia dalam satu varian dan satu warna saja, yakni konfigurasi RAM 8GB dan storage 128GB dalam balutan warna radiant mist.

Corak rupa ini memiliki efek gradasi dari ungu ke biru laut yang sangat lembut. Namun selain warna yang indah, benjolan setup tiga kamera belakang OPPO R17 Pro ini juga cukup menyita perhatian.

Balikkan ke bagian depan, tampilan dari R17 Pro ini terlihat familier dengan desain waterdrop screen dan notch mini seperti setetes air di pucuk layar.

Bagian bezel samping, dahi, dan dagunya juga sudah super tipis. Cukup mengesankan, mengingat kebanyakan smartphone Android masih menyisakan dagu yang agak tebal.

Dimensinya 157,6×74,6 mm dengan ketebalan 7,9 mm dan bobot 183 gram. Kerangkanya dari material aluminium dan bagian belakangnya dari kaca matte dengan bagian sudut-sudut yang agak membulat sehingga terasa klop dalam dekapan tangan.

Untuk atribut kelengkapannya, tombol power berada di sebelah kanan dan tombol volume di sebelah kiri. Sisi atas ada mikrofon untuk noise canceling dan sisi bawah ada slot SIM hybrid, port USB Type-C 3.1 (Gen 1), mikrofon, dan speaker.

Sisi atas dan bawahnya mengadopsi desain crescent arc, di mana terdapat lengkungan sehingga ketika diletakkan keluaran suara dari speaker tidak terhalangi. Sayangnya, jack audio 3.5mm absen di R17 Pro – hal ini tentu agak merepotkan bagi sebagian pengguna.

Layar AMOLED

Smartphone R series ini memiliki fitur premium under-display fingerprint reader atau pemindai sidik jari tersembunyi di balik layar. Namun, dalam kampanyenya OPPO memang tidak begitu menonjolkan fitur yang satu ini.

Teknologi pemindai sidik jari ini memafaatkan sensor cahaya yang dapat menangkap gambar sidik jari pengguna. Kontribusi dari layar AMOLED tentu dibutuhkan, di mana jenis layar ini memiliki pencahayaan mandiri untuk membantu mempercepat pengenalan sidik jari.

Bentang layarnya sendiri berukuran 6,4 inci dengan resolusi Full HD+ (1080×2340 piksel) dalam aspek rasio 19.5:9. Permukaan layarnya sudah berlapis Corning Gorilla Glass 6 yang secara teori mampu bertahan bila jatuh pada ketinggian 1 meter sebanyak 15 kali.

Review-OPPO-R17-Pro

Pada pengaturan display & brightness, kita bisa menyesuaikan temperature warna layar – dari cooler, default, dan warmer. Mode night shield juga tersedia untuk mengurangi intesitas cahaya biru, kita dapat mengatur kapan fitur ini akan aktif di malam hari sehingga mata tetap nyaman.

Masih Android 8.1 Oreo

Review-OPPO-R17-Pro

OPPO R17 Pro masih menjalankan Android 8.1 Oreo, bukan versi terbaru Android 9 Pie. Seperti smartphone OPPO umumnya, R17 Pro dipersolek ColorOS 5.2.

Hanya ada homescreen tanpa ada app drawer, semua aplikasi dan widget terpampang di depan. Bagi yang membutuhkan informasi cepat, kita bisa mengakses melalui smart sidebar dan smart assistant yang menampilkan quick functions, weather, steps tracker, photos, events, dan favorite contacts.

Bila ingin tampil lebih personal, tersedia berbagai pilihan tema dan wallpaper yang bisa diunduh. Gaya animasi pemindai sidik jari juga bisa diubah, hanya ada lima pilihan yakni the ray, moon light, the gravity, the flash, dan colorful cloud.

Buat yang ingin memaksimalkan semua penampang layar untuk konten, kita bisa menggunakan navigasi berbasis gesture. Gerakannya mudah, misalnya usap sebelah kanan untuk fungsi back, usap sebelah kiri untuk recent taks, dan usap tengah untuk ke homescreen.

Soal pengamanan, performa pemindai sidik jari di bawah permukaan layar saat membuka kunci smartphone sudah terbilang lumayan. Meski dalam hal kecepatan dan keakuratan belum bisa menyamai pembaca sidik jari konvensional pada smartphone di kelasnya.

Sementara, untuk fitur face unlock-nya terbilang sangat cepat, tapi sangat tergantung pada kondisi cahaya. Kedua metode tersebut juga bisa digunakan bersama.

Jangan lupa mengaktifkan fitur lift-to-wake-up sehingga saat mengangkat smartphone, layar akan secara otomatis menyala tanpa perlu menekan tombol power. Kemudian, sistem akan mengidentifikasi wajah pengguna dan membuka kunci layar bahkan sebelum kita meraih pemindai sidik jari.

Kamera

Review-OPPO-R17-Pro

R17 Pro memiliki tiga kamera belakang dan satu kamera depan. Namun bila Huawei dengan Mate 20 Pro dan Samsung dengan Galaxy A7 menambah kamera ekstra ketiga dengan lensa wide-angle yang menyuguhkan sudut pandang super lebar, OPPO menerapkan konfigurasi berbeda dengan menyematkan kamera yang tidak biasa yang disebut 3D stereo time-of-flight atau disingkat 3D TOF pada R17 Pro.

Untuk saat ini, fungsi dari kamera 3D TOF ini memang tidak optimal. OPPO belum menyediakan software atau fitur untuk menggunakannya. Diungkap oleh Aryo Meidianto A, PR Manager OPPO Indonesia bahwa ekosistemnya belum siap. Masih butuh waktu untuk mengembangkan dan OPPO akan memberikan update di masa depan untuk mengoptimalkan sensor 3D TOF.

Review-OPPO-R17-Pro

Dua sensor lainnya ialah kamera utama dan sekunder sebagai depth sensor. Kamera pertamanya menggunakan sensor gambar Sony IMX 362 berukuran 1/2.55 inci, resolusi 12-megapixel, ukuran pixel 1.4µm, dan lensa wide 26mm dengan variable aperture f/1.5-2.4. Serta, yang tak kalah penting teknologi dual pixel PDAF dan OIS.

Terasa familier? Ya, OPPO seperti memboyong kamera utama milik Samsung Galaxy Note 9. Tapi persamaannya hanya sampai disitu saja, karena kamera keduanya 20-megapixel (AF) dengan aperture f/2.6 adalah depth sensor. Sementara, kamera depannya 25-megapixel, aperture f/2.0, sensor berukuran 1/2.8 inci dan pixel 0.9µm.

Soal antarmuka aplikasi kameranya terbilang simpel, cukup geser untuk berganti mode pengambilan gambar – ada mode expert, panorama, video, foto, portrait, night, dan stiker.

Ada tiga fitur favorit saya pada R17 Pro, pertama ialah fitur optical zoom sebanyak 2x – resolusi fotonya tetap terjaga pada resolusi 12-megapixel. Kedua ialah night mode, di mana shutter speed kamera akan berlangsung lebih lama sekitar 3 sampai 5 detik untuk menghasilkan foto yang cerah pada malam hari.

Review-OPPO-R17-Pro

Tentu saja, kontribusi OIS sangat mengambil peran besar pada kedua fitur tersebut. Sementara, yang ketiga ialah portrait mode-nya, hasilnya cukup memukau layaknya diberi pencahayaan ala studio.

Buat yang menyukai kendali penuh saat memotret, mode expert menyediakan pengaturan white balance, EV, ISO, shutter speed, dan manual focus. Sayangnya, tidak ada opsi untuk menyimpan hasil foto dalam format RAW.

Untuk perekam videonya, R17 Pro bisa merekam video 4K dan 1080p pada frame rate 30 fps saja. Menariknya, pada mode pengambilan video kita bisa mengaktifkan fitur beauty dan juga efek video.

Berikut beberapa hasil jepretan dari OPPO R17 Pro:

Mode Portrait

Hardware

Review-OPPO-R17-Pro

Bagian inti dari OPPO R17 Pro ialah Mobile Platforms terbaru dari Qualcomm, Snapdragon 710. Chipset Snapdragon 7 series ini ditujukan untuk segmen menengah ke atas.

Snapdragon 710 lebih powerful dan juga lebih efisien dari Snapdragon 660. Bahkan, hasil dari tes benchmark mengungkapkan performa CPU-nya setara dengan Snapdragon 835 tapi kekuatan GPU-nya belum menyamai.

SoC ini dibangun dengan fabrikasi 10nm dan membawa konfigurasi octa-core. Terdiri dari dual-core Kryo 360 Gold berkecepatan 2.2GHz dan hexa-core Kryo 360 Silver yang melaju pada 1.7GHz.

Soal pemrosesan grafisnya mengandalkan GPU Adreno 616. Daya gedornya disokong RAM besaran 8GB LPDDR4X dan storage 128GB yang bisa ditambah dengan mengorbankan slot SIM kedua untuk menampung microSD. Berikut hasil benchmark OPPO R17 Pro:

R17 pro merupakan smartphone R series pertama yang dilengkapi dengan SuperVOOC flash charge (10V/5A) dan menggunakan dua baterai bi-cell 1850 mAh dengan kekuatan pengisian ulang hampir menyentuh 50 watt. Hasilnya, dalam 10 menit baterai dapat terisi 40 persen dan dapat terisi penuh hanya dalam waktu 35 menit.

Verdict

Kehadiran R17 Pro memang bukan untuk menggantikan Find X, tapi sebagai pelengkap dan menjadi pilihan alternatif. R17 Pro juga mengusung fitur yang tak dimiliki oleh Find X seperti SuperVOOC flash charge (tapi ada di Find X Lamborghini), under-display fingerprint reader, dan NFC

Dibanderol nyaris Rp10 juta, pada rentang harga tersebut sejatinya kita memang bisa mendapatkan smartphone flagship dengan chipset Snapdragon 845, meski begitu selama proses review berlangsung Snapdragon 710 juga menunjukkan performa yang andal. Sekali lagi, R17 Pro ditekankan membawa inovasi teknologi, membawa fitur, dan desain dengan material premium.

Sparks

  • SuperVOOC flash charge
  • Under-display fingerprint reader
  • Smart aperture dan optical zoom 2x
  • Punya NFC

Slacks

  • Sensor 3D ToF belum optimal digunakan
  • Belum menjalankan Android 9 Pie

[Review] Mouse Gaming Corsair Harpoon RGB Wireless, Jagokan Kesederhanaan dan Fleksibilitas

Di ranah pengembangan aksesori gaming, inovasi ialah pedang bermata dua. Tanpanya, bidang ini tidak akan maju dan kita tak bisa menyaksikan terobosan-terobosan unik. Namun jika konsep sebuah perangkat terlalu radikal, kemungkinan besar konsumen jadi ragu buat mengadopsinya. Itu sebabnya beberapa produsen menggunakan pendekatan yang ‘lebih aman’ ketika meracik produk baru.

Boleh dibilang, arahan inilah yang diambil Corsair Components dalam mengembangkan mouse gaming Harpoon RGB Wireless. Harpoon RGB Wireless adalah versi nirkabel dari perangkat entry-level yang melakukan debutnya di kuartal terakhir 2016. Corsair tidak menerapkan banyak perubahan pada desain. Segala hal yang Anda sukai (dan tidak sukai) tentang Harpoon kembali muncul di sana. Dalam penggarapannya, produsen terlihat lebih memfokuskan perhatian pada faktor konektivitas.

Selama beberapa minggu ini, tepatnya dari sebelum 2018 berakhir, Corsair Indonesia mempersilakan saya untuk menjajal langsung periferal ini. Saya mengujinya dengan genre permainan berbeda serta menggunakannya sehari-hari buat bekerja. Dan terlepas dari simpelnya desain, dengan gembira saya katakan bahwa Harpoon RGB Wireless mampu menunaikan tugasnya secara optimal. Silakan simak ulasan lengkapnya di bawah.

