Go-Jek to Launch Business in Singapore This Week

After the expansion plan officially announced some time ago, Go-Jek is now rumored to launch the “beta” version of its service in Singapore on Thu (11/29). The initial service only available for a limited amount of consumers.

Previously, Go-Jek had strategic partnership with DBS Bank to support its expansion in Singapore. In the previous agreement release, Andre Soelistyo, Go-Jek’s president said Go-Jek Singapore will be launched soon after this partnership.

In the same release, it was mentioned that DBS customers will get the same opportunities and special offers for the beginning of Go-Jek service. DBS is going to be a strategic partner for digital wallet service in Go-Jek app.

According to McKinsey & Company research, Singapore is one of the countries with the most developed penetration of the non-cash payment model in Asia, along with Hong Kong and South Korea. Therefore, it’s inefficient for Go-Jek to offer ride-hailing service without a digital payment system.

A new round for ride-hailing ecosystem in Singapore

Uber SEA acquisition has loosen the ride-hailing competition in Singapore. All services converge to Grab. In fact, although they refuse to be accused for doing market monopoly, there were no equal competitors. Go-Jek’s arrival has freshen the air in Singapore’s ride-hailing ecosystem.

The alternative service demand besides Grab is slightly indicated. ComfortDelGro is one of the taxi provider having a good impact. Companies claimed the service improvement post-uber acquisition. It was seen as a golden opportunity for other ride-hailing developers, including Tada.

However, to compete with Grab, requires a lot of effort. In fact, the company keep raising fund for app improvement to present multi-functional services. Having large capital means you can do many things to acquire users.

Go-Jek arrives with not-so-little capital, the latest news told us the old investors will raise funding to $9 billion – to provide equal service. Introducing app-based service for transportation in Singapore.

Singapore market is in fact not as big as Go-Jek’s origin or other target countries. Users are not as much as Indonesian or Vietnam people. However, Singapore looks like a proof after Grab’s duel in Indonesia, it’s time for Go-Jek to prove its competency in the opponent’s origin.

Go-Jek and Grab competition will be very interesting to be followed in the next round. It might not be transportation only, but also other innovation services the company keep innovating.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

GrabExpress Car dan GrabExpress Nalangin Bantu UMKM Memproses Pengiriman Barang

Untuk mengakomodasi kebutuhan penjual dan pelaku UMKM, Grab luncurkan layanan GrabExpress Car dan GrabExpress Nalangin. Layanan yang baru tersedia di Jabodetabek (Car) dan Jakarta (Nalangin) ini diharapkan memudahkan pemilik bisnis melakukan proses logistik lebih cepat dengan layanan pengiriman barang berkapasitas lebih besar.

Managing Director Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata menegaskan, selama ini Grab ingin membantu lebih banyak UMKM dengan menghadirkan layanan yang dibutuhkan dan berfungsi dengan baik.

“Kita memanfaatkan semua mitra GrabCar yang jumlahnya makin meningkat untuk kemudian mulai memanfaatkan layanan GrabExpress Car. Di sisi lain kita juga ingin memberikan layanan baru untuk pengguna.”

Bantu lancarkan proses logistik

Mengklaim memiliki perbedaan dengan layanan logistik pihak ketiga lainnya, GrabExpress Car memanfaatkan mitra dengan mobil kapasitas 6 seater. Selain itu ketika memanfaatkan layanan tersebut pengguna akan mendapatkan tanda bukti seperti layanan logistik pada umumnya — biasanya dibutuhkan untuk informasi ke pembeli.

Di aplikasi juga ada real time tracking, termasuk layanan call center yang bisa dimanfaatkan oleh pengguna.  juga mampu mengirimkan lebih banyak barang hingga ke lima destinasi dalam satu kali pemesanan. Untuk tarif yang dikenakan mulai dari Rp16.000 untuk pengantaran di wilayah Jabodetabek.

“Untuk memudahkan proses, daftar kontak telepon yang tersimpan pada smartphone kini juga terintegrasi langsung dengan aplikasi Grab, sehingga memudahkan pengguna dalam memilih dan mengisi rincian kontak penerima barang saat melakukan pemesanan layanan,” kata Head of 2 Wheels Transport & Logistics Grab Indonesia, Gita Prihanto.

