Johnny Widodo Pimpin Fintech Lending Ringan, Perkuat Penyaluran di Sektor Produktif

Startup p2p lending Ringan mengumumkan CEO baru Johnny Widodo yang resmi menjabat per Maret 2023, menggantikan CEO sebelumnya Yudhono Rawis.

Dalam wawancara singkat bersama DailySocial.id, Johnny berbagi rencana Ringan ke depannya dan apa saja pembelajaran yang ia peroleh dari pengalaman sebelumnya yang akan diterapkan ke Ringan di bawah kepemimpinannya.

Sebagai latar belakang, sebelum menjabat di Ringan, Johnny pernah menempati berbagai posisi penting di lanskap startup Indonesia. Di antaranya OVO sebagai Direktur Sales dan Partnership di 2015, kemudian di 2019, bergabung ke BeliMobilGue sebagai CEO sampai akhirnya startupnya diakuisisi penuh oleh OLX dan menjadi CEO OLX Group Indonesia. Tepat pada awal tahun lalu, ia memimpin Grup TaniHub sebagai CEO.

Seluruh pembelajaran dari perusahaan sebelumnya, ia akan tuangkan dalam kepemimpinannya di Ringan. Ada lima mantra kepemimpinan yang ia terapkan:

  1. Selesaikan semua pekerjaan. Ide terbesar tidak akan berhasil tanpa eksekusi yang tepat.
  2. Fokus pada peningkatan setiap hari dengan visi yang jelas tentang apa yang kita inginkan dengan garis waktu tertentu.
  3. Ambil risiko kapan pun Anda mampu. Belajar dari kegagalan Anda dan bergerak untuk menjadi pemimpin yang lebih baik.
  4. Mendengarkan untuk memahami. Pastikan Anda mendengarkan tim Anda dan berkolaborasi.
  5. Merasa memiliki sepenuhnya (extreme ownership). Fokus pada pelayanan secara holistik, tidak hanya wilayah sendiri karena kesuksesan organisasi adalah kesuksesan Anda.

Di luar itu, ada sejumlah strategi yang akan ia lakukan untuk mengembangkan Ringan. Di antaranya, peningkatan kualitas skillset dari tim Ringan, meningkatkan peranan teknologi, seperti AI untuk mempermudah proses secara keseluruhan, dan membangun brand image Ringan sebagai partner finansial bagi pengusaha UMKM.

Strategi Ringan

Di tengah inovasi yang mulai gencar dari pemain fintech untuk masuk ke sektor di luar lending (beyond lending), Ringan justru ingin memperkuat komitmennya untuk menyalurkan pembiayaan di sektor produktif. Sejak awal perusahaan berdiri di 2019, memfokuskan diri pada sektor pembiayaan konsumtif dengan sediakan dana cepat (cash loan). Meski kini mengerahkan fokus ke pembiayaan produktif, ia memastikan perusahaan tidak serta merta menutup sektor konsumtif.

“Untuk saat ini Ringan fokus untuk menjadi financial service enablers untuk pemilik usaha UMKM karena kami ingin membantu mewujudkan financial inclusion untuk Indonesia dan menaikkan kesejahteraan masyarakat Indonesia pada umumnya dan secara spesifik pemilik UMKM,” kata Johnny.

Rencana untuk mulai fokus ke pembiayaan produktif sebenarnya bukan barang baru, alias sudah diinisiasi sejak akhir 2021. Pada saat itu melalui produk KTA, yang ditujukan untuk mengakomodasi kebutuhan masyarakat, terutama menyangkut dana tambahan. Bukan hanya untuk keperluan dana darurat, produk tersebut juga bisa dimanfaatkan sebagai tambahan modal untuk pengembangan usaha.

Menurut Johnny, sektor UMKM ini masih memiliki kesenjangan pendanaan yang tinggi sehingga ada ruang bagi Ringan untuk masuk dan mendalaminya. “Indonesia yang memiliki lebih dari 60 juta pengusaha UMKM masih membutuhkan solusi finansial untuk bisa membantu mengembangkan usaha mereka. Penetrasi dari p2p lending masih jauh dari kata mature secara keseluruhan,” jelas Johnny.

Ia tidak bersedia memaparkan kinerja perusahaan sejauh ini, termasuk perkembangan pinjaman produktifnya. Mengutip dari situs perusahaan, total pinjaman yang telah disalurkan mencapai Rp71,2 miliar untuk 1,4 juta peminjam yang terdaftar. Adapun untuk jumlah pinjaman yang masih berjalan sebesar Rp471,5 juta dan memiliki 191 ribu pengguna aktif.