 

Rancangan

Dalam puluhan tahun menikmati game di PC, mouse berdesain ambidextrous merupakan pilihan pribadi saya. Saya tidak kidal, namun mouse jenis ini biasanya punya penampilan lebih sederhana. Saya memang sempat jatuh hati pada beberapa model ergonomis, tapi umumnya mereka dibanderol di harga permium. Berita baiknya. Harpoon mengubah sentimen saya soal hal ini.

Harpoon RGB Wireless 10

Harpoon RGB Wireless 28

Seperti yang saya singgung sebelumnya, Harpoon RGB Wireless punya desain yang identik seperti versi standar. Konstruksi mouse terbuat dari bahan plastik, memiliki dimensi 115×68,3×40,4mm. Permukaan tubuhnya bertekstur kasar buat meningkatkan daya cengkeram, dipadu lapisan karet berpola segitiga di sisi kanan dan kiri. Lapisan karet juga dapat ditemukan pada bagian scroll wheel.

Harpoon RGB Wireless 30

Karena tubuhnya dirancang untuk pemakaian di tangan kanan, Harpoon RGB Wireless kurang pas buat user kidal. Kelengkapan tombolnya sendiri cukup standar. Mouse memiliki total enam tombol, termasuk tombol scroll wheel, dua thumb button dan switch DPI.

Harpoon RGB Wireless 6

Begitu dikeluarkan dari bungkusnya, Harpoon RGB Wireless tersambung ke kabel berlapis sulaman kain sepanjang 1,8-meter. Kabel ini bisa dicabut dari mouse, terhubung via port microUSB. Saat kabel dilepas, bagian belahan di scroll wheel membuatnya jadi menyerupai Scimitar Pro RGB. Lalu selain ada sistem pencahayaan RGB di punggung, LED juga dimanfaatkan sebagai indikator switch DPI, sehingga kita dapat lebih mudah mengingat setting-nya.

Harpoon RGB Wireless 23

Harpoon RGB Wireless 27

Satu aspek yang harus dimaklumi dari mouse versi nirkabel ialah bobot yang cenderung lebih tinggi dibanding model wired karena menyimpan baterai. Menariknya, Corsair tetap berhasil memastikan berat Harpoon RGB Wireless berada di bawah 100g, cuma 14g lebih berat dari Harpoon RGB (85g). Silakan lihat sisi bawahnya, Anda akan menemukan tutup kompartemen kecil untuk menempatkan dongle USB dan switch mode koneksi.

Harpoon RGB Wireless 20

 

Kualitas produk

Kepopuleran pencahayaan RGB membuat fitur ini diusung oleh banyak sekali gaming gear, termasuk varian ekonomis. Namun di beberapa model buatan tetangga, harga murah biasanya mengorbankan kualitas produk. Saya sempat membeli mouse gaming terjangkau dari brand ternama, dan menemukan betapa ringkihnya bagian samping sehingga tekanan di area itu menyebabkan thumb button jadi teregistrasi.

Harpoon RGB Wireless 22

Kabar baiknya, fenomena ini tidak terjadi pada Harpoon RGB Wireless. Tiap-tiap bagian di mouse terasa keras dan kokoh, tidak ada area yang lunak, walau bobotnya tergolong ringan. Mungkin hal yang perlu kita perhatikan adalah kebersihan lapisan karetnya. Jari berminyak dapat mengikisnya, dan saya sudah melihat sendiri kerusakan parah akibat minyak pada lapisan karet di gaming gear.

Harpoon RGB Wireless 5

Tiap tombol di Harpoon RGB Wireless mengandalkan switch Omron yang kabarnya dapat bekerja normal bahkan setelah ditekan sebanyak 50 juta kali. Sebagai perbandingan, switch Omron di Harpoon RGB standar punya daya tahan 20 juta kali klik.

Harpoon RGB Wireless 24

Dengan sederhananya desain, ringannya bobot dan absennya bagian-bagian ornamental, saya tidak khawatir saat harus memasukkan mouse dalam tas atau menggunakannya dalam sesi gaming intensif (ketika ada peluang emosi mengambil alih akal sehat). Bagian-bagian detachable seperti tutup kompartemen dongle USB dan colokan kabel ke mouse juga tetap mantap dan menggigit walaupun saya cabut-pasang berkali-kali.

Harpoon RGB Wireless 31

 

Software dan instalasi

Harpoon RGB Wireless bisa segera terbaca sistem begitu Anda menyambungkan kabelnya di port USB PC (minimal ber-Windows 7). Alternatifnya, kita tinggal mencolokkan dongle USB dan memindahkan switch ke mode nirkabel 2,4GHz atau mengoneksikannya via Bluetooth. Tapi tentu saja, agar mouse dapat bekerja optimal, pengguna disarankan untuk menginstal software iCUE (versi anyar dari Corsair Utility Engine) terlebih dulu.

Harpoon RGB Wireless 1

Begitu iCUE terpasang, ia dapat segera membaca perangkat Corsair yang ada atau tersambung di PC. Setelah membuka software ini, Anda hanya tinggal mengklik icon mouse untuk mengakses beragam fungsi di sana. Kita bisa membuat profile baru, mengonfigurasi macro, mengutak-utik pencahayaan dan pola LED, mengustomisasi setting DPI serta mengubah kecepatan pointer.

Harpoon RGB Wireless 2

Lewat iCUE, Corsair berhasil menunjukkan bahwa mereka adalah salah satu pengembang software companion terbaik. Interface-nya sangat intuitif, tidak membingungkan dan tidak menyekat fungsi-fungsinya ke menu berbeda. Bahkan untuk mereka yang pertama kali menggunakannya, semua hal tersaji ringkas.

Harpoon RGB Wireless 3

 

Aspek teknis dan pengalaman penggunaan

Jantung dari Harpoon RGB Wireless adalah sensor optik ‘gaming grade‘ PMW3325 persembahan PixArt, menyuguhkan DPI rating dari 100- sampai 10.000-dots per inch. Ketika bermain, saya jarang menggunakan setting DPI terlalu tinggi. Saat ulasan ini ditulis, saya merasa nyaman memakai 1.500DPI baik untuk bekerja maupun bermain. Namun kapabilitas ini memperlihatkan fleksibilitas dan kesiapan mouse menunjang beragam karakteristik pengguna.

Harpoon RGB Wireless 9

Harpoon RGB Wireless 26

Harpoon RGB Wireless memang diprioritaskan untuk menangani permainan-permainan first-person shooter. Dari pengalaman memakainya, mouse mampu membaca gerakan dengan tanggap, serta melacak secara akurat dan (yang terpenting) konsisten – dibantu oleh mouse feet berbahan polytetrafluoroethylene. Sensitivitas tinggi bisa bermanfaat jika Anda benar-benar membutuhkan responsitivitas, misalnya ketika melakukan serangan jarak dekat; sedangkan sensitivitas rendah sangat membantu meningkatkan akurasi, terutama saat memburu lawan berbekal senapan penembak jitu.

Harpoon RGB Wireless 18

Permainan-permainan yang saya gunakan buat menguji Harpoon RGB Wireless meliputi Shadow of the Tomb Raider sebagai perwakilan dari genre action secara umum, game action-RPG Monster Hunter: World, dan Titanfall 2, shooter yang menuntut presisi dan responsivitas tinggi.

Harpoon RGB Wireless 15

Saya sama sekali tidak menemui masalah dalam Shadow of the Tomb Raider dan Monster Hunter: World. Tapi berdasarkan pengalaman sebelumnya, senyaman-nyamannya mouse baru, saya tetap membutuhkan proses adaptasi ketika bermain game multiplayer kompetitif bertempo cepat. Mengejutkannya, Harpoon RGB Wireless terasa seperti perpanjangan tangan saya sendiri dari awal menikmati Titanfall 2.

Harpoon RGB Wireless 13

Tidak ada bagian yang menonjol aneh atau bentuk-bentuk canggung. Saya adalah seorang pengguna mouse dengan kebiasaan menggenggam gaya cakar (claw grip). Postur ini – ditambah lagi mungilnya tangan saya – mengakibatkan jangkauan jari jadi lebih pendek. Meski demikian, saya bisa mencapai semua tombol di mouse tanpa kesulitan, terutama dua thumb button. Mengangkat mouse juga mudah, cukup berbekal jempol, jari manis dan kelingking.

Harpoon RGB Wireless 29

Mungkin sedikit keluhan saya pada thumb button adalah, dua bagian di sana sulit dibedakan karena konturnya serupa. Akhirnya, saya enggan menaruh fungsi krusial game di thumb button depan karena sering tertukar dengan tombol di sebelahnya.

Harpoon RGB Wireless 19

Mouse gaming ini menyediakan tiga mode penggunaan, yakni via kabel, nirkabel di frekuensi 2,4GHz ‘Slipstream’ menggunakan dongle, dan Bluetooth LE 4.2 (dengan latency 7,5-milidetik). Sebagian orang mungkin akan berargumen bahwa wired merupakan jenis koneksi terbaik buat gaming. Namun saya tidak menemui kendala ketika bermain terlepas dari mode yang sedang digunakan. Malah tanpa kabel, pemakaian mouse jadi lebih bebas dari keribetan.

Harpoon RGB Wireless 21

Saat baterai terisi penuh, mode wireless Slipstream Wireless 2,4GHz siap menyajikan sesi gaming selama 30 jam. Durasi bisa meningkat jadi 40 jam di mode Bluetooth. Ingin lebih hemat? Aktifkan Power Saving Mode untuk mematikan segala LED dan mendongkrak daya tahan baterai hingga 60 jam. Mouse turut dilengkapi memori internal sehingga setting yang sudah Anda buat tidak akan hilang meski disambungkan ke unit PC berbeda.

Harpoon RGB Wireless 4

 

Konklusi

Perlu kembali kita sadari bahwa di ranah gaming gear, tidak ada produk yang bisa menjadi solusi atas kebutuhan seluruh konsumen. Perangkat gaming ideal sangat bergantung dari kebiasaan, preferensi, dan modal pengguna. Walau begitu, saya tidak segan memasukkan Harpoon RGB Wireless ke daftar rekomendasi mouse gaming, khususnya bagi penggemar permainan action dan shooter yang menginginkan periferal ringkas, andal, serta ditunjang fitur-fitur gaming esensial.

Harpoon RGB Wireless  memperlihatkan pada kita bahwa desain yang sederhana masih tetap bisa menawarkan fleksibilitas pemakaian. Di sana ada dua mode nirkabel, dan jika Anda masih belum yakin dengan performa koneksi wireless, mode wired setia menanti. Keleluasaan tersebut membuatnya bukan hanya dapat dimanfaatkan sebagai gaming gear, tapi juga perangkat bekerja: colok dongle di laptop, dan Anda tidak akan direpotkan lagi oleh kabel.

Harpoon RGB Wireless 25

Tapi meski Harpoon RGB Wireless bisa jadi pertimbangan untuk mereka yang belum mempunyai mouse khusus gaming, saya pikir belum ada alasan kuat bagi pemilik Harpoon standar buat beralih ke varian nirkabel ini. Desain dan konstruksinya identik, dan mereka sama-sama didukung iCUE.

Harpoon RGB Wireless 17

Aspek harganya sendiri mungkin dapat membuat calon konsumen jadi ragu membelinya. Ketika Harpoon RGB standar saat ini bisa Anda peroleh dengan mengeluarkan uang kisaran Rp 350 ribu, harga saudara nirkabelnya jauh lebih tinggi, dibanderol Rp 825 ribu.

 

Sparks

  • Ergonomis dan nyaman
  • Sangat ideal untuk menikmati game FPS dan action
  • Instalasi mudah
  • Memilih mode juga simpel
  • Dukungan iCUE secara menyeluruh

Slacks

  • Desainnya tidak pas digunakan oleh gamer kidal
  • Segala hal yang (mungkin) Anda tidak sukai dari Harpoon RGB muncul lagi di sana
  • Harganya jauh lebih mahal dari versi berkabel

[Review] Lensa Sony FE 24mm F1.4 G Master, Tajam dari Ujung ke Ujung

Sony tak lagi sendiri, rival yang sepadan di pasar mirrorless full frame telah datang dari Nikon, Canon, dan Panasonic. Ya, Sony akhirnya mendapat persaingan dan perang mirrorless full frame yang sesungguhnya baru dimulai.