Sementara itu layanan lainnya yaitu GrabExpress Nalangin berfungsi sebagai layanan Cash On Delivery (COD) dengan armada sepeda motor. Mungkinkan wirausahawan mikro mengirimkan produknya ke pembeli dengan biaya pembelian produk yang ditanggung terlebih dulu oleh mitra pengemudi. Dalam tahap uji coba, layanan ini akan tersedia secara eksklusif bagi merchant yang melakukan pengiriman secara aktif dalam 3 bulan terakhir.

Meluncurkan GrabClub

Sebelumnya Grab juga mengumumkan layanan GrabClub dalam pembaruan aplikasi, merupakan layanan berlangganan bulanan dengan menu khusus yang tersedia dalam aplikasi. Mungkinkan pengguna menikmati semua layanan di Grab dengan potongan harga hingga 50%.

Pembaruan aplikasi untuk layanan GrabClub sudah dirilis untuk pengguna di Indonesia. Namun demikian Ridzki mengatakan kepada DailySocial belum mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai peluncuran layanan GrabClub dan akan memberikan informasi lebih lanjut di kemudian hari.

Application Information Will Show Up Here

Minggu Ini Go-Jek Akan Luncurkan Layanan di Singapura

Setelah rencana ekspansinya resmi dikabarkan beberapa waktu lalu, kini beredar kabar Go-Jek akan segera meluncurkan versi “beta” layanannya di Singapura pada Kamis (29/11) ini. Peluncuran layanan tahap awal tersebut baru akan bisa dinikmati oleh konsumen dalam jumlah terbatas.

Sebelumnya Go-Jek telah menjalin kemitraan strategis dengan Bank DBS untuk mendukung pelebaran sayapnya di Singapura. Dalam rilis penandatanganan perjanjian beberapa waktu lalu, Presiden Go-Jek Andre Soelistyo menyampaikan, pasca kerja sama ini Go-Jek di Singapura akan diluncurkan dalam waktu dekat.

Di rilis yang sama juga disampaikan bahwa pelanggan DBS nantinya akan mendapatkan kesempatan dan penawaran khusus untuk layanan Go-Jek di fase awal.  Karena DBS akan menjadi mitra strategis layanan dompet digital di aplikasi Go-Jek.

Menurut penelitian McKisney & Company, Singapura adalah salah satu negara dengan penetrasi model pembayaran non tunai paling matang di Asia, bersama Hong Kong dan Korea Selatan. Sehingga sangat tidak efisien jika Go-Jek menjajakan layanan ride-hailing tanpa dibarengi sistem pembayaran digital.

Babak baru ekosistem ride-hailing di Singapura

Akuisisi layanan Uber di Asia Tenggara membuat persaingan layanan ride-hailing di Singapura memudar. Opsi layanan mengerucut pada Grab. Meski menolak dibilang memonopoli pasar, pada kenyataannya tidak ada pesaing yang berimbang. Masuknya Go-Jek memberikan angin segar pada persaingan di ekosistem ride-hailing Singapura.

Kebutuhan layanan alternatif selain Grab secara tidak langsung ditunjukkan. Layanan taksi ComfortDelGro salah satu yang menerima dampak baiknya. Perusahaan mengaku pasca Uber tidak ada, pemesanan layanan justru meningkat. Kondisi tersebut turut dilihat sebagai kesempatan emas bagi pengembang ride-hailing lainnya, salah satunya Tada.

Namun untuk menyaingi Grab memang membutuhkan banyak upaya. Pasalnya perusahaan terus melakukan penggalangan dana untuk menyulap aplikasi sehingga menghadirkan layanan multi-fungsi. Memiliki modal besar artinya dapat melakukan banyak hal untuk mengakuisisi pengguna.

Hadirnya Go-Jek –dengan dukungan permodalan yang tidak kecil, kabar terakhir investor lamanya akan menambah pendanaan hingga membawa valuasi mencapai $9 miliar—dapat menghadirkan opsi layanan yang berimbang. Menyajikan layanan berbasis aplikasi untuk kebutuhan transportasi di Singapura.

Pasar di Singapura memang tidak sebesar negara asal atau tujuan ekspansi Go-Jek lainnya. Penggunanya tidak sebesar di Indonesia atau Vietnam. Namun Singapura tampak seperti menjadi sebuah pembuktian, setelah Grab beradu di Indonesia, saatnya Go-Jek bertandang membuktikan kekuatannya di negara asal lawan.