Hingga kini, Ringan tidak membuka lender dari kalangan ritel untuk memanfaatkan alternatif investasi, melainkan sepenuhnya berasal dari institusi keuangan. Seiring dengan itu, menjaga kualitas penyaluran tak luput dari perhatiannya, dalam bentuk TKB90. Dalam situs, TKB90 Ringan berada di angka 100%.

Menurutnya, dalam membangun bisnis yang sehat dan sustainable, perusahaan lending harus mampu menyeleksi calon peminjam dan menilai kelayakannya demi memastikan “willingness to pay” dan “ability to pay”. Untuk itu, Ringan melakukan manajemen risiko dengan framework yang baik agar hasil kredit rating dari borrower benar-benar merefleksikan kondisi yang riil.

“Kemudian, Ringan juga melakukan pendekatan secara personal kepada borrower-borrower yang gagal bayar untuk bisa mengerti permasalahan yang terjadi dan memberikan solusi yang efektif agar hutang bisa tetap dilunasi.”

Secara struktur, Ringan merupakan bagian dari Ping An Insurance Group, melalui PT PingAn Puhui Indonesia (PPI). Kemudian, Grup Lippo, melalui PT Lippo Finansial Investama (LFI), anak usaha dari PT Multipolar Tbk, mulai bergabung sejak awal tahun lalu.

Application Information Will Show Up Here

Dua Tahun Fokus di “Cash Loan”, P2P Lending Ringan Siap Rambah Pinjaman Produktif

Startup p2p lending Ringan segera memenuhi ketentuan dari OJK untuk berpartisipasi dalam pinjaman produktif dalam portofolio bisnisnya. Selama kurang lebih dua tahun berdiri, mereka dikenal sebagai fintech yang menyediakan pinjaman dana cepat (cash loan).

Kepada DailySocial.id, CEO & Presiden Direktur Ringan Yudhono Rawis menjelaskan produk pinjaman tersebut akan menargetkan segmen UMKM sebagai peminjamnya. Sifatnya seperti KTA, produk pinjaman di bank karena tidak membutuhkan agunan sebagai persyaratannya. “Kami berharap dengan diluncurkannya produk RinganKTA dapat membantu pelaku UMKM dari berbagai sektor untuk mengembangkan bisnis yang dimilikinya saat ini,” ucapnya.

OJK sendiri mendorong industri fintech lending untuk memperbesar porsi penyaluran ke sektor produktif daripada konsumtif dan multiguna. Dalam aturan penyempurnaan dari POJK Nomor 77 Tahun 2016 yang sedang digodok, otoritas menginginkan porsinya bisa mencapai 60% dari total penyaluran.

Perusahaan didorong untuk menyalurkan pinjaman ke sektor produktif minimal 40% secara bertahap dalam tiga tahun. Yakni, minimal 15% pada tahun pertama, dan 30% pada tahun kedua. Pada aturan yang berlaku saat ini, perusahaan baru diwajibkan menyalurkan pinjaman ke sektor produktif minimal 20% dari total bisnisnya.

Menurut Yudhono, dalam menyalurkan pinjamannya kepada para peminjam, penggunaan dananya cukup bervariatif. Ada yang menggunakannya untuk biaya tambahan untuk memulai usaha, biaya renovasi rumah, maupun biaya untuk kebutuhan darurat. Sehingga, inisiatif perusahaan dengan meluncurkan produk untuk sektor produktif memiliki semangat yang selaras dengan apa yang didorong oleh regulator.

Sejak beroperasi di 2019, perusahaan bagian dari Ping An Group ini telah melayani lebih dari 200 ribu peminjam dan mencairkan total pinjaman lebih dari Rp10 miliar. Perusahaan menyediakan plafon pinjaman hingga Rp20 juta dengan pilihan jangka waktu 3 hingga 1 tahun dan bunga mulai dari 0,05% per hari.

Adapun untuk lender sejauh ini masih tertutup untuk lender institusi saja. Yudhono tidak menyebutkan ada siapa saja lender yang sudah bergabung. Meski demikian, perusahaan membuka kemungkinan buat lender individu ke depannya.

Per 2 Agustus 2021, perusahaan telah resmi memperoleh izin dari OJK.