Sony yang telah memulai sejak lima tahun lalu, tepatnya pada tahun 2013 memang lebih ‘matang’ dengan pilihan body kamera full frame dan lensa lebih beragam.

Lini Alpha A7 misalnya, terdiri dari tiga varian yakni A7 dan A7R yang sudah sampai pada generasi ketiga. Sementara, A7S baru sampai generasi kedua.

Sony juga punya ‘senjata’ lain yang mematikan yakni A9 series yang memiliki performa melampaui DSLR. Selain itu, jumlah lensa native untuk full frame E-mount (FE) mencapai 30.

review-lensa-sony-fe-24mm-f14-gm

Lensa terbaru yang belum lama diumumkan di Indonesia ialah lensa Sony FE 24mm f/1.4 G Master (model SEL24F14GM). Lensa fix wide angle dengan bukaan besar ini dibanderol Rp22.999.000.

Saya telah mengujinya selama kurang lebih satu bulan dengan body Sony Alpha A7 III. Dengan sudut pandang yang luas, lensa ini tentunya sangat ideal untuk memotret foto landscape, arsitektur, hingga portrait. Berikut review lensa Sony FE 24mm f/1.4 G Master selengkapnya.

Desain Ringkas dengan Kontrol Intuitif

Salah satu kelebihan lensa fix adalah ukurannya yang ringkas. Pun demikian dengan lensa FE 24mm F1.4 ini, memiliki diameter filter 67mm, dengan dimensi 75,4×92,4mm, dan bobot 445 gram.

Focal length 24mm ini setara dengan 36mm di sensor APS-C dan menyuguhkan sudut pandang 84 derajat. Jarak fokus minimumnya 0,24m, dengan perbesaran 0,17 kali, aperture maksimum F1.4, dan minimum F16.

review-lensa-sony-fe-24mm-f14-gm

Pada body lensa, dapat dijumpai dua ring untuk mengatur aperture dan fokus. Mekanisme aperture lensanya memiliki 11 bilah dengan circular design, bokeh utuh yang natural dan indah pun bisa dengan mudah diperoleh.

Di sebelah kanan agak ke bawah terdapat aperture click switch. Untuk still photography, bila ‘click‘ diaktifkan akan memberikan tactile feedback saat mengatur nilai aperture.

Sementara untuk videography, ‘click‘ bisa dinonaktifkan sehingga memungkinkan beralih aperture secara mulus saat merekam video.

Ring fokusnya sendiri menggunakan bahan karet dan diklaim tetap mudah dikontrol meskipun dalam suhu rendah. Lensa ini memang didesain tahan terhadap debu dan lembap, build quality-nya sangat solid. Jadi, bisa diajak untuk pemotretan outdoor maupun kondisi ekstrim.

review-lensa-sony-fe-24mm-f14-gm

Selain itu, di sebelah kanan terdapat tuas untuk beralih ke auto focus (AF) dan manual focus (MF) atau sebaliknya dengan cepat. Serta, tombol focus hold untuk mengunci fokus yang diinginkan.

Bagi yang kerap menggunakan mode manual saat memotret, kontrol terintegrasi yang melekat pada lensa ini sangat memudahkan pengoperasian kamera lebih cepat. Jadi, Anda bisa lebih fleksibel dan fokus menangkap momen.

 

Fitur dan Spesifikasi

review-lensa-sony-fe-24mm-f14-gm

Lensa FE 24mm f/1.4 GM ini menggunakan desain optik baru yang mampu menangkap detail dengan resolusi tinggi pada seluruh frame, bahkan pada aperture f/1.4.

Jadi, bekerja optimal pada Sony Alpha A7R yang mengusung resolusi tinggi 42,4-megapixel maupun kamera full frame Sony berikutnya. Ya, karena lensa ialah sebuah investasi.

Lensa ini menggunakan sistem drive fokus DDSSM (Direct Drive SSM), sehingga kinerja auto focus-nya lebih cepat dan senyap. Dalam lensa ini berisi 13 elemen dalam 10 grup.

Di antaranya ada dua elemen XA (Extreme Aspherical) dan tiga elemen ED (Extra-low-Dispersion) untuk meredam aberasi kromatik secara efektif dan meminimalkan sagittal flare sehingga titik sumber cahaya dapat direproduksi secara akurat sebagaimana aslinya.

Lapisan Nano AR Coating juga digunakan untuk mengurangi pantulan yang dapat menyebabkan silau (flare) dan bayangan (ghosting) secara efektif.

Hasil fotonya memang sangat tajam dari ujung ke ujung dan minim distorsi. Berikut hasil bidikan dari lensa Sony FE 24mm f/1.4 GM dengan body kamera Sony Alpha A7 III:

Verdict

Sebagai lensa wide angle, lensa premium lini G Master ini tentu serba guna untuk beragam jenis still photography maupun videography dan yang pasti sangat menantang. Dimensinya ringkas dan cukup ringan, mudah dibawa dan disimpan ke dalam tas kamera.

Bukaan yang besar juga membuat lensa ini ideal untuk penikmat foto di malam hari. Bokeh yang bulat utuh dan lembut pun bisa dengan mudah didapat.

Saya melihat, bila dulu focal length 35mm menjadi favorit para fotografer pro. Kini, mulai banyak yang beralih ke lensa 24mm yang lebih lebar untuk landscape maupun portrait.

Buat saya, pengalaman menggunakan lensa ini sangat menyenangkan. Namun ukuran yang ringkas dan kualitas yang disuguhkan juga sepadan dengan harganya yang mencapai Rp23 juta. Tetapi, Anda tidak akan kecewa dengan kualitas foto yang dihasilkannya.

Sparks

  • Aperture click switch yang intuitif
  • Ukuran ringkas dan build quality solid
  • Hasil tajam dari ujung ke ujung
  • Minim distorsi

Slacks

  • Harga relatif tinggi

[Review] Samsung Galaxy A7 2018, Unggulkan Triple Camera Tapi Ada yang Dikorbankan

Menurut laporan International Data Corporation (IDC), Samsung masih merupakan pabrikan smartphone nomor satu di dunia dengan pengapalan 71,5 juta unit dan menguasai market share sebesar 20,9 persen pada Q2 2018.

Meski begitu, Samsung perlu extra effort untuk mempertahankan gelar “raja smartphone“. Karena sejumlah vendor smartphone asal Tiongkok seperti Huawei, Xiaomi, OPPO, dan Vivo kian agresif dalam berinovasi.

Salah satu upaya nyata yang dilakukan oleh Samsung ialah mengubah strategi dengan menyajikan inovasi terbaru pada seri Galaxy A. Ya, Samsung menyematkan empat buah sensor kamera pada Galaxy A9 dan tiga buah pada Galaxy A7.

Meja redaksi Dailysocial lifestyle telah kedatangan Galaxy A7 yang punya kamera ketiga 8-megapixel dengan aperture f/2.4 dan lensa ultra wide 18mm. Buat yang penasaran dengan kemampuan tiga kameranya, berikut review Samsung Galaxy A7 2018 selengkapnya.

Unboxing Samsung Galaxy A7

Unit Galaxy A7 yang datang berwarna gold, varian RAM 6GB, dan storage 128GB. Isi dari paket penjualannya sebagai berikut:

  • Unit Samsung Galaxy A7
  • Adapter charging (5V/1.55A)
  • Kabel data micro USB
  • Earbud
  • SIM ejector
  • Buku petunjuk penggunaan dan kartu jaminan

review-samsung-galaxy-a7-2018

Dengan spesifikasi utama seperti layar Super AMOLED 6 inci Full HD+, chipset Exynos 7885 Octa, dan baterai 3.300 mAh. Samsung menjual Galaxy A7 dengan harga mulai Rp4 jutaan, harga yang cukup kompetitif dan tidak biasanya. Apa yang dikorbankan Samsung?

Desain Bebas Notch

review-samsung-galaxy-a7-2018

Layar Super AMOLED 6 inci Galaxy A7 sudah dikemas dalam desain Infinity Display dan masih bebas dari notch. Bagian dahi dan dagunya terlihat sedikit tebal, tapi masih cukup sedap dipandang.

Punggungnya menggunakan material kaca, dengan dimensi 159,8×76,8mm dan ketebalannya hanya 7,5mm. Bobotnya cukup ringan, hanya 168 gram karena menggunakan kerangka dari plastik.

Ya, bukan kerangka metal yang selama ini menjadi ciri khas Galaxy A series. Meski begitu, build quality yang baik membuat feel dalam menggenggam Galaxy A7 masih lumayan premium.

Menuju bagian dahi, rasanya lega Samsung tak ikut-ikutan mengusung desain notch. Di sana ada kamera depan 24-megapixel, LED flash, earpiece, sensor ambient light, dan proximity.

Beralih ke belakang, berjejer tiga buah kamera dan LED flash dalam posisi vertikal. Paling atas beresolusi 5-megapixel sebagai depth sensor, kamera utama di tengah beresolusi 24-megapixel, dan kamera ekstra satu lagi paling bawah beresolusi 8-megapixel dengan lensa ultra wide.

Buat yang mencari kemana perginya fingerprint sensor, Samsung memindahkannya ke samping kanan di dalam tombol power. Artinya, unlock smartphone paling nyaman menggunakan jempol kanan. Sementara, bagi pengguna yang kidal harus membiasakan diri dengan jari telunjuk atau jari tengah.

Tombol volume berada persis di atas tombol power. Lagi-lagi posisinya terlalu tinggi, tapi bukan masalah besar. Sementara, sisi kiri terdapat SIM tray yang berisi tiga buah slot – dua nano SIM dan satu microSD.

Bagian atas hanya ada mikrofon kedua. Sedangkan, di bawah ada jack audio 3,5mm, port microUSB, mikrofon, dan speaker. Sebagai informasi, Galaxy A7 versi 2017 sudah menggunakan port USB Type-C dan body-nya dilengkapi sertifikasi IP68.

review-samsung-galaxy-a7-2018

Jadi, ada tiga catatan terkait desain Galaxy A7. Pertama tak lagi menggunakan kerangka metal, balik lagi menggunakan port microUSB, dan body-nya tidak tahan air lagi.

Layar Super AMOLED

review-samsung-galaxy-a7-2018

Layar Super AMOLED dengan ukuran 6 incinya disokong resolusi Full HD+ (1080×2220 piksel) dalam aspek rasio 18.5:9. Kombinasi tersebut menyuguhkan kerapatan layar yang cukup tajam yakni 411 ppi.

review-samsung-galaxy-a7-2018

Fitur screen mode juga masih ada, untuk menyesuaikan warna menurut preferensi Anda. Secara default, Galaxy A7 menggunakan mode tampilan adaptif yang secara otomatis mengoptimalkan perubahan warna, saturasi, dan ketajaman layar sesuai konten yang ditampilkan.

Buat yang ingin setiap konten di smartphone penuh warna, bisa memilih mode tampilan AMOLED cinema. Bila tidak suka dibohongi, bisa pilih mode tampilan basic dengan tingkat akurasi mendekati aslinya. Sementara, AMOLED photo membuat warna tampil menyenangkan tapi tidak berlebihan.

Samsung Experience 9.0 UX

Galaxy A7 menjalankan OS Android 8.0 Oreo dengan sentuhan Samsung Experience 9.0 UX persis seperti yang ditemui pada Galaxy A8 Star. Dengan tampilan antarmuka yang simpel dan tetap kaya fitur.

Ada dua layout launcher yang bisa dipilih yaitu home screen dengan app drawer atau home screen only. Kita juga bisa menyelaraskan tampilan sesuai preferensi masing-masing dengan mengubah wallpaper, tema, dan juga tampilan Always On Display.

