[Review] Mouse Gaming Corsair Scimitar Pro RGB, Jagonya MOBA dan MMO

Melihat tingginya animo khalayak terhadap game-game kompetitif, tak heran jika perusahaan spesialis aksesori berlomba-lomba menyediakan produk pendukungnya, dan Corsair Scimitar Pro RGB merupakan andalan sang produsen asal Fremont itu di kelas high-end. Dalam menggarapnya, Corsair fokus pada satu hal: mendesain mouse gaming terbaik untuk MMO dan MOBA.

Setidaknya ada tiga hal yang jadi fokus Corsair di Scimitar Pro: memastikannya nyaman saat digunakan dalam sesi gaming intensif, menyajikan kemudahan akses, dan tentu saja, menyuguhkan performa jempolan. Dan dari pengalaman memakainya selama beberapa minggu, saya punya kabar gembira untuk Anda: Scimitar Pro berhasil menunaikan fungsinya dengan sangat baik, meskipun MOBA bukanlah genre favorit saya.

Seperti mayoritas gaming mouse spesialis MOBA, Scimitar Pro mengusung rancangan ergonomis dan dilengkapi belasan tombol shortcut. Namun bagi saya pribadi, keunikan Scimitar Pro terletak pada kemampuannya ‘melayani’ kategori gamer secara lebih luas, bukan hanya para pecinta Dota dan LOL saja. Dan lewat artikel review ini, saya akan menjelaskan alasannya lebih detail.

Design

Sebelum mengulik faktor desain Scimitar Pro RGB lebih jauh, saya ingin sedikit membahas asal namanya. Scimitar adalah pedang melengkung yang digunakan para prajurit Turki Ottoman, Persia, India hingga bangsa-bangsa Arab lain di abad ke-12 sampai ke-16. Pedang ini memiliki satu mata tajam, bobotnya ringan, dan efektif buat melakukan gerakan memotong sehingga scimitar jadi favorit pasukan berkuda. Dan saya melihat elemen-elemen ini ditanamkan Corsair dalam mouse gaming mereka.

Corsair Scimitar Pro 26

Corsair Scimitar Pro 25

Layaknya pedang melengkung itu, Scimitar Pro dirancang secara asimetris, berkiblat pada prinsip ergonomis. Desainnya tampak ‘berisi’, mamanfaatkan beberapa jenis material berbeda sebagai penyusun body-nya. Plastik dengan permukaan rubberized hitam menyelimuti sekitar 80 persen tubuh Scimitar Pro, dipadu layer karet sungguhan berpola segitiga di area depan-kanan. Di sisi kirinya, frame logam berwarna kuning mengitari 12 tombol jempol.

Corsair Scimitar Pro 23

Corsair Scimitar Pro 19

Layout tombol utamanya tak jauh berbeda dari mouse gaming lain. Scroll wheel ditempatkan di antara tombol utama, tepat di dalam celah pemisah, lalu switch DPI berada sejajar dengannya. Tombol DPI tersebut terdiri dari dua bagian, sehingga menyetel sensitivitas yang tepat jauh lebih simpel dibanding mouse yang cuma punya satu switch DPI. Buat mouse feet-nya, Corsair menggunakan bahan teflon, diposisikan secara asimetris di bagian terujung. Di saja Anda juga bisa melihat plat logam melindungi modul sensor optiknya.

Corsair Scimitar Pro 18

Corsair Scimitar Pro 8

Sentuhan pencahayaan LED RGB diimplementasikan di hampir seluruh bagian tubuh Scimitar Pro: pada logo Corsair di punggung, scroll wheel, tiga lampu di depan, serta pada 12 tombol di samping. Keempat bagian ini memiliki pewarnaan yang serasi, masing-masing bisa Anda atur lewat software Corsair Utility Engine. Di sana, Anda dapat mengonfigurasi pola dan memilih lebih dari 16 juta warna. Warna LED bisa diatur kecuali pada bagian depan jempol karena berfungsi sebagai indikator DPI – warnanya berubah dari merah, putih, hijau, kuning, dan biru.

Corsair Scimitar Pro 17

Bulky mungkin merupakan kata yang muncul di benak Anda saat pertama kali berjumpa dengan Corsair Scimitar Pro RGB. Mouse ini berdimensi 119,4x77x42,4-milimeter. Meski demikian, bobot mouse ini kembali mereprsentasikan pedang Scimitar, Scimitar Pro terasa ringan di tangan dan sangat mudah diangkat. Beratnya hanya 147-gram. Mouse tersambung ke PC via kabel USB braided sepanjang 1,8m – ketiadaan baterai tampaknya meminimalisir bobot Scimitar Pro.

Corsair Scimitar Pro 27

Corsair Scimitar Pro 14

Build quality

Saya bisa pastikan, Corsair Scimitar Pro RGB memanfaatkan jenis plastik berkualitas tinggi. Saya tidak menemukan zona-zona empuk, tubuhnya kokoh, dan tiap bagiannya terpasang sempurna tanpa menyisakan gap yang mencurigakan. Penampilannya secara keseluruhan memperlihatkan bahwa mouse ini merupakan produk premium untuk para gamer hardcore serta atlet eSport.

Corsair Scimitar Pro 12

Comfort

Seperti yang pernah saya jelaskan di review Asus ROG GX1000, saya lebih memilih mouse model ambidextrous ketimbang desain ergonomis. Dengan postur tangan seperti mencakar, jari dapat menekan tombol secara lebih tanggap. Kendalanya, claw grip menyebabkan jangkauan jari jadi lebih pendek – apalagi telapak tangan saya lebih sering disitirahatkan di mouse pad, dan hanya sedikit area telapak yang menyentuh punggung mouse.

Corsair Scimitar Pro 5

Corsair Scimitar Pro 6

Mengejutkannya, Scimitar Pro ternyata sangat menunjang claw grip. Tubuhnya yang gendut menopang serta mengisi genggaman secara sempurna, lalu 12 tombol mekanik samping turut ditempatkan di area yang mudah diraih jempol. Saya memang tidak memakai semuanya, hanya membubuhkan fungsi shortcut pada beberapa tombol dekat pangkal jari, seperti angka 8, 9, 11 dan 12.

Corsair Scimitar Pro 28

12 tombol tersebut ditaruh dalam empat baris vertikal, jadi masing-masing baris terdiri dari tiga tombol. Tiap tiga tombol di baris itu mempunyai tekstur berbeda, dipadu benjolan jecil di tombol 5, sehingga Anda dapat mudah mengira-ngira posisi jempol tanpa perlu melihat. Jempol saya sendiri tidak kesulitan menjangkau angka 4 sampai 12, tetapi harus menggerakan seluruh tangan supaya bisa menekan 1, 2 dan 3.

Corsair Scimitar Pro 12

Jika bagi Anda lokasi 12 tombol mekanik itu terlalu dekat atau terlalu jauh, Corsair Scimitar Pro menyimpan satu fitur rahasia: tekan tombol di bawah dengan obeng, dan selanjutnya modul bisa digeser (sangat praktis tapi bukan solusi buat saya karena jempol ini lebih pendek dari rata-rata orang).

Corsair Scimitar Pro 9

Elemen favorit saya di Corsair Scimitar Pro RGB ialah lapisan karet bertekstur kasar di bagian kanan mouse. Corsair memposisikannya dengan begitu jitu sehingga secara instingtif saya tahu itu adalah tempat untuk menaruh jari manis. Tak hanya jadi lokasi istirahat, keberadaan jari manis dan kelingking di sana menjaga mouse tetap stabil ketika jempol Anda sibuk menekan tombol-tombol di sisi yang berlawanan. Gerakan menangangkat mouse juga jadi lebih gampang berkat permukaan berteksturnya.

Corsair Scimitar Pro 13

Corsair Scimitar Pro 16

Performance & gaming

Perbedaan utama antara Scimitar Pro dengan Scimitar standar terletak pada penggunaan penggunaan sensor optik 16.000DPI buatan Pixart. Sensitivitasnya dapat dikalibrasi, kemudian semua tombol di sana bisa diprogram ulang. Selain itu, semuanya serupa. Mouse memiliki polling rate yang bisa dipilih, dari 125Hz sampai 1.000Hz, serta mampu menyampaikan informasi dalam waktu hanya 1ms, memastikan pengalaman bermain bebas lag.

Corsair Scimitar Pro 7

Sensor Pixart PMW3367 di sana sangat presisi, memungkinkan Scimitar Pro menangani hampir segala jenis game, termasuk permainan shooter bertempo cepat yang turut menuntut akurasi seperti Titanfall 2. Mouse tersebut juga menemani saya saat menamatkan Resident Evil 7, lalu kehadiran 12 tombol mekanik sangat membantu dalam Conan Exiles. Beberapa momen menegangkan (dan mengagetkan) membuat saya secara refleks mencengkeram mouse lebih erat, tapi gerakan tersebut tidak menyakiti jari.

Corsair Scimitar Pro 22

Saya belum bisa menemukan jenis switch apa yang digunakan di dua tombol utama Scimitar Pro RGB, yang jelas, mereka sangat empuk dan responsif, lalu key travel serta resistensinya juga pas. Thumb button mekaniknya sedikit lebih empuk dari dua tombol tersebut, sehingga jempol Anda tidak mengeluarkan terlalu banyak tenaga. Tapi hati-hati, mereka lebih peka dari penampilannya, jangan sampai Anda salah tekan. Selain itu, saya tak menemukan masalah di scroll wheel-nya – gerakan memutar terasa mantap berkat kehadiran lapisan karet.

Corsair Scimitar Pro 20

Umumnya, saya memakai setting DPI di 3.000 sampai 4.000, dan jarang sekali di atas batasan itu. Biasanya level DPI malah saya turunkan sewaktu menggunakan senapan penembak jitu karena saya tidak mau bidikan malah luput akibat sensitivitas yang berlebihan. Untuk sekarang, 16.000DPI masih tergolong overkill kecuali Anda memanfaatkan monitor 4K lebar untuk bermain game. Di sisi positifnya, 16.000 membuat Scimitar Pro lebih future-proof.

Corsair Scimitar Pro 21

Corsair Scimitar Pro bisa meluncur lebih mulus dari mouse gaming yang saya pakai sehari-hari – yakni MSI Clutch GM40 – di atas mouse mat Roccat Sense Desert Strike 12mm. Performanya tentu saja akan jadi lebih baik lagi jika ia didukung mouse pad premium.

Corsair Scimitar Pro 11

Corsair Scimitar Pro 10

Untuk proses kustomisasi, Anda bisa mengutak-atik semua aspek di mouse lewat aplikasi Corsair Utility Engine. Di sana, Anda dapat memprogram tombol, mengatur efek pencahayaan LED, menentukan DPI di masing-masing level (tersedia lima tingkatan), serta mengkalibrasi keakuratan pointer dan memilih tipe permukaan mouse pad.

Corsair Scimitar Pro 1

Corsair Scimitar Pro 2

Corsair Scimitar Pro 3

Conclusion

Fleksibel, nyaman, dan andal adalah tiga kata yang saya pakai untuk mendeskripsikan kinerja Corsair Scimitar Pro RGB. Saya menyukai hampir semua aspek di sana, dari mulai bobotnya yang ringan sampai desain, meski secara pribadi saya ialah seorang penggmar mouse ambidextrous. Scimitar Pro sudah pasti akan menjadi senjata pamungkas para pecinta permainan MMORPG dan multiplayer online battle arena, serta siap mendukung seandainya mereka ingin menikmati game lain.

Walau demikian, Scimitar Pro tidak saya rekomendasikan seandainya MOBA bukanlah genre favorit Anda. Untuk menunjang game action dan shooter, masih ada pilihan yang lebih pas. Alasannya sederhana: Corsair Scimitar Pro bukanlah produk murah, device ini dibanderol seharga Rp 1,3 juta. Di rentang harga itu, pastikan Anda melakukan investasi secara cermat.

Mouse gamging Corsair Scimitar Pro RGB rencananya baru masuk ke Indonesia bulan depan.

