Pemerintah Teken Moratorium Penambahan Pengemudi Taksi Online

Pemerintah memutuskan untuk menghentikan sementara atau moratorium rekrutmen pengemudi transportasi taksi online demi menjaga level of playing field dengan pengemudi konvensional maupun antar pengemudi taksi online itu sendiri.

Pemerintah beralasan pertumbuhan pengemudi yang mendaftar ke para penyedia jasa aplikasi ride hailing tumbuh sangat cepat, sehingga dinilai persaingan antar pengemudi online sudah tidak sehat.

Dari data yang dihimpun Kemenhub, hingga tiga pekan lalu, jumlah pengemudi taksi online untuk tiap aplikasi mencapai 166 ribu pengemudi. Tapi angka tersebut pada rakor yang diadakan kemarin (12/3), ketiga pemain aplikasi mengaku jumlahnya telah naik hingga 175 ribu per aplikasi. Angka tersebut jauh melampaui kuota 36.510 pengemudi yang ditetapkan untuk wilayah Jabodetabek.

“Karena cepatnya pertumbuhan itu, tadi rapat [12/3] memutuskan menghentikan sementara waktu penerimaan pengemudi baru,” ucap Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kemhub Budi Setiyadi, seperti dikutip dari Kontan.

Dalam rapat ini, turut dihadiri Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut B Panjaitan, Menkominfo, Korlantas, beberapa dishub, serta tiga penyedia jasa aplikasi (Go-Jek, Grab, dan Uber).

Moratorium ini, menurut Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, berlaku untuk seluruh daerah di Indonesia demi menyelamatkan pengemudi taksi online yang sudah ada. Bila tidak ada pembatasan, antar pengemudi akan saling bersaing satu sama lain. Kemungkinan bisa berdampak pengemudi tidak mendapat order sama sekali.

“Jadi kasihan karena jumlah pengemudi terlalu banyak, kompetisi menjadi ketat, mendapatkan order juga akan semakin sulit. Kalau itu terjadi, mereka mau dapat apa,” tutur Budi.

Budi berharap keputusan ini bisa dipatuhi oleh seluruh para penyedia jasa aplikasi yang beroperasi di Indonesia. Akan tetapi, Budi belum memastikan berapa lama moratorium ini akan berlaku.

“Soal sampai kapan pemberlakuannya, tunggu ketetapan selanjutnya.”

Pemerintah juga terus menetapkan kuota pengemudi tiap daerah. Saat ini ketentuan sudah ditetapkan di 15 provinsi, termasuk Jabodetabek (36.510), Jawa Barat (15.418), Jawa Tengah (4.935), Jawa Timur (4.445), Aceh (748), Sumatera Barat (3.500).

Kemudian, disusul Sumatera Selatan (1.700), Lampung (8.000), Bali (7.500), Sulawesi Utara (997), Sulawesi Selatan (7.000), Kalimantan Timur (1.000), Yogyakarta (400) dan Riau (400).

Rapat tersebut juga meminta Menkominfo menyelesaikan dashboard pemantauan pengemudi online dalam seminggu ini. Dashboard tersebut akan dimanfaatkan Dirjen Perhubungan untuk memantau perubahan pengemudi taksi online secara real time, menyangkut soal SIM, atas nama siapa, dan pemilik buku KIR mobil.

Grab Dikabarkan Raih Investasi Baru dari Hyundai Motor

Grab dikabarkan mendapat investasi baru dari perusahaan otomotif asal Korea Selatan, Hyundai Motor Co. dengan nilai yang tidak disebutkan. Investor Grab terdahulu disebutkan turut berpartisipasi dalam putaran kali ini, seperti Didi Chuxing, Soft Bank, dan Toyota Tsusho.

Dalam laporan yang dikutip dari Reuters, Hyundai dan Grab nantinya akan bersama-sama mengembangkan layanan di Asia Tenggara, termasuk mengembangkan mobil elektrik ramah lingkungan seperti IONIQ Electric.