Pada home screen bagian paling kiri, ada Bixby Home. Di mana Anda akan disuguhkan rekomendasi konten berdasarkan kebiasaan kita dalam menggunakan smartphone. Sementara, buat yang ingin memaksimalkan seluruh bentang layar untuk konten bisa mencoba navigasi “full screen gestures“.

Buat yang hobi bermain game, Game Launcher akan menyatukan seluruh game yang terinstal dalam satu tempat. Anda bisa memastikan bermain game tanpa gangguan dengan menonaktifkan notifikasi, serta kemudahan mengambil screenshot dan merekam gameplay game favorit Anda.

Fitur andalan Samsung seperti SecureFolder juga tersedia. Di situ Anda dapat menyimpan file, memo, dan aplikasi dengan lebih aman. Bicara soal keamanan smartphone, Galaxy A7 dibekali metode face recognition dan fingerprint scanner yang berada di sisi kiri.

Kamera Ekstra dengan Lensa UltraWide

review-samsung-galaxy-a7-2018

Inti dari inovasi Samsung pada Galaxy A7 ialah kamera ekstra ketiga beresolusi 8-megapixel (f/2.4) dengan lensa ultra wide 18mm yang menyuguhkan sudut pandang 120 derajat. Artinya, Anda bisa memasukkan area yang luas dalam satu frame foto. Jadi, banyak banget yang bisa dieksplorasi dari lensa ultra wide ini.

Tentu saja, ideal buat memotret foto landscape, arsitektur, hingga portrait. Kita bisa menangkap lebih banyak informasi sehingga lebih mudah menyampaikan cerita.

Nah yang pasti lensa ultra wide ini memiliki beberapa karakteristik, diantaranya membuat objek menjadi lebih kecil dari ukuran sebenarnya dan distorsi. Jangan ragu untuk bermain perspektif dengan mengubah posisi dan sudut pemotretan untuk mendapatkan foto dengan kesan megah dan lebih menarik.

Berikut hasil bidikan Samsung Galaxy A8 dengan lensa ultra wide:

Hasil foto dari lensa ultra wide ini cukup tajam, meskipun dalam beberapa kesempatan detail kurang ditangkap dengan baik. Efek distorsi memang tak terhindarkan, tapi justru bisa digunakan untuk mendapatkan hasil foto yang unik.

Kamera utamanya sendiri resolusinya cukup besar, 24-megapixel (f/1.7 dan PDAF) dengan lensa wide 27mm. Satu lagi sebagai depth sensor, 5-megapixel (f/2.2) untuk mendapatkan foto dengan efek bokeh. Sementara, kamera depannya 24-megapixel (f/2.0) dengan lensa wide 26mm.

Lensa ultra wide bisa diakses pada mode pengambilan gambar ‘auto‘. Fitur Bixby Vision juga tersedia, yang bisa mengenali obyek ataupun menerjemahkan teks bahasa asing secara real time.

Mode pengambilan gambar lain yang tersedia ialah panorama, pro untuk kontrol manual guna mengakses white balance, ISO, dan exposure compensation. Kemudian beauty, live focus, scene optimizer, super slow-mo, AR emoji, hyperlapse, dan slow motion.

Berikut hasil foto dari kamera utama dan kamera depan Samsung Galaxy A7:

Sebagai pengingat, bila menggunakan lensa ultra wide – hasil fotonya disimpan pada resolusi 8-megapixel saja (3264×2448 piksel). Bila Anda membutuhkan kualitas yang optimal sebaiknya menggunakan kamera utama 24-megapixel pada rasio 4:3.

Alternatif lain bila memang membutuhkan sudut pandang lebih luas bisa menggunakan kamera utama dengan rasio 16:9 pada 18-megapixel atau 18.5:9 pada 16-megapixel.

Untuk perekam videonya, baik kamera depan maupun belakang hanya mampu merekam resolusi sampai Full HD 30fps saja. Ya, belum bisa merekam video 4K, bahkan Full HD 60fps tidak bisa.

Hardware Samsung Galaxy A7

review-samsung-galaxy-a7-2018

Exynos 7885 Octa yang berada di dalam Galaxy A7 merupakan chipset kelas menengah Samsung terbaru yang dibangun pada proses fabrikasi 14nm. Terdiri dari CPU octa-core dalam konfigurasi dual-core Cortex A73 2.2GHz dan hexa-core Cortex A53 1.6GHz dengan GPU Mali-G71.

Kinerjanya ditopang besaran RAM 6GB dan storage 128GB. Slot microSD bisa menampung hingga 512GB bila yang membutuhkan penyimpanan lebih. Semua kegiatan ber-smartphone disuplai baterai berkekuatan 3.300 mAh.

Menurut hasil test benchmark dari sejumlah aplikasi, pada Antutu Galaxy A7 mendapatkan 120.865 poin, sementara di PCMark Work 2.0 meraih 5.566 poin, lalu di 3DMark Sling Shot mendapatkan 964 poin, serta di GeekBench 4 single-core 1.523 poin dan multi-core 4.336 poin.

Verdict

review-samsung-galaxy-a7-2018

Di Indonesia, Galaxy A7 tersedia dalam dua varian. Harga terbarunya Rp4,1 jutaan untuk konfigurasi RAM 4GB dan storage 64GB. Sementara, untuk RAM 6GB dan storage 128GB ialah Rp5 jutaan. Menimbang fitur dan spesifikasi yang ditawarkan, menurut saya harganya sangat kompetitif.

Inovasi triple camera atau lebih tepatnya kamera ekstra 8-megapixel dengan lensa ultra wide 120 derajat, juga siap menantang kreativitas kemampuan fotografi Anda. Tetapi, Samsung juga memangkas beberapa fitur premium. Kerangka body-nya sekarang dari plastik, balik lagi menggunakan port microUSB, dan hilangnya sertifikasi tahan air IP68.

Sparks

  • Punggung kaca
  • Lensa ultrawide 120 derajat
  • Harga kompetitif
  • Bebas notch

Slacks

  • Kerangka plastik
  • Balik lagi pakai port microUSB
  • Tanpa sertifikasi IP68
  • Tidak ada perekam video 4K dan Full HD 60fps

[Review] Panasonic Lumix GF10, Mirrorless MFT Seukuran Kamera Pocket

Sejak me-review kamera mirrorless Panasonic Lumix GH5, saya mengakui bahwa sistem Micro Four Thirds (MFT) punya potensi yang luar biasa. Buat saya, terutama kemampuan perekam video dan fitur-fitur yang ditawarkannya.

Sebelumnya, saya juga telah menulis artikel mengenai tips memilih kamera mirrorless Panasonic dengan sensor MFT. Salah satu yang saya rekomendasikan ialah Lumix GF10, yang akhirnya bisa saya review.

Lumix GF10 ialah mirrorless bersensor Micro Four Thirds dengan form factor kamera pocket. Lensanya dapat dilepas-pasang atau diganti dan dilengkapi fitur yang cukup komplet. Baiklah mending langsung saja, inilah review Panasonic Lumix GF10 selengkapnya.

Desain Panasonic Lumix GF10

Panasonic-Lumix-DC-GF10

Lumix GF10 mengusung desain rangefinder, bentuknya super ringkas dengan dimensi 107x65x33 mm dan berat 270 gram. Lumix GF10 juga datang bersama lensa Kit 12-32 mm F/3.5-22 yang serba guna dan berukuran tidak kalah ringkas.

Secara garis besar tampilan GF10 masih identik dengan GF9 yang dirilis tahun lalu, dengan mengontraskan komponen metalik dan aksen seperti kulit untuk tampilan yang modis.

Di GF10 Panasonic memberi sedikit sentuhan yakni segaris grip kecil yang membuatnya lebih erat dalam dekapan tangan. Namun selama pemakaian, saya menyarankan Anda untuk tetap mengalungkan tali kamera/strap ke leher untuk mengantisipasi bila terjadi selip.

Panasonic-Lumix-DC-GF10

Monitor LCD touchscreen 3 inci dengan resolusi 1,04k dot dapat diputar hingga 180 derajat untuk selfie maupun vlog dan dilengkapi dengan berbagai sejumlah mode selfie yang disebut Selfie 4K PHOTO. Touch dan drag di layar untuk mendapatkan fokus yang diinginkan.

Tentu saja, dimensi ringkas ini punya sejumlah batasan. Utamanya, tidak ada ruang bagi Panasonic untuk menanamkan electronic viewfinder, hot shoe, dan input untuk mikrofon eksternal. Pop-up flash masih ada, namun media penyimpanannya mengandalkan microSD.

Bagian atas terdapat tombol shutter yang menyatu dengan sakelar daya untuk menghidupkan dan mematikan daya kamera.  Lalu, ada mode dial untuk berganti mode pengambilan gambar, tombol fisik Fn1 (Function) yang secara default untuk mengakses fitur 4K Photo Mode dan tombol fisik Fn3 untuk fitur Post Focus.

Tombol fisik Fn2 berada di belakang, fungsinya beragam mulai dari membuka quick menu untuk akses cepat ke metering mode dan exposure comp, fungsi kembali, dan juga delete. Lalu, ada tombol disp, tombol playback, dan perekam video.

Kemudian tentu saja, ada control dial untuk menyesuaikan aperture dan shutter speed. Di tengah ada tombol menu, di kelilingi tombol empat arah dengan fungsi berbeda, atas exposure comp, bawah drive mode, kanan white balance, dan kiri AF mode.

Lanjut, ke sisi bagian kiri ada port HDMI dan port microUSB untuk charging. Di bawah ada soket untuk tripod, serta akses baterai dan slot microSD.

Pilihan warnanya ada tiga yaitu black dengan lensa berwarna hitam, serta silver, dan pink dengan lensa berwarna silver. Untuk diketahui, kebanyakan koleksi lensa dari Panasonic berwarna hitam – jadi bila berencana ingin upgrade lensa maka pilihan warna GF10 black adalah yang paling tepat.

Spesifikasi & Fitur Panasonic Lumix GF10

Di dalam Lumix GF10 bernaung sensor Live MOS Digital berukuran Micro Four Thirds (17,3×13 mm) dengan resolusi 16-megapixel (4592×3448 piksel) tanpa Low Pass Filter. Kinerjanya disokong oleh prosesor Venus Engine, dengan rentang sensitivitas ISO 200-25.600 (extends down to 100).

GF10 juga dilengkapi sistem AF Depth from Defocus dan mampu melakukan memotret beruntun 5 fps dengan continuous autofocus. Terdapat pula fitur continuous shooting di mode ‘Self Shot‘ dengan laju 15 fps.

Fitur 4K Photo memungkinkan kamera mengekstrak gambar 8-megapixel dari video 4K yang ditangkap. Fitur lain andalan Panasonic seperti Post Focus dan Focus Stacking turut disematkan, memungkinkan Anda memilih area fokus.

Untuk daya tahan baterainya cuma sebatas di angka 210 jepretan, pastikan jangan melewatkan bonus baterai tambahan bila berencana membeli kamera ini. GF10 sudah dilengkapi konektivitas WiFi, sangat mudah untuk transfer hasil foto ke smartphone atau ingin remote shooting dengan aplikasi bernama Panasonic Image App.

Overall, performa kamera ini tergolong gesit. Dibanding dengan smartphone, GF10 lebih dapat diandalkan untuk mengabadikan aksi-aksi cepat, kondisi low-light, dan mampu merekam video 1080p 60 fps hingga video 4K 30 fps.

Perekam Video Panasonic Lumix GF10

Panasonic-Lumix-DC-GF10

Meski mungil, jangan sepelekan kemampuan perekam videonya. GF10 mampu merekam video 4K UHD pada 30 fps, 25 fps, dan 24 fps dengan bit rate 100 Mbps. Lalu, resolusi 1080p pada 60 fps dan 50 fps dengan bit rate 28 Mbps. Serta, 1080p pada 30 fps dan 25 fps dalam bit rate 20 Mbps.