Manfaatkan teknologi OneConnect untuk e-KYC

Yudhono menjelaskan, pemanfaatan teknologi mutakhir sesungguhnya adalah suatu keharusan bagi perusahaan fintech. Tak hanya membantu perusahaan agar lebih hati-hati dalam menyalurkan pinjaman, juga meningkatkan pengalaman pengguna karena proses pengajuannya tidak memakan waktu yang lama.

Oleh karena itu, perusahaan mengumumkan kerja samanya dengan sister company dari Ping An Group lainnya, yakni OneConnect Indonesia. Dalam kolaborasi ini, Ringan memanfaatkan teknologi OneConnect untuk otomatisasi dan simplifikasi proses di dalam aplikasi Ringan, mulai dari proses awal, pengaturan pengajuan pinjaman, penagihan pembayaran, penilaian risiko, dan laporan akhir.

OneConnect menjadi penyedia teknologi AI di aplikasi Ringan untuk melangsungkan proses e-KYC, mencakup verifikasi calon peminjam, autentikasi KTP pelanggan dari jarak jauh, secara otomatis mengumpulkan berkas aplikasi elektronik, dan pemindai wajah biometrik untuk verifikasi identitas pelanggan secara jarak jauh. “Dengan penerapan teknologi tersebut, kami bisa memberikan customer experience yang baik dan cepat bagi calon peminjam.”

Awalnya verifikasi pengajuan pinjaman membutuhkan 8.000 jam kerja, kini berjalan lebih cepat. Lebih dari 100 ribu pengajuan berhasil melakukan scan KTP dan menyelesaikan proses peminjaman lewat Ringan. Proses aplikasi secara elektronik juga mengurangi kemungkinan kesalahan, meminimalisir penipuan identitas, dan meningkatkan produktivitas kerja.

Perusahaan juga mengedepankan proses kehati-hatian dalam proses analisa kredit, melalui kombinasi analisa yang dilakukan oleh sistem, termasuk penggunaan AI, dan staf analis kredit perusahaan. “Kami juga terhubung dengan biro kredit untuk mengetahui karakter dari calon peminjam. Persentase kredit macet kami pada Juli 2021 adalah 0,06%.”

Di Indonesia, OneConnect juga bekerja sama dengan Sinarmas untuk membangun sistem pinjaman ritel. Di luar itu, portofolio bisnis OneConnect cukup tersebar. Di antaranya dengan Bank RHB Malaysia, UBX Filipina, SB Finance Filipina, National Development Bank Sri Lanka, dan sebuah bank komersial di Vietnam.

Porsi sektor produktif masih minim

Menurut laporan DSResearch dan AFPI pada tahun lalu sebanyak 36,1 juta peminjam di sektor produktif meminjam Rp2,5 juta-Rp25 juta. Hanya 17,6% di antaranya yang meminjam lebih dari Rp500 juta. Sektor ini masih perlu digenjot lebih lanjut oleh regulator, terlebih lagi di masa pandemi ini banyak UMKM yang butuh terpukul dan harus tetap bertahan.

Sumber: DSResearch
Sumber: DSResearch
Application Information Will Show Up Here

Inilah Dia Mobile Workstation 15-6-Inci Tertipis dan Teringan Dari MSI

Didesain khusus untuk aplikasi teknis dan ilmiah, itulah deksripsi dari PC kelas workstation. Namun ia pun mengalami evolusi, workstation sekarang bukan lagi sekedar PC monster berukuran raksasa, sangat mungkin buat mengemas performa tinggi tersebut dalam bentuk yang lebih mungil. Dan MSI baru saja melangkah ke tingkatan baru peracikan workstation. Continue reading Inilah Dia Mobile Workstation 15-6-Inci Tertipis dan Teringan Dari MSI

Divergent Microfactories Pamerkan Blade, Supercar Modular Yang Ramah Lingkungan

Supercar atau mobil eksotis mengacu pada tipe kendaraan elit serta edisi terbatas. Karena level ini sangat bergengsi, perusahaan otomotif biasanya mencurahkan segala sumber daya mereka demi memastikan produknya lebih unggul dibanding kompetitor. Di sana, bisa jadi faktor terakhir yang baru mereka pikirkan ialah penghematan material dan pemakaian sumber daya. Continue reading Divergent Microfactories Pamerkan Blade, Supercar Modular Yang Ramah Lingkungan