Aruna Umumkan Pendanaan Seri A 507 Miliar Rupiah

Startup aquatech Aruna mengumumkan telah mengumpulkan pendanaan seri A senilai $35 juta atau setara 507 miliar Rupiah. Putaran ini dipimpin oleh Prosus Ventures dan East Ventures dengan partisipasi SIG serta investor sebelumnya seperti AC Ventures, MDI Ventures, Vertex Ventures, dan beberapa investor lainnya.

Pendanaan ini diklaim menjadi seri A terbesar di Indonesia saat ini, khususnya di sektor pertanian dan perikanan.

Sebelumnya tahun 2020 lalu Aruna membukukan tambahan untuk pendanaan awal senilai $5,5 juta dari East Ventures, AC Ventures, dan SMDV.

Selanjutnya dana segar akan difokuskan Aruna untuk meningkatkan ekspansinya di lingkup nasional dan memperkuat infrastruktur rantai pasoknya. Selain itu mereka ingin membuka pasar baru dengan menambah varian komoditas, serta meningkatkan kapabilitas teknologi dan data analisisnya.

“Pendanaan ini akan membantu kami dalam meningkatkan jaringan nelayan dan penambak kami di seluruh Indonesia dalam memenuhi tingginya permintaan global. Aruna bercita-cita untuk menjadi solusi yang nyata dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat pesisir,” ujar Co-Founder & CEO Aruna Farid Naufal Aslam.

Bersamaan dengan ini, perusahaan juga menunjuk Budiman Goh sebagai President; dan salah satu co-founder mereka Utari Octavianty sebagai Chief Sustainability Officer.

“Aruna akan terus mengombinasikan kapabilitas teknologinya dengan local insights dan juga studi kasus dari pasar global, sembari menjaga ekosistem, memberdayakan masyarakat pesisir dan memenuhi permintaan dari pasar global,” imbuh Utari.

Seperti diketahui, Aruna didirikan sejak tahun 2016. Selain Farid dan Utari, ada juga Indraka Fadhlillah sebagai co-founder. Lewat teknologi mereka ingin mentransformasi rantai pasok perikanan untuk memenuhi pasar global. Diharapkan digitalisasi dapat memperpendek proses dan membuat prosesnya lebih ringkas plus terintegrasi.

Potensi sektor perikanan

Indonesia saat ini menjadi produsen ikan kedua terbesar di dunia dengan ukuran pasar mencapai $30 miliar. Industri ini juga menyerap tenaga kerja yang cukup signifikan, terdaftar lebih dari 3 juta nelayan.

Berdasarkan data BPS, produksi perikanan di Indonesia memiliki kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun. Sejak 2014 peningkatannya bahkan di atas 20%. Luas kawasan konservasi pun terus meningkat, data terakhir per tahun 2017 ada sekitar 19,14 juta hektar.

Tidak hanya dikonsumsi di dalam negeri, produk ikan juga menjadi salah satu komoditas ekspor yang menjanjikan. Sejak tahun 2012, pasar Amerika Serikat, Jepang, dan Tiongkok menjadi tujuan ekspor yang terus digenjot.

Statistik industri perikanan nasional / Kementerian Kelautan dan Perikanan

Hadirnya Aruna dan startup perikanan lainnya memang menjadi angin segar bagi industri ini. Selain dalam hal produksi dan distribusi, idealnya efisiensi proses bisnis juga bisa meningkatkan taraf hidup masyarakat di bidang perikanan. Sejauh ini ada beberapa startup perikanan yang terus meningkatkan inovasinya, termasuk eFishery, Jala, hingga Danalaut dengan pendekatan bisnis dan produk yang berbeda-beda.

HarukaEDU Konfirmasi Perolehan Pendanaan Seri C, Akan Fokus Rambah Pasar Korporasi

Startup pendidikan (edtech) HarukaEDU mendapatkan pendanaan seri C dengan nilai yang tidak disebutkan. Putaran investasi dipimpin oleh perusahaan dagang asal Amerika Serikat bernama SIG, dengan keterlibatan AppWorks akselerator startup bebasis di Taipei, dua investor lokal GDP Venture dan Gunung Sewu, serta investor di tahap sebelumnya Samator Group.

Kabar mengenai pendanaan ini dikonfirmasi langsung oleh Co-Founder & CEO HarukaEDU Novistiar Rustandi, ia sekaligus menyampaikan ambisinya untuk mendorong perusahaan mendalami sektor B2B. Penggalangan dananya sendiri memang sudah dikabarkan sejak tahun lalu.

Sebelumnya HarukaEDU telah membukukan pendanaan seri B senilai $2,2 juta. PALF, Semator, dan investor dalam putaran sebelumnya CyberAgent Capital turut terlibat dalam putaran tersebut.

Mirip dengan edtech populer lainnya, seperti Ruangguru atau Zenius, layanan dasar HarukaEDU adalah platform belajar online. Tahun lalu merek Pintaria mulai santer dikenalkan ke publik, didesain sebagai marketplace pelatihan dan pembelajaran dengan beragam topik, fokus pada pengembangan kemampuan profesional. Layanan tersebut kini jadi cikal-bakal lahirnya CorporateEdu, model bisnis baru yang akan coba digenjot tahun depan.

Dalam sebuah kesempatan Novistiar menceritakan alasan perubahan segmen bisnis yang disasar HarukaEDU –dari kalangan akademik, menuju kalangan profesional, dan kini menyasar korporasi. Ia dan timnya menangkap ada kebutuhan di pasar terkait, yang dipengaruhi tren disrupsi akibat perkembangan teknologi. Dicontohkan banyak pekerjaan lama yang sudah mulai dikikis dengan automasi, mengharuskan setiap pekerja harus selalu memiliki kompetensi yang relevan dengan kebutuhan industri.

“Banyak pekerjaan lama mulai hilang, misalnya penjaga pintu tol atau kasir. Sementara banyak pekerjaan baru muncul, misalnya data scientist atau AI trainer. Revolusi industri 4.0 memang memberikan tantangan sendiri, tapi dengan memiliki prinsip harus selalu belajar, kita bisa terus mengikuti perkembangan zaman. Itu menjadi potensi bisnis yang coba diakomodasi HarukaEDU,” terang Novistiar.

Terkait pendidikan untuk kalangan profesional, beberapa waktu lalu Ruangguru juga memperkenalkan Skill Academy. Melalui kanal tersebut, materi belajar yang lebih umum seperti mengenai teknik presentasi, tips penjualan, dan lain-lain ditawarkan.

Coba mendirupsi kegiatan pelatihan bisnis

CorporateEdu dikembangkan untuk membantu perusahaan memfasilitasi kanal pengembangan kompetensi bagi para karyawannya. Pendekatan digital dinilai lebih efektif, dengan jam pelaksanaan yang lebih fleksibel dan hasil yang lebih terukur. Dari sisi perusahaan, juga dinilai akan menghemat lebih banyak anggaran.

Dalam perjalanan bisnisnya, HarukaEDU menggandeng banyak institusi, mulai dari universitas hingga kalangan profesional untuk menyampaikan materi ajar. Kerja samanya dengan institusi pendidikan terakreditasi juga memungkinkan Pintaria untuk menjual materi kuliah online dengan pedagogi setara dengan pembelajaran di kampus.

Dengan pendanaan seri C yang diperoleh, HarukaEDU cukup optimis bahwa layanannya ini akan diterima baik di pasar korporasi lokal dan berharap menuai hasil serupa dengan startup lain di luar negeri yang sudah menginjakkan kaki terlebih dulu di segmen tersebut, misalnya 2U.com.

“Di luar negeri ada 2U.com, itu juga menjadi benchmark produk kami. Platform ini menghadirkan layanan blended-learning, semacam kuliah online. Dulu 2U.com mencapai valuasi $1 miliar saat mereka hanya memiliki 12 ribu pengguna. Per tahun 2018 ini penggunanya sudah mencapai 32 ribu, valuasi pun meningkat senilai $4,8 miliar. Di edtech, akuisisinya sekali, tapi pelanggan akan bayar selama 4 tahun,” jelas Novistiar saat ditemui di acara Nexticorn di Bali tahun lalu.

Memiliki Daya Transfer Lebih Cepat, Bluetooth 5 Telah Dirilis untuk Semakin Mendukung IoT

Perkembangan teknologi dan inovasi untuk perangkat Internet of Things atau IoT telah berjalan sangat pesat, hal ini pula yang mendorong hadirnya standar teknologi nirkabel terbaru yakni Bluetooth 5.

Teknologi Bluetooth 5.0 yang baru saja diperkenalkan oleh The Bluetooth Special Interest Group (SIG) memiliki jangkauan empat kali lebih jauh serta dua kali lebih cepat dibanding dengan versi sebelumnya, selain itu versi baru ini juga lebih stabil, lebih kuat dan lebih aman.

Lebih jauh mengenai kemampuan baru yang dimiliki teknologi transmisi nirkabel versi teranyar ini juga menyediakan fungsionalitas yang signifikan untuk layanan connectionless seperti relevansi lokasi informasi dan navigasi, sehingga ia mampu memberikan optimalisasi bagi perangkat yang memanfaatkan layanan berbasis lokasi.

Dengan penggunaan daya yang lebih kecil, Bluetooth 5 juga dianggap lebih ramah lingkungan karena tidak memakan banyak resource. Bluetooth 5 juga mencakup pembaruan yang membantu mengurangi kemungkinan timbulnya gangguan teknologi nirkabel lainnya untuk memastikan perangkat Bluetooth dapat berjalan secara berdampingan dalam lingkungan IoT global yang semakin kompleks.

Seperti yang kami kutip dari rilis pers-nya, Mark Powell selaku Executive Director dari Bluetooth SIG menjelaskan bahwa bluetooth telah merevolusi bagaimana orang menggunakan IoT, dan versi terbaru akan mendorong lebih lagi agar konkesi dari perangkat IoT menjadi lebih reliabel. Selain itu juga akan mendorong pertumbuhan adopsi beacon yang pada akhirnya akan mengurahi hambatan dalam pengalaman menikmati IoT secara seamless. Teknologi ini akan memberikan dampak dan pengalaman yang sangat signifikan untuk pengembang, manufaktur dan juga konsumen.

Dari sumber yang sama juga disebutka bahwa ABI Research telah memprediksi bahwa pada tahun 2021 nanti akan ada sedikitnya 48 miliar perangkat IoT dimana sepertiga dari perangkat tersebut akan menggunakan fitur Bluetooth. Hadirnya Bluetooth 5 akan menciptakan peluang baru di pasar IoT. Teknologi nirkabel teranyar ini juga akan membantu mengurangi kompleksitas dan biaya serta memberikan fleksibilitas yang lebih besar bagi produsen dalam merancang aplikasi nantinya.

Produk yang memakai Bluetooth 5 diharapkan akan mulai dirilis dalam dua hingga enam bulan ke depan dan ini akan merevolusi manusia dalam memanfaatkan dan memaksimalkan fungsi IoT.

Gambar Header: Bluetooth.com