Sebagai informasi durasi perekam video 4K pada GF10 dibatasi hanya 5 menit, untuk footage harusnya sudah lebih dari cukup. Dalam praktiknya saya mencoba merekam video 4K pada 30 fps dan 25 fps, namun pada durasi sekitar 3 menit 20 detik – sistem kamera sudah mengeluarkan peringatan bahwa suhu panas pada kamera ini meningkat. Sehingga meski belum mencapai durasi 5 menit, sistem akan menonaktifkan kamera secara paksa.

Sementara, untuk perekaman video 1080p tidak ada masalah. Saya sempat menggunakan GF10 untuk syuting cara merakit PC di Dailysocial TV sebagai kamera kedua selama kurang lebih satu jam dan aman-aman saja.

Panasonic-Lumix-DC-GF10

GF10 sebenarnya sangat asyik untuk aktivitas vlogging, lensa Kit 12-32 mm sudah cukup lebar. Pasangkan ke mini tripod dan putar layar menghadap ke depan, Anda bisa berkarya.

Absennya hot shoe dan input untuk mikrofon eksternal, membuat kita tidak bisa memasang dan menggunakan aksesori seperti mikrofon eksternal. Solusinya, Anda bisa menggunakan audio terpisah dengan sound recorder. Meski artinya, Anda harus melakukan video editing.

Fitur favorit saya di GF10 ialah silent mode, di mana saya bisa lebih nyaman memotret saat meliput sebuah acara tanpa mengganggu yang lain. Fitur ini juga berguna bagi yang hobi street photography atau human interest, agar tidak mengundang perhatian sehingga tidak mempengaruhi situasi.

Sejumlah fitur penting di Lumix GF10 tersembunyi di pengaturan, yang mana agak repot bila ingin digunakan secara buru-buru. Stabilizer misalnya, GF10 memang belum punya stabilizer di body tapi tersedia di lensa. Singkatnya ada dua mode stabilizer yang disediakan yakni untuk panning atau gerakan kamera secara horizontal dan tilting secara vertikal.

Jadi, cobalah eksplorasi fitur-fitur yang ditawarkan oleh GF10 dan tetahui fitur penting apa yang sering atau memang Anda butuhkan. Lalu, tarik fitur tersebut sebagai shortcut. Berikut sejumlah foto hasil bidikan GF10:

Verdict 

Panasonic-Lumix-DC-GF10

Bagi Anda yang gemar memproduksi konten video, fitur 4K di sini sangat berguna untuk mengambil footage tertentu. Tapi, hanya sebagai pelengkap saja dan konten video utama pada resolusi 1080p.

Menurut saya, kamera ini cocok buat Anda yang tidak puas dengan hasil foto kamera smartphone. Desainnya yang stylish juga menunjang sebagai pelengkap gaya hidup. Juga recommended sebagai kamera mirrorless pertama dan tertarik mendalami dunia fotografi.

Untuk produksi konten video asyik, tetapi lebih cocok dijadikan sebagai kamera kedua. Pun demikian bagi para fotografer atau enthusiasts photography, ideal buat yang membutuhkan kamera ringkas tapi bisa diandalkan.

Sparks

  • Mampu merekam video 4K
  • Body seringkas kamera pocket
  • Bersensor MFT dan lensa dapat dicopot pasang atau diganti
  • Punya fitur yang terbilang lengkap, seperti silent mode yang sangat membantu

Slacks

  • Perekam video 4K sebatas 5 menit dan overhat saat merekam video 4K
  • Build quality terasa kurang solid

[Review] ASUS VivoBook 15 X505ZA Ryzen 5, Laptop Kencang Ekonomis untuk Content Creator

Saat ASUS meluncurkan laptop VivoBook 15 X505ZA series pada bulan Agustus lalu, saya dibuatnya jatuh hati. Setelah berkonsultasi ke bapak Dimas dan Yoga Wisesa, saya pun menandainya ke dalam wishlist.

Sayangnya saya harus menanti lama, karena hingga review ini diterbitkan – baru varian Ryzen 3 yang sudah ada di ASUS Official Store Tokopedia. Sementara, untuk varian Ryzen 5 dan Ryzen 7 belum tersedia.

review-asus-vivobook-15-x505za

Setidaknya saya punya dua alasan, pertama dari aspek performa dan kedua ialah harga yang cukup ramah di kantong. Seperti yang disebutkan di atas, ASUS X505ZA series tersedia dalam tiga konfigurasi hardware berbeda yang bisa dipilih sesuai kebutuhan yaitu AMD Ryzen 3, Ryzen 5, dan Ryzen 7.

Berikut adalah harga dari masing-masing konfigurasinya.

  • Ryzen 3 R3-2200U, Vega 3 Graphics, RAM 4GB, storage 1TB: Rp6,4 juta
  • Ryzen 5 R5-2500U, Vega 8 Graphics, RAM 8GB, storage 1TB: Rp 8,5 juta
  • Ryzen 7 R7-2700U, Vega 10 Graphics, RAM 8GB, storage 1TB+256G SSD: Rp12,8 juta

Pilihan saya jatuh pada varian AMD Ryzen 5. Selain faktor kecocokan harga, saya meyakini performanya sudah cukup sebagai laptop untuk digunakan bekerja sehari-hari.

Jadi, saya sangat antusias saat laptop ASUS berbasis Ryzen Mobile ini tiba di meja redaksi Dailysocial lifestyle. Berikut review ASUS Vivobook 15 X505ZA dan di bawah ini merupakan hasil CPU-Z dan GPU-Z dari ASUS X505ZA.

Desain ASUS VivoBook 15 X505XZA

review-asus-vivobook-15-x505za

Masuk dalam jajaran laptop VivoBook, ASUS X505ZA di gembar-gembor sebagai ‘laptop tipis ekonomis’ dengan fitur dan spesifikasi yang cukup tinggi. Apapun APU Ryzen yang dipilih, ketiga varian ASUS X505ZA ini punya penampilan yang identik.

Laptop ini memiliki layar 15 inci dengan ketebalan 20,44mm, bobot 1,68kg, dengan rasio panjang dan lebar 361,4×243,5mm. Jelas bahwa ASUS X505ZA bukanlah laptop yang ultra tipis dan ringkas seperti seri ZenBook – meskipun ukurannya masih cukup portabel.

review-asus-vivobook-15-x505za

Menariknya, ASUS membenamkan layar 15 inci di form-factor laptop 14 inci. Hal ini tercapai berkat pemangkasan bezel samping layar yang cukup signifikan. Ketebalan bezelnya hanya 7,7mm yang menghasilkan rasio display ke body mencapai 81 persen.

Saya pun membandingkan dengan laptop 14 inci, ukuran lebarnya memang tidak jauh berbeda – memastikannya bakal muat diselipkan ke dalam tas. Namun, laptop ASUS X505ZA ini memang sedikit lebih panjang.

review-asus-vivobook-15-x505za

Dari sisi desain, overall ASUS X505ZA tampil cukup elegan. Bagian lid cover misalnya, ASUS membubuhkan pola sehingga membentuk ilusi yang terlihat menawan.

Saat laptop dibuka, kesan futuristik tidak dapat ditampik berkat layar 15,6 inci yang disebut NanoEdge display with ultranarrow bezel 7,7mm. Ditambah lagi, material logam yang menyelimuti di sekitar area keyboard yang juga menunjang penampilannya.

Walaupun begitu, struktur body yang didominasi oleh material plastik juga tidak bisa berbohong. Laptop ini terasa kurang premium saat ditenteng di tangan, tetapi sebagai laptop ekonomis hal tersebut tentu bisa ditoleransi.

ASUS X505ZA sudah mengadopsi chiclet keyboard yang memiliki jarak lebih besar di antara tuts-nya, sebab ASUS tidak menyertakan numerical pad. Ukuran tuts yang cukup lapang membuat pengalaman mengetik terasa menyenangkan dan memiliki sensasi tactile, kejadian typo mungkin bisa berkurang.

Sayangnya, keyboard laptop ini tidak dilengkapi sistem pencahayaan backlight. Tetapi yang paling menyebalkan adalah absennya lampu indikator caps lock dan ukuran tombol navigasi arah yang terlalu kecil.

review-asus-vivobook-15-x505za

Sekarang lanjut ke touchpad laptop yang letaknya di tengah dan telah mendukung kapabilitas Windows gesture. Sejumlah gerakan berbeda di atasnya akan memicu fungsi tertentu, misalnya tiga jari menyapu ke bawah untuk menampilkan desktop, tiga jari ke atas untuk multitasking view, dan tiga jari ke samping kanan atau kiri untuk berpindah antar aplikasi, dan banyak lagi.

Soal kelengkapan konektivitas, ASUS X505ZA telah dibekali sejumlah port fisik penting. Di sebelah kanan terdapat indikator pengisian daya, slot kartu memori flash, soket headphone/headset/mikrofon, dua buah port USB 2.0, dan slot keamanan. Berpindah ke sisi kiri, ditemui port USB type-C, port USB 3.0, port HDMI 1.4, port LAN, dan soket untuk mengisi daya.

Layar

review-asus-vivobook-15-x505za

Merunut website ASUS Indonesia, ada varian di mana panel seluas 15,6 inci pada ASUS X505ZA sudah mengusung resolusi Full HD. ASUS X505ZA memang memiliki banyak sekali varian dan menurut spesifikasi produk yang tertera di sejumlah toko di e-commerce hanya mencantumkan resolusi HD.

Berdasarkan unit ASUS X505ZA yang saya review, konfigurasi AMD Ryzen 5 dengan RAM 8GB dan storage 1TB – resolusi layarnya sebatas HD (1366×768 piksel). Jujur saja hal ini agak mengecewakan, ditambah lagi nilai color gamut NTSC-nya hanya 45 persen.

Padahal kebutuhan saya meliputi editing video dan mengedit foto. Sebagai informasi, NTSC merupakan besaran color gamut (Adobe RGB) yang berpengaruh pada kemampuan display mereproduksi warna. Ditingkat ini, layar ASUS X505ZA kurang direkomendasikan untuk mengedit foto maupun video karena ‘nilai’ RGB-nya berbeda dari yang digunakan pada kamera digital.

Meski begitu, kualitas tampilan layar ASUS X505ZA untuk aktivitas multimedia seperti menonton video dan gaming tidaklah mengecewakan. Layar laptop ini telah dilengkapi lapisan anti-glare, refresh rate 60Hz, teknologi Splendid, hingga fitur ASUS Tru2Life Video untuk meningkatkan kualitas visual, serta mendongkrak ketajaman gambar dan level kontras hingga 150 persen.

Kinerja

review-asus-vivobook-15-x505za

Semua laptop terbaru ASUS hadir dengan sistem operasi Microsoft, termasuk ASUS X505ZA yang sudah menjalankan Windows 10 Home. AMD Ryzen 5 2500U Processor 2.0 GHz (2 M cache, up to 3.6 GHz) dengan Thermal Design Power 15 watt telah tertanam.

Dikombinasikan dengan RAM 8 GB DDR4 1866MHz (dual channel), hard drive 1TB 5400 rpm SATA HDD, dan Integrated Graphics Processor (IGP) VEGA 8, menegaskan bahwa dari segi performa ASUS X505ZA memang sudah cukup powerful.

Sebagai informasi, unit ASUS X505ZA yang saya review sudah di-upgrade besaran RAM-nya menjadi 16GB. ASUS X505ZA ini memang memiliki kapabilitas untuk mendongkrak performa lewat upgrade RAM dan juga tersedia slot SSD SATA.

review-asus-vivobook-15-x505za

Tentu saja, bila Anda rela mengeluarkan uang lebih. Tetapi, ASUS tidak menyediakan door compartment yang mudah untuk diakses, Anda harus membuka casing bawah secara keseluruhan.

Dari pengalaman saya, sejumlah tugas kantoran standar seperti pengetikan, membuka aplikasi Office, browsing dengan banyak tab, hingga mengedit foto di software editing gambar seperti Photoshop CC dan Lightroom CC dapat berjalan dengan mulus oleh ASUS X505ZA.

Saya juga mencoba ASUS X505ZA untuk melakukan video editing di Adobe Premiere Pro CC. Meski ada tanda seru saat instalasi Premiere Pro karena dibutuhkan layar dengan resolusi Full HD, namun ternyata laptop ini mampu untuk mengedit video dengan lancar.