[Game Playlist] Review Singkat Resident Evil 7, ‘Game Wajib’ Pecinta Horor

Dengan mengubah perspektif Resident Evil ke sudut pandang orang pertama, Capcom mengambil langkah beresiko. Ada kemungkinan pendekatan ini malah mengasingkan fans yang terlanjur akrab dengan gameplay berbasis action. Tapi sejujurnya, Resident Evil memang perlu disegarkan kembali, dan arahan baru developer di Resident Evil 7 berhasil menyelamatkan seri game horor legendaris yang kepopularitasannya mulai meredup itu.

Resident Evil 7 Review 9

Resident Evil 7 Review 4

Perombakan di Resident Evil 7: Biohazard bukan sekedar diterapkan pada perspektif. Capcom mencoba meminimalisir action, dan menuangkan elemen survival lebih banyak dalam game. Untuk memaksimalkan efeknya, developer memperkenalkan tokoh-tokoh serta tema baru. Alhasil, Resident Evil 7 benar-benar mewariskan semangat Resident Evil Pertama, dan uniknya lagi, permainan juga lebih mudah dinikmati banyak orang.

Resident Evil 7 Review 1

Resident Evil 7 Review 15

Resident Evil 7: Biohazard menyeret Anda ke dalam rumah mengerikan di daerah Louisiana. Bintangnya adalah keluarga Baker. Sebuah insiden misterius membuat mereka kehilangan kewarasan dan mulai menculik orang-orang yang tersesat. Sang tokoh utama, pria bernama Ethan Winters, terjebak di sana setelah menerima pesan dari sang istri yang menghilang selama tiga tahun.

Resident Evil 7 Review 3

Resident Evil 7 Review 8

Berbeda dari karakter pol Resident Evil populer seperti Ada Wong, Chris Redfield atau Leon S. Kennedy, Ethan adalah orang biasa tanpa latihan militer. Hal ini tentu saja memengaruhi gameplay: ia harus membidik sebelum menembak agar peluru mengenai target dengan tepat, gerakannya terasa lambat, dan beberapa kali serangan musuh bisa membuatnya tewas. Dan RE7 dihuni oleh lawan-lawan tangguh: zombie digantikan oleh Molded, makhluk ganas bertubuh seperti aspal cair, dan Anda juga harus berhadapan dengan keluarga Baker.

Resident Evil 7 Review 13

Resident Evil 7 Review 6

Perlu berkali-kali tembakan di kepala untuk menumbangkan Molded, dan setidaknya Anda akan bertemu dua varian: tipe tangguh dan tipe lincah. Anggota keluarga Baker berperan sebagai boss, dan mereka bahkan lebih mematikan serta lebih sulit ditaklukkan. Game menantang Anda untuk menggunakan amunisi serta obat-obatan secara efisien, meng-upgrade peluru jika diperlukan, serta membawa peralatan yang tepat karena muatan Anda dibatasi. Kadang Anda juga harus ‘memecah’ item dengan item lain untuk mendapatkan zat tertentu yang dibutuhkan.

Resident Evil 7 Review 17

Resident Evil 7 Review 7

Bertempur bukanlah satu-satunya cara untuk menyelamatkan diri. Seringkali, lari dan bersembunyi jadi jalan keluar terbaik ketika Anda terluka parah dan amunisi menipis. Saat Resident Evil 7 tidak menyodorkan monster, game akan menyajikan elemen eksplorasi dan puzzle. Tingkat kesulitan teka-tekinya tidak terlalu tinggi, namun tetap asik untuk dikerjakan. Favorit saya sendiri adalah bagian mirip film Saw, akan Anda temui sekitar enam sampai tujuh jam setelah permainan dimulai.

Resident Evil 7 Review 10

Resident Evil 7 Review 2

Ketiadaan mode virtual reality di versi PC tergantikan oleh cantiknya visual Resident Evil 7 di platform ini. Di notebook gaming MSI GT72VR 6RE Tobii, permainan berjalan begitu anggun dan atmosfer horornya betul-betul terasa. Di tengah-tengah suasana mengerikan, saya masih bisa mengagumi cantiknya seorang karakter – masing-masing tokoh di sana didesain dengan meyakinkan. Selain mampu menghidangkan ratusan frame rate per detik di setting tertinggi, layar 120Hz GT72VR 6RE Tobii juta memastikan game tersuguh mulus dan nyaman di mata.

Resident Evil 7 Review 14

Resident Evil 7 Review 5

Menakar dari segi konsep gameplay, arahan first-person survival di Resident Evil 7 tidak sepenuhnya orisinal. Beberapa game seperti PT (demo Silent Hills), Alien: Isolation dan Amnesia telah mengusungnya lebih dulu. Beberapa kekurangan yang saya rasakan terletak pada variasi gameplay. Di satu titik, Anda akhirnya bisa membaca formula permainan, dan game tak lagi jadi mengejutkan. Di sisi positifnya, faktor pacing-nya boleh dibilang sempurna sehingga permainan tak pernah terasa membosankan. Meskipun takut, rasa penasaran akan mendorong Anda untuk menyelesaikannya.

Resident Evil 7 Review 16

Resident Evil 7 Review 12

Jika Anda seorang penggemar game horor atau sekedar pecandu adrenalin, maka tidak ada alasan untuk melewatkan Resident Evil 7: Biohazard. Untuk memperkaya konten, Capcom sudah melepas DLC berjudul Banned Footage Vol. 1 serta Vol. 2, dan rencananya mereka akan kembali merilis DLC gratis lagi di bulan Maret – di mana Anda bermain sebagai Chris Redfield.

Resident Evil 7 Review 10

Resident Evil 7 Review 11

Resident Evil 7 Review 19

Resident Evil 7 Review 20

Resident Evil 7 Review 21

Game Playlist adalah artikel gaming kolaborasi MSI dengan DailySocial.

Game dimainkan dari unit notebook MSI GT72VR 6RE Dominator Tobii, ditenagai prosesor Intel Core i7-6700HQ 2,6GHz, kartu grafis Nvidia GeForce GTX 1070, RAM 16GB, penyimpanan berbasis SSD 256GB dan HDD 1TB, serta dilengkapi teknologi eye-tracking Tobii Technology.

Resident Evil 7 Review on MSI GT72VR Tobii

[Review] Mouse Gaming Asus Republic of Gamers GX1000 Eagle Eye

Berbeda dari banyak produsen lain yang baru mulai bermain di bidang penyediaan gaming gear karena meningkatnya permintaan konsumen, Asus telah menekuni bidang itu tak lama setelah mengenalkan brand Republic of Gamers. Dan di lini mouse, ROG GX1000 Eagle Eye merupakan senjata andalan Asus yang diklaim dapat membantu Anda unggul dalam permainan.

Lewat GX1000, Asus menjanjikan banyak hal: sensor laser presisi, performa respons tinggi, serta nyaman digunakan dalam sesi gaming berdurasi lama. Device mengusung desain ambidextrous, dipadu layout tombol yang familier. Pemilihan materialnya juga tidak sembarangan, Asus ingin menunjukkan bahwa perangkat ini merupakan gaming gear premium. Maksud dari kata ‘eagle eye‘ sendiri bisa segera Anda lihat begitu mouse disambungkan ke PC.

ROG GX1000 14

Sebagai penikmat game action dan first-person shooter, saya lebih memilih mouse dengan tubuh simpel dan rancangan simetris ketimbang tipe yang mengedepankan faktor ergonomis. Saya selalu meminimalisir input via mouse kecuali jika betul-betul mendesak, karena hal itu bisa memengaruhi bidikan, apalagi saya biasanya menggunakan setting sensitivitas tinggi. Dan kesederhaan desain juga membuat peluang rusak jadi lebih kecil.

Menakar dari faktor-faktor tersebut, arahan GX1000 boleh dibilang sudah tepat bagi gamer seperti saya. Namun tentu saja kualitas sesungguhnya dari produk ini baru tersingkap setelah sering digunakan. Dan lewat artikel ini, saya akan menjabarkan itu semua kepada Anda.

Packaging

GX1000 dikemas di dalam bungkus yang stylish dengan konten sederhana. Selain unit mouse, Anda bisa menemukan lembar panduan, mouse pad, dan kotak berisi pemberat. Area glossy di samping dan di bawah tombol utama dilapis oleh plastik, mungkin dimaksudkan untuk melindunginya dari baret hingga produk tiba di tangan Anda.

ROG GX1000 19

Design

Seperti yang sempat dibahas di atas, ROG GX1000 Eagle Eye memanfaatkan kiblat desain simetris dan bersudut. Periferal ini akan terlihat serasi saat dijajarkan bersama PC dekstop atau notebook gaming ROG berkat kombinasi pelat aluminium brushed abu-abu di bagian punggung dan tombol, serta chassis plastik dengan permukaan glossy dan matte. Bagian tengah tubuhnya dibuat ramping dan sedikit menjorok ke dalam, mungkin dimaksudkan supaya jari Anda mudah menguncinya.

ROG GX1000 27

ROG GX1000 23

‘Eagle Eye’ mengacu pada dua lampu LED mirip mata elang yang diposisikan di zona bawah-belakang. Saat menyala, lampu akan menyinari mouse mat Anda dengan cahaya bercorak segitiga berkat lapisan plastik berpola. LED bukan sekedar pemanis penampilan, tapi juga berfungsi sebagai indikator profile. Profile bisa diganti secara on-the-fly cukup dengan menekan tombol bulat di bawah mouse (sebelah sensor), dan secara otomatis juga akan mengubah warna-nya – yakni merah, hijau, jingga atau non-aktif.

ROG GX1000 22

ROG GX1000 20

Penempatan tombol GX1000 tak jauh berbeda dari mouse ambidextrous lain: ada dua tombol utama dari aluminium mengapit scroll wheel dan switch DPI. Switch DPI tersebut dibekali lampu indikator, level DPI ditandai garis merah. Material aluminium di sana terpisah jadi tiga bagian, dan salah satunya melapisi punggung mouse. Asus tidak membubuhkan tombol di bagian kanan, melainkan menaruh tiga tombol thumb programmable di sisi kiri.

ROG GX1000 12

ROG GX1000 13

ROG GX1000 mempunyai tubuh selebar 128,5×65,5-milimeter dan berdiri setinggi 43,5-milimeter. Bobotnya sendiri berada di batasan nyaman, sekitar 140-gram. Jika menurut Anda terlalu ringan, silakan tambahkan tablet pemberat dengan membuka panel di bawah (tinggal ditekan). ROG GX1000 bisa memuat lima tablet pemberat, masing-masing berbobot 5-gram.

ROG GX1000 16

ROG GX1000 15

Mouse terkoneksi ke PC lewat kabel braided berbahan nilon USB sepanjang 1,7-meter.

Build quality

Bahan plastik dan aluminium ROG GX1000 terpadu optimal. Struktur mouse terasa kokoh dan tidak ada bagian-bagian empuk. Saat area dekat tombol samping ditekan, sama sekali tidak ada registrasi input (terjadi di ThermalTake Talon yang saya gunakan). Satu kekurangan kecil yang saya lihat ialah adanya gap antara pelat tombol dan lapisan aluminium dengan plastik hitam.

ROG GX1000 7

Saya pribadi menyukai sistem penutup slot pemberat dengan mekanisme pernya. Melalui metode ini, tidak ada bagian yang perlu ditarik dan memastikannya gampang dibuka tutup.

ROG GX1000 21

Comfort

Sebagai referensi, saya adalah seorang pengguna mouse dengan postur claw atau seperti mencakar. Itu artinya, saya menempelkan sedikit telapak tangan di punggung bawah mouse dan mengandalkan ruas jari paling ujung untuk menekan tombol. Saya sudah lama memakai Razer Diamondback hingga akhirnya harus pindah ke MSI Clutch GM40. Jadi seharusnya proses adaptasi ke ROG GX1000 tidaklah sulit.

ROG GX1000 4

ROG GX1000 3

Kendalanya, body ROG GX1000 yang bersudut memang memengaruhi faktor kenyamanan. Sudut lampu eagle eye-nya terlalu menonjol dan menekan bagian dalam jari kelingking, jadi kurang nyaman seandainya saya mencengkeram mouse secara erat. Kabar gembiranya, dua tombol utama dengan switch OMRON D2FC-F-FN terasa empuk dengan resistensi yang pas dan konsisten. Lalu putaran scroll wheel juga seimbang – tidak kaku, dan tidak pula terlalu bebas.