Hyundai sendiri mengaku sedang mempertimbangkan pembuatan pabrik mobil di Asia Tenggara dengan memilih negara seperti Indonesia dan Vietnam sebagai sasarannya.

Sebelumnya pasca perolehan investasi seri G US$2 miliar dari Didi Chuxing dan Softbank di Juli 2017, pihak Grab memang mengungkapkan belum menutup putaran pendanaan dan berharap masih bisa menambah US$500 juta agar putaran kali ini menjadi pendanaan tunggal terbesar di Asia Tenggara.

Diperkirakan masuknya tambahan dana segar dari Hyundai akan melambungkan nilai valuasi Grab dari sebelumnya, di atas US$5 miliar. Bisnis Grab saat ini sudah beroperasi di delapan negara di Asia Tenggara, dengan ekspansi terbarunya di Kamboja.

Di Indonesia sendiri, layanan Grab diklaim telah mencapai 75 kota, tersebar dari Aceh hingga Papua. Saat ini Grab kian aktif menambah inovasi bisnis dengan menggandeng perusahaan lokal. Misalnya dengan Kereta Api Indonesia untuk menempatkan GrabVenue di 49 stasiun wilayah Jabodetabek.

Kemudian, memanfaatkan lisensi e-money dari OVO untuk kembali mengaktifkan GrabPay. Dengan Garuda Indonesia untuk mengintegrasikan program loyalitas agar bisa nasabah dari kedua perusahaan bisa dinikmati secara bersama. Terakhir, bersama PayTren untuk menggaet agen PayTren menjadi mitra pengemudi Grab.

Application Information Will Show Up Here

Go-Jek Introduces In-App Chat Feature

Go-Jek releases in-app chat feature to provide easier communication between user and driver. This move is actually kind of late, compare to the other similar
players such as Grab and Uber which already applied this feature earlier.

Tampilan in app chat dari Go-Jek

This feature will be available on rolling basis for Go-Jek users after updating
the latest version of their Go-Jek’s app. By in-app chat, users do not have to
exit the app to send message or make a call to communicate with the driver.

[Read also: GO-JEK Confirms the Acquisitions of Midtrans, Kartuku, and Mapan]

Up to this point, Go-Jek has not officially announced its latest feature. However, in-app chat is to be said the most awaited feature in Go-Jek. A problem encountered by Go-Jek users resulting a lot of complaints is the use of balance
to text or call the driver.

On the other hand, in-app chat can be Go-Jek’s weapon in strengthening its
service to all loyal users and attracting new users. So far, Go-Jek has served 15 million weekly active users with 900 thousand drivers throughout Indonesia, more than 125 thousand merchants and more than 100 thousand transaction to be processed monthly in the platform.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Go-Jek Hadirkan Fitur “In App Chat”

Go-Jek merilis fitur “in app chat” untuk memudahkan komunikasi antara pengguna dengan mitra pengemudi. Langkah Go-Jek ini bisa dikatakan sedikit terlambat, dibandingkan pemain sejenis lainnya seperti Grab dan Uber yang sudah lebih dahulu menghadirkan fitur tersebut.

Tampilan in app chat dari Go-Jek
Tampilan in app chat dari Go-Jek

Fitur ini dihadirkan secara bergulir untuk pengguna Go-Jek setelah memperbarui aplikasi Go-Jek ke versi terbaru. Dengan in app chat, pengguna tidak perlu menggunakan keluar dari aplikasi utama untuk mengirim SMS atau telepon saat ingin berkomunikasi dengan pengemudi.

[Baca juga: GO-JEK Konfirmasi Akuisisi Terhadap Midtrans, Kartuku, dan Mapan]

Sejauh ini, Go-Jek belum mengumumkan secara resmi terkait fitur terbarunya ini. Akan tetapi, bisa dikatakan in app chat adalah fitur yang ditunggu pengguna Go-Jek. Sebab salah satu masalah yang dikeluhkan pengguna Go-Jek adalah pulsa yang terus berkurang saat harus berkomunikasi berkali-kali dengan mitra pengemudi.