Daya Tahan Baterai

Untuk sumber tenaganya, ASUS menggunakan baterai 3-cell 42 Wh yang harusnya dapat menjaga laptop ini menyala seharian. Saya telah menguji laptop ini berdasarkan berapa lama bisa menonton file video 1080p, laptop terhubung ke jaringan WiFi, dengan tingkat kecerahan layar dan volume suara 50 persen.

Hasilnya, ASUS X505ZA mampu bertahan selama 5 jam 1 menit. Tentu saja saat digunakan untuk browsing, hasilnya mungkin bisa lebih lama. Sebaliknya, jika digunakan untuk bermain game, maka akan lebih cepat habis.

Verdict

review-asus-vivobook-15-x505za

Dengan harga Rp8,5 juta, ASUS X505ZA adalah pilihan solid bagi mahasiswa maupun karyawan yang membutuhkan laptop terjangkau dengan komputasi yang kencang.

Selain untuk menunjang aktivitas harian, laptop ini juga mampu menjalankan game-game PC esports seperti Dota 2, League of Legends, dan game lainnya dengan cukup lancar.

Performa AMD Ryzen 5 2500U Processor dan Integrated Graphics Processor (IGP) VEGA 8 pada ASUS X505ZA sangat memuaskan. Potensi dari laptop ini juga masih bisa ditingkatkan lebih jauh lagi, berkat penggunaan konfigurasi RAM dual channel dan dual storage.

Jadi, sisihkan uang Anda untuk membeli RAM dan SSD. Kemudian pindahkan sistem operasi ke SSD, sehingga ASUS X505ZA akan lebih responsif dan cekatan dalam memenuhi kebutuhan Anda.

Sebenarnya, ASUS X505ZA juga cukup ideal buat kalian para video content creator (baca: YouTuber). Saya telah mencoba laptop ini untuk video editing dengan software Adobe Premiere Pro CC dan performa saat mengedit videonya mulus.

Sayangnya sebagai laptop ekonomis, ASUS X505ZA tidak didukung oleh spesifikasi display yang mumpuni. Layar seluas 15,6 incinya masih disokong resolusi HD (1366×768 piksel) dan hanya memiliki nilai color gamut NTSC 45 persen, sehingga kurang direkomendasikan untuk keperluan desain grafis.

Sparks

  • AMD Ryzen 5 Processor yang powerful
  • Punya potensi peningkatan performa dengan upgrade RAM dan SSD
  • Best value, harga relatif terjangkau dengan performa tinggi
  • Punya port USB Type-C

Slacks

  • Resolusi layar sebatas HD
  • Tidak memiliki lampu indikator caps lock
  • Ukuran tombol navigasi empat arah terlalu kecil

[Review] ASUS Zenfone 5Z: Smartphone Android Snapdragon 845 dengan Internal 256 GB Termurah

Mobile World Congress merupakan sebuah ajang dimana ASUS mengumumkan bahwa mereka bakal mengeluarkan smartphone dengan SoC Snapdragon 845 termurah. Akan tetapi, hype yang sudah terbangun tersebut sepertinya tertahan cukup lama, karena dari bulan Februari 2018, perangkat ini baru tersedia di bulan Oktober 2018.

Zenfone 5Z merupakan smartphone terkencang yang dimiliki oleh ASUS saat ini. Dengan menggunakan SoC Snapdragon 845, ASUS mengumumkan harganya adalah $499. Tentu saja semua orang terbelalak dengan harganya yang jika dikonversikan saat ini menjadi Rp. 7,3 juta. Sayangnya, seiring dengan waktu, harga tersebut pun tidak lagi dicap sebagai yang termurah.

ASUS Zenfone 5Z

Zenfone 5Z merupakan kembaran yang lebih kencang dari Zenfone 5. Pihak ASUS mengatakan bahwa tidak ada perbedaan antara Zenfone 5 dengan Zenfone 5Z kecuali dari sisi SoC. Spesifikasi kamera, desain, dan lain sebagainya sama seperti yang ada pada Zenfone 5.

Spesifikasi kedua smartphone dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Zenfone 5 Zenfone 5Z
SoC Snapdragon 636 Snapdragon 845
Prosesor 4×2 GHz Kryo 260 + 4×1.8 GHz Kryo 260 4×2.7 GHz Kryo 385 Gold + 4×1.7 GHz Kryo 385 Silver
GPU Adreno 509 Adreno 630
RAM 4 GB 6 GB / 8 GB
Penyimpanan 64 GB + microSD 128 GB / 256 GB + microSD
Layar 6.2 inci 19:9 2246 x 1080 6.2 inci 19:9 2246 x 1080
Baterai 3300 mAh 3300 mAh Quick Charge 3.0
OS Android Oreo 8.1 ZenUI Android Oreo 8.1 ZenUI
Kamera Depan 8 MP 8 MP
Kamera Utama 12 MP Sony IMX 363 + 5 MP Omnivision 12 MP Sony IMX 363 + 5 MP Omnivision

Unit yang datang ke meja pengujian DailySocial merupakan varian tertinginya. Dengan RAM 8 GB dan internal 256 GB, harga yang ditawarkan ternyata menjadi cukup menarik. Apalagi dengan tambahan NFC yang saat ini cukup dibutuhkan untuk menambah saldo kartu uang elektronik, membuat Zenfone 5Z menjadi perangkat Snapdragon 845 yang terlengkap bahkan termurah pada kategori tersebut.

ASUS sendiri memiliki feature AI Boost. Feature ini sudah memulai debutnya pada Zenfone 4 Selfie Pro. Feature ini pula yang menyebabkan Zenfone 4 Selfie Pro menjadi perangkat dengan Snapdragon 625 terkencang yang ada dipasaran. AI Boost akan melakukan overclocking terhadap CPU pada clock tertentu yang sampai saat ini belum dapat dideteksi. Hal ini membuat Zenfone 5Z memiliki kinerja tambahan yang lebih baik lagi.

ASUS Zenfone 5Z - Belakang

ASUS menawarkan NFC pada Zenfone 5Z untuk melakukan pengisian ulang kartu uang elektronik. Feature ini sering kali tidak dihadirkan pada smartphone buatan Tiongkok. Padahal di Jakarta, NFC sangat dibutuhkan untuk mengisi kartu uang elektronik yang saat ini diharuskan untuk dipakai pada saat membayar parkir di mal maupun untuk pembayaran jalan Tol.

Untuk lebih lengkapnya, berikut adalah spesifikasi yang dibaca dari CPU-Z dan Sensor Box:

Unboxing

Seperti inilah isi dari paket penjualan dari ASUS Zenfone 5Z:

ASUS Zenfone 5Z - Unboxing

Desain

Berbeda dengan kebanyakan smartphone yang menggunakan bahan metal pada bagian belakangnya, ASUS memilih untuk menggunakan bahan kaca. Sayangnya, bahan kaca yang terlihat lebih elegan tentu saja rentan pecah saat jatuh serta menangkap banyak minyak bekas sidik jari. Kami pun menyarankan agar selalu menggunakan rubber case bawaan agar terhindar dari masalah tersebut.

ASUS Zenfone 5Z - Sisi Kiri

ASUS Zenfone 5Z memiliki notch atau poni yang lebih kecil dari smartphone buatan Apple (begitulah kata ASUS saat meluncurkannya). Layar pada Zenfone 5 memiliki resolusi 2246×1080 dengan dimensi layar 6.2″ inci dengan rasio 18,7:9. Hal ini membuat beberapa aplikasi harus diregangkan tampilannya agar terlihat penuh di layar, karena hampir semua aplikasi mengunakan rasio 16:9.

ASUS Zenfone 5Z - Sisi Kanan

Untuk bagian belakangnya terdapat pemindai sidik jari yang dapat mendeteksi jari jemari dengan cukup cepat. Di bagian kiri atas terdapat dua buah kamera yang tergabung dalam satu kaca, dengan desain penempatan atas bawah. Sayang memang, tonjolan kamera yang ada mampu membuat kacanya tergores saat diletakkan di meja. Untungnya, ketebalan dari back case bawaan membuat kamera sama rata, sehingga meminimalisir terjadinya goresan.

ASUS Zenfone 5Z - Sisi Bawah

ZenUI

ASUS Zenfone 5Z sendiri memiliki antar muka yang dibuat dari dapur mereka sendiri. Nama dari antar muka tersebut adalah ZenUI dengan versi 5. Basis dari sistem operasinya adalah Android Oreo 8.0. Zenfone 5Z memiliki begitu banyak feature seperti gesture, Twin App, OptiFlex untuk meningkatkan loading aplikasi, ZeniMoji untuk membuat wajah pengguna menjadi karakter lain, Game Genie, dan lain sebagainya.

Jaringan LTE

Jaringan 4G LTE yang ada di Indonesia memang cukup berbeda dengan yang ada di luar negeri. Akan tetapi yang unik adalah bahwa daftar jaringan yang didukung oleh Zenfone 5Z ini tidak hanya 6-7 kanal saja. Sepertinya Zenfone 5Z mendukung semua kanal 4G yang ada saat ini.

Dengan menggunakan Snapdragon 845 berarti Zenfone 5Z menggunakan modem Qualcomm X20. Dengan begitu, smartphone ini mendukung LTE Cat 18 yang memiliki kecepatan download hingga 1.2 Gbps.

Kamera

Kamera yang dibawa oleh Zenfone 5Z memiliki spesifikasi yang sama dengan Zenfone 5 yang mendapatkan nilai 90 pada DXOMark. Hasil seperti ini sama dimiliki oleh Google Pixel. Akan tetapi, hasil foto yang dimiliki oleh Zenfone 5Z terlihat sedikit lebih baik. Hal tersebut dikarenakan ISP yang dimiliki oleh Snapdragon 845 memang lebih baik dari Snapdragon 636.

Sensor kamera utama yang digunakan oleh Zenfone 5Z adalah Sony IMX 363. Kamera belakang dari smartphone yang satu ini memang sangat baik, bahkan terbaik dari semua smartphone ASUS yang diluncurkan sampai saat ini. Kekurangan yang sangat terasa adalah pada saat kondisi cahaya yang gelap, membuat noise dan tingkat ketajamannya menurun.

Sayang, kamera wide angle yang dimiliki oleh smartphone ini juga tidak menangkap gambar dengan kualitas yang sama dengan utamanya. Detailnya kurang tertangkap dengan baik. Akan tetapi, hasil seperti ini memang lebih baik dibandingkan dengan Zenfone 5.

Hasil tangkapan kamera depannya ternyata cukup lumayan. Saat melakukan selfie, detail kumis dan jenggot yang ada dapat tertangkap dengan baik dan tidak terlalu buram.

Pengujian

ASUS Zenfone 5z menggunakan chipset terkencang dari Qualcomm saat ini dengan Snapdragon 845. SoC ini mengandalkan prosesor empat inti Kryo 385 Gold yang berbasiskan Cortex A75 dengan empat into Kryo 385 Silver yang berbasiskan Cortex A55. GPU yang digunakan adalah Adreno 630. Dengan spesifikasi ini, semua aplikasi dan game yang ada saat ini sudah tentu bisa berjalan dengan baik.

Sintetis

Pengujian kami lakukan dengan menggunakan beberapa benchmark sintetis. Kali ini, kami melakukan pengujian pada saat Zenfone 5Z menggunakan AI Boost dan pada saat fitur tersebut dimatikan. Ada satu hal yang cukup menyebalkan saat menyalakan AI Boost: PANAS.

Hampir setiap kali kami melakukan pengujian, nilai yang didapat selalu di bawah pada saat AI Boost dimatikan. Jadi, kami harus menunggu unit kembali normal baru bisa melakukan pengujian. Bahkan pengujian Antutu mengharuskan kami untuk memasukkan Zenfone 5Z ke dalam freezer selama tes berjalan. Dalam pemakaian sehari-hari, kami menganjurkan agar tidak menyalakan AI Boost karena suhunya lebih terjaga.