Persaingan Go-Jek dan Grab masih akan menarik untuk diikuti dalam babak selanjutnya. Mungkin tidak hanya seputar layanan transportasi, melainkan kepada layanan-layanan lain yang terus diinovasikan oleh kedua perusahaan.

Application Information Will Show Up Here

Riset Google-Temasek: Indonesia Kuasai Pangsa Pasar Ekonomi Internet di Asia Tenggara

Kawasan Asia Tenggara (SEA) digadang-gadang sebagai wilayah dengan pertumbuhan ekonomi internet paling pesat. Dalam satu dekade terakhir, dinamika bisnis digital di berbagai lanskap memang cukup terasa — berupa kemunculan bisnis baru atau penguatan bisnis yang sudah ada dalam investasi besar-besaran. Untuk melihat kondisi terkini, Google dan Temasek kembali merilis laporan riset bertajuk e-Conomy SEA 2018.

e-Conomy mencakup kegiatan ekonomi yang disokong oleh internet dan pendekatan digital. Beberapa sektor yang diteliti termasuk online travel, online media, ride hailing dan e-commerce; karena dinilai sudah mencapai tahap matang di kawasan SEA. Sementara periset beranggapan sektor lain seperti pendidikan, finansial, kesehatan dan sosial masih berada di tahap awal. Riset ini  menjangkau Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam.

Di SEA, ekonomi internet diprediksikan akan mencapai $240 miliar pada tahun 2025 mendatang, tahun ini sudah mencapai $72 miliar. Untuk mendukung pertumbuhan, bisnis akan membutuhkan investasi sampai $50 miliar. Saat ini riset turut memperkirakan konsumen internet di kawasan SEA sudah mencapai lebih dari 350 juta orang. Rata-rata mereka terhubung dengan pendekatan mobile, melalui perangkat ponsel pintar yang dimiliki.

Indonesia negara dengan pertumbuhan tercepat dan terbesar

Pada sektor yang diteliti, pasar paling besar dikuasai oleh bisnis online travel. Namun di tahun 2025, e-commerce akan menjadi yang terbesar. Nilai bisnis online travel tahun 2018 mencapai $30 miliar, e-commerce di angka $23 miliar. Kendati Grab dan Go-Jek menunjukkan putaran investasi besar tahun ini, ukuran pasar mereka masih di angka $8 miliar, bahkan di bawah online media yang nilainya berada di angka $11 miliar.

Ekonomi Digital Asia Tenggara
Ekonomi digital di SEA saat ini dan proyeksinya di tahun mendatang / Google-Temasek

Indonesia menjadi negara dengan pertumbuhan paling cepat dan ukuran pasar paling besar di SEA. Tahun 2018 angkanya mencapai $27 miliar, akan menyumbangkan $100 miliar di tahun 2025 mendatang. Pertumbuhannya ekonomi digital di Indonesia sangat pesat, pasalnya pada tahun 2015 lalu angkanya baru mencapai $8 miliar, artinya tahun ini berhasil tumbuh lebih dari 4x lipat. Untuk tahun ini, Thailand menjadi terbesar kedua di angka $12 miliar.

Ekonomi Digital Asia Tenggara
Indonesia memimpin pangsa pasar dengan putaran nilai bisnis tertinggi / Google-Temasek

Melihat lebih dekat masing-masing sektor

Sektor e-commerce menjadi yang paling dinamis dalam tiga tahun ke belakang. Dinamika tersebut disebabkan karena proses adaptasi yang dilakukan masif di kalangan konsumen. Tahun ini sektor e-commerce berhasil menyumbangkan nilai putaran bisnis mencapai $23 miliar, diprediksikan tahun 2025 mencapai $100 miliar. Para unicorn di SEA seperti Lazada, Shopee, dan Tokopedia dinilai Google dan Temasek akan berperan kritis dalam menumbuhkan bisnis ini.

Di sektor e-commerce, Indonesia tetap menjadi pemimpin pasar dengan nilai bisnis mencapai $12 miliar di tahun 2018. Sementara negara lain seperti Thailand dan Vietnam baru mencapai kurang lebih $3 miliar tahun ini.

Online travel jadi yang terbesar tahun ini. Dalam riset disebutkan bahwa lanskap ini mencakup tiga sub-sektor utama, yakni online vacation rental, online hotel, dan online flight. Bisnis penjualan tiket pesawat masih mendominasi tahun ini dengan perolehan mencapai $18,4 miliar, disusul reservasi hotel $10,7 miliar, dan sewa kendaraan $0,6 miliar. Total nilai yang mencapai hampir $30 miliar tersebut akan mencapai $78 miliar tahun 2015 mendatang, dengan porsi penjualan tiket pesawat mendominasi $40 miliar.