ROG GX1000 6

ROG GX1000 5

Punggung mouse yang cembung juga menyebabkan jangkauan jari jadi lebih pendek. Jempol saya hanya bisa meraih satu tombol samping secara sempurna (fungsi previous page di Windows), sedangkan tombol di sebelahnya cuma bisa tersentuh ujung jempol. Tombol ketiga di bawahnya sama sekali tidak dapat dicapai dari posisi normal, mengharuskan saya menggerakkan seluruh telapak tangan ke depan. Tapi setidaknya, switch DPI tak sulit dijangkau.

Performance & using experience

Di atas mouse mat Roccat Sense Desert Strike 2mm, ROG GX1000 meluncur lebih mulus dari MSI Clutch GM40 berkat kaki teflon yang tipis dan memanjang. Dari sedikit riset di internet, Asus memanfaatkan sensor AVAGO ADNS-9800, dan karakteristiknya tak jauh berbeda dari mouse bersensor laser lain. Selama menggunakannya, kinerja GX1000 terbilang baik, meskipun saya mendengar beberapa orang mengeluhkan kurang memuaskannya aspek konsistensi akselerasi dari ADNS-9800.

ROG GX1000 17

ROG GX1000 10

Dari pengalaman saya memakainya selama beberapa minggu ini, ROG GX1000 memang terasa sedikit lebih ‘licin’ dibanding GM40 atau ThermalTake Talon, terkadang menggelincir lebih jauh dari perkiraan. Boleh jadi inilah yang dimaksud dengan ketidakkonsistensian sensor tadi. Efeknya terasa ketika saya menggunakan GX1000 untuk menikmati game kompetitif bertempo cepat yang juga menuntut akurasi – seperti Titanfall 2. Beberapa kali, bidikan saya luput 0,5-1cm dari target.

ROG GX1000 9

Problem ini sendiri tidak begitu terekspos di game single-player maupun RPG. ROG GX1000 sanggup menangani Watch Dogs 2, Deus Ex: Mankind Divided, Resident Evil 7 Biohazard, serta Conan Exiles tanpa kendala.

ROG GX1000 28

Via aplikasi companion, Anda dipersilakan mengutak atik kecepatan/sensitivitas mouse serta memprogram ulang fungsi tombolnya. Pengguna juga bisa mengakses advance setting seperti fungsi angle snapping, mengaktifkan light height, menentukan polling rate USB, memindahkan slider DPI ke level tertinggi di 8.200, serta men-setup macro. Jika sudah puas, setting tersebut bisa disimpan ke empat slot profile yang tersedia.

ROG GX1000 1

ROG GX1000 2

ROG GX1000 menyajikan rentang DPI (dots per inch) yang luas, dari 50 sampai 8.200DPI, dibagi dalam empat level (default-nya adalah 800, 1.600, 3.200 dan 5.600). Walaupun terlihat mengesankan, hanya di skenario ekstrem saja 8.200DPI betul-betul berguna. Bagi saya, faktor terpenting adalah presisi dan sayangnya AVAGO 9800 belum bisa dikatakan sempurna. Namun setidaknya, periferal siap menemani Anda menikmati judul-judul permainan yang lebih santai dan casual.

ROG GX1000 25

Verdict

Selain dari pertimbangan pada aspek kenyamanan dan keakuratan, faktor penting yang boleh jadi menghalangi gamer mengadopsi Asus ROG GX1000 terletak pada harganya. Dijual seharga Rp 1,1 juta, memang tidak sulit menemukan produk lebih terjangkau. Namun sebagai salah satu gaming gear flagship Asus, ROG GX1000 menghidangkan build quality jempolan serta luasnya opsi kustomisasi, ditambah fitur macro ekstensif via software companion.

Lalu apakah mouse gaming ini layak dibeli? Sejujurnya, semua bergantung dari apa yang sedang Anda cari. Desainnya memang tidak begitu ergonomis, tapi jika kebetulan Anda merupakan seorang penggemar berat brand Republic of Gamers dan menginginkan periferal yang serasi dengan mesin gaming kebanggaan di rumah, tidak sulit untuk memaklumi kekurang-kekurangan ROG GX1000 tadi.

Sedikit masukan untuk Asus: ROG GX1000 bukanlah produk yang betul-betul baru. Bagaimana jika harganya diturunkan sedikit?

[Review] MSI GT72VR 6RE Dominator Tobii, Notebook Gaming Monster VR yang Bisa ‘Melihat Anda’

Tema ‘monster’ sering diangkat para produsen notebook gaming pada produk kelas high-end: laptop monster berlayar melengkung, desktop replacement monster dengan keyboard mekanik, hingga perangkat gaming monster bersenjata liquid cooling. Dan berkat ketersediaan kartu grafis PC dekstop di notebook,  premium tersebut sanggup menangani konten VR.

Namun sebagai pionir, MSI-lah yang lebih dulu mengimplementasikan sistem eye-tracking di produk laptop, dibubuhkan pada perangkat kelas GT. Teknologi racikan Tobii Technology itu dipamerkan pertama kali di Computex 2015, dan diperkenalkan secara resmi melalui pengumuman GT72 Tobii di pertengahan 2016. Berkat kemampuan itu, tidak heran jika GT72 Tobii disebut-sebut sebagai notebook gaming tercanggih saat ini.

Dan selama beberapa minggu ini, saya diberikan kesempatan untuk menjajal MSI GT72VR 6RE Dominator Tobii secara leluasa. Nama yang diusungnya mengindikasikan pemakaian GPU GeForce GTX 1070 dan prosesor Intel Core i7 generasi keenam. Rumor mengatakan bahwa GT72VR 6RE merupakan varian GT terakhir yang dibekali teknologi Tobii. Tapi saya pribadi berharap MSI tetap melakukan refresh CPU Intel 7th-gen karena setelah mencobanya sendiri, kapabilitas eye-tracking bukanlah gimmick semata.

 

Design

MSI seringkali mengumpamakan produk mereka dengan mobil sport, bahkan terus terang bilang bahwa supercar merupakan sumber inspirasi desain dan performa laptopnya. Jika notebook diibaratkan seperti kendaraan mewah, maka GT72VR 6RE ialah Lamborghini Huracan-nya notebook: meski masuk ke kategori ‘monster’, rancangannya lebih beradab dibanding perangkat sekelas, dan berkat eye-tracker Tobii, ia jauh lebih pintar dari produk kompetitor.

MSI GT72VR 6RE Tobii 36

Arahan desain a la supercar masih bisa terlihat jelas di case GT72VR 6RE. Lekukan punggungnya menyerupai kap mobil, dan di sana Anda bisa menemukan lambang khas MSI Gaming G Series (desainnya di-update tanpa teks di GT dan GS varian terbaru). Berada di sisi belakang, heat sink-nya dibuat menyerupai grille dekat bumper mobil, dan saya sangat menyukai sentuhan warna merah berlatar belakang hitamnya. Lalu dua garis lampu LED di depan menyempurnakan penampilannya.

MSI GT72VR 6RE Tobii 43

MSI GT72VR 6RE Tobii 35

Seperti biasa, Anda bisa mengustomisasi warna lampu LED – termasuk menentukan mode/pola pencahayaan keyboard – melalui aplikasi MSI Dragon Center. Terdapat pilihan 16,8 juta warna, dan di sana Anda bisa mengatur tingkat kecerahan sampai menyimpan profile. Dan tak cuma itu saja, kita bisa menyambungkan smartphone ke laptop dan menggunakannya a la remote control.

MSI GT72VR 6RE Tobii 8

MSI GT72VR 6RE Tobii 9

Layar 17-inci lebih yang terpasang di tubuh berukuran 428x294x58-milimeter memang membuatnya lebih pas digunakan sebagai pengganti PC desktop ketimbang ber-gaming secara mobile. Meski begitu, rancangannya lebih bersahabat dari perangkat sejenis. GT72VR 6RE ideal untuk dipakai para gamer nomaden karena bobotnya belum menyentuh 4-kilogram (3,85kg). Walau begitu, Anda tetap harus membawa adapter sebesar batu bata dan menyambungkannya ke sumber listrk agar hardware beroperasi optimal.

MSI GT72VR 6RE Tobii 37

MSI GT72VR 6RE Tobii 38

Berkat tubuh yang lapang, MSI bisa memasukkan papan ketik SteelSeries berukuran penuh dengan numpad dan function key lengkap (dibahas lebih lengkap di bawah). Tombol power serta shortcut ke fungsi on/off monitor, turbo fan, XSplit Gamecaster dan SteelSeries Engine 3 terdapat di kiri keyboard; lalu grille speaker berada di area atasnya. Wrist rest-nya sangat luas dan MSI turut membubuhkan lapisan matte lembut di sana buat memastikan pengalaman penggunaan laptop tanpa mouse tetap nyaman.

MSI GT72VR 6RE Tobii 42

MSI GT72VR 6RE Tobii 47

Saat Anda membuka lid dan mengaktifkan GT72VR 6RE, tiga buah lampu berwarna oranye-merah di bawah layar akan menyala. Itulah sensor Tobii Eyetracking.

Material & build quality

Rahasia MSI dalam menekan berat notebook di bawah 4kg adalah penggunaan bahan plastik dan hanya di punggung layar sang produsen menyematkan lapisan aluminium brushed. Namun kabar gembiranya, plastik penyusun tubuh GT72VR 6RE merupakan jenis premium dan sama sekali tidak membuatnya terlihat murahan. Strukturnya sangat kokoh tanpa ada area-area yang empuk. Konstruksi pelat papan ketiknya sangat kuat, dan LCD juga tidak terganggu ketika frame layar saya tekan.

MSI GT72VR 6RE Tobii 40

Berbeda dari logam, plastik lebih tahan penyok, lalu permukaan doff di sana juga meminimalisir efek baretan. Tentu ada sedikit dampak negatif pada pemakaian plastik, yaitu distribusi panas yang kurang optimal. Dari pengalaman sejauh ini, panas berpusat di tengah keyboard, namun temperaturnya tidak pernah membuat proses pengoperasian jadi tidak nyaman. Bahkan saya tidak pernah menyalakan fan boost saat ber-gaming.

Connectivity

Tubuh yang luas memungkinkan MSI membekali GT72VR 6RE dengan beragam konektivitas fisik: ada empat port USB 3.0, empat port audio 3,5mm (mic-in, headphone-out, line-in, dan line-out) dan SD card reader di sisi kiri; port LAN, HDMI, mini DisplayPort dan USB type-C 3.1 di belakang; serta sebuah port USB 3.0 lagi di sisi kanan. Laptop juga mempunyai optical disk drive DVD Super Multi, dan semua ini membuatnya selengkap PC desktop.

MSI GT72VR 6RE Tobii 41

Display

MSI GT72VR 6RE Dominator Tobii menyuguhkan layar IPS LG Philips LGD046E seluas 17,3-inci. Panel tersebut berkepadatan 127ppi, dengan refresh rate 120Hz, tekstur non-glossy, rasio 16:9, didukung teknologi Nvidia G-Sync. Berkat color gamut NTSC 94 persen – diadopsi dari teknologi display Prestige – layar mampu menghidangkan gambar yang tajam dengan reproduksi warna akurat, serta memastikan kontennya nyaman di mata.

MSI GT72VR 6RE Tobii 58

Dari sedikit riset, panel GT72VR 6RE Tobii mempunyai tingkat kecerahan 327-nit dan rasio kontras 1000:1. Setup-nya setara dengan notebook premium 17-inci lainnya. Menariknya, penggunaan lapisan doff tidak menyebabkan gambar jadi lebih grainy atau mengekspos efek screen-door (warna merah-hijau biru jadi terlihat).

Distribusi brightness juga sangat baik, tidak ada flickering dan efek backlight bleeding-nya minimal. Tapi meskipun panel sangat ideal untuk pemakaian indoor, sinar matahari secara drastis dapat memengaruhi visibilitas konten – terlepas dari dukungan lapisan matte dan teknologi IPS. Anda tetap disarankan buat menggunakannya di dalam ruang.

MSI GT72VR 6RE Tobii 56

MSI GT72VR 6RE Tobii 55

Performa display yang jempolan itu memang tidak mengherankan. MSI pernah menyampaikan bahwa mereka memberikan perhatian khusus dalam prosedur penyusunan panel dan melakukan konfigurasi software di tiap unit notebook.