Pada pengujian kali ini, kami juga menghadirkan kembali Zenfone 5 yang memiliki AI Boost lebih stabil. Tanpa harus berlama lagi, silahkan lihat hasil pengujiannya di bawah ini.

Uji dengan BatteryXPRT

DailySocial melakukan pengujian dengan menggunakan aplikasi BatteryXPRT. Mengapa BatteryXPRT? Karena aplikasi yang satu ini dapat menguji baterai smartphone mirip dengan penggunaan sehari-hari. Kami tidak melakukan pengujian saat smartphone berada dalam kondisi menyala tanpa henti atau yang sering disebut dengan Screen On Time.

ASUS Zenfone 5Z - Battery XPRT

BatteryXPRT sendiri mengatakan bahwa smartphone dengan baterai 3300 mAh ini dapat bertahan sampai dengan 29.6 jam. Hal ini tentu membuat ASUS Zenfone 5Z juga cocok untuk mereka yang ingin memiliki smartphone yang dapat bertahan lebih dari satu hari. Tentunya saat digunakan untuk memainkan game, bisa saja smartphoneini tidak bertahan sehari.

Kesimpulan

Setelah mengeluarkan hype yang tinggi pada ASUS Max Pro M1 serta ASUS Zenfone 5, smartphone berikutnya yang ikut diminati adalah ASUS Zenfone 5Z. Walaupun konsumen harus menunggu sekitar enam bulan lamanya, ASUS Zenfone 5Z memang tampil memukau. Hal tersebut ditunjukkan pada kinerja, kamera, serta desain yang dimiliki.

ASUS Zenfone 5Z - Auf

Kinerja sebuah smartphone dengan SoC Snapdragon 845 memang sudah terjamin kencang untuk tahun 2018 ini. Semua aplikasi dan game yang ada pada Google Play sudah terjamin bakal berjalan. Begitu pula dengan Zenfone 5Z. Kinerjanya kencang pada saat settingnya standar serta stabil. Sayang memang, AI Boost yang seharusnya meningkatkan kinerjanya lebih tinggi lagi membuat perangkat ini menjadi panas.

Kamera pada perangkat yang satu ini mampu menghasilkan foto yang cukup baik. Walaupun ASUS mengatakan bahwa keduanya memiliki setting dan sensor yang sama, sepertinya ISP dari SD845 membuat hasil fotonya menjadi lebih baik. Walaupun begitu, hasilnya memang menjadi kurang tajam saat ada pada kondisi rendah cahaya.

Smartphone ini memiliki harga Rp. 7.799.000 untuk setting RAM 8 GB dan internal 256 GB dan Rp. 6.799.0000 untuk setting RAM 6 GB dan internal 128 GB. Hal ini masih membuat Zenfone 5Z sebagai smartphone dengan Snapdragon 845 dengan RAM  8 GB serta internal 256 GB termurah di Indonesia. Selain itu, NFC pada smartphone ini membuatnya menjadi perangkat Snapdragon 845 dengan feature terlengkap di Indonesia. Perangkat Snapdragon 845 pesaing dari ASUS belum satu pun yang menyertakan NFC.

Smartphone ini memang cocok untuk mereka yang membutuhkan kinerja tinggi sebuah perangkat Android. Selain itu, yang membutuhkan kinerja baik sebuah kamera juga bisa membeli smartphone ini. Sayang memang, harga Rp. 6 juta ke atas memang bukan untuk semua orang. Bagi Anda yang memiliki dana terbatas, bisa menggunakan Zenfone 5 yang kelasnya ada dibawah Zenfone 5z.

Sparks

  • Kencang dengan Snapdragon 845
  • Hasil kamera bagus
  • Daya tahan baterai cukup baik
  • NFC

Slacks

  • AI Boost membuat unit panas dan menurunkan kinerja
  • Harga cukup tinggi

[Review] Honor 8X: Mid-range Smartphone yang Cukup Menjanjikan

Menurut James Yang, Presiden Honor Indonesia saat peluncuran Honor 8X. Brand awareness Honor telah meningkat signifikan dari 20 persen menjadi 43 persen sejak resmi masuk ke Indonesia pada bulan April.

Honor juga menargetkan masuk dalam tiga besar di pasar smartphone Indonesia dalam 3 tahun dan menjadi nomor satu dalam lima tahun ke depan. Sebagai informasi, saat ini induk perusahaan Honor yakni Huawei merupakan vendor smartphone nomor dua di dunia.

Jadi pendapat saya, bila mereka (Huawei dan Honor) terus berinovasi dan memberikan fitur-fitur yang diinginkan konsumen – ambisi Honor untuk menjadi nomor satu mungkin bisa terwujud.

Cukup pembukaannya, di artikel ini saya akan me-review Honor 8X. Midrange smartphone yang awalnya saya anggap nyaris sempurna. Bagaimana ending-nya? Simak review Honor 8X sampai tuntas.

Paket Penjualan Honor 8X

Honor 8X dibanderol Rp3.999.000 di Indonesia dan unit Honor 8X yang saya review bernama blue – berikut isi dari paket penjualannya:

  • Unit Honor 8X
  • Adapter charging (5V/2A)
  • Kabel data micro USB
  • Earphone
  • Silicon case
  • SIM ejector
  • Buku panduan dan garansi

Desain Honor 8X

review-honor-8x

Sebelum membandingkan Honor 8X dengan para kompetitor di kelasnya, saya akan compare dengan kerabat dekatnya lebih dulu yaitu Huawei Nova 3i. Kedua smartphone ini punya fitur dan spesifikasi yang mirip-mirip, yang berbeda hanyalah eksteriornya saja.

Bagian muka misalnya, sama-sama mengusung desain FullView Display 2.0 dengan notch dan bingkai logam di sekelilingnya. Namun notch Honor 8X lebih minim, sementara punya Nova 3i sedikit lebih besar lantaran memuat dua kamera depan.

Selain itu ukuran layar Honor 8X sedikit lebih besar yaitu 6,5 inci, sedangkan Nova 3i 6,3 inci. Satu lagi, dagu Honor 8X sedikit lebih tipis – hanya 4,25mm.

review-honor-8x

Berbalik ke belakang, beruntung Honor 8X tampil berbeda dengan Nova 3i – karena kalau tampil sama pasti bakal terlihat membosankan. Honor 8X menggunakan material polycarbonate berlapis kaca dengan finishing glossy dan memiliki dual-textured yang menimbulkan efek bercahaya jika terpapar sinar.

Di sana juga terdapat setup dual camera dan LED flash yang berjejer secara vertikal dengan keterangan AI Camera. Serta, area pemindai sidik jari tidak jauh di bawahnya dan logo Honor.

Kemudian, tombol power dan volume terletak di sebelah kanan. Sedangkan, SIM tray berada di sisi sebrang. Mikrofon kedua di sisi atas, sementara jack audio 3.5mm, mikrofon utama, port micro USB, dan speaker tersemat di sisi bawah.

Ya, di harganya yang mencapai Rp4 juta kurang seribu, cukup disayangkan port yang digunakan bukanlah USB Type-C – melainkan versi lawas micro USB.

FullView Display 2.0 

review-honor-8x

Bentang layar 6,5 inci memakai panel IPS dalam aspek rasio 19.5:9. Disokong resolusi Full HD+ (1080×2340 piksel) dengan tingkat kerapatan 396 ppi.

Namun secara default, fitur “smart resolution” aktif untuk menghemat konsumsi daya. Di mana layar akan secara otomatis beralih antara resolusi HD+ dan FHD+ secara dinamis berdasarkan aplikasi dan konten yang dimuat.

Ada pula opsi color mode dan temperature, default-nya berada di mode vivid – di mana kontras dan ketajaman gambar ditingkatkan. Kemudian color temperature bisa disesuaikan agar tampilan lebih hangat, dingin, atau bisa diatur suka-suka.

Guna memaksimalkan layar lapangnya, Honor 8X menyediakan opsi view mode, text size, dan text style untuk memperbesar atau memperkecil tampilan konten yang disajikan dan mengubah font sesuai selera.

Notch di Honor 8X juga bisa disamarkan, tetapi akan terlihat aneh. Kemudian ada fitur eye comfort yang telah disertifikasi TuV Rheinland untuk mengurangi radiasi warna biru dari layar dan bisa diredupkan hingga 2 nits, sedangkan tingkat kecerahan maksimalnya mencapai 470 nits.

Antarmuka EMUI 8.2

review-honor-8x

Honor 8X menjalankan Android 8.1 Oreo dengan skin EMUI 8.2 yang cukup fungsional. Default-nya launcher yang dikenakan menggunakan tampilan satu lapis dan terdapat Google feed yang terletak di sebelah kiri layar utama homescreen Anda.

Bila tidak suka dengan tampilan satu lapis, Anda masih bisa mengubah tampilan dua lapis dengan app drawer di pengaturan. Fitur themes juga tersedia di Honor 8X, tetapi hanya disediakan lima tema saja tanpa ada opsi untuk mengunduh tema lain.

Selain tentunya tumpukan aplikasi dari Google, Huawei juga membenamkan beberapa tool tambahan seperti Game Suite, Health, Phone Manager, dan aplikasi standar lainnya.

Tiga tombol navigasi tradisional di bawah layar juga dapat dihilangkan, bisa diganti dengan navigasi berbasis gesture yaitu single-key navigation atau navigation dock.

Lalu, untuk mengidentifikasi penggunanya – Honor 8X menyediakan opsi yang sudah matang seperti fingerprint sensor yang punya kinerja cepat dan stabil. Fitur face unlock juga tersedia, tetapi Anda tidak seaman pemindai sidik jari.

Kamera Honor 8X

review-honor-8x

Untuk menangkap momen dan mengabadikan kenangan, Honor 8X mengandalkan konfigurasi kamera belakang ganda. Kamera utamanya beresolusi 20-megapixel, aperture f/1.8, dan teknologi PDAF. Sedangkan, kamera sekundernya 2-megapixel sebagai depth sensor.

Sementara, kamera depannya 16-megapixel dengan aperture f/2.0 untuk video call, selfie, vlogging, dan face unlock. Honor 8X juga membanggakan fitur AI Camera, yang mana mampu mengenali hingga 22 skenario berbeda untuk menghasilkan exposure yang tepat dan warna yang lebih kuat tanpa harus repot-repot mengotak-atik pengaturan kamera.

User interface-nya telah disederhanakan, cukup geser ke kanan atau ke kiri untuk berganti mode pengambilan gambar. Beragam mode yang tersedia seperti portrait, aperture, hingga mode pro yang memberikan akses penuh untuk mengatur metering mode, ISO, shutter speed, exposure compensation, focus mode, dan white balance.

Salah satu mode andalan Honor 8X ialah Super Night Shot untuk mengambil bidikan di malam hari dengan teknik long-exposure. Bila objek yang dibidik tidak bergerak dan pengambilan stabil, di shutter speed 6 detik hasilnya cukup mengejutkan – walaupun terkadang hasilnya terlalu berlebihan.

Untuk perekaman videonya, kamera belakang Honor 8X belum mampu merekam resolusi 4K. Namun, bisa menangkap resolusi Full HD hingga 60 fps. Sementara, kamera depannya hanya mampu merekam resolusi HD. Hal ini tentu sangat mengecewakan, tapi semoga saja nanti diberikan update agar kamera depan bisa merekam video Full HD.

Berikut sejumlah bidikan dari kamera Honor 8X:

 

Hasil foto kamera depan Honor 8X:

Hardware dan Kinerja Honor 8X

Jantung Honor 8X ialah SoC mid-range Kirin 710 dengan RAM 4GB dan storage 128GB. Chipset Kirin 710 sendiri terdiri dari CPU octa-core, dalam konfigurasi 4×2.2 GHz Cortex-A73 dan 4×1.7 GHz Cortex-A53 dengan GPU Mali-G51 MP4.