Di samping itu, in app chat dapat menjadi senjata Go-Jek untuk memperkuat layanannya ke seluruh pengguna loyal dan menarik pengguna baru. Sejauh ini Go-Jek telah melayani 15 juta pengguna aktif mingguan dengan 900 ribu pengemudi di seluruh Indonesia, lebih dari 125 ribu merchant, dan lebih 100 juta transaksi yang diproses dalam platform setiap bulannya.

Application Information Will Show Up Here

Tak Sanggup Bersaing, Startup On-Demand Lokal di Pontianak Tumbang

Sejak Go-Jek merambah ke Pontianak sekitar Mei 2017 lalu, diikuti Grab dan Uber, ternyata berdampak negatif terhadap beberapa startup on-demand lokal di Kota Khatulistiwa ini. Terbukti, beberapa startup lokal seperti Tripy, Ponjek, Travella, dan Hay Trans kini sudah tidak beroperasi lagi. Hal ini diakui oleh Ibrahim, salah seorang pendiri Tripy.

Ibrahim mengatakan kepada DailySocial, startup lokal Pontianak seperti Tripy, tak mampu menyaingi startup nasional karena mereka tidak punya modal finansial yang besar. Saat Go-Jek masuk sebulan sebelum Ramadan 2017, transaksi Tripy masih bagus. Lalu Uber masuk Pontianak sebulan kemudian dengan promo gila-gilaan, dengan tarif 15.000 rupiah ke bandara, tidak lama setelah itu, Go-Car beroperasi. Transaksi Tripy hanya bertahan sebulan, lalu manajemen Tripy memutuskan mundur karena beban operasional dan beban server yang besar.

“Mau perang sama perusahaan yang biasa “bakar duit”, kami tak sanggup,” ujar Ibrahim.

Namun, ada juga beberapa startup lokal yang masih sanggup bertahan, seperti Angkuts, Hello Kapten, Delifairy, dan Bujang Kurir. Saat ditemui DailySocial, Riszky Ramadhan selaku owner Bujang Kurir mengatakan, hingga detik ini Bujang Kurir masih bisa bertahan karena banyaknya pelanggan setia mereka, meski terasa ada penurunan order sebesar 10-15%. Hingga detik ini, tercatat 100 order per hari. Startup lokal yang berdiri pada 18 Juni 2015 ini telah diunduh 10.000 kali.

Adanya monopoli dari perusahaan nasional dalam hal delivery order mematikan usaha lokal. Riszky mengatakan tidak pernah menolak adanya startup nasional di Pontianak. Dia  cuma meminta adanya regulasi yang jelas dari pemerintah daerah mengenai tarif, zona, dan perekrutan tenaga driver.

“Saya minta perhatian pemerintah daerah berupa perwa dan perda untuk melindungi startup lokal agar mampu bersaing dengan startup nasional. Kita tidak bisa menolak kemajuan teknologi, tapi itu bisa dikontrol,” tegasnya.

Uber Resmi Hadir di Aplikasi Tokopedia

Hari ini (10/11) Uber secara resmi mengumumkan kerja sama strategis dengan Tokopedia. Salah satu realisasinya, kini layanan Uber hadir di aplikasi Tokopedia. Sebagai langkah awal, layanan Uber yang tersedia di aplikasi Tokopedia adalah layanan tumpangan langsung (rides) dan transaksi Uber Gift Card.

Seluruh layanan rides dari Uber, seperti UberX, UberMotor, UberXL, UberBlack, dan UberPOOL kini dapat dibayar menggunakan dompet elektronik TokoCash. Menariknya TokoCash sendiri masih dalam status “dibekukan” — implikasinya tidak bisa melakukan top-up kredit, mengingat Tokopedia belum mengantongi lisensi e-money dari Bank Indonesia. Estimasinya baru akhir tahun akan terbit izin tersebut.

