[Panduan Pemula] Cara Mengecek Disk Space Hosting di Cpanel

Hosting atau server sama seperti hard disk atau flash disk, mempunyai kapasitas disk yang berbeda-beda sesuai paket yang disediakan oleh pemilik layanan. Karena kapasitasnya yang dibatasi berdasarkan byte, maka Anda perlu melakukan pemeriksaan secara berkala agar tidak kepenuhan.

Ada beberapa hal yang menyebabkan disk space hosting kepenuhan, antara lain:

  • Jumlah gambar yang terlalu banyak dan berukuran besar menyumbangkan beban paling dominan terhadap hosting.
  • Malware atau script nakal yang sengaja ditanamkan oleh peretas
  • Jika Anda menggunakan WordPress, pahami bahwa secara default CMS ini menduplikasi satu foto ke dalam 4 hingga 5 ukuran berbeda. Walhasil, server yang menjadi rumah blog berbasis WordPress cenderung lebih cepat penuh ketimbang CMS lain.

Lalu bagaimana cara mengecek disk space di hosting?

Mudah sekali, terutama jika server Anda menggunakan interface Cpanel.

  • Login ke Cpanel anda, kemudian cari dan klik menu Disk Usage.

Mengerti cara mengecek Disk Space di Cpanel_1

  • Di panel disk usage inilah Anda dapat melihat seberapa besar kapasitas yang dimakan oleh masing-masing folder. Dari gambar ini, folder public_html menempati urutan pertama. Wajar, karena memang seluruh file instalasi WordPress dan gambar disimpan di folder dan sub folder di dalamnya.

Mengerti cara mengecek Disk Space di Cpanel_2

  • Jika ingin mengurutkan berdasarkan penggunaan disk, Anda bisa scroll ke bawah dan menggunakan filter seperti ini.

Mengerti cara mengecek Disk Space di Cpanel_3

  • Cara kedua, Anda bisa memantau statistik penggunaan disk space melalui panel sebelah kanan yang secara default ditampilkan oleh Cpanel. Di panel ini, Anda bisa melihat berapa persen kapasitas memori yang sudah dipergunakan.
  • Jika ingin melihat lebih detail, tinggal klik link Disk Usage dan Anda akan dihantarkan ke halaman seperti langkah pertama.

Mengerti cara mengecek Disk Space di Cpanel_4

Semoga bermanfaat, silahkan dicoba.

[Computex 2019] Wawancara dengan Presiden APAC dari Synology

Computex 2019 yang dilakukan di Taiwan memang mengundang banyak vendor untuk memamerkan produk-produk mereka. Namun, salah satu vendor yang enggan membuka booth pada perhelatan komputer terbesar di Asia ini adalah Synology. Mereka pun mengadakan pameran tersebut pada Taipei Far Eastern Telecom Park tersebut terletak pada kota New Taipei

Setelah melakukan tur pada pameran yang diadakan sendiri oleh Synology, kami pun diajak masuk ke dalam kantor baru mereka. Hal tersebut tentu saja berhubungan dengan janji kami untuk mewawancarai salah satu petinggi dari Synology. Kami pun langsung dihadapkan dengan Simon Hwang yang menjabat sebagai President APAC Synology.

Synology Desktop

Pada kesempatan yang sama pula, Clara Hsu selaku Synology Sales Specialist membantu kami dalam wawancara kali ini dan menterjemahkan kata-kata dari Simon. Hal tersebut tentu saja membuat kami cukup lega karena walaupun kami cukup fasih dalam berbahasa Inggris, tentu saja masih ada batasan-batasan tertentu yang akan sulit dipahami.

Wawancara yang kami lakukan beserta dua orang dari media lain memakan waktu sekitar 35 menit. Hal tersebut sudah termasuk bagian pengenalan perusahaan oleh Clara Hsu dalam bahasa Indonesia. Ternyata, tidak sedikit perusahaan di Indonesia yang menggunakan solusi dari Synology.

Synology sendiri, menurut sebuah survei, sudah menduduki peringkat pertama untuk produk NAS mereka. Beberapa penghargaan juga telah diraih oleh Synology berdasarkan pilihan pembaca sebuah majalah dan pilihan para pelaku bisnis. Hal tersebut juga tidak lepas dari solusi yang ditawarkan Synology, seperti pada saat adanya ransomware yang menjangkiti sebuah perusahaan besar.

Synology juga memiliki rencana untuk membuat kantor perwakilan di Indonesia, namun tidak untuk dalam waktu dekat ini. Hal ini karena Indonesia terlalu besar, sehingga jika hanya menaruh satu cabang saja di Jakarta, sepertinya tidak bisa mewakili seluruh daerah.

Simon Hwang - President APACSimon Hwang – President APAC

Synology memiliki banyak solusi, hanya belum banyak yang mengetahui produknya. Oleh karena itu, strategi yang ada sekarang mengadakan pelatihan-pelatihan, yang sayangnya, masih di sekitar pulau Jawa saja. Ke depannya, pelatihan akan dilakukan diluar pulau Jawa. Synology ingin menggaet partner untuk melokalisasi teknologi mereka.

Clara sendiri merupakan salah satu strategi agar Synology dikenal di Indonesia. Dengan menggaet orang lokal, tentu saja perangkat dan teknologi mereka akan bisa lebih dikenal di Indonesia. Hal tersebut juga karena adanya batasan dari komunikasi.

Synology juga mengklaim bahwa mereka lebih murah dari pesaingnya. Oleh karena itu, alokasi keuangan untuk para perusahaan akan lebih bisa dihemat dengan menggunakan solusi mereka. Solusi software yang dimiliki oleh Synology juga terjangkau dan mudah dipakai.

Kami pun merekam wawancara yang dilakukan dengan menggunakan smartphone Samsung Galaxy S10+. Berikut adalah wawancara eksklusif yang lebih lengkap yang dilakukan DailySocial dengan Simon Hwang. Yuk, mari kita simak bersama-sama video wawancara berikut ini. Video ini juga dapat langsung Anda jalankan pada kanal DailySocial TV kami.

*Foto dan video diambil dengan menggunakan smartphone Samsung Galaxy S10+

[Computex 2019] Synology Perkenalkan Solusi Storage Enterprise yang Lengkap

Setiap tahunnya, Computex selalu diadakan di kota Taipei di negara Taiwan. Ajang komputer terbesar di Asia ini memang mengundang minat tidak hanya para pebisnis yang ingin menjual peripheral komputer, namun juga para wartawan yang haus akan berita baru. Di tahun 2019 ini, Dailysocial secara khusus diundang oleh Synology yang selalu dikenal dengan produk Network Attached Storage mereka di Indonesia.

Synology Computex 2019 - Computex 2019

Produk dari Synology sendiri tidak hanya berkisar pada NAS saja. Saat ini, mereka memiliki produk router serta server yang selalu siap dijual kepada perusahaan-perusahaan besar. Yang sepertinya belum diketahui oleh banyak orang adalah ternyata Synology memiliki beberapa solusi lengkap untuk perusahaan dalam menyimpan data mereka. Hal inilah yang mereka perkenalkan di ajang Computex 2019.

Computex 2019 sendiri diadakan pada beberapa lokasi di Taipei, Taiwan. Pada tahun 2019, perhelatan terbesarnya terpusat di Nangang yang saat ini sudah memiliki dua gedung besar. Infrastruktur yang disediakan oleh pemerintah Taiwan pun juga sangat apik, karena selain terhubung dengan MRT jalur biru yang dikenal dengan Bannan Line, pada saat perhelatan Computex, bis-bis gratis yang dapat mengantarkan pengunjung dari hotel ke gedung pameran dan sebaliknya pun tersedia banyak.

Akan tetapi, Synology kali ini tidak membuka booth pada Computex 2019. Secara eksklusif, kami diundang oleh mereka langsung ke gedung yang menempati kantor barunya. Gedung yang bernama Taipei Far Eastern Telecom Park tersebut terletak pada kota New Taipei.

Synology Computex 2019 - Auf

Untuk dapat memenuhi undangan Synology, saya pun harus datang ke sana dengan menggunakan MRT jalur biru atau Bannan. Perjalanan dari hotel saya yang terletak di bilangan Ximen memakan waktu sekitar 45 menit untuk mencapai stasiun Far Eastern Hospital. Setelah itu, dari stasiun menuju ke Telecom Park membutuhkan waktu 15 menit berjalan kaki.

Sesampainya di sana, kami langsung disambut oleh Beata Chu, Marketing Specialist yang sering berkunjung ke Indonesia. Tentunya, saya cukup tergelitik untuk menanyakan mengapa Synology tidak membuka sebuah booth di Computex 2019. Beata pun menjawab dengan cukup diplomatis, “Computex 2019 sebenarnya ditujukan agar para produsen bisa menjual produknya ke seluruh dunia dengan memamerkan segala yang baru di sana. Mereka juga ingin membuka channel sebanyak mungkin. Synology sudah memiliki channel yang lengkap sehingga kami sebenarnya tidak perlu lagi membuka di sana”.

Kami pun diperkenalkan dengan seseorang yang bernama Clara Hsu, seorang Sales Specialist yang ternyata berasal dari Indonesia. Hal ini cukup melegakan karena walaupun kami dan para pegawai Synology cukup fasih berbahasa Inggris, namun masih ada kendala pada aksen yang digunakan oleh masing-masing orang. Komunikasi pun menjadi sangat lancar berkat kehadiran Clara.

Synology membuka sebuah pameran sendiri pada gedung Telecom Park tersebut yang terletak pada lantai dasar. Acara tersebut pun dinamakan Synology Solution Exhibition 2019 yang memamerkan semua hardware dan software yang dimiliki oleh Synology.

Solusi server merupakan hal yang paling ditonjolkan pada acara kali ini. Saat kami memasuki area pameran, Yang cukup menarik adalah server yang diperlihatkan kali ini menggunakan media penyimpanan berbasis flash, yaitu Solid State Drive (SSD). Tiga server yang menggunakan SSD adalah FS3400, FS3600, dan FS6400.

FS3400 menggunakan prosesor Intel Xeon D-1541 dengan RAM 16 GB yang dapat ditambah hingga 128 GB. Di dalamnya terdapat 24 rak untuk dipasangkan SSD hingga 500 TB. Model ini juga mendukung penggunaan dua PSU serta penambahan laci  sehingga dapat ditambahkan hingga 48 rak.

FS3600 juga mendukung 24 rak. Akan tetapi, prosesor yang digunakan lebih kencang dari FS3400, yaitu Intel Xeon D-1567 dengan RAM 16 GB yang dapat ditambahkan hingga 128 GB. Terakhir adalah FS6400 yang menggunakan prosesor Intel Xeon Silver4110 yang dapat dipasangkan RAM hingga 512 GB. FS6400 mendukung hingga 72 rak.

Ketiga produk ini nantinya akan tersedia mulai kuartal ke tiga tahun 2019. Namun saat ditanyakan, belum ada kepastian apakah Indonesia menjadi salah satu negara yang bisa mendapatkan ketiga server tersebut.

Synology Desktop

Setelah memperkenalkan server,  Synology pun memperkenalkan kemampuan server mereka saat menjalankan virtual machine. Saat ini, Synology merekomendasikan untuk menggunakan maksimal 24 VM agar sistem dapat dioperasikan bersamaan secara optimal. Jika ingin lebih dari itu, Synology menyarankan untuk melakukan clustering agar lebih maksimal.

Selain untuk menggunakannya sebagai penyimpanan VM, Synology pun juga memiliki solusi untuk keamanan. Tidak hanya dari penggunaan storage saja, ternyata Synology memiliki software dan hardware canggih untuk keamanan. Saat ini Synology telah memiliki CCTV untuk dapat melakukan deteksi kasus-kasus tertentu.

Software pengawasan dari Synology dapat dipasang sesuai dengan profile-profile tertentu. Misalkan saja menggunakan kamera pengawasan untuk menjadi sebuah alat penghitung berapa orang yang sudah masuk ke sebuah pintu. Contoh lainnya, Synology mendemokan adanya orang yang sedang berjalan di trotoar depan sebuah rumah, di mana parameter untuk keamanan telah dipasang tepat di depan pintu. Pada saat orang tidak menginjak area yang sudah ditetapkan, alarm tidak akan berbunyi. Cukup canggih bukan?

Synology Computex 2019 - VisualStation

Alat untuk keamanan ini salah satunya adalah VisualStation VS960HD yang bisa memproses hingga 96 kamera dengan kualitas 720p. Kamera yang digunakan pun diklaim dapat menggunakan merek apa saja, bahkan yang sudah ada dipasaran. Nantinya video dapat dihasilkan dengan menggunakan H.265. Synology pun juga menekankan bahwa VS960HD dapat bekerja pada rentang suhu -20 derajat sampai 50 derajat celcius.

Synology Computex 2019 - VS with Camera

Tidak hanya untuk perusahaan besar saja, pada acara kali ini Synology juga memperlihatkan beberapa DiskStation NAS terbaru mereka. Dua di antaranya adalah DS620 Slim dan DS419 Slim. DS620 Slim menggunakan prosesor Intel Celeron J3355 yang berkecepatan 2 GHz serta memiliki enam bay yang dapat menampung hard disk hingga kapasitas 24TB. DS419 Slim menggunakan empat bay dan menggunakan prosesor Marvell Armada.

Synology Computex 2019 - DiskStation

Belum jelas apakah Synology akan langsung memboyong solusi mereka ke Indonesia dalam waktu dekat ini. Akan tetapi, perlu diketahui bahwa Synology saat ini sudah menjadi pilihan solusi bagi beberapa perusahaan ternama, seperti kosmetik Shiseido dan lain sebagainya. Di Indonesia sendiri, Synology mengklaim bahwa solusi mereka telah dipakai di beberapa bank dan perusahaan. Sayangnya, Synology tidak dapat menyebutkan perusahaan mana saja yang sudah menggunakan solusi mereka. Setelah itu, selesailah tur dari pameran Synology.

Synology juga memiliki sebuah topologi tentang bagaimana mereka menyimpan data dan melakukan backup agar data yang ada aman. Cukup rumit memang untuk dijelaskan. Oleh karenanya, kami akan menjelaskannya pada artikel yang terpisah.

Kami juga melakukan wawancara dengan Simon Hwang yang menjabat sebagai Synology APAC President. Ada beberapa pertanyaan menarik yang kami utarakan kepada beliau mengenai produk dan strateginya di Indonesia. Hal tersebut juga akan kami sajikan pada artikel yang terpisah juga.

*Semua foto diambil dengan menggunakan Samsung Galaxy S10+.

Intel Xeon Cascade Lake Dukung RAM 3,84 TB!

Pertarungan abadi antara Intel dan AMD menekan kedua perusahaan tersebut untuk menelurkan feature-feature baru. Intel sendiri saat ini sudah diketahui bakal mengeluarkan prosesor baru untuk server dengan nama Cascade Lake.

Intel-Xeon-Scalable-Family-with-3D-XPoint-Memory

Spesifikasi detail untuk Cascade Lake sendiri sampai saat ini belum secara resmi dikeluarkan oleh Intel. Akan tetapi, menurut laporan dari ServeTheHome, chipset Intel yang satu ini nantinya akan mendukung memori hingga 3,84 TB per socket. Hal ini menjadikan dukungannya dua kali lipat dari yang didukung oleh CPU Xeon Platinum M-Series berbasis Skylake, dimana mendukung 1,5 TB DDR 4 dengan menggabungkan DIMM 512 GB Optane dan DDR4 128 GB.

Intel menerbitkan gambar server Cascade Lake tahun lalu dengan enam DIMM DDR4 dan enam DIMM Optane Persistent per soketnya. Pada gambar tersebut, modul Apache Pass versi Intel memiliki kapasitas 512 GB.

Jika semua modul dipasangkan, dalam konfigurasi enam Optane dan enam DDR4, hasilnya akan menjadi 3072 GB memori Optane 3D XPoint dan 768 GB DDR4 RAM, dengan total 3,84 TB. Jika terdapat dua soket, maka bisa menjadi 7,68 TB per node.

QCT-Cascade-Lake-Memory-Support-for-Apache-Pass

Walaupun begitu, perlu diketahui bahwa tidak semua SKU Cascade Lake mendukung memori 3,84 TB. Hal ini hanya didukung pada model-model premium saja. Nantinya kemungkinan beberapa SKU pun tidak mendukung DIMM Optane. Hal tersebut tentu saja akan ditentukan pada saat Cascade Lake diluncurkan.

Sekedar tahu saja, sebuah RAM LRDIMM DDR4 128 GB memakan biaya sekitar $3500 (sekitar RP50 jutaan). Harga Optane sendiri belum diketahui. Nantinya, jika semua itu terwujud, kemungkinan besar harga server dengan Cascade Lake akan memakan biaya yang sangat besar.

 

Sumber artikel dan gambar: ServeTheHom. Gambar header: Pixabay.

Omega2 Ialah PC Mungil Seharga $ 5 Untuk Internet of Things

Selain Google dan Samsung yang berani berinvestasi besar buat mengembangkan IoT, pertumbuhannya dipercepat dengan ketersediaan beragam development  board seperti Arduino dan Raspberry Pi. Kendalanya, ukuran mereka tidak cukup kecil, lalu proses setup-nya juga sangat rumit. Kekurangan-kekurangan inilah yang menjadi fokus utama satu developer asal Boston.

Onion, tim jebolan Boston Techstars Startup Accelerator Program, mengungkap komputer super-kecil dan super-murah bernama Omega2. Sejatinya, Omega2 adalah server dengan sistem operasi Linux paling kecil di dunia. Ia dibekali konektivitas Wi-Fi buildin, didesain untuk mempermudah para kreator dan hacker dalam berkreasi menciptakan perangkat-perangkat internet  of  things.

omega2 2

Dilihat sekilas, wujud Omega2 hampir menyerupai memory  stick, dimensinya kurang dari seperempat ukuran Raspberry Pi dan kurang dari sepertiga Arduino Uno, dirancang agar muat di proyek-proyek DIY serta produk-produk komersial. Omega2 diramu secara spesifik untuk membangun hardware berbasis app, mengombinasikan faktor hemat listrik Arduino dan fleksibilitas tinggi Raspberry Pi.

Penyajian Omega2 sangat simpel demi memudahkan para pemula, dimaksudkan agar semua orang bisa segera berkecimpung di bidang pengembangan hardware. Dengan adanya sambungan Wi-Fi dan flash  memory  onboard, device dapat langsung bekerja begitu Anda mengaktifkannya, tanpa perlu repot-repot menambahkan modul koneksi atau menginstal sistem operasi ke SD card eksternal.

omega2 3

Penggunaan Omega2 tidak jauh berbeda dari PC desktop. Sistem beroperasi di versi full Linux, dilengkapi berbagai app intuitif sehingga Anda bisa langsung memanfaatkannya (mampu menjalankan Apache). Contoh lain keunggulan Linux adalah ia mendukung bermacam-macam bahasa pemrograman. Onion juga tak lupa menyiapkan app  store, dan Anda dipersilakan menciptakan aplikasi sendiri berbekal SDK, kemudian men-share-nya di sana.

Omega2 terintegrasi ke Onion Cloud, memungkinkan Anda mengendalikan perangkan dari mana pun lewat Web UI atau RESTful API. Anda bisa mengakses status Omega2 secara realtime, dan mendistribusikan update ketika perangkat sedang beroperasi. Uniknya lagi, Omega2 mengusung desain modular plugandplay, sehingga pengguna dapat melakukan ekspansi dan menambahkan kemampuan baru.

Harga adalah salah satu faktor andalan Onion Omega2. Di situs crowdfunding  Kickstarter, Anda bisa membelinya seharga mulai dari US$ 5. Terdapat pula varian Omega2 Plus (US$ 9), dan Anda juga dipersilakan membeli bundel docking serta expansion. Proses distribusi ke backer rencananya akan dilaksanakan pada bulan November 2016.

Schneider Tawarkan Solusi Pusat Data Prefabrikasi Modular untuk Sambut Tren IoT

Jumat kemarin (19/2), Schneider Electric Indonesia memperkenalkan solusi pusat data terintegrasi untuk menjawab tren Internet of Thing (IoT) yang terus tumbuh. Di samping itu, Schneider juga menghadirkan dukungan berupa data center infrastructure management (DCIM) yang memungkinkan pelanggan memonitor kebutuhan dan aktivitas pusat data dari jauh.

Laju pertumbuhan teknologi yang sudah tidak terbendung lagi telah berhasil mendorong berbagi tren baru naik ke permukaan, di antaranya adalah IoT dan Big Data. Kedua fenomena tersebut memiliki potensi untuk merubah berbagai aspek bermasyarakat dalam pendekatan terhadap teknologi, mulai dari gaya hidup hingga perputaran roda ekonomi. Inovasi yang naik ke permukaan saat ini adalah teknologi wearable devices, smart home sampai smart city.

Berdasarkan data dari perusahaan analis Gartner sendiri pada tahun 2020 akan ada lebih dari 26 miliar perangkat yang saling terhubung, termasuk wearable technology, peralatan elektronik di rumah dan banyak lagi.

Business Vice President Schneider Electric divisi IT untuk Indonesia, Malaysia, dan Brunei Astri R Dharmawan mengatakan, “Besarnya koneksi jaringan dan jumlah perangkat elektronik yang saling terhubung menciptakan permintaan yang lebih tinggi untuk kapasitas data center [pusat data]. Namun, hal ini menimbulkan tantangan khusus bagi data center, terutama di bidang infrastruktur, keamanan, kapasitas data, manajemen storage, server dan jaringan data center.”

Prefabrikasi Data Center

Berangkat dari alasan tersebut, Schneider coba menawarkan solusi pusat data prefabrikasi modular yang dinilai dapat menghemat waktu dalam membangun pusat data. Sistem ini juga diklaim Schenider dapat diandalkan di berbagai kondisi karena dirakit dan melalui berbagai tahap uji di pabrik untuk kondisi yang berbeda. Tren yang berkembang terkait pusat data prefabrikasi modular ini dan dilirik oleh perusahan adalah Micro Data Center yang terdiri dari 1 hingga 10 rak server.

Pasar yang dibidik sebagai pengguna Micro Data Center sendiri adalah perusahaan dengan skala besar. Beberapa di antaranya yaitu industri perbankan dan retail, pabrik otomotif, industri migas, pemerintahan dan militer, sampai ke perusahaan telekomunikasi.

Dusebutkan Enteprise Sales Director APC by Schneider Electric Yana Haikal, untuk solusi ini Schneider memiliki empat pilihan produk yang diunggulkan. Keempat produk itu adalah SmartBunker SX untuk ruang IT tradisional, SmartBunker CX yang dioptimasi untuk lingkungan perkantoran, SmartBunker FX, dan SmartShelter dengan multi-rack dan diklaim tangguh di berbagai kondisi.

Micro Data Center Schneider

Disamping itu, Schneider juga memperkenalkan solusi untuk Data Center Lifecyle Service dalam bentuk perangkat lunak DCIM bernama StruxureWare. Menurut Schneider, DCIM tersebut akan memungkinkan pelanggan melakukan monitoring perangkat di dalam pusat data dari ancaman seperti panas berlebih, kebocoran air, kelembaban, hingga menghitung estimasi kebutuhan listik dan penambahan server.

“Melalui berbagai solusi inovatif data center yang kami tawarkan, kami akan terus berkomitmen untuk membantu meningkatkan daya saing pelanggan kami di tengah pertumbuhan IoT, khususnya dalam berdaptasi dengan perubahan teknologi yang sangat dinamis,” pungkas Astri.

Merasa Dimata-matai, Cina Akan Tinggalkan Produk Server IBM

Pemerintah Cina dikabarkan meminta Bank dan Departemen Keuangan untuk meninggalkan server berbasis IBM dan menggantinya dengan produk server lokal. Tindakan tersebut merupakan salah satu kewaspadaan Cina terhadap spionase digital yang dilakukan AS.

Continue reading Merasa Dimata-matai, Cina Akan Tinggalkan Produk Server IBM

Berkolaborasi Dengan ARM, AMD Luncurkan Prosesor Server 64-bit Pertama

Saat menonton konser musik live satu dasawarsa yang lalu, ingatkah Anda hampir tidak ada orang yang mengangkat perangkat mobile mereka untuk menikmatinya – semua tampak ‘khidmat’ dan terbawa suasana? Kini anehnya para audiens lebih memilih menikmati konser melalui layar device pintar mereka. Analogi unik ini AMD gunakan dalam presentasinya untuk mengenalkan prosesor server 64-bit pertama hasil kerjasama dengan ARM. Continue reading Berkolaborasi Dengan ARM, AMD Luncurkan Prosesor Server 64-bit Pertama

Precision M3800, Mobile Workstation Tertipis dan Teringan dari Dell

Biasanya penampilan, ukuran dan bobot adalah hal terakhir yang menjadi pertimbangan konsumen saat ingin membeli workstation. Istilah workstation sendiri berarti adalah varian komputer yang dibuat untuk fungsi teknis dan kegiatan ilmiah, mereka biasanya memiliki tingkat performa hardware yang jauh mengalahkan PC mainstream, dan perfoma itulah yang biasanya yang menjadi daya jual mereka. Continue reading Precision M3800, Mobile Workstation Tertipis dan Teringan dari Dell