Tidak berbeda dengan e-commerce, di sektor online travel Indonesia juga memegang nilai pangsa pasar terbesar. Tahun ini Indonesia menyumbang $8,6 miliar, akan mencapai $25 miliar pada tahun 2025 mendatang. Indonesia juga memimpin pangsa pasar di sektor ini. Tahun ini angkanya $2,7 miliar, diproyeksikan akan bertumbuh 3x lipat di tahun 2025 mencapai $8 miliar.

Ekonomi Digital Asia Tenggara
Online travel tahun ini memiliki pangsa pasar terbesar, segera disusul e-commerce / Google-Temasek

Selanjutnya ada sektor online media, yang dibagi dalam tiga jenis layanan, mencakup subscription music and video, online gaming, dan online advertising. Tahun ini angkanya mencapai $11,4 miliar didominasi sub-sektor periklanan online $7,2 miliar. Sementara online gaming menyumbang $3,8 miliar tahun ini, dan layanan musik/video on-demand $0,4 miliar. Tahun 2025 diprediksikan sektor ini akan menyumbangkan angka $32 miliar di SEA, dengan persentase sub-sektor yang tidak jauh berbeda dengan kondisi tahun ini.

Sektor terakhir yang diteliti oleh Google dan Temasek adalah ride hailing. Terdiri dari dua sub-sektor, yakni online food delivery dan online transport. Tahun 2018 angkanya mencapai $7,7 miliar, dengan pembagian $5,7 miliar didapat dari online transportation dan $2,0 miliar dari online food delivery. Tahun 2025 mendatang angkanya diprediksikan menjadi $28 miliar, dengan kepeimpinan sub-sektor online travel mencapai $20 miliar.

Indonesia tetap menjadi pangsa pasar terbesar dengan nilai tahun ini mencapai $3,7 miliar. Diproyeksikan tahun 2025 mendatang akan menyentuh angka $14 miliar. Turut disoroti juga pemain kunci di SEA untuk sektor ini, yakni Grab dan Go-Jek. Selain transportasi dan jasa antar makanan, keduanya terus mengembangkan solusi pembayaran digital dalam pengembangan bisnisnya.

Go-Jek Partners with DBS to Launch Business in Singapore

DBS and Go-Jek, today (11/12) announced a strategic partnership to support Go-Jek payment services in Singapore. Later, this partnership will reach other countries in Southeast Asia by presenting payment service innovation.

In the coming weeks, Go-Jek is to launch the ride-hailing app’s beta version in Singapore. In this partnership, DBS customers in Singapore will gain opportunities and special offers.

“We partnered up with companies having similar vision like Go-Jek to build the inclusive digital ecosystem for our customers,” Tan Su Shan, DBS’ Group Head of Consumer Banking, said.

He said that DBS Singapore has been distributed more than four million active debit/credit card for the public. They’ve also launched a digital wallet app called DBS PayLah! for customer’s non-cash payment.

Moreover, Andre Soelistyo, Go-Jek’s President, said this partnership is a proper step of the company. It is expected to gain customer’s enthusiasm, particularly those using DBS.

“We are looking forward to launching a beta version of our service in the coming weeks. We’ve received positive responses from the driver community since we opened up pre-registration. We believe through this partnership with DBS, there will be similar responses from consumers,” he said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Go-Jek Jalin Kerja Sama dengan Bank DBS, Segera Resmikan Kehadiran di Singapura

Bank DBS dan Go-Jek hari ini (12/11) mengumumkan kerja sama strategis untuk mendukung layanan pembayaran Go-Jek di Singapura. Ke depannya, kemitraan ini akan berlanjut menjangkau negara-negara lain di Asia Tenggara dengan menghadirkan inovasi layanan pembayaran.

Beberapa minggu mendatang, Go-Jek akan segera meresmikan versi beta aplikasi ride-hailing di Singapura. Dengan kemitraan ini, pelanggan DBS di Singapura nantinya akan mendapatkan beberapa kesempatan dan penawaran khusus.

“Kami bermitra dengan perusahaan-perusahaan yang memiliki kesamaan visi, seperti Go-Jek, untuk membangun ekosistem digital yang inklusif bagi nasabah kami,” sambut Group Head of Consumer Banking Bank DBS, Tan Su Shan.