Ke depan, akan terbuka dengan metode kartu kredit. Sedangkan Uber Gift Card pun kini dapat dibeli lewat Tokopedia, memungkinkan siapa pun untuk membeli dan berbagi hadiah. Seluruh layanan ini dapat digunakan di 34 kota, di mana Uber beroperasi dan pemesanan paket UberDeliver di Surabaya.

Menurut General Manager Uber untuk kawasan Asia Tenggara dan Utara Chan Park, kehadiran Uber di aplikasi Tokopedia menjadi peluang perusahaan untuk menjaring lebih banyak pengguna baru tanpa harus mengunduh aplikasi Uber dan menjadi pengguna Uber sebelumnya.

Tentunya, Uber tidak merasa khawatir apabila jumlah unduhan aplikasi menurun dan beralih ke Tokopedia. Sebab tujuan perusahaan adalah membuka peluang ekonomi sebesar-sebesarnya untuk mitra pengemudi lewat kemudahan booking bagi sisi pengguna.

“Kemitraan ini kami harapkan bisa bantu capai misi yang ingin memberikan kenyamanan dalam bertransportasi untuk semua orang,” kata Chan, Kamis (9/11).

Chief of Staff Tokopedia Melissa Siska Juminto menambahkan, “Kerja sama strategis ini turut membawa misi kami lebih jauh lagi dalam mewujudkan pemerataan ekonomi secara digital di Indonesia, dengan memberikan pengunjung Tokopedia lebih banyak akses terhadap layanan yang mereka perlukan.”

Menurut Melissa, kerja sama strategis antara Uber ini merupakan jangka panjang. Sehingga bakal ada inisiatif baru antara kedua perusahaan yang akan bermunculan.

Untuk memesan Uber rides, pengguna dapat membuka menu “Pembayaran & Top Up”, lalu pilih logo Uber untuk mulai memesan perjalanan. Tentukan poin penjemputan dan destinasi. Jika sudah siap, klik “Request”.

Akan tetapi, belum semua pengguna Tokopedia sudah bisa menggunakan layanan rides. Sebab baru diluncurkan untuk sebagian pengguna. Rencananya dalam waktu dekat akan tersedia untuk seluruh pengguna Tokopedia.

Sementara untuk pembelian Uber Gift Card, pengguna dapat memilihnya di menu Gift Card. Lalu pilih metode pembayaran yang diinginkan dan nominal Gift Card yang diinginkan Rp50 ribu atau Rp100 ribu. Nanti pengguna akan mendapat Gift Code yang dapat dimasukkan dalam aplikasi Uber.

Bila ingin memberi hadiah ke orang lain, masukkan nominal Gift Card, email atau nomor ponsel yang terasosiasi dengan akun Uber milik penerima hadiah. Bila penerima telah menjadi pengguna Uber, Gift Card akan masuk secara otomatis. Bila belum, penerima harus membuat akun Uber terlebih dahulu.

Application Information Will Show Up Here

Mengintip Strategi Grab Optimalkan Big Data dalam Operasional

Seperti kebanyakan perusahaan teknologi lainnya, Grab juga memanfaatkan big data yang telah dihimpun untuk meningkatkan pelayanannya agar tetap relevan di setiap negara di mana dia beroperasi, termasuk Indonesia.

Perkembangan teknologi yang cepat turut memperkaya big data Grab seiring waktunya. Tiga tahun lalu, Grab mengaku baru diunduh oleh satu juta perangkat, satu booking per dua detik, 100 perangkat CPU, satu database, dengan beberapa gigabyte data dan logs.

Hingga kini Grab telah diunduh hingga 63 juta perangkat, ribuan booking per detik, puluhan ribu CPU, ratusan database, dengan ratusan terabyte data dan logs. Data-data tersebut di antaranya berisi kebiasaaan pengguna dan pengemudi dengan identitas anonim.