Hasil test benchmark di aplikasi Antutu, Honor 8X menggapai nilai 139.673 poin, sementara di PCMark Work 2.0 meraih 7.121 poin, lalu di 3DMark Sling Shot mendapatkan 1.448 poin, serta di GeekBench 4 single-core 1.616 poin dan multi-core 5.653 poin.

Dari pengalaman pemakaian saya, proses membuka aplikasi terbilang cepat secara konsisten. Kegiatan multitasking juga nyaman, berpindah dari satu aplikasi ke aplikasi lainnya tidak ada masalah. Bagaimana untuk performa gaming?

Sebelum bermain game di Honor 8X, pastikan Anda telah mengaktifkan fitur game acceleration untuk mendapatkan manfaat dari teknologi GPU Turbo yang diusungnya. Caranya buka aplikasi Game Suite dan aktifkan game acceleration.

review-honor-8x

Saya telah membandingkan bermain PUBG Mobile di level grafis HD dan frame rate tinggi. Dalam kondisi game acceleration aktif, permainan berjalan lancar tetapi bila game acceleration tidak aktif pergerakan karakter saya terasa agak berat.

Selain itu, baterai berkapasitas 3.750 mAh membuat Honor 8X mampu menyediakan waktu yang cukup panjang untuk bermain game. Bahkan mampu bertahan seharian dalam penggunaan normal, power saving mode atau extreme ultra power saving mode juga tersedia bila terpaksa harus menghemat konsumsi daya.

Verdict 

Smartphone kelas menengah yang nyaris sempurna, setidaknya itulah impresi awal dari saya. Tampang menawan, penuh fitur kekinian, dan punya spesifikasi yang menjanjikan.

Terlepas dari eksterior yang menarik dan performa smartphone yang mantap betul, setelah melalui serangkaian pengujian – ada beberapa aspek di Honor 8X ternyata belum mampu memenuhi ekspektasi saya.

Pertama hasil foto low light, mode Super Night Shot masih kurang memuaskan – tapi saya masih bisa memakluminya. Kedua, kemampuan perekam video kamera depan yang sebatas resolusi HD – mungkin bisa menjadi deal breaker bagi sebagian orang.

Lalu, ketiga adalah performa gaming. SoC Kirin 710 dan GPU Mali-G51 MP4 dengan GPU Turbo yang digembar-gembor mampu mengoptimalkan hardware dan software untuk meningkatkan kinerja grafis hingga 60 persen – tetapi saya belum merasakan pengalaman gaming yang berbeda.

Meski bukan yang terbaik, tetapi Honor 8X jelas sangat mampu menempel para kompetitor di kelasnya pada rentang harga Rp4 jutaan.

Sparks 

  • Desain kece, dengan warna menarik dan notch
  • Memori internal 128GB
  • SoC Kirin 710 yang cukup kencang

Slacks 

  • Masih menggunakan port lawas micro USB 
  • Kamera belakang belum mampu merekam video 4K
  • Kamera depan hanya bisa merekam video HD

[Review] Advan G3, Andalkan Speaker Besutan Harman Kardon

Bisa dibilang Advan merupakan satu-satunya brand smartphone lokal yang mampu bersaing dengan brand global. Menurut IDC, Advan masih menempati posisi kelima sebagai ‘Top 5 Smartphone Companies Q2 2018′ di Indonesia.

Nah salah satu smartphone anyar mereka ialah Advan G3 yang akan saya review. Mari langsung loncat ke bagian yang paling menarik, smartphone ini memiliki dua speaker stereo menghadap ke depan.

Kejutannya bukan cuma itu saja, Advan G3 menyuguhkan kualitas output audio yang cukup menggelegar dengan speaker buatan Harman Kardon. Advan juga memberikan earphone JBL di dalam paket penjualannya.

Bagaimana kualitas speaker Harman Kardon dan earphone JBL-nya? Mari simak review Advan G3 selengkapnya.

Paket Penjualan

review-advan-g3

Dibanderol Rp3 juta, Advan G3 bermain di kelas tengah yang sudah sangat sesak. Unit yang saya review bernama hitam, berikut isi dari paket penjualannya:

  • Unit Advan G3
  • Adapter charging (5V/2A)
  • Kabel data micro USB
  • Earphone JBL
  • Silicon case
  • SIM ejector
  • Buku panduan dan garansi

Desain Advan G3

Pertama kali melihat smartphone Advan G3 setelah open box, saya langsung tersenyum dan senyuman saya semakin lebar diakhiri tawa kecil setelah menyentuhnya. Kemudian dilanjutkan melihat dengan seksama detail bentuknya. Menurut saya, Advan G3 ini desainnya cukup berkelas dan juga terasa premium dalam genggaman tangan.

review-advan-g3

Bagian belakang Advan G3 ini menggunakan pendekatan yang sama seperti material Thermoplastic Polyurethane (TPU) pada Asus Zenfone 5 atau komposit tempered glass seperti smartphone OPPO F9 dengan sentuhan akhir meniru kaca atau glass-like. Jadi tetap bisa buat ngaca dan punya ketahanan yang lebih baik.

Selain itu, bentang layar 5,9 inci dengan aspek rasio layar yang memanjang 18:9, membuat Advan G3 terasa lengket di pegang satu tangan. Namun saya mengeluhkan bagian bezel depannya yang agak tajam, solusinya kita bisa menggunakan silicon case yang disediakan dalam paket penjualan.

Lebih jauh, bagian depan selain layar 5,9 inci tanpa notch – dijumpai pula kamera depan 8-megapixel, dan dua speaker hasil kerjasamanya dengan Harman Kardon. Posisinya berada di bagian atas dan bawah layar, dengan bentuk memanjang.

Bagian punggung, ditemui single kamera utama 16-megapiksel, LED flash di bawahnya, berjejer manis dengan area fingerprint sensor, dan bagian paling bawah ada keterangan ‘sound by Harman Kardon‘.

Tombol power dan volume berada di sisi kanan, posisinya agak ke tengah sehingga mudah dijangkau. SIM tray sebelah kiri, dengan total tiga slot (dua nano SIM dan satu microSD). Jack audio 3,5mm dan mikrofon sekunder di sisi atas, serta port micro USB dan mikrofon di sisi bawah.

Layar

review-advan-g3

Advan G3 mengusung panel IPS seluas 5,9 inci dengan aspek rasio 18:9. Sayangnya, layar sebesar ini hanya disokong resolusi HD+ (1440×720 piksel).

Alhasil dengan kerapatan layar sekitar 272 ppi, tampilan menyuguhkan konten berada di level ‘cukup’ saja. Untuk buka feed Instagram, browsing dan baca berita, serta menonton video di YouTube masih asyik.

review-advan-g3

Tampilan Advan G3 ini juga didukung teknologi MiraVision, ada tiga mode yang tersedia yaitu standar, tajam, dan mode pengguna. Mode terakhir memungkinkan kita mengatur warna dasar seperti kontras, saturasi, dan kecerahan gambar. Serta, ketajaman, suhu warna, dan mode perlindungan mata dari cahaya biru.

Antarmuka IDOS Versi 7.32

Saya agak terkejut, Advan G3 ternyata masih menjalankan sistem operasi lawas yakni Android 7.0 Nougat dengan patch keamanan bulan Februari 2018 dan antarmuka IDOS versi 7.32. Padahal seri sebelumnya Advan G2 Plus sudah menjalankan Android 8.0 Oreo dengan IDOS versi 8.1, semoga saja Advan cepat menggulirkan update ke Oreo.

Advan G3 sendiri memiliki launcher dengan tampilan satu lapis dan memiliki beragam tema yang bisa unduh. Namun hal yang menarik pada IDOS adalah widget jam bundarnya yang interaktif, saat memainkan musik dari Spotify, widget pemutar musik juga akan otomatis keluar.

Untuk sistem keamanannya, Advan G3 telah dilengkapi sensor pemindai sidik jari yang terletak di belakang – kinerjanya cukup cepat. Opsi face unlock juga tersedia, tetapi hanya bisa bekerja dengan baik di kondisi pencahayaan yang baik saja.

Pengalaman Audio

review-advan-g3

Singkat cerita, Advan G3 ini saya bawa pulang kampung ke Pekalongan sebagai teman perjalanan dan pengganti ‘bluetooth speaker’ di rumah.

Di kereta saya mendengarkan musik dari Spotify melalui earphone JBL, kualitas suara dihadirkan tidak mengecewakan. Hasilnya, Advan G3 berhasil melantunkan lagu acoustic I’ll Be There dari Jake Shimabukuro – Travels dengan sangat ‘clear‘.

Lalu, ada kebiasaan setelah ade kecil mandi pagi – mendengarkan musik anak-anak. Biasanya saya menyambungkan smartphone ke bluetooth speaker, tetapi dengan Advan G3 saya merasa tidak perlu – karena suaranya cukup lantang tetapi tidak pecah di volume tinggi.

Kamera

review-advan-g3-20

Kamera utama yang tertanam pada Advan G3 beresolusi 16-megapixel menggunakan sensor ISOCELL besutan Samsung. Sementara, kamera depannya 8-megapixel.

 

Guna meningkatkan memotret, Advan telah melengkapi mode AI – di mana sistem akan mengenali 12 jenis latar dan memaksimalkan pengaturan secara otomatis. Bila mencari mode HDR, tersembunyi di menu pengaturan.

Soal kualitas gambar, untuk foto dengan objek yang dekat atau close up pada kondisi cahaya ideal – kamera Advan G3 mampu menangkap detail dan warna dengan cukup baik. Namun, untuk jenis foto seperti landscape – detailnya jauh dari kata memuaskan.

Untuk kemampuan perekam videonya, kamera belakang Advan G3 bisa merekam sampai resolusi Full HD. Sementara, kamera depannya hanya sebatas 480p saja. Berikut beberapa hasil bidikan dari Advan G3:

Hardware

review-advan-g3

Soal performa, Advan G3 yang ditenagai chipset MediaTek MT6750 – spesifikasinya memang kurang mentereng. SoC ini terdiri dari CPU octa-core Cortex A53 dengan clock 1.51 GHz dan GPU Mali T-860. Kinerjanya didukung oleh RAM sebesar 4 GB dan storage 64 GB.

Menurut hasil test benchmark dari beberapa aplikasi, Advan G3 meraih skor 56.811 poin di AnTutu, sementara di PCMark Work 2.0 meraih 3.521 poin, serta di GeekBench 4 single-core 624 poin dan multi-core 2.665 poin.

Sejauh ini, performa dari Advan G3 ini cukup stabil – membuka dan proses berpindah aplikasi terbilang cepat. Untuk kebutuhan standar ber-smartphone, tidak masalah. Namun bagaimana untuk kegiatan gaming?

Advan G3 jelas bakal kewalahan bermain game berat seperti PUBG Mobile. Namun bila game favorit Anda masih Mobile Legends: Bang Bang, bermain pada tampilan high quality, mode high frame rate on, dan grafik tinggi – bisa dijalankan dengan baik tanpa masalah oleh Advan G3.

Verdict

Bermain di kelas tengah, Advan G3 mengandalkan dual speaker menghadap ke depan besutan Harman Kardon yang terbukti menyuguhkan suara yang asyik. Earphone JBL dalam paket penjualan juga memiliki kualitas yang cukup bagus.

Selain itu, Advan G3 mengusung desain yang cukup cantik dengan FullView display aspek rasio 18:9 dan memiliki build quality-nya yang baik. Spesifikasi memang tidak begitu mentereng, tetapi SoC MediaTek MT6750 berpadu RAM 4 GB – diluar dugaan saya menyuguhkan performa yang cukup mumpuni untuk meladeni kebutuhan standar dan game ringan.

Advan G3 ini dibanderol Rp3 juta, harga yang relatif mahal tetapi pantas. Namun yang menarik ialah bagi pelajar yang ingin memiliki Advan G3, diberikan harga khusus yakni Rp2 juta saja – tentunya dengan syarat dan ketentuan.

Sparks

  • Dual speaker menghadap ke depan besutan Harman Kardon
  • Earphone JBL di paket penjualan
  • Desain yang cukup cantik

Slacks

  • Resolusi layar sebatas HD+
  • Single camera