Disampaikan juga bahwa saat ini DBS di Singapura telah mengedarkan lebih dari empat juta kartu debit/kredit aktif di masyarakat. Mereka juga sudah meluncurkan aplikasi dompet digital DBS PayLah! untuk kebutuhan pembayaran non tunai bagi nasabahnya.

Sementara itu Presiden Go-Jek, Andre Soelistyo, menyampaikan bahwa kemitraan ini menjadi langkah tepat bagi perusahaan. Harapannya kemitraan dengan DBS dapat menghadirkan sambutan antusias dari kalangan konsumen, khususnya yang sebelumnya menggunakan layanan DBS.

“Kami sangat menantikan peluncuran versi beta layanan kami dalam beberapa minggu mendatang. Kami telah mendapatkan tanggapan yang luar biasa dari komunitas driver sejak kami membuka pra-pendaftaran. Kami yakin bahwa melalui kemitraan dengan DBS, kami akan mendapat sambutan serupa dari konsumen,” ujar Andre.

Application Information Will Show Up Here

Grab dan GO-JEK Terus Bersaing, Minggu Ini Diisi Berita Investasi

Persaingan raksasa on-demand regional terus berlanjut. Siapa lagi kalau bukan antara Grab dan GO-JEK. Demi melanjutkan rencana perluasan pangsa, keduanya minggu ini dikabarkan memperoleh pendanaan lanjutan. Grab mendapat $200 juta (setara 3 triliun Rupiah) dari Booking Holdings, perusahaan di balik layanan travel seperti Booking.com, Agoda, dan Priceline.

Sementara itu, rivalnya GO-JEK juga dikabarkan mendapatkan suntikan dana tambahan dari para investor terdahulu. Google, Tencent, dan JD.com menggandakan investasinya hingga membuat valuasi perusahaan melebihi $9 miliar (setara dengan 137 triliun Rupiah). Dengan pendanaan ini persaingan bisnis menjadi semakin sengit, dengan masing-masing perusahaan mendapat dukungan dari layanan besar di Amerika Serikat dan Tiongkok.

Grab dengan target pendanaan $3 miliar

Layanan Grab
Grab berambisi menjadi “supper app” / DailySocial

Awal bulan ini, Grab baru saja mengumumkan perolehan investasi dari Microsoft dalam kerja sama strategis pengembangan produk teknologi. Sebelumnya Toyota juga memimpin pendanaan Grab mencapai $2 miliar – menunjukkan beberapa waktu terakhir perusahaan begitu ambisius dalam mengejar target pendanaan. Memang, sejak awal Grab menargetkan bisa membukukan investasi hingga $3 miliar sebelum tahun 2018 berakhir.

Dengan modal besar, Grab ingin menjadikan platformnya sebagai “super apps”. Tidak lagi sekadar sebagai penyedia layanan transportasi, namun juga memberikan manfaat untuk model bisnis lain, salah satunya melalui GrabPay. Di Indonesia, Grab juga terus menjalin mitra strategis, dengan pemain fintech seperti TrueMoney, Paytren dan OVO; dengan perusahaan iklan seperti StickEarn; hingga dengan online grocery untuk menghadirkan GrabFresh.

GO-JEK dalam ekspansi regionalnya

layanan GO-JEK
GO-JEK degan ambisi ekspansinya / DailySocial

Sementara itu GO-JEK tampak terus fokus melebarkan sayap regional. Setelah sukses dengan Go-Viet, kehadirannya di Singapura juga segera dimulai.

Rencana ekspansi yang hendak digalakkan GO-JEK bukan tanpa halangan. Di Filipina, langkah GO-JEK saat ini tidak berjalan mulus, moratorium aturan on-demand membuat otoritas setempat belum bisa memproses izin operasional GO-JEK. Berkaitan dengan ekspansi, GO-JEK juga terus memperluas kerja sama bisnis – hal ini menjadi salah satu poin pokok yang dipaparkan pihak GO-JEK pasca pendanaan lanjutan, yakni pendalaman aliansi dengan mitra strategis.