Data yang dikumpulkan dimanfaatkan Grab untuk mencari solusi dan inovasi baik secara jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk jangka pendek, Grab berupaya mengoptimalkan jumlah permintaan dengan persediaan pengemudi.

Misalnya memberi notifikasi kepada pengemudi tentang prediksi lokasi yang akan ramai dengan pesanan dalam beberapa menit mendatang.

“Banyak data yang dikumpulkan berarti ada banyak insight buat kami. Dalam seharinya kami menerima 10 terabyte data. Bila ditotal sama dengan multi-petabyte data. Ini yang menjadikan kami sebagai layanan transportasi online yang paling banyak diminta di Asia Tenggara,” terang Head of Engineering Grab Ditesh Gathani, kemarin (25/10).

Sementara untuk rencana jangka panjang, Grab ingin mengubah sistem transportasi ke arah yang lebih baik. Semisal, cara mengurangi jumlah kendaraan di jalan, menyediakan transportasi lebih aman, dan mengurangi polusi.

Salah satu contoh inovasi yang dilakukan lewat memanfaatkan big data adalah kehadiran GrabShare dan GrabNow. GrabShare adalah layanan berbagi tumpangan bersama orang lain, dengan titik tujuan searah.

Sementara GrabNow adalah cara mendapatkan pengemudi tercepat dengan langsung menghampiri pengemudi terdekat yang tidak dalam status pemesanan.

“Karena ingin mengubah sistem transportasi yang lebih baik, kami juga membuka data dengan pemerintah setempat. Salah satu yang sudah kami lakukan adalah dengan pemerintah Singapura. Kami berbagi data untuk menyelesaikan kemacetan jalan atau pembangunan infrastruktur.”

Ditesh mengungkapkan, untuk menyelesaikan masalah pihaknya menerapkan pendekatan secara hyperlocal. Misalnya, pihaknya mengirimkan 15 orang tim Grab untuk menghabiskan waktu selama enam bulan di Jakarta. Mereka akhirnya menemukan bahwa warga Jakarta ternyata akan lebih mudah memesan Grab yang ada di depan matanya.

Rutin upgrade platform

Ditesh juga menuturkan, banyaknya data yang melimpah di satu sisi memaksa Grab untuk me-rewrite sistem setiap dua tahun sekali. Maka dari itu, tim engineer Grab bekerja hanya untuk menyediakan solusi yang berlaku dalam jangka waktu dua tahun.

Tentunya, memprediksi apa yang terjadi dalam dua tahun itu bukan perkara mudah. Namun dengan bekal pengalaman yang terdahulu, ditambah kemampuan tim engineer yang mumpuni, Grab dapat mereka-reka. Setidaknya apa kemungkinan yang terjadi dalam dua tahun mendatang.

“Ini jadi tantangan tersendiri karena kita sendiri tidak tahu apa yang akan terjadi dua tahun ke depan. Tapi kita dapat pengalaman terdahulu, sehingga bisa mereka-reka. Kami juga cukup terkejut dengan kemampuan tim engineer yang mampu meng-upgrade platform Grab jadi lebih scalable dalam dua tahun ke depan.”

Ditesh mengaku sejak lima tahun lalu, Grab telah melakukan rewrite sistem hingga tiga kali. Tahun ini telah mamasuki masa keempat.

Kolaborasi antar engineer di setiap negara

Berlimpahnya data, membuat perusahaan rela berinvestasi besar-besaran membangun research and development center (R&D center) di berbagai lokasi. Total R&D Grab ada enam titik, Seattle (AS), Ho Chi Minh (Vietnam), Singapura, Beijing (Tiongkok), Bangalore (India), dan Jakarta (Indonesia).

Pemilihan lokasi ini, tutur Ditesh, juga tidak sembarang. Pihaknya mempertimbangkan ketersediaan engineer lokal yang mumpuni untuk membantu bisnis Grab. Untuk lokasi yang tidak ada dalam wilayah bisnis Grab, seperti Seattle, Beijing dan Bangalore, dipilih lantaran di negara tersebut memiliki engineer bertalenta baik karena hadirnya berbagai perusahaan teknologi kelas triple A.