Keyboard, touchpad & wrist rest

Laptop kembali mengandalkan keyboard racikan SteelSeries, dan kualitasnya tak perlu diragukan. GT72VR 6RE menyuguhkan papan ketik selebar 34,5×10,5cm, dengan lima baris tuts. Walaupun bukan keyboard mekanik, komposisinya sangat pas: key travel dan tingkat keempukannya sangat ideal dan fleksibel baik untuk bermain ataupun mengetik. Tombol abjad-nya berukuran 1,5×1,5cm, namun ada penyusutan ukuran di function key (1,3×0,9cm) dan angka (1,2×1,5cm).

Kabar baiknya, MSI tidak memangkas ukuran tombol arah, sangat membantu bagi Anda yang sering menggunakannya sebagai input kendali di permainan.

MSI GT72VR 6RE Tobii 54

Touchpad sediri diposisikan sedikit condong ke kiri palm rest, tapi tidak benar-benar di tengah tombol spasi. Ia hanya dibatasi secara ‘visual’ oleh LED, jadi ada kemungkinan input tidak terbaca karena ternyata jari Anda melewati garis sensor. Touchpad seluas 11,2×6,5cm tersebut mempunyai jenis permukaan serupa wrist rest, terasa lembut dan mulus saat jari Anda menyentuhnya, plus tombol fisik. Di unit review ini, resistensi tombolnya sedikit kurang konsisten – tombol kiri lebih keras dari kanan.

MSI GT72VR 6RE Tobii 53

MSI GT72VR 6RE Tobii 44

Palm rest-nya amat sangat lapang. Anda memperoleh area selebar 11cm di tangan kiri dan 20cm lebih di tangan kanan. Mungkin karena adanya lapisan sekunder, suhu wrist rest tak pernah melewati batas kewajaran, hanya sekedar jadi hangat sewaktu GT72VR 6RE digunakan dalam sesi gaming intensif. Sekali lagi, teksturnya terasa sangat halus di kulit.

Tobii Eyetracking

Pertanyaan terbesar yang mungkin diajukan calon konsumen soal GT72VR 6RE Dominator Tobii adalah seberapa esensial-kah fitur eye-tracker Tobii di sana? Premisnya memang sulit dijelaskan hingga Anda mencobanya langsung. Berperan sebagai input kendali sekunder, Tobii Eyetracking membantu kita dalam game, sewaktu melangsungkan live stream, serta membantu menghemat pemakaian daya.

MSI GT72VR 6RE Tobii 49

Di desktop, Anda bisa mengaktifkan fitur dim screen agar layar jadi meredup saat Anda sedang tidak berada di depan laptop. Kemudian pengguna juga bisa menyalakan gaze trace buat memunculkan indikator ke arah mana mata melihat. Proses setup Tobii-nya sendiri sangat mudah, disajikan a la minigame. Sistem akan bertanya apakah Anda mengenakan kacamata atau lensa kontak, lalu bisa menyimpan profil pengguna berbeda.

MSI GT72VR 6RE Tobii 52

Di dalam permainan, Tobii Eyetracking lebih berguna lagi. Tak semua judul mendukung kapabilitas tersebut, tapi jumlah game-nya terus bertambah, dan bisa dinikmati di hampir semua hasil publikasi Ubisoft. Umumnya, eye-tracker berfungsi untuk membantu Anda melihat lingkungan virtual secara lebih luas tanpa perlu mengubah arah gerak karakter.

MSI GT72VR 6RE Tobii 59

Di permainan yang sudah saya coba seperti Watch Dogs 2, Assassin’s Creed Syndicate dan Deus Ex: Mankind Divided, penyajian sistem eye-tracking hampir serupa. Saat mata Anda menatap ujung layar – samping kiri, kanan, atas maupun bawah – kamera secara otomatis bergerak ke arah sana hingga fokus Anda kembali ke tengah. Arah senjata/crosshair sendiri tidak berubah, jadi teknik ini bisa digunakan buat mengintip keadaan sekitar dan lokasi musuh.

MSI GT72VR 6RE Tobii 48

Kapabilitas deteksi arah dari Tobii Eyetracking sangat presisi, tak terpengaruh walaupun Anda memakai kacamata. Keakuratanya dapat dirasakan langsung ketika menikmati game eye-tracking dedicated semisal Beatshot. Lalu apakah keberadaan eye-tracker merupakan metode curang memenangkan pertandingan? Tidak, menurut MSI, teknologi ini dihadirkan untuk memberikan Anda keunggulan dalam game.

Hardware & performance

Sususan hardware dari MSI GT72VR 6RE Dominator Tobii terbilang optimal dan elegan: lebih dari cukup buat menjalankan game-game terbaru, tapi juga tidak berlebihan. Kombinasi Intel Core i7 6700HQ, kartu grafis Nvidia GeForce GTX 1070 dan RAM 16GB di sana sanggup melahap hampir semua game bergrafis berat. Notebook menyajikan dua tipe storage, yakni SSD Toshiba 256GB dan hard drive Hitachi 1TB.

Untuk lebih lengkapnya, spesifkasi hardware laptop ini bisa Anda lihat lewat screenshot Speccy di bawah:

MSI GT72VR 6RE Tobii 10

MSI GT72VR 6RE Tobii 11

MSI GT72VR 6RE Tobii 12

MSI GT72VR 6RE Tobii 14

MSI GT72VR 6RE Tobii 13

Beberapa software benchmark yang saya gunakan untuk menguji kemampuan perangkat keras GT72VR 6RE meliputi PCMark 8 Creative Conventional 3.0, 3DMark 11 Performance 1.0, 3DMark Time Spy 1.0, serta Unigine Heaven 4.0 dan Valley. Seluruh sesi uji itu menunjukkan hasil sangat positif.

MSI GT72VR 6RE Tobii 1

MSI GT72VR 6RE Tobii 2

Penilaian dari PCMark 8 Creative Conventional 3.0 sangat unik karena memposisikan GT72VR 6RE di atas gaming PC 4K dengan skor 4780. Di sana, software bilang bahwa sistem ini lebih baik dari 88 persen hasil benchmark device lain.

MSI GT72VR 6RE Tobii 3

MSI GT72VR 6RE Tobii 4

Dari hasil 3DMark 11 Performance 1.0, laptop gaming ini mendapatkan skor 15394 – kinerja grafisnya di atas rata-rata gaming PC VR ready, namun masih di bawah rig gaming 4K.

MSI GT72VR 6RE Tobii 5

MSI GT72VR 6RE Tobii 6

MSI GT72VR 6RE Tobii 7

Untuk 3DMark Time Spy 1.0, GT72VR 6RE Tobii mengamankan skor 5052, jauh di atas gaming laptop tapi lagi-lagi belum siap menangani gaming di resolusi ultra-HD.

MSI GT72VR 6RE Tobii 17

MSI GT72VR 6RE Tobii 15

MSI GT72VR 6RE Tobii 18

MSI GT72VR 6RE Tobii 16

GT72VR 6RE Tobii juga tidak sulit menangani Unigine Valley dan Heaven di setting serta efek grafis tertinggi dengan resolusi 1080p (single display, non-3D). Masing-masing memperoleh skor terbaik 3326 dan 2145 dengan rata-rata frame rate per detik 79,5 dan 85,2.

Gaming

Kesanggupan MSI GT72VR 6RE Dominator Tobii dalam menjalankan game tidak perlu lagi dipertanyakan. Permainan-permainan yang sudah saya coba seperti Titanfall 2, Watch Dogs 2, Resident Evil 7 hingga versi early access Conan Exiles tersuguh fantastis di sana, di setting grafis tertinggi dan resolusi full-HD. Hanya dalam Deus Ex: Mankind Divided saja laptop terlihat sedikit kewalahan, tapi saya masih ragu jika kekurangan itu sepenuhnya berada di sisi GT72VR 6RE karena game terasa tidak optimal di banyak mesin – bahkan saya tidak bisa mengambil screenshot via Fraps.

Sebuah peribahasa menyatakan bahwa ‘gambar bisa melukiskan ribuan kata-kata’. Jadi dari pada menjelaskannya panjang lebar, silakan Anda nikmati galeri screenshot di bawah ini.

Titanfall 2

MSI GT72VR 6RE Tobii 27

MSI GT72VR 6RE Tobii 28

MSI GT72VR 6RE Tobii 29

MSI GT72VR 6RE Tobii 30

Resident Evil 7

MSI GT72VR 6RE Tobii 23

MSI GT72VR 6RE Tobii 24

MSI GT72VR 6RE Tobii 26

MSI GT72VR 6RE Tobii 25

Watch Dogs 2

MSI GT72VR 6RE Tobii 31

MSI GT72VR 6RE Tobii 32

MSI GT72VR 6RE Tobii 33

MSI GT72VR 6RE Tobii 34

Conan Exiles

MSI GT72VR 6RE Tobii 19

MSI GT72VR 6RE Tobii 20

MSI GT72VR 6RE Tobii 21

MSI GT72VR 6RE Tobii 22

Sebagaimana laptop gaming lain, mengandalkan baterai saja ketika bermain game sangat tidak dianjurkan. Notebook perlu tersambung ke sumber tenaga secara konstan supaya Anda memperoleh kualitas maksimal. Bahkan buat browsing dan mengakses konten multimedia, baterai 9-cell 83-Whr di dalam hanya mampu bertahan selama kurang lebih tiga setengah jam saja.

MSI GT72VR 6RE Tobii 39

Untuk sebuah notebook, GT72VR 6RE Tobii menyimpan speaker yang tergolong mumpuni dan bertenaga tanpa ada distorsi maupun efek bergemuruh. MSI mengusung setup 2.1, dan hardware-nya diracik oleh Dynaudio. Di sana juga ada software Nahimic 2, bisa dimanfaatkan buat memperoleh output maksimal sesuai jenis konten hiburan yang sedang dinikmati. Di sisi input, microphone-nya juga akurat dalam mereproduksi suara.

Verdict

Tiga hal menjadi aspek primadona dari MSI GT72VR 6RE Dominator Tobii: pertama adalah kesanggupannya menunjang konten virtual reality berkat keberadaan GeForce GTX 1070, kedua ialah kelengkapan fitur di tubuh atraktif yang tidak terlalu bulky ataupun berat, dan ketiga tentu saja adalah kehadiran fitur eye-tracking Tobii Technology – dan aspek inilah yang membuatnya distingtif. Titel ‘VR ready’ sendiri merupakan jaminan kesanggupan notebook untuk menyikat segala macam judul permainan.

MSI GT72VR 6RE Tobii 57

Penghalang terbesar yang mencegah orang meminang MSI GT72VR 6RE Dominator Tobii terletak pada aspek harga. Device ini dibanderol Rp 37 juta. Dengan jumlah uang itu, Anda bisa merakit PC yang beberapa kali lebih bertenaga. Namun perlu diingat, produk ini menawarkan mobilitas tinggi serta kesederhanaan pemakaian, dan selain spesifikasi hardware, Tobii Eyetracking-lah yang membuatnya unik.

Seperti produk MSI lain, menakar dari seluruh kemampuan GT72VR 6RE Tobii, Rp 37 juta sebetulnya merupakan harga yang masuk akal, dan prediksi saya, Anda tidak akan menyesal jika memutuskan untuk memilikinya.

[Review] Sennheiser HD 579, Headphone Over the Ear dengan Earpad dan Suara yang Nyaman

Ada banyak alasan untuk membeli headphone, kualitas suara, model, desain, brand dan satu lagi adalah kenyamanan penggunaan. Sennheiser 579 bagi saya kuat di unsur yang terakir, yaitu kenyamanan. Seperti apa pengalaman dalam mencoba headphone over (around) the ear dari Sennheiser ini? Simak artikel berikut.

Sennheiser HD 579

Desain

Tampilan desain earpad dari Sennheiser 579 adalah favorit saya. Ouval dan menutup keseluruhan telinga. Bahan yang disematkan pada earpad juga menjadi satu hal yang mencuri perhatian saya, dan jadi salah satu hal yang paling diingat. Bahan kain seperti yang dipilih Sennheiser di HD 579 menguatkan jenis suara yang dihasilkan, nyaman. Kelembutan bahan yang non kulit (atau imitasi kulit) ini menjadikan sentuhan earpad ke kulit terasa lembut. Untuk penggunaan waktu yang lama, headphone ini bisa jadi andalan.