Grab vs GO-JEK pasca tutupnya Uber di Asia Tenggara

Setelah operasional Uber di Asia Tenggara diakuisisi Grab, polarisasi layanan –khususnya di Indonesia sebagai pangsa pasar terbesar—mengerucut pada Grab vs GO-JEK. Untuk melihat peralihan konsumen, kami sempat melakukan survei terhadap 1192 pengguna layanan Uber di 22 kota di Indonesia. Sejak layanan Uber berhenti beroperasi, sebanyak 55% responden mengaku beralih ke layanan Grab, sedangkan 45% sisanya ke GO-JEK.

Riset On-Demand
Pertimbangan pengguna dalam memilih layanan on-demand / DailySocial

Dalam laporan survei tersebut diungkapkan mengenai pertimbangan konsumen dalam memilih layanan transportasi on-demand. Berdasarkan jawaban responden, pertimbangan harga masih menjadi faktor utama, diikuti dengan sifat aplikasi yang customer friendly.

 

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Go-Jek Creates Driver Registration Portal in Singapore

Go-Jek’s arrival in Singapore is getting closer. Today, they launched a pre-registration portal for Singapore people interested to be Go-Jek drivers. Those who registered in the portal will receive more detailed notification from Go-Jek regarding registration steps to join Go-Jek Singapore.

Go-Jek is yet to release the exact date for official launching. However, their representative said in the official page that the portal is an important step for the next partner recruitment process.

In the portal, Go-Jek will only list the four-wheeler drivers while the two-wheeler doesn’t acquire the license as the transportation vehicle in Singapore.

“There are interest options for driver [to be a partner] in Singapore and we’re glad to take an important first step in driver acquisition. In Go-Jek, we understand the important role of drivers for a successful operation, that’s why we waited to build a strong and attractive connection with driver communities,” Go-Jek’s representative said.

Founded in Jakarta since 2011, Go-Jek turned into one of the leading digital company. Not only providing transportation, Go-Jek currently owns many verticals include those in lifestyle, health, and fintech sector.

Go-Jek’s presence in Singapore will continue its expansion which was previously activated. Go-Jek was first arrived in Vietnam with Go-Viet, followed by Thailand with GET, and in an attempt to penetrate the Philippines market. In Singapore, Go-Jek will meet one of its biggest competitor, Grab, which recently received funding from Microsoft.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Grab Secures Investment from Microsoft, Create Synergy to Develop Smart Technology

Microsoft announces an investment to Grab with an undisclosed value. It opens up partnership opportunities for both companies, particularly to maximize Azure platform to Grab’s business system. Both are said to collaborate in the technology project development involving big data and artificial intelligence.

Grab and Microsoft will explore the image recognition technology with computer vision to improve the app experience. The implementation works as users can take a picture of their current location, and the application will automatically translate into the pick-up address.

Previously, Grab was reportedly targeting up to $3 billion investment this year. The latest news, Softbank’s existing investors agreed to make an additional investment of $500 million. They also had raised a $2 billion investment led by Toyota, including from Microsoft’s Co-Founder, Paul Allen.

The use of funding will be to realize Grab’s ambition as “super app”, not only for transportation service but also to optimize the ecosystem in many areas. Some innovations being mentioned are the food delivery service, e-money optimization, microlending, and more lifestyle features.

In Microsoft’s perspective, this investment was to improve its platform penetration for the major technology business in Southeast Asia. To date, Microsoft’s biggest competitor in the cloud computing platform is Amazon Web Services (AWS). In the ride-hailing sector, AWS has made a strategic partnership with Didi Chuxing for the latest technology exploration.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Vietnam-based Ride Hailing Service “FastGo” Prepares Expansion to Indonesia

An app-based transportation service from Vietnam, FastGo, plans for expansion to Indonesia and Myanmar. Ngutyễn Hữu Tuất, FastGo’s CEO, mentioned the plan. The expansion will start by the end of 2018.

In his statement, as quoted from Vietnam News, Tuất and his team are targeting to acquire 30% of Indonesia’s market-share knowing the current market is fully dominated by GO-JEK and Grab. In Myanmar, they’re being more ambitious to be the second leading ride-hailing service after Grab.

Expansion to Indonesia is not without reason. Aside from the crowded target market, FastGo admitted having a strategic partner. However, there’s no further detail on who supports them behind the expansion.

In realizing its mission, FastGo is finalizing the Series B funding of $50 million (or IDR 754 billion). Tuất believes it is to be disbursed in early 2019

Previously, GO-JEK had first made a debut in Vietnam market by launching Go-Viet. FastGo becomes the most serious competitor downtown with 15,000 driver partners in Hanoi and Ho Chi Minh City.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here