Bentuk kolaborasi antar engineer di setiap negara pun juga cukup intens, mereka dapat belajar dari satu sama lain. Tim engineer di luar ASEAN bertugas untuk membantu seluruh tim engineer Grab yang ada dalam menyelesaikan masalah.

Sementara tim engineer lokal karena paham dengan pasar di negara sendiri akan fokus memberi solusi yang bisa mereka lakukan.

Ambil contoh, tim Bangalore bekerja untuk fitur GrabPay. Mereka akan bekerja sama dengan tim Kudo untuk mengintegrasikan GrabPay dalam aplikasi Kudo. Sedangkan tim engineer di Indonesia fokus mempermudah proses penerimaan pengemudi baru dalam aplikasi Kudo.

“Pada intinya, tim engineer akan fokus pada nilai apa yang bisa mereka tawarkan untuk menguntungkan masing-masing negara. tim Vietnam akan bekerja untuk market mereka. Sedangkan tim Singapura mereka mampu membantu seluruh tim di Asia Tenggara.”

Dampak penunjukkan CTO baru

Selain membahas big data, Ditesh juga mengungkapkan bahwa pihak cukup senang dengan kehadiran Theo Vassilakis sebagai CTO Grab. Vassilakis akan membawahi seluruh tim R&D, termasuk Ditesh sendiri.

Pengalaman yang sudah dihimpun Vassilakis tentang big data dari perusahaan sebelumnya diharapkan dapat membantu Grab untuk scale up lebih kencang. Pasalnya, Grab kini tidak hanya sebagai perusahaan transportasi on demand, tapi kini sudah masuk ke sistem pembayaran.

“Kami harap Vassilakis dapat membantu Grab untuk scale up dalam dua hal tersebut,” pungkas Ditesh.

Application Information Will Show Up Here

Go-Jek Ingin Ekspansi ke Negara-Negara Asia Tenggara

Tidak mau kalah dengan pesaingnya Grab dan UberGo-Jek berencana melakukan ekspansi ke negara Asia Tenggara. Seperti dilansir Bloomberg, ekspansi tersebut tidak sekedar layanan transportasi, namun juga bagaimana mentransformasi sistem pembayaran, dari yang berbasis tunai ke digital.

“Selama ini posisi kami adalah bertahan [di Indonesia], sudah waktunya kami berkompetisi di negara mereka dan negara lainnya,” kata CEO Go-Jek Nadiem Makarim seperti dikutip dari Bloomberg.

Saat ini layanan Go-Jek sudah hadir di 50 kota di Indonesia, membuktikan eksistensinya merajai layanan transportasi online di Indonesia. Hingga saat ini mereka memiliki lebih dari 300 ribu mitra pengemudi dan telah memiliki sekitar 16-18 juta pengguna aktif.

Meskipun tidak spesifik menyebutkan negara apa saja yang akan disambangi, diperkirakan Filipina, Vietnam dan Thailand, yang memiliki kemiripan infrastruktur dengan Indonesia akan menjadi lahan ekspansi baru Go-Jek.

Dibanding Uber dan Grab, Go-Jek memiliki keunggulan karena melayani berbagai sektor layanan on-demand, termasuk pengantaran makanan, jasa pembersihan, jasa pengantaran obat-obatan, pemindahan barang dalam jumlah besar, dan layanan kecantikan.

“Saya pikir selama ini Go-Jek telah berhasil menemukan solusi sebagai platform yang berfungsi dengan baik di negara berkembang, di mana infrastruktur masih kurang memadai,” kata Nadiem.