Sennheiser HD 579

Headband atau gagang headphone hadir dengan kombinasi dua warna yang masih senada, yaitu abu-abu. Bahan yang dihadirkan juga cukup nyaman meski saya sendiri lebih memilih kalau bahannya disamakan dengan bahan earpad, yaitu dari bahan non leather. Meski demikian, kombinasi dua warna turunan, masih abu-abu namun ada perbedaan gradasi, memberikan kesan yang cukup baik untuk desain, apalagi senada dengan keseluruhan warna tampilan dari HD 579.

Untuk bagian luar dari earpad sendiri Sennheiser menghadirkan elemen logam dengan motif seperti tampilan speakser eksternal. Elemen logam utama berwarna hitam dengan aksen abu-abu termasuk ikom logo Sennheiser.

Sennheiser HD 579

Kombinasi tampilan ini menurus saya meski memberikan kesan sederhana namun tetap menonjolkan beberapa detail desain, seperti busa dan bentuk earpad ouval khas beberapa seri Sennheiser.

Suara

Dalam mencoba headphone ini, saya mendengarkan audio langsung serta dengan tambahan amplifier dari FiiO seri Fujiyama dengan lagu dari layanan Spotify (premium) kualitas maksimal.

Sennheiser HD 579

Pengalaman mendengarkan musik dengan HD 579 bagi saya adalah hasil suara yang cukup balance dengan pemisahan suara atau soundstage yang cukup terasa. Dengan suara low atau bass yang cukup terasa, seperti biasa ini menjadi khas dari Sennheiser. High terasa cukup namun bagi saya masih kurang maksimal. Sedangkan mid terasa cukup baik.

Suara audio terasa lembut, suara gitar yang cukup tajam saat musik rock sama sekali tidak menusuk. Saya mencoba beberapa lagu Queen, dan suara vokal terasa jelas, baik artikulasi atau ciri khas vokalis saat mengucapkan kata, bass juga cukup terasa. Pengalaman mendengarkan lagu pop seperti lagu Tak pernah padam – Sandhy Sandhoro jura terasa nyaman.

Sennheiser HD 579

Satu hal yang paling saya ingat saat mencoba headphone ini adalah kenyamanan. Ada dua hal yang memberikan kesan nyaman, yang pertama adalah audio-nya dan yang kedua adalah earpad. Kombinasi kedua hal ini menjadi satu kesatuan yang lengkap dan seperti menegaskan bahwa kenyamanan adalah satu benang merah yang ingin dihadirkan oleh HD 579.

Suara yang dihasilkan dari headphone ini agak terdengar ke luar, karena menurut situs resmi memang termasuk tipe open headphone. Namun suara yang keluar ini menurut pengalaman sama tidak sekeras open headphone lain yang pernah saya coba.

Saya juga mencoba bermain game dengan menggunakan HD 579, lebih tepatnya bermain Dota 2. Pengalaman audio yang dihasilkan menyenangkan dan menambah seru permainan dengan suara bass yang cukup terasa. Meski tentu saja headphone ini memang bukan diperuntukkan bagi game jadi tidak ada input mic.

Satu keluhan saya atas headphone ini hanya urusan jack, meski dalam kotak sudah tersedia converter untuk mencolokkan ke smartphone atau laptop namun jadinya cukup berat dan sering tidak sengaja terjatuh yang menyebabkan ujung jack terbentur benda atau lantai.

Sennheiser HD 579

Untuk siapa Sennheiser HD 579

Dengan harga yang ‘tidak terlalu’ mahal, masih di bawah 4 juta, headphone HD 579 dari Sennheiser ini menurut saya bisa menjadi salah satu pilihan bagi mereka yang ingin mencari kenyamanan dalam menggunakan headphone untuk mendengarkan musik.

Earpad yang nyaman berbadu dengan suara yang dihasilkan, yang memberi kenyamanan juga, adalah dua kombinasi yang menurut saya menjadi unggulan. Beberapa ciri khas Sennheiser juga tetap melekat di HD 579, baik dari sisi desain atau audio, berupa bass.

Sennheiser HD 579

Sennheiser HD 579 dijual dengan harga 3.4 jutaan dan sedang diskon jika Anda membeli di Bhinneka.com (diskon 17% saat tulisan ini dipublikasikan).

[Review] Lenovo Ideapad Miix 310, Laptop 2-in-1 Serbaguna Dengan Rasa Netbook

Dua hal menjadi perhatian utama Lenovo dalam meramu perangkat bernama Ideapad Miix 310: fleksibilitas tinggi, dan dijajakan di harga yang tidak menyebabkan isi kantong Anda menguap. Dan tak seperti laptop convertible dengan engsel putar, berkat struktur detachable, Anda tidak perlu membopong bagian keyboard/docking Miix 310 saat menggunakannya sebagai tablet.

Penyajiannya sangat terbantu oleh fitur Continuum di Windows 10. Transisi dari mode tablet ke laptop berlangsung mulus cukup dengan mencabut bagian layar dari keyboard. Menakar dari spesifikasi sistemnya, Ideapad MIIX 310 lebih ditujukan pada fungsi berselancar di web, menikmati video, serta kebutuhan olah dokumen ringan. Gaming 3D sedikit di luar kapabilitasnya. Di sisi lain, Miix 310 mampu beroperasi dengan hening berkat penggunaan sistem pendingin pasif.

Dari pengalaman memakainya selama beberapa minggu, saya melihat banyak aspek positif yang ditawarkan oleh Miix 310. Desainnya simpel namun menarik, OS Windows memastikannya mempunyai banyak fitur, lalu device juga mudah dibawa-bawa. Tapi tentu Anda harus berkompromi pada kurang gesitnya kinerja hardware. Ingin tahu lebih lanjut? Ayo simak ulasan lengkapnya.

Design & build quality

Saat terpasang di unit dock, wujud Ideapad MIIX 310 sulit dibedakan dari netbook. Notebook mungil convertible ini memiliki dimensi 246x173x9,2mm dan berbobot total 1,1kg, menyuguhkan layar sentuh 10,1-inci yang dibingkai oleh area hitam selebar 1,7-sentimeter. Tubuhnya tersusun atas kombinasi material plastik dan logam berwarna hitam (di sisi dalam) serta abu-abut metalik (bagian punggung dan sisi bawah).

Lenovo Ideapad MIIX 310 8

Lenovo Ideapad MIIX 310 16

Unit layar/tablet tersambung ke bagian keyboard via connector magnet, diperkuat oleh dua buah tangkai. Daya rekatnya sangat kuat sehingga Anda tidak perlu cemas display mudah terlepas dan jatuh. Melepasnya tidak sulit: cukup dengan menarik tablet dari sudut yang tepat (sedikit menyerong), ia bisa mudah diangkat. Seluruh tombol mekanik dan konektor fisik diposisikan di sisi layar, termasuk port microHDMI, microUSB, audio jack combo, dan tray kartu SIM serta TF.

Lenovo Ideapad MIIX 310 31

Lenovo Ideapad MIIX 310 32

Dampak negatif tubuh mungil Ideapad MIIX 310 terhadap aspek konektivitasnya adalah ketiadaan port LAN. Lalu port USB-nya juga terbilang minimal, hanya ada dua buah USB type-A, diletakkan di sebelah kiri dan kanan keyboard.

Lenovo Ideapad MIIX 310 19

Lenovo Ideapad MIIX 310 20

Garis perak yang mengelilingi area papan ketik merupakan sentuhan menarik. Selain serasi dengan touch pad, potongan diamond tersebut membuat pinggir palm rest jadi tidak tajam di kulit. Dan karena prosesor, memori dan storage berada di layar, keyboard dan wrist rest tetap terasa sejuk walaupun device dipakai dalam durasi yang lama (dibahas lebih lengkap di bawah).

Lenovo Ideapad MIIX 310 21

Lenovo Ideapad MIIX 310 22

Lenovo juga tidak melupakan build quality-nya. Unit dock/papan ketik dan layar mempunyai konstruksi yang tangguh, dan sejauh ini saya belum menemukan area-area empuk. Bahkan LCD di display tidak terganggu saat frame-nya ditekan.

Lenovo Ideapad MIIX 310 26

Lenovo Ideapad MIIX 310 30

Satu kendala yang saya rasakan – umumnya saat menggunakan laptop 2-in-1 jenis detachable – adalah pada faktor keseimbangan. Dengan menaruh komponen-komponen penting di layar, bobot dari Ideapad MIIX 310 lebih condong ke sana, menyebabkan distribusi beratnya tidak seimbang – sangat terasa ketika Anda menggangkatnya dalam kondisi terbuka. Satu hal lagi: layar device hanya dapat terbentang antara 130 sampai 135 derajat, dan Anda tidak bisa memposisikannya secara terbalik ala mode display stand.

Display

Ideapad MIIX 310 menyuguhkan layar sentuh IPS 10,1-inci multi-touch 10 titik beresolusi 1280×800 dengan kepadatan 150ppi dan rasio 16:10. Panel tersebut sanggup menghidangkan gambar yang tajam dan memastikan teks terbaca jelas. Setup ini memang boleh dibilang setara produk tablet dan laptop 2-in-1 budget, namun tergolong rendah jika dibandingkan produk mainstream saat ini – rata-rata dari mereka memiliki layar berkepadatan 200 sampai 300ppi.

Lenovo Ideapad MIIX 310 15

Di sisi positifnya, layar tersebut akurat dan responsif dalam membaca sentuhan jari, terlepas dari mungilnya ukuran teks atau tombol. Sayangnya Lenovo tidak membubuhkan coating oleophobic, menyebabkan layar jadi cepat kotor akibat minyak dari jari. Tingkat kecerahannya juga kurang memuaskan. Dampaknya, device sangat tidak optimal untuk dipakai di bawah terik sinar matahari. Kekurangan ini diperparah oleh permukaan glossy di panelnya.

Lenovo Ideapad MIIX 310 10

Keyboard, touchpad & palm rest

Docking Ideapad MIIX 310 menyajikan jenis papan ketik tanpa numpad. Layout-nya sedikit sempit, dan beberapa tombol dipindahkan lokasinya (contohnya PrintScreen) dan diperkecil (jadi 12mm). Keyboard menyajikan tuts tipe chiclet bertekstur tanpa backlight, dengan tombol huruf berukuran 15mm. Meski jarak key travel-nya terbilang pendek, mengejutkannya, keyboard tersebut terasa nyaman buat mengetik.

Lenovo Ideapad MIIX 310 11

Karena touchpad didudukkan di tengah-tengah palm rest, insiden kesalahan input karena touchpad tersentuh pangkal jempol tak pernah saya alami. Selain karena komponen olah data berada di bagian layar, alasan mengapa suhu wrist rest Miix 310 bisa tetap rendah adalah berkat penggunaan material logam. Luas touchpad-nya sendiri sangat kecil, hanya 5×8,4cm, proporsinya kurang lebih sama besar dengan area kiri dan kanan palm rest.

Lenovo Ideapad MIIX 310 12

Pendekatan minimalis ini mungkin akan menimbulkan masalah jika Anda memiliki tangan berukuran besar. Tapi hal ini bukanlah kendala besar sebab kita tetap bisa memakai touchscreen-nya.

Lenovo Ideapad MIIX 310 13

Hardware & performance

Intel Atom X5 Z8350 berperan sebagai otak dari Ideapad Miix 310. Pertama kali diluncurkan di awal 2016, chip ini ialah bagian dari keluarga Intel Cherry Trail generasi ke-5 dan Miix 310 boleh jadi merupakan salah satu lineup bertenaga Atom terakhir. Selain itu, di dalamnya hanya ada GPU integrated HD Graphics, RAM 2GB, dan storage eMMC 32GB.

