Realme Luncurkan GT Neo2, Narzo 50A, Narzo 50i, dan Band 2: Flagship Terakhir Tahun 2021

Menjelang akhir tahun, realme kembali meluncurkan beberapa produk yang mengukuhkan posisinya pada kelas atas, menengah, dan pemula. Hal tersebut dibuktikan dengan mengeluarkan 3 buah smartphone terbaru, yaitu realme GT Neo2, Narzo 50A, dan Narzo 50i. Selain itu, realme juga mengeluarkan smartband terbarunya yang bernama realme Band 2.

“Peluncuran Neo Born Disruptor merupakan awal baru dalam seri GT. Kami bermaksud menghadirkan everything in NEO dan menyatukan setiap hal hebat di dunia NEO untuk menginspirasi anak muda agar menjadi tech trendsetter. Hari ini, selain meluncurkan produk trendsetter, kami juga memanjakan anak muda di Indonesia dengan penawaran harga yang agresif, mulai dari Rp 11,000 dan jutaan bonus yang bisa didapatkan di mitra e-commerce pada gelaran realme 11.11 Salebration,” ujar Palson Yi, Marketing Director realme Indonesia.

Realme GT Neo2 merupakan sebuah perangkat smartphone yang menggunakan SoC Snapdragon 870. Dengan SoC bertenaga tersebut, smartphone ini mengukuhkan dirinya sebagai flagship 5G killer. Snapdragon 870 itu pun juga sudah dipasangkan pendingin bernama Stainless Steel Vapor Cooling Plus yang area pendinginannya cukup besar, yaitu 4129mm2 serta Diamond Thermal Gel pada CPU untuk transfer panasnya. Selain itu, RAM yang terpasang berkapasitas 12 GB ditambah dengan Dynamic RAM Expansion (DRE) sebesar 7 GB.

Realme Narzo 50A berfokus untuk menghadirkan smartphone dengan kinerja kuat dengan harga kompetitif. Dengan baterai 6000 mAh, realme Narzo 50A dipasangkan SoC Mediatek Helio G85. Dari sisi kameranya, Narzo 50A juga memiliki sensor dengan resolusi yang besar, yaitu 50 MP. Realme pun menyebut perangkat ini sebagai smartphone dengan pengalaman gaming terbaik di harga Rp 2 jutaan.

Realme Narzo 50i menjadi smartphone dengan harga yang paling murah pada peluncuran kali ini. Smartphone ini ditujukan untuk para pengguna entry level yang mencari smartphone gaming dengan value-for-money. Perangkat ini menggunakan realme UI Go Edition sehingga resource yang dijalankan tidak seberat perangkat non Android Go. Perangkat ini sendiri sudah memiliki baterai 5000 mAh sehingga mampu bertahan selama seharian.

Terakhir adalah realme Band 2 yang membawa beberapa peningkatan dari sang pendahulunya. Realme Band 2 memiliki layar TFT-LCD 1,4 inci dan resolusi 167 x 320 piksel dan memiliki kecerahan hingga 500nits. Smartband ini menggunakan sensor Goodix GH3011 yang akan memantau detak jantung dan SpO2 selama 24 jam. Pada sisi baterai, smartband ini menggunakan kapasitas 204 mAh dan dapat bertahan hingga 12 hari.

Realme GT Neo2 dengan varian 12/256 GB dijual dengan harga Rp 6,499,000. Untuk realme Narzo 50A dengan varian 4/64 GB dijual dengan harga Rp 2,099,000 dan Rp 2,299,000 untuk varian 4/128 GB. Realme Narzo 50i dijual pada harga Rp 1,599,000 dengan konfigurasi 4/64 GB. Untuk realme Band 2 dijual pada harga Rp 499,000.

Masih menggunakan SC9863A pada Narzo 50i?

Realme saat ini selalu saja mengeluarkan perangkat yang menggunakan SoC dari Snapdragon dan Mediatek. Tentu saja kedua chipset tersebut saat ini mendapatkan sambutan yang sangat baik di masyarakat Indonesia. Akan tetapi pada Narzo 50i, realme masih menggunakan sebuah chipset lawas, yaotu Spreadtrum SC9863A. Apa alasan dibalik penggunaan chipset tersebut?

Palson Yi mengatakan bahwa kita harus menyadari pada pasar entry level saat ini, permintaan masih sangat besar. Dan pada pasar ini pula, kelangkaan chipset juga terkena dampak besarnya. Oleh karena itu, tim realme melakukan forecast pada kelangkaan tersebut dan ini adalah strategi dari realme. Hal tersebut juga membuat realme bisa menghadirkan kembali perangkat untuk pasar entry level yang terjangkau.

Kembali lagi untuk SC9863A, karena realme tidak ingin tiba-tiba kehabisan chipset karena permintaan yang tinggi maka dipilih lah SoC tersebut. Hal tersebut juga membuat realme memiliki kondisi yang lebih baik untuk menyediakan perangkat pada pasar tersebut. Palson berharap bahwa kondisinya akan kembali membaik dan pasokan chipset akan tersedia kembali.

[Review] Huawei Band 6: Smartband Rasa Smartwatch, Layar Lebar dan Fitur Lengkap

Selama ini, desain sebuah smartband tidak luput dari bentuknya yang mungil dan minimalis. Sayangnya, desain tersebut akan membuat layar yang terpasang memiliki dimensi yang kecil sehingga akan menyulitkan beberapa orang untuk melihat. Beda halnya dengan solusi yang ditawarkan oleh Huawei pada smartband terbarunya yang diberi nama Huawei Band 6.

Huawei Band 6 menawarkan perangkat gelang pintar yang utamanya digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan dengan layar yang lebih lebar. Hal tersebut membuatnya terlihat seperti sebuah smartwatch. Tidak hanya itu saja, Huawei juga melengkapi smartband mereka dengan fitur yang lebih lengkap serta animasi serta widget yang tidak berbeda dengan sebuah smartwatch.

Smartband Huawei Band 6 memiliki spesifikasi sebagai berikut ini

Layar AMOLED 1.47 inci 194 x 368 touch
Baterai Tahan hingga 14 hari, Li-Poly
Konektivitas Bluetooth 5.0 BLE
Dimensi 43×25.4×11.45mm
Bobot 29 gram, 18 gram tanpa strap
Sensor Accelerometer, heart rate, SpO2, Gyroscope
OS LiteOS
Sertifikasi 5 ATM
Bahan strap Karet silikon

Sayang memang, Huawei tidak memberikan informasi lebih lanjut mengenai prosesor yang digunakan, kapasitas RAM dan penyimpanan internal, dan bahkan kapasitas baterai yang ditanamkan. Akan tetapi yang pasti, perangkat ini menggunakan prosesor satu inti saja. Tebakan saya, Huawei menggunakan prosesor ARM Cortex M4 atau M7 pada smartband yang satu ini.

Charger

Perangkat ini datang dengan sebuah charger yang desainnya khusus hanya untuk Huawei Band 6 saja. Sama seperti kebanyakan smartwatch, Huawei Band 6 juga menggunakan sistem magnet untuk menempelkan konektor pengisian baterai. Padahal biasanya sebuah smartband sangat jarang ditemukan dengan desain pengisian baterai seperti ini.

Desain

Jika desain smartband lain memiliki dimensi yang kecil, beda dengan apa yang digunakan pada Huawei Band 6. Huawei Band 6 tampil seperti sebuah smartwatch yang memiliki dimensi mungil. Apalagi, saat ini model kotak pada sebuah smartwatch sedang naik daun. Bahan dari perangkatnya sendiri terbuat dari plastik polikarbonat dan strap-nya terbuat dari bahan karet.

Layar dari Huawei Band 6 menggunakan tipe AMOLED atau Active Matrix Organic Light Emitting Diode. Dimensi dari layar tersebut adalah 1,47 inci dengan resolusi 192 × 368 piksel. Walaupun terbuat dari plastik, layarnya sendiri cukup tahan terhadap benturan-benturan ringan. Namun, hindarkan layar tersebut dari debu dan pasir karena pasti akan membuatnya tergores dan sebisa mungkin gunakan lapisan anti gores.

Layar AMOLED yang digunakan memiliki fungsi sentuh, sehingga pengguna bisa menekan atau menggeser untuk memilih dan berpindah menu. Selain itu, pada bagian kanannya terdapat sebuah tombol yang memiliki multifungsi. Saat perangkat mati, tombol ini berguna untuk menyalakan dan mematikan perangkat. Saat perangkat sedang menyala, tombol ini berfungsi sebagai tombol pembuka app drawer dan home.

Jika Anda bosan, perangkat ini ternyata juga bisa diganti strap-nya. Sampai sekarang, sudah banyak yang menjual strap pada ecommerce yang ada di Indonesia. Mengganti strap-nya juga cukup mudah, tinggal mencongkel bagian ujung strap yang tersambung dengan band-nya. Setelah itu, geser strap tersebut ke atas dengan pelan dan akan segera terlepas.

Di bagian bawah dari perangkat ini juga terdapat beberapa sensor. Hal tersebut seperti sensor pendeteksi detak jantung serta kadar oksigen dalam darah. Selain itu, terdapat dua konektor untuk mengisi ulang baterainya. Huawei Band 6 juga memiliki sensor akselerometer dan juga gyroscope.

Perangkat ini dapat dihubungkan ke smartphone dengan menggunakan aplikasi Huawei Health. Aplikasi ini akan melakukan sinkronisasi data yang ada pada smartband sehingga pengguna dapat melihat data-datanya dengan nyaman. Aplikasi ini juga menyediakan update firmware, berbagai macam koleksi watch face, serta setting lainnya.

Pengalaman Menggunakan

Gelang pintar ( atau jam tangan pintar? ) ini datang saat pandemi COVID-19 datang. Oleh karena itu, saya tidak bisa menggunakannya setiap hari untuk berolah raga. Jika ada waktu untuk berbelanja atau pergi ke sebuah tempat, saya pun menggunakan perangkat ini walaupun tidak ekstrim.

Saya menggunakan smartband yang satu ini dalam waktu sekitar tiga mingguan. Tentunya saat perangkat ini datang ke rumah saya, saat itu juga perangkat ini diisi ulang baterainya sampai penuh. Charger-nya sendiri memiliki model magnet, sehingga pengguna tidak akan kebalik saat menghubungkannya. Karena kabelnya cukup pendek, saya sangat menyarankan agar pengguna untuk menyimpannya dengan benar agar tidak hilang.

Seperti biasa, saya langsung menghubungkan perangkat ini ke aplikasi Huawei Health. Yang cukup aneh adalah aplikasi ini harus di-download dari Huawei App Gallery atau toko aplikasi lain selain Google Play. Setelah melakukan pemasangan aplikasi, barulah Huawei Health bisa mendeteksi Huawei Band 6. Bahkan aplikasi ini langsung melakukan update firmware sebanyak dua kali.

Seperti halnya sebuah jam tangan pintar, Huawei Band 6 memiliki fitur-fitur seperti pemantauan detak jantung, pemantauan tidur, SpO2, pernapasan, notifikasi, cuaca, jam, alarm, senter, dan kontrol musik. Fitur-fitur yang sudah umum ditemukan pada hampir setiap jam tangan pintar yang sudah beredar di pasaran. Semua itu juga disajikan dengan animasi yang sama dengan yang ada pada smartwatch.

Jika Anda pengguna sebuah smartband, tentu saja watch face yang ada cukup membosankan karena terlihat sangat kecil. Oleh karena dimensi layar dari Huawei Band 6 yang cukup besar, tentu saja membuat watch face-nya bisa terlihat dengan jelas. Untuk menambah watch face, aplikasi Huawei Health bisa digunakan untuk melakukan download dan langsung memasangkannya pada Band 6. Beberapa watch face bahkan bisa diubah warnanya pada saat kita menyentuh layarnya.

Huawei Band 6 juga mampu memberikan informasi notifikasi yang datang dari aplikasi tukar pesan seperti Whatsapp dan Telegram. Semua pesan bisa langsung dilihat jika kita menggeser layarnya ke atas. Sayangnya, ada bug di mana satu pesan Whatsapp bisa ditampilkan dua kali pada layar Huawei Band 6. Bahkan kadang pesan tersebut telat masuk dari smartphone ke smartband.

Lalu bagaimana dengan notifikasi panggilan suara dan video dari Whatsapp dan Telegram? Sama seperti sebuah smartwatch dari Huawei, semua notifikasi tersebut akan muncul di layar gelang pintar ini hanya pada saat smartband-nya terpasang di tangan. Hal ini tentu membuat baterai yang ada pada smartband tersebut akan menjadi lebih irit. Dan pengguna tidak akan melewatkan satu pun panggilan baik dari seluler mau pun dari aplikasi pihak ketiga.

Smartband ini ternyata mendukung banyak mode olah raga. Dan tidak tanggung-tanggung, Huawei Band 6 bisa mendukung hingga 96 mode olah raga sekaligus. Hal yang sama juga ditemukan pada perangkat smartwatch dari Huawei sendiri. Jadi dengan menggunakan gelang pintar ini, hampir semua olah raga yang kita lakukan sudah bisa terdeteksi dengan baik.

Terakhir yang ingin saya ceritakan adalah pemakaian baterainya. Selama tiga minggu, pemakaian saya memang cukup minimal, seperti hanya bepergian hari sabtu dan minggu saja. Hasilnya sampai hari terakhir artikel ini terbit, baterainya masih tersisa sekitar 35%. Cukup panjang, bukan?

Verdict

Huawei yang memiliki strategi 1+8+N sepertinya sedang gencar memasarkan bagian “8”-nya. Hal tersebut berarti mereka sedang gencar mendorong pasar AIoT. Salah satunya dengan perangkat-perangkat smartband seperti Huawei Band 6 yang memiliki bentuk seperti sebuah smartwatch.

Kinerja dari gelang pintar yang satu ini memang cukup baik untuk digunakan sehari-hari. Saya tidak merasakan adanya lag saat menggunakannya serta bernavigasi pada menu yang ada. Semua fungsi yang ada bisa diakses dan dijalankan tanpa adanya masalah. Hanya saja, saya sering mendapatkan dua notifikasi yang sama pada perangkat ini.

Harga yang ditawarkan oleh Huawei juga termasuk terjangkau untuk ukuran sebuah smartband dan smartwatch. Dengan Rp. 699.000 perangkat ini sudah bisa dimiliki. Pengguna bisa mendapatkan semua fungsi-fungsi canggih seperti perekaman olah raga, detak jantung, serta pengukuran SpO2 seperti sebuah smartwatch biasa.

Sparks

  • Antarmuka yang responsif
  • Gelang pintar dengan layar yang lebar
  • Fitur yang cukup lengkap, seperti SpO2, detak jantung, dll
  • Daya tahan baterai yang cukup baik
  • Ringan saat digunakan
  • 5 ATM

Slacks

  • Masih terdapat bug, seperti notifikasi ganda pada sebuah pesan teks
  • Layar mudah tergores saat terbentur
  • Tanpa GPS

 

[Review] OPPO Band, Pas Buat Pantau Kesehatan Selama Bulan Puasa

Berbarengan dengan perkenalan smartphone Reno5 F, OPPO juga merilis perangkat wearable terjangkau berupa fitness tracker bernama OPPO Band yang dibanderol Rp599.000. Bagi yang menjalankan ibadah puasa, OPPO Band bakal sangat membantu untuk menjaga kebugaran tubuh di era adaptasi kebiasaan baru.

Mentang-mentang puasa, banyak orang yang menjadikannya alasan untuk malas gerak. Padahal tubuh kita tetap butuh aktivitas fisik, meski begitu waktu dan durasinya dapat disesuaikan dengan kondisi fisik selama berpuasa. Misalnya dilakukan 30-60 menit menjelang waktu berbuka dan memilih jenis olahraga dengan intensitas ringan atau menengah. Langsung saja berikut review OPPO Band selengkapnya.

Cara Menghubungkan OPPO Band ke Smartphone

Review-OPPO-Band-2

Hal yang perlu dipersiapkan untuk menghubungkan OPPO Band ke smartphone ialah memasang aplikasi HeyTap Health yang bisa ditemukan di Google Play Store. Kemudian masuk dengan akun Anda dan tambahkan perangkat OPPO Band.

Sekedar info, unit OPPO Band yang saya review ini versi China yang mana tidak terdeteksi oleh aplikasi HeyTap Health dari Google Play Store. Sebaliknya saya harus memasang APK HeyTap Health versi China dan menggunakan smartphone OPPO agar bisa masuk dengan akun Google. Meski begitu, baik fitur dan spesifikasinya identik.

Desain OPPO Band

Review-OPPO-Band-3

OPPO Band yang hadir di Indonesia hadir dalam versi basic sport yang tersedia dalam dua pilihan warna, hitam dan lavender. Sebagai smartband, desain OPPO Band tampil cukup simpel sehingga praktis saat dikenakan.

Ia membawa layar persegi panjang berukuran 1,1 inci beresolusi 126×294 piksel dengan sudut yang agak membulat berlapis kaca 2.5D yang tahan gores. Tepat di bawah layar tersemat label OPPO.

Hal yang istimewa ialah panel yang digunakan sudah berjenis AMOLED, yang mana dapat menampilkan warna hitam yang pekat dan colorful dengan dukungan gamut warna DCI-P3 100%. Konten pun dapat tampil dengan jelas, bahkan pada kondisi di bawah teriknya matahari.

Dimensi bodinya 40.4×17.6×11.45 mm atau 11.95 mm tebalnya bila termasuk sensor heart rate. Bagian belakang menggunakan material polycarbonate dan bobotnya hanya 10,3 gram saja (tidak termasuk strap).

Tentu saja, OPPO Band sudah tahan terhadap air dengan rating 5ATM hingga 50 meter. Artinya, kita tak perlu khawatir terkena keringat saat berolahraga dan tak perlu melepasnya saat mengambil air wudhu.

Fitur Pemantauan

Review-OPPO-Band-6

OPPO Band merupakan wearable smart device yang masuk dalam ekosistem Internet of Things (IoT) OPPO dan konektivitasnya mengandalkan Bluetooth BLE 5.0. Perangkat ini berorientasi pada gaya hidup sehat dan dilengkapi sensor 3-axis acceleration, optical heart rate, dan optical SpO2. Serta, menawarkan 12 mode latihan yang mendukung gaya hidup aktif penggunanya.

Lewat sensor optical SpO2, OPPO Band dapat melacak variabilitas tingkat oksigen dalam darah dan secara terus menerus memantau saat Anda tidur. Anda dapat mengakses catatan durasi tidur dan tahap tidur yang membantu untuk menentukan kebiasaan tidur yang lebih baik, bagaimanapun tidur yang lebih nyenyak akan bangun dengan perasaan baik di pagi hari.

Sementara, sensor heart rate dapat memantau denyut jantung secara real-time. Bila detak jantung berubah terlalu tinggi, OPPO Band akan bergetar untuk memperingatkan pengguna tentang detak jantung yang tidak teratur. OPPO Band juga akan mengirim peringatan agar bergerak saat pengguna terlalu lama berdiam diri.

Dengan 12 mode latihan, OPPO Band adalah pendamping latihan kebugaran yang dapat melacak dan memantau kegiatan fisik seperti berlari, berjalan, bersepeda, berenang, bulu tangkis, kriket, dan yoga. Berkat sensor 3-axis acceleration, OPPO Band dapat merekam durasi latihan, jarak, dan metrik lainnya secara real time, Anda dapat memantau secara akurat perkembangan latihan melalui aplikasi Hey Tap Health.

Navigasi dan Fitur Lainnya

Review-OPPO-Band-9

OPPO Band tidak dilengkapi tombol fisik sama sekali, jadi bila kita menonaktifkannya lewat pengaturan, kita bisa menyalakannya kembali menggunakan charger-nya alias dengan mengisi ulang daya. Untuk navigasi, OPPO membuatnya sangat sederhana yakni menggunakan kontrol berbasis gesture.

Di home screen, usap ke atas dan ke bawah akan membawa ke aplikasi, ketuk untuk memilih aplikasi dan usap dari kiri untuk kembali. Serta, mengusap ke kiri atau kanan untuk beralih antar watch face.

Mengenai watch face, OPPO menyediakan lebih dari 40 tampilan jam tangan yang tersedia di aplikasi HeyTap Health. Namun, OPPO Band hanya bisa menampung lima watch face saja.

Menu utama pada OPPO Band meliputi daily activity, workouts, heart rate, SpO2, sleep, Alipay, weather, WeChat Pay, serta tools yang terdiri dari music, stopwatch, timer, alarm, dan search phone. Juga ada settings, meliputi DND, brightness, display time, vibration, reset, shutdown, dan reboot.

Untuk messages, OPPO Band dapat berfungsi sebagai penghubung aktivitas di smartphone. Anda dapat menerima notifikasi pesan, panggilan, dan pemberitahuan terbaru lainnya. Dengan baterai berkapasitas 100 mAh, OPPO Band menyajikan waktu siaga selama 12 hari penggunaan dan dapat diisi penuh hanya dalam 1,5 jam.

Verdict

Sebagai tracker, OPPO Band dengan bentuk ringkas dan ringan jelas lebih nyaman dikenakan sepanjang hari ketimbang smartwatch. Juga rasanya lebih tenang, di mana ketika menggunakan smartwatch dan tak sengaja terbentur rasanya sakit (takut rusak), sedangkan pada smartband saya tidak perlu terlalu mengkhawatirkannya.

Dari segi fungsi, fitur-fitur esensial kesehatan dan kebugaran juga sudah tersedia termasuk pemantauan detak jantung, kadar oksigen dalam darah, kualitas tidur, dan selusin mode latihan. Rangkaian fiturnya dapat membantu memantau kesehatan dan menjaga kondisi tubuh di era adaptasi kebiasaan baru dan saat berpuasa.

Memang terdapat sejumlah batasan integrasi dengan smartphone. Sebut saja, seperti notifikasi tidak dapat memuat gambar, karakter maksimum yang ditampilkan juga terbatas, dan tidak bisa membalas pesan masuk. Namun secara keseluruhan, OPPO Band sangat menyenangkan digunakan. Kontrol berbasis gesture-nya responsif, layarnya cerah, dan Aplikasi HeyTap Health juga semudah digunakan seperti OPPO Band, kita dapat memantau secara akurat perkembangan latihan olahraga.

Sparks

  • Dilengkapi sensor 3-axis acceleration, heart rate, dan SpO2
  • Layar AMOLED yang cerah dan colorful
  • Bodi sudah dilengkapi rating 5ATM

Slacks

  • Fitur notifikasi terbatas, karakter maksimum yang ditampilkan 50

 

 

Smartband Huawei Band 6 Hadir di Indonesia, Mirip Smartwatch Kecil

 

Huawei kembali meluncurkan sebuah gelang pintar yang tentunya sangat berguna saat menemani berolah raga. Gelang pintar tersebut memiliki nama Huawei Band 6. Acara peluncurannya sendiri dilaksanakan secara live pada kanal Youtube resmi mereka. Lalu apa yang berbeda dari perangkat yang satu ini dibandingkan dengan pendahulunya?

Patrick Ru, Country Head of Huawei CBG Indonesia, menyatakan, “Huawei melanjutkan dedikasi kami terhadap pengembangan teknologi melalui peluncuran HUAWEI Band 6 sebagai anggota baru keluarga perangkat wearable Huawei. Produk terbaru kami membuat debut yang menakjubkan dengan peningkatan dalam hal teknologi dan mendefinisikan kembali kategori pelacak kebugaran. Meskipun HUAWEI Band 6 dikategorikan sebagai smartband, namun HUAWEI tetap menghadirkan fitur-fitur terbaik serupa dengan yang biasa ditemukan pada smartwatch namun Anda bisa mendapatkannya dengan harga smartband. Dengan desain luar biasa yang menampilkan layar tampilan penuh, mendukung 96 mode latihan menjadikan Anda seperti memiliki pelatih pribadi, dan dilengkapi dengan pemantauan kesehatan profesional, kami berharap dapat menyediakan smartband terbaik untuk konsumen dan menawarkan nilai terbaik bagi mereka.”

Satu hal yang memang berbeda dari perangkat yang satu ini jika dibandingkan dengan generasi sebelumnya, yaitu layarnya yang lebih besar. Huawei Band 6 adalah smartband pertama dari Huawei yang memiliki layar AMOLED besar 1,47 inci dengan tombol samping, yang 148% lebih besar dari pendahulunya. Resolusi layar yang dimiliki oleh gelang pintar yang satu ini adalah 194 x 368 dengan 282ppi.

Gelang yang satu ini juga sudah memiliki beberapa fitur yang biasanya ada pada sebuah smartwatch. Salah satunya adalah SpO2 yang saat ini diklaim bisa menjadi salah satu indikator untuk mendeteksi COVID-19. Selain itu, Watch face pada Band 6 juga bisa diubah dengan beberapa model yang sudah disediakan oleh Huawei. Selain itu, notifikasi berbentuk isi teks dari berbagai aplikasi chatting juga sudah didukung.

Huawei Band 6 menggunakan bahan polimer yang dicampur dengan fiberglass sehingga diklaim kuat oleh produsennya. Perangkat ini memiliki dimensi 43 × 25,4 × 10,99 mm dengan bobot hanya 18 gram saja tanpa strap. Untuk menyelam, Band 6 juga sudah memiliki sertifikasi 5 ATM. Dan terakhir, baterai yang terpasang mampu membuat gelang pintar ini tahan sampai 14 hari.

Huawei Band 6 di Indonesia dijual dengan harga Rp. 699.000. Pada tanggal 16 hingga 21 April, Huawei memotong Rp. 100.000 pada saat flash sale. Perangkat ini bisa langsung didapatkan pada semua toko resmi Huawei, baik secara online di beberapa ecommerce, maupun offline nantinya.

Tanpa Gorilla Glass: Kuatkah?

Huawei Band 6 datang dengan layar yang tidak akan menyulitkan mata untuk melihat. Namun, semakin besar dimensi layarnya, semakin rentan pula terbentur dan tergores