Application Information Will Show Up Here

Ongki Kurniawan Resmi Jadi Managing Director GrabPay Indonesia

Grab akhirnya meresmikan Ongki Kurniawan, sebelumnya Managing Director LINE Indonesia, sebagai Managing Director GrabPay Indonesia. Penunjukan posisi senior ini dianggap akan membantu GrabPay dalam membangun kemitraan yang kuat di seluruh ekosistem, mempercepat integrasi Kudo dengan Grab, dan melanjutkan perluasan pasar online dan jaringan mitra bisnis kecil Kudo.

Dalam pernyataan resmi, Head of GrabPay Jason Thomson mengatakan bahwa Grab senang dengan kehadiran Ongki untuk mengembangkan GrabPay dan mempercepat inklusi keuangan bagi masyarakat Indonesia. Dengan pengalaman yang dimiliki Ongki mencakup telekomunikasi, pembayaran, media sosial, dan e-commerce, menurutnya akan memperkuat manajemen lokal tim Indonesia.

“Pemahaman mendalam Ongki akan membantu kami dalam mengubah GrabPay menjadi platform pembayaran mobile yang paling relevan dan paling banyak digunakan di Indonesia,” ucapnya, Senin (18/9).

Sebagai bagian tim manajemen Grab, Ongki akan secara langsung berada di bawah Jason. Grab Indonesia sendiri dipimpin Ridzki Kramadibrata selaku Managing Director.

Ongki juga akan bekerja dengan 150 engineer lokal, berlokasi di kantor pusat R&D Grab di Jakarta, untuk memecahkan solusi yang tepat demi membangun jaringan mitra yang luas untuk membangun solusi pembayaran terbaik bagi konsumen dan UKM Indonesia.

“Visi GrabPay untuk membawa seluruh masyarakat memasuki ekonomi digital, mulai dari kelas menengah hingga bisnis kecil di seluruh Indonesia, adalah salah satu cara untuk membantu mewujudkan target Indonesia menjadi negara ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara,” terang Ongki.

Sebelum memimpin operasional LINE di Indonesia, Ongki pernah memangku jabatan di XL Axiata sebagai Chief Digital dan Chief Technology Officer.

Terkait pengembangan GrabPay di Asia Tenggara, Grab mengungkapkan pembaruan program GrabRewards pada awal Agustus 2017 dengan menambah jumlah partner merchant menjadi lebih 150. Mereka juga meluncurkan sistem jenjang loyalitas terbaru yang dirancang untuk memberikan penghargaan lebih baik kepada para pengguna.

Di Singapura, pengembangan fitur GrabPay telah sampai pada fitur transfer dana kepada sesama pengguna dengan nomor telepon atau memindai kode (QR Code). Grab juga berencana untuk memperluas penggunaan GrabPay kepada lebih dari 1.000 merchant dengan menyasar pemain di industri makanan dan minuman (F&B), ritel, dan hiburan sampai akhir tahun ini.

GO-JEK Lanjutkan Ekspansi ke 25 Kota Baru

Belum lama ini GO-JEK mengumumkan ekspansi ke 25 lima kota baru di beberapa kawasan Indonesia. Ekspansi ini menjadikan GO-JEK menjadi layanan on-demand dengan jangkauan terluas di Indonesia, yakni telah merangkum 50 area kota.

Seperti langkah ekspansi pada umumnya, layanan GO-JEK yang bisa dipesan di area baru tersebut meliputi GO-RIDE dan layanan yang bisa diakomodasi pengojek lainnya, termasuk GO-FOOD, GO-SEND, G0-MART, dan GO-SHOP. Tentu layanan GO-PAY juga tak luput langsung bisa digunakan ke seluruh area ekspansi terbaru GO-JEK.

Ekspansi kali ini meliputi area Banda Aceh, Banyuwangi, Belitung, Bukittinggi, Cilacap, Cirebon, Garut, Jember, Karawang, Kediri, Madiun, Madura, Magelang, Mojokerto, Pasuruan, Pekalongan, Pematang Siantar, Probolinggo, Purwakarta, Purwokerto, Salatiga, Serang, Sumedang, Tasikmalaya, dan Tegal.

Application Information Will Show Up Here