Spesifikasi perangkat ini memang tidak mewah, tetapi tetap memastikan Miix 10 mengerjakan tugasnya dengan baik: Windows 10 Home 64-bit di sana beroperasi optimal, ia juga tidak kesulitan dalam mengolah dokumen Office serta menyuguhkan film HD. Rincian teknisnya bisa Anda lihat lewat beberapa screenshot software Speccy di bawah:

Lenovo Ideapad MIIX 310 1

Lenovo Ideapad MIIX 310 2

Lenovo Ideapad MIIX 310 4

Lenovo Ideapad MIIX 310 3

Aspek tercanggih dari Ideapad Miix 310 terdapat pada daya tahan baterainya. Berkat chip yang irit listrik dan layar beresolusi rendah, laptop 2-in-1 ini bisa tetap aktif seharian, jauh melewati kompetitor seperti Acer Aspire Switch 10 E, Asus Transformer Book T100HA serta HP Pavilion x2. Itu artinya, Miix 310 adalah pilihan terbaik jika pekerjaan mengharuskan Anda selalu mobile.

Sayang sekali, kecilnya kapasitas penyimpanan menyebabkan saya kesulitan menginstal software PCMark 8. Storage 32GB di sana cepat sekali habis, akibatnya tool benchmark itu jadi tidak bisa dibuka. Tapi setidaknya, saya berhasil menguji performa grafis lewat Valley 1.0 dan Heaven 4.0. Hasilnya mungkin tidak sulit Anda tebak, gaming 3D berat bukanlah ranah Miix 310.

Lenovo Ideapad MIIX 310 5

Lenovo Ideapad MIIX 310 6

Di kedua software Unigine tersebut, Ideapad Miix 310 memperoleh hasil yang rendah berdasarkan pengujian di setting default. Perangkat mendapatkan nilai terbaik di 112 dengan rata-rata frame per detik di 4,5 di Heaven 4.0, dan skor 139 dengan 3,3fps di Valley 1.0.

Meski demikian, saya yakin laptop convertible ini tetap bisa menangani permainan-permainan casual serta judul-judul independen seperti Stardew Valley, Owlboy dan Undertale.

Lenovo Ideapad MIIX 310 25

Kendala lain di sisi hiburan terletak pada speaker. Output-nya pelan, bass tidak terasa, serta suaranya terdengar keruh – padahal speaker sudah ditaruh di kedua sisi display dan tidak tertutup. Namun umumnya audio bukanlah faktor pertimbangan utama saat Anda sedang mencari laptop, dan kita sudah biasa menambahkan headphone ketika ingin menikmati musik dari notebook.

Lenovo Ideapad MIIX 310 18

Ideapad Miix 310 juga mempunyai kamera di sisi depan dan belakang, masing-masing bersensor 2-megapixel dan 5-megapixel. Keduanya memang disiapkan sebagai webcam, namun kamera belakangnya ternyata bisa menghasilkan jepretan cukup baik asalkan didukung pencahayaan yang memadai.

Lenovo Ideapad MIIX 310 33

Melengkapi konektivitas fisik yang telah disebutkan sebelumnya, Ideapad Miix 310 turut dilengkapi Wi-Fi 802.11 b/g/n, Bluetooth 4.0, serta akses ke jaringan mobile.

Lenovo Ideapad MIIX 310 7
Hasil jepretan kamera belakang Lenovo Ideapad Miix 310.

Verdict

Baterai jempolan, desain ringkas dengan tubuh mungil, konstruksi detachable, serta andalnya Windows 10 memastikan Ideapad Miix 310 siap membantu mereka yang dituntut untuk harus selalu produktif di manapun berada. Dan tak cuma itu, laptop convertible ini juga siap mendampingi Anda menghibur diri, khususnya lewat konten-konten multimedia. Menariknya lagi, beragam kapabilitas itu ditawarkan di rentang harga yang sangat atraktif.

Lenovo Ideapad MIIX 310 25

Tentu saja, dari pembahasan di atas Anda juga bisa melihat bahwa Ideapad Miix 310 masih belum menjadi perangkat Intel Atom yang betul-betul sempurna. Prosesor dan RAM 2GB membatasi kapabilitas olah datanya. Ia belum mempunyai port USB type-C, kemudian ketiadaan mode tent/display serta keyboard backlight boleh jadi akan mengurangi aspek fleksibilitas pemakaiannya.

Di Indonesia, Lenovo Ideapad Miix 310 bisa Anda miliki dengan mengeluarkan uang sebesar Rp 3,6 juta saja.

Lenovo Ideapad MIIX 310 9

[Review] Asus ZenFone 3 Max ZC553KL, Jagokan Kapasitas Baterai dan Kamera PixelMaster

Para konsumen setia Asus pada akhirnya mau tak mau memaklumi pendekatan a la hardware yang produsen gunakan dalam memasarkan ZenFone: handset punya kode berbeda untuk menunjukkan model, meskipun mengusung nama serupa. Satu contohnya adalah unit ZenFone 3 Max anyar yang Asus pinjamkan pada DailySocial beberapa minggu sebelum peluncuran resminya di Indonesia.

Seperti generasi sebelumnya, ZenFone 3 Max baru ini menawarkan dua keunggulan utama: baterai berkapasitas besar serta kamera belakang 16-megapixel yang dipadu teknologi Asus PixelMaster serta fitur autofocus laser untuk melacak objek lebih cepat. Kode ZC553KL sendiri mengindikasikan bahwa smartphone ini adalah tipe berlayar 5,5-inci karena sebelumnya telah tersedia ZenFone 3 Max 5,2-inci, dengan codename ZC520TL.

Dibanding versi lawas itu, ZenFone 3 Max ZC553KL menyimpan spesifikasi lebih mumpuni dan penampilan lebih menarik. Dan meskipun disiapkan sebagai produk mid-range, ZC553KL menyimpan banyak elemen perangkat high-end. Di sesi hands-on minggu waktu lalu, saya memang cukup terkesan dengan arahan desain smartphone, dan lewat artikel review ini, saya siap mengulas kapabilitasnya lebih lengkap.

ZenFone 3 Max 32

Design

Tubuh ZenFone 3 Max tersusun atas kombinasi bahan logam, sedikit plastik, dan kaca 2.5D dengan pinggir melengkung. ZC553KL di tangan saya ini mempunyai area putih yang membingkai layar full-HD 5,5-incinya, dipadu bagian punggung berwarna silver. Penggunaan kaca semi-curved membuat pemakaiannya terasa mulus dan memberikan kesan tak bersudut, diperkuat oleh bagian ujung membulat a la iPhone 6.

ZenFone 3 Max 29

ZenFone 3 Max 22

Bagian punggungnya menyatu ke area sisi – memiliki tekstur matte halus yang memastikanya dapat tercengkeram mantap di genggaman tangan Anda. Area kecil di atas dan bawahnya terbuat dari plastik – dibatasi oleh garis antena berwarna perak. Anda mungkin mengharapkan back cover full-logam di struktur unibody ZenFone 3 Max, namun bahan plastik sebetulnya lebih tahan terhadap penyok dibanding metal.

ZenFone 3 Max 15

ZenFone 3 Max 14

ZenFone 3 Max ZC553KL mempunyai dimensi 151,4×76,2×8,3-milimeter serta bobot 175-gram. Smartphone dirancang optimal buat penggunaan satu tangan, khususnya dengan tangan kanan: tombol power dan volume mekanik berada di area jempol, lalu jari telunjuk Anda dapat mudah menjangkau sensor fingerprint. Tray kartu SIM dan microSD sendiri bisa ditemukan di sisi kiri atas.

ZenFone 3 Max 26

ZenFone 3 Max 18

Walaupun tidak semodis ZenFone 3 standar, saya pribadi lebih menyukai pendekatan desain ZenFone 3 Max. Ia terlihat lebih simpel, lalu karena modul kameranya tidak menonjol, device bisa dibaringkan secara sempurna – mengurangi kecemasan kita terhadap lensa yang terbaret akibat ditaruh sembarangan. Modul kamera diapit oleh dual LED flash dan sensor laser, berada di atas pemindai sidik jari. Untuk charge dan transfer data, ZC553KL menggunakan port berjenis microUSB biasa.

ZenFone 3 Max 24

ZenFone 3 Max 23

Display

Layar menjadi salah satu perhatian Asus dalam meramu ZenFone 3 Max anyar ini. Dibanding ZC520TL (display-nya cuma 720p), panel 5,5-inci ZC553KL lebih canggih, menyuguhkan resolusi 1080×1920-pixel berkepadatan 401ppi. Dari pengalaman saya sejauh ini, display tersebut menghasilkan gambar yang tajam, level kecerahaannya sangat baik (mencapai 400-nit) serta mampu menampilkan konten secara optimal di bawah terangnya matahari siang.

ZenFone 3 Max 27

Coating oleophobic di layar meminimalisir efek kotor dan minyak dari jari, namun kabar buruknya adalah, layar ZC553KL lebih rentan terhadap baretan karena ketiadaan perlindungan dari Gorilla Glass. Jika Anda memutuskan untuk membelinya, segera lengkapi handset ini dengan tempered glass.

Operating system

ZenFone 3 Max ZC553KL berjalan di atas platform Google Android 6.0, dipadu interface ZenUI 3.0. Interface ini dimaksudkan untuk mempermudah navigasi tanpa mengorbankan rincian pada aspek kustomisasi, bahkan membiarkan Anda memilih aplikasi (via checklist) saat smartphone pertama kali diaktifkan sehingga tak perlu lagi menginstal manual. Tentu saja ada sejumlah app ‘titipan’ yang secara otomatis terpasang di handset, tapi bisa mudah dihapus atau di-disable.

ZenFone 3 Max 33

ZenUI 3.0. menitikberatkan aspek visual dan animasi, membuat kontennya tampil elok (wallpaper seolah-olah bergeser saat device bergerak, ada banyak pilihan animasi swipe, bahkan cuaca juga divisualisasi di lock screen). Namun bagi saya, akan lebih baik jika Asus juga fokus ke faktor kesederhaan. App-app memang bisa diatur dan dimasukkan dalam folder lewat smart group, tapi Anda tetap harus masuk ke mode edit terlebih dulu – dan keluar begitu selesai.

ZenFone 3 Max 25

Di ZenUI 3.0, Asus tampaknya mengikuti langkah kompetitor dari Tiongkok dalam menyuguhkan theme. Di sana tersedia banyak pilihan, tetapi lebih dari separuhnya ditawarkan secara premium (mulai dari harga Rp 28.500).

Camera

Kamera utama ZenFone 3 Max ZC553KL tersusun atas sensor 16-megapixel dengan lensa 5 P Largan dan apterture f/2.0. Ia diklaim mampu menangkap objek di kecepatan 0,03-detik berkat kombinasi dari autofocus laser, PDAF, dan teknologi TriTech; serta dapat mengambil gambar long exposure hingga 32 detik. PixelMaster sendiri menghadirkan beragam mode: manual a la detail DSLR, mode malam, HDR, low light, selfie sampai selfie panorama.

ZenFone 3 Max 20

Kamera tersebut terbilang memuaskan selama dipakai di kondisi cukup cahaya, sanggup mereproduksi warna secara akurat serta bebas noise. Di siang hari, Anda bisa menjepret foto pemandangan serta macro yang detail. Satu hal yang saya rasa masih bisa ditingkatkan lagi adalah ketajaman gambarnya. Saat di-zoom atau dilihat dari layar lebar, saya masih bisa melihat efek pixelation – tidak masalah seandainya cuma dipakai untuk upload ke sosial media.

ZenFone 3 Max 17

Sayang sekali kamera tersebut kurang memuaskan ketika dipakai buat mengambil foto di kondisi temaram atau indoor. Grain terlihat menonjol di area-area dengan gradasi warna, contohnya kulit dan baju – bahkan saat memakai mode malam. Proses fokusnya memang cepat, tapi saya merasakan ada keterlambatan di respons shutter sehingga seringkali foto benda bergerak jadi blur. Kamera utama ini mampu merekam video full-HD di 30fps.

Terlepas dari kurang lebihnya kamera belakang, ada kabar gembira buat pecinta swafoto. Kamera depan 8-megapixel dengan f/2.2 di sana cukup baik untuk membaca detail wajah Anda bahkan di pencahayaan yang remang-remang. Tentu akan jadi lebih optimal lagi seandainya Asus juga membubuhkan fitur screen flash.

Ini dia hasil foto ZenFone 3 Max di siang hari:

ZenFone 3 Max camera 3

ZenFone 3 Max camera 1

ZenFone 3 Max camera 2

Dan di bawah ini adalah hasil foto di kondisi low light via mode berbeda:

ZenFone 3 Max camera autofocus
Mode auto standar.
ZenFone 3 Max camera low light mode
Mode low light.
ZenFone 3 Max camera manual
Mode manual, ISO 1600.

Hardware, battery & performance

Asus ZenFone 3 Max ZC553KL dibekali susunan perangkat keras sebagai berikut:

  • System-on-chip Qualcomm MSM8937 Snapdragon 430, berisi prosesor octa-core Cortex-A3 1,4GHz dan unit olah grafis Adreno 505
  • Memori RAM 3GB
  • Penyimpanan internal 32GB, bisa diekspansi dengan kartu microSD maksimal 256GB
  • Baterai non-removable 4.100mAh

Kata ‘max’ di namanya menandakan bahwa daya tahan baterai merupakan salah satu fitur primadona di ZC553KL, sayang kinerjanya belum seimpresif harapan saya. Di uji coba video HD loop, smartphone bisa tetap aktif selama 13 setengah jam lebih, dan dapat bertahan sampai satu setengah hari dalam pemakaian intensif (browsing, Spotify, YouTube, kamera, serta chatting). Cukup baik, tetapi beberapa device lain dengan SoC lebih bertenaga dan baterai berkapasitas lebih kecil bisa aktif lebih lama.

ZenFone 3 Max

ZC553KL juga tidak dilengkapi fitur fast charging, dan proses isi ulang baterainya memakan waktu sangat lama dengan menggunakan charger bawaan. Kabar baiknya, ZenFone 3 Max bisa berfungsi sebagai power bank, dapat mengisi ulang baterai perangkat bergerak lain memanfaatkan adapter OSB on-the-go – dibundel bersama paket pembelian.

ZenFone 3 Max 1

ZenFone 3 Max 2

ZenFone 3 Max 3

Berbasis pada angka dari hasil benchmark dengan memanfaatkan sejumlah software, kinerja hardware ZenFone 3 Max ZC553KL berada di atas Vivo V5 (harganya beberapa ratus ribu lebih mahal dari produk Asus ini). Tes AnTuTu v6.2.7 menghasilkan skor terbaik 43962, lalu performa Work 2.0 di PCMark 8 menunjukkan angka 3378. Di 3DMark Sling Shot 1.0 dan Sling Shot Extreme 1.0, ZC553KL mendapatkan nilai masing-masing 568 dan 288.

ZenFone 3 Max 19

ZenFone 3 Max 16

Kualitas penyajian game-nya tergolong jempolan. ZC553KL dapat menyikat permainan-permainan mobile blockbuster tanpa kesulitan dan mutu grafisnya sama sekali tidak memalukan: di Real Racing 3, tekstur permukaan dan pantulan di tubuh mobil terlihat tajam, kemudian efek bayangan serta debu juga tampil halus – kekurangannya hanyalah efek jaggy di ujung-ujung objek. Saya juga tidak menemui masalah serius ketika menikmati Marvel Future Fight, hanya di adegan paling ramai yang dipenuhi efek visual saja frame rate jadi turun.

Kendalanya adalah saat saya ingin menjajal Marvel Contest of Champions. Entah mengapa, game malah sama sekali tidak bisa dibuka.

Galeri screenshot Real Racing 3 dan Future Fight bisa Anda nikmati di bawah:

ZenFone 3 Max 4

ZenFone 3 Max 5

ZenFone 3 Max 6

ZenFone 3 Max 7

ZenFone 3 Max 8

ZenFone 3 Max 9

ZenFone 3 Max 10

ZenFone 3 Max 11

Verdict

Berbeda dari ZenFone Max terdahulu, ZenFone 3 Max ZC553KL lebih terasa seperti satu paket lengkap: desainnya lebih menarik, performa hardware lebih tinggi dipadu daya tahan baterai lebih lama, mutu layar full-HD-nya mengagumkan, dengan kinerja fotografi lebih canggih. Namun meskipun kapabilitasnya berada di atas rata-rata produk sekelas, untuk device yang mengedepankan kemampuan fotografi dan daya tahan baterai, kemampuan fitur-fitur ini malah kurang menonjol.

Kinerja kamera belakang masih betul-betul bergantung pada eksistensi dari cahaya matahari, kemudian baterai build-in di sana seharusnya bisa menjaga smartphone bisa menyala lebih lama. Bayangkan betapa terkesannya calon konsumen jika ZenFone 3 Max ZC553KL dapat aktif sampai tiga hari dalam penggunaan intensif.

ZenFone 3 Max 13

Saya sendiri sebenarnya memaklumi jika ada banyak orang tertarik untuk meminang ZenFone 3 Max ZC553KL. Untuk memiliki perangkat berfitur lengkap dan berdesain menarik ini, konsumen hanya diminta buat mengeluarkan uang Rp 3,1 juta saja.

ZenFone 3 Max 31
Konten dari packaging Asus ZenFone 3 Max.

[Video] Review Fitur Fotografi Huawei P9 Lite + Giveaway 1 Unit P9 Lite

Huawei P9 Lite adalah smartphone versi lite dari Huawei P9. Seperti yang diketahui, Huawei P9 sempat mencuri perhatian pasar Indonesia dengan kemampuan kameranya yang diunggulkan.

Nah, dengan lahirnya ‘sang adik’ dari Huawei P9 ini, tentu membuat kita semua penasaran; seperti apa fitur-fitur fotografi yang ada di dalam Huawei P9 Lite? Simak review dari Wiku Baskoro- DS/Lifestyle, di video di bawah ini!


Mau Huawei P9 Lite gratis? Yuk, ikutan kuis yang ada di video ini! Ikuti langkah-langkahnya, jawab pertanyaannya di kolom komentar di akun YouTube DStv, dan dapatkan satu unit Huawei P9 Lite dari DailySocial!

Informasi kuis bisa dilihat di bagian akhir video, jadi tonton sampai habis videonya. Tautan akun DStv bisa dilihat di sini, dan jangan lupa subscribe sebelum menjawab di kolom komentar.

Oh iya, kuis ini dibuka dari tanggal 5 Januari 2017 sampai 5 Februari 2017. So, jangan sampai kelewatan ya!


Disclosure: Video ini adalah sponsored content yang didukung oleh Huawei.

[Review] Mencoba Master & Dynamic MH40, Headphone Kekinian dengan Desain Keren

Meski agak tidak biasa, seingat saya, pekenalan saya pertama dengan nama Master & Dynamic adalah lewat Instagram. Tampilan foto dari headphone dengan logo M agak terpotong bagian pinggirnya ini selalu menggoda dan membuat penasaran untuk mencoba. Kesempatan itu akhirnya tiba, saat saya diberi kesempatan untuk menikmati Master & Dynamic MH40 selama beberapa waktu.

Kelengkapan boks dari Master & Dynamics MH40
Kelengkapan boks dari Master & Dynamic MH40

Seperti halnya saya cukup terpukau dengan foto-foto dari headphone all ear ini, kenyataan yang saya hadapi saat mencoba langsung kurang lebih sama, bahkan melebihi bayangan saya, karena bisa merasakan langsung build headphone, kualitas material termasuk boks yang cukup mewah dan berukuran besar.

Desain

Tampilan desain dari pinggir Master & Dynamics MH40
Tampilan desain dari pinggir Master & Dynamic MH40

Salah satu keunggulan utama dari headphone ini, menurut pandangan saya, adalah desainnya. Keren, materialnya juga baik, dan pad headphone nyaman saat digunakan. Desain industrial yang dipilih juga saya pikir sesuai dengan nuansa brand yang ingin dibangun serta pasar yang ingin disentuh, kalangan metropolitan menengah atas yang membutuhkan headphone dengan desain super keren dan berkualitas serta output suara yang lumayan baik.

Bentuk yang dihadirkan di Master & Dynamic MH40 ini tidak berbentuk bulat namun juga tidak ouval seperti beberapa seri dari Sennheiser. Lebih ke arah lonjong. Material logam yang ada di perangkat ini memang membuat jadi terasa berat tetapi di sisi lain mendukung keseluruhan tampilan desain yang dihadirkan. Berbagai bagian keras di headphone hadir dengan elemen logam dan rumah earpad dari aluminum. Kabel yang hadir juga tampil selaras dengan desain keseluruhan headphone, menjadikan tampilan dari MH 40 ini memang benar-benar keren.

Earpads dan headband Master & Dynamics MH40
Earpads dan headband Master & Dynamic MH40

Material pendukung lain yang menambah cantik desain MH40 adalah dari balutan kulit yang menutup berbagai bagian dari headphone. Termasuk di headband, baik sisi interior atau eksterior atau yang ada pada ear pads. Unit yang saya coba berwarna hitam, secara kasat mata tidak akan terlalu terlihat perpaduan yang menarik untuk desain tampilan, bisa jadi akan lebih bagus untuk yang warna coklat. Namun saat menyentuh headphone dan merabanya, Anda akan mengerti mengapa saya menjadikan unsur desain serta material sebagai yang paling menonjol di MH40.

Pengalaman mendengarkan musik

Tampilan dengan kabel dari Master & Dynamics MH40
Tampilan dengan kabel dari  MH40

Seperti biasa, untuk urusan memberikan review singkat atas pengalaman penggunaan headphone, saya harus memberikan informasi tentang jenis audio dan perangkat yang saya gunakan untuk memutar lagu.

Seperti yang sudah-sudah, saya menggunakan layanan streaming Spotify Premium dengan kualitas musik paling tinggi untuk memutar lagu. Sedangkan player yang saya gunakan mulai dari smartphone, iPod touch (generasi 5) sampai dengan laptop (Windows dan Mac). Dengan penambahan portable amplifier dari FiiO (seri Fujiyama) untuk penguat output audio.

Menurut pengalaman yang saya rasakan saat mendengarkan lagu dengan Master & Dynamic MH40 antara lain adalah bass yang terasa cukup dominan, detail yang juga cukup terasa serta suara vokal yang jernih. Namun untuk soundstage – yang memberikan pengalaman pemisahan suara, bagi saya terasa kurang. Alhasil pengalaman yang saya alami ketika mendengarkan musik, meski merasa nyaman dengan kualitas pad, terasa ada yang kurang.

Kabel dari Master & Dynamics MH40
Kabel dari Master & Dynamic MH40

Penggunaan ampli juga saya pikir menambah kualitas suara yang dihasilkan, ini bisa jadi karena pemutar musik yang saya gunakan tidak memiliki output audio yang terlalu baik. Saat menggunakan ampli, maka kualitas suara yang hadir terasa lebih baik.

Meski ada kekurangan, namun secara keseluruhan, pengalaman mendengarkan lagu dengan MH40 menyenangkan, apalagi dengan ear pad yang sangat lembut jadi nyaman saat menempel di pinggiran kuping. Jika Anda mendengarkan di ruang terbuka semacam kafe, bisa jadi desain yang hadir dari MH40 akan memberikan kepercayaan tersendiri karena hadir dengan desain yang akan mencuri perhatian.

Detail yang menyenangkan

Boks kabel dibungkus kulit - Master & Dynamics MH40
Boks kabel dibungkus kulit – Master & Dynamic MH40

Masih dari sisi penampilan, kali ini saya cukup berbahagia dengan berbagai detail yang memang diperhatikan oleh Master & Dynamic untuk dijasikan pada MH40, mulai dari dari ujung kabel jack, sampai dengan penempatan logo di beberapa permukaan elemen dari headphone. Semua membuat tampilan MH40 sangat menyenangkan untuk dipandang. Saya juga menyukai desain semacam grip yang ada di ujung kabel jack serta yang ada di bagian ujung headband. Satu yang kurang saya sukai adalah cara mengencangkan dan mengendurkan posisi headband dengan cara digeser, serasa kurang pakem karena kita tidak bisa mengunci setelah memilih posisi yang diinginkan.

Beberapa kelengkapan yang hadir dalam boks, seperti tas kecil untuk membawa headphone ini saat mobile juga terasa hadir dengan nuansa premium. Tidak hanya itu, kotak boks yang membungkus MH40 serta kotak kabel yang dibungkus leather adalah beberapa elemen premiun lain yang hadir sebagai pelengkap.

Beberapa detail dari Master & Dynamics MH40
Beberapa detail dari Master & Dynamic MH40

Untuk siapa Master & Dynamic MH40 ditujukan

Menurut pendapat saya, MH40 disediakan bagi mereka, para penikmat audio yang menginginkan kualitas musik baik, berkantong tebal dan ingin mendapatkan kualitas desain yang di atas rata-rata serta tampilan fisik yang sangat baik.

Dari sisi suara, bisa jadi para audiophile akan memilih perangkat lain dengan range harga yang sama, tetapi kekuatan MH40 dari sisi desain cukup menutupi kekurangan kualitas suaranya, yang sebenarnya tidak jelek tetapi masih bisa disaingi dengan headphone seharga sama atau yang lebih murah.

Master & Dynamics MH40
Master & Dynamic MH40

Master & Dynamic MH40 dengan warna hitam seperti yang saya coba dijual di toko online tanah air seharga 5.400.000 rupiah.

[Review] Sukseskah Vivo V5 Merebut Singgasana Smartphone Selfie Terbaik di Indonesia?

Vivo merupakan pendatang baru di tengah gencarnya persaingan smartphone terjangkau dengan spesialisasi self-portrait. Untuk menarik perhatian publik, perusahaan asal Dongguan itu menyingkap handset berkamera depan 20-megapixel bernama V5 di bulan November silam, dan tanpa membuang banyak waktu, Vivo segera membawa produk tersebut ke Indonesia.

Tak hanya sekedar menghadirkan handset tersebut ke pasar lokal, Vivo juga menunjuk Agnes Monica sebagai brand ambassador, lalu memperkenalkan dua pilihan warna baru V5 yang masing-masing diwakilkan oleh selebriti, yaitu Afgan untuk space gray dan Pevita buat rose gold. Langkah ini memang menarik, dan sepertinya sedang jadi tren di kalangan produsen, namun seunik apapun strategi pemasarannya, kualitas device tetap jadi faktor takaran nomor satu.

V5 14

V5 20

V5 disiapkan untuk berduel dengan handset dari ‘rival’ senegaranya yang cukup populer di nusantara, Oppo F1s – terutama karena spesifikasi hardware kedua perangkat tak jauh berbeda dan mereka sama-sama diracik sebagai alat selfie alias swafoto. Melalui artikel ini, saya mencoba mengulas lengkap apakah V5 memang betul-betul merupakan handset selfie ideal seperti yang dijanjikan Vivo.

Design & build quality

Desain dari V5 memang sulit dikatakan orisinal, dan Anda akan segera melihat langsung beberapa elemen device lain di sana. Sisi depannya boleh dibilang mirip seperti OnePlus 3 dan F1s, kesan ini diperkuat oleh sensor fingerprint lonjong berbingkai metalik. Lalu ketika dibalik, saya melihat ada pengaruh iPhone 6 di sisi punggung, terutama karena ujung membundar dan penempatan modul kamera serta flash LED di pojok kiri atas. Menariknya, arahan ini terasa serasi dengan tema selfie yang diusungnya.

V5 15

V5 23

Unit review yang saya peroleh adalah varian berpunggung emas dengan frame putih – penampilannya sangat feminin. Di konferensi pers, Vivo sempat bilang bahwa bagian tersebut tersusun atas ‘polikarbonat dan partikel logam’, namun saya belum bisa memastikan bagaimana produsen mencampur kedua material tersebut. Pastinya, back cover terbuat dari plastik bertekstur matte ‘metalik’, dan ada lis logam yang memisahkan punggung dan layar.

V5 17

V5 26

Berkat material plastik, V5 ternyata lebih ringan dari dugaan saya, berbobot hanya 154-gram. Dimensinya adalah 153,8×75,5×7,6-milimeter, dan Anda bisa menemukan dua tombol fisik di sisi kanan dan tray kartu SIM/miroSD di kiri; lalu port audio, USB serta speaker di bawah. Layar 5,5-inci V5 mempunyai rasio sebesar 71,8 persen ke tubuhnya, dan sensor sidik jari di dekatnya berfungsi juga sebagai tombol home – tapi tidak mempunyai elemen mekanik sehingga tidak dapat ditekan.

V5 18

V5 25

Berdasarkan pengalaman memakainya selama beberapa minggu, saya tidak menemukan kelemahan pada strukturnya. Material plastik membuat V5 kebal terhadap benturan-benturan yang berpotensi meninggalkan bekas di bahan aluminium, tetapi memang sulit menyingkirkan kesan ekonomis di perangkat ini.

V5 27

V5 28

Untuk layar, Vivo sendiri tidak menginformasikan secara spesifik versi Corning Gorilla Glass yang digunakan di V5, dan unit review ini sudah dibekali tempered glass begitu saya keluarkan dari bungkusnya.

Display

Vivo V5 memanfaatkan layar IPS beresolusi 720×1280, diramu agar output-nya cerah dan memiliki level saturasi yang optimal, mengecoh saya hingga mengiranya sebagai panel AMOLED. Walaupun hanya HD dan display 5,5-incinya cuma berkepadatan 267ppi, gambar, teks maupun icon tetap terlihat tajam tanpa efek jaggy. Di bawah sorotan sinar matahari langsung, detail di layar V5 terjaga dengan baik dan fitur automatic brightness-nya juga cukup pintar dalam mengenali keadaan ruang di sekitarnya.

V5 19

V5 24

FunTouch OS 2.6

Seperti produsen smartphone Tiongkok lain, Vivo membekali V5 dengan sistem operasi racikan mereka sendiri, yaitu FunTouch OS 2.6, hasil modifikasi Android 6.0 Marshmallow. Pendekatannya mirip Xiaomi MIUI di mana daftar app dan tool diposisikan dalam satu lapis menu sehingga mudah ditemukan. Tentu saja adaptasi masih diperlukan karena penyajian menu dan dashboard FunTouch OS cukup berbeda dari Android.

V5 33

FunTouch OS memisah menu dashboard menjadi dua: atas difokuskan pada notifikasi, sedangkan recent app, setting volume dan brightness sampai akses ke fungsi flashlight serta S-capture (memunculkan menu dial untuk menggunakan fitur screen recording, long screenshot, rectangular dan funny screenshot). Recent app tidak dijabarkan per page seperti di Android, hanya diwakilkan oleh icon masing-masing app. Kemungkinan besar ini adalah upaya Vivo demi memastikan OS tidak membebani hardware.

V5 21

Tidak ada bloatware yang mengganggu, di sana Vivo hanya membubuhkan tool proprietary semisal i Manager, i Music (app music player), vivoCloud, dan i Theme. i Theme sendiri merupakan tempat Anda memilih dan mengelola theme serta wallpaper – sekali lagi mirip di MIUI.

Camera

Vivo melengkapi kamera belakang V5 dengan sensor 13-megapixel. Setup ini cukup standar, selevel handset kelas menengah lain, ditopang fitur PDAF serta flash LED. Mutu jepretannya cerah dan kaya warna (Anda dapat melihat sedikit efek cat air di zona-zona gelap), syaratnya harus dioperasikan di kondisi cukup cahaya. Kendalanya hanyalah respons shutter yang lambat.

V5 29

Tentu saja, daya tarik utama dari Vivo V5 adalah kamera selfie di depan. Sang produsen menyematkan sensor Sony IMX376 20-megapixel ber-aperture f/2.0. Fungsi face beauty jadi highlight di UI app kamera, dan Anda juga dapat merekam video full-HD – berkatnya smartphone bisa digunakan sebagai perangkat video blogging andal. Di siang hari, sensor tersebut sanggup menangkap gambar dengan sangat detail, juga mampu mereproduksi warna secara akurat. Mutunya melewati Oppo F1s.

V5 22

Namun kamera depan V5 tetap memiliki kekurangan layaknya smartphone lain. Ketika cahaya matahari mulai memudar atau sewaktu digunakan di bawah pencahayaan lampu, detail gambar jadi menurun drastis dan muncul banyak noise. Masalah lainnya adalah keterlambatan shutter, sehingga mengabadikan momen jadi sulit ketika Anda sedang berjalan/bergerak, dan jepretan jadi lebih mudah blur.

Vivo V5 22

Untuk membantu pengambilan foto di kondisi tanpa cahaya matahari, Vivo mempersenjatai V5 dengan fitur flash moonlight. Cara kerjanya seperti ini: flash akan menyala secara terus menerus, menerangi wajah Anda dengan cahaya ‘diffused‘. Teknik ini lebih lembut dibanding LED flash biasa, tapi tidak berlebihan sehingga wajah jadi flat. Sayang, kualitas jepretan susah diprediksi: kadang kala memuaskan, namun tak jarang gambarnya mengecewakan. Kabar baiknya, Anda bisa menyempurnakan hasil jepretan via fitur one-tap makeover.

Kontras mutu saat foto diambil di tempat berpencahayaan terang dan temaram dapat Anda lihat di bawah:

V5 13

V5 16

Hardware & performance

Berikut ini adalah susunan hardware Vivo V5:

  • System-on-chip MediaTek MT6750, berisi prosesor octa-core ARM Cortex A-53 1,51GHz dan GPU Mali-T860.
  • Memori RAM 4GB.
  • Penyimpanan internal 32GB, bisa diekspansi dengan kartu microSD 128GB.
  • Baterai non-removable 3.000: mampu bertahan satu setengah hari sekali charge dalam pemakaian normal, dipadu mode standby jempolan. Jika Anda bukan pengguna aktif, smartphone bisa tetap aktif sampai dua hari. V5 memang belum ditunjang fitur fast charging, tapi menggunakan charger standar, baterai dapat terisi 25 persen dalam waktu satu jam. Tidak buruk.

V5 1

Hasil benchmark V5 menunjukkan angka yang terbilang standar. Di tes AnTuTu, device mencetak nilai terbaik 41412, dengan mutu penyajian game dan olah data di level menengah. Selanjutnya Vivo menghasilkan nilai PCMark Work 2.0 di 2980 dan 3DMark Sling Shot Extreme di angka 324 (sempat tersendat-sendat). Rinciannya bisa Anda simak di bawah.

V5 2

Dalam prakteknya sendiri, V5 dapat melahap segala permainan yang saya instal.

Marvel Contest of Champions berjalan bebas masalah, memungkinkan saya mengambil screenshot-screenshot keren (caranya adalah dengan menekan tombol power dan home/fingerprint). Lalu Marvel Future Fight juga tersuguh optimal tanpa lag, walaupun beberapa kali ada keterlambatan pada input kendali. Di Real Racing 3, penurunan frame rate lebih terasa dan sejumlah efek visual juga tidak keluar – bayangan di dashboard terlihat kotak-kotak dan efek debu tidak optimal – tetapi secara keseluruhan game tetap nyaman dimainkan.

Galeri screenshot bisa Anda lihat di bawah:

V5 4

V5 5

V5 6
Marvel Contest of Champions

V5 7

V5 8

V5 9
Marvel Future Fight

V5 11

V5 10

V5 12
Real Racing 3

Buat penggunaan sehari-hari, FunTouch 2.6 di Vivo V5 sangat responsif, dan perpindahan dari app ke app tersaji mulus. UI-nya cukup intuitif, saya hanya membutuhkan satu jam untuk membiasakan diri pada layout tombol serta menu dashboard-nya.

Verdict

Saya yakin, premis kamera selfie 20-megapixel memang sulit ditolak banyak orang. V5 sudah pasti mengusik ketenangan Oppo F1s – harganya sedikit lebih murah dengan jumlah ‘megapixel‘ lebih tinggi (tapi ingat: jumlah pixel tinggi belum tentu membuat hasil jepretan jadi lebih baik). Baterai yang awet dan layar HD jempolan juga turut menambah nilai jual perangkat ini.

Tapi dengan memilihnya, Anda harus rela berkompromi: desainnya kurang orisinal dan seharusnya Anda sudah mendapatkan body berstruktur logam. Lalu mutu kamera belakangnya seolah-olah diabaikan, dan kecuali Anda berniat membuat poster berukuran raksasa, berlebihan rasanya jika kita hanya memakai V5 sebagai alat untuk mengambil foto selfie buat diunggah ke sosial media.

Di Indonesia, Vivo V5 bisa Anda miliki dengan mengeluarkan uang sebesar Rp 3,5 juta, Rp 300 ribu lebih murah dari harga resmi Oppo F1s.

Konten dari bundel Vivo V5 terdiri dari case karet transparan, pin untuk tray, charger, kabel USB, dan earphone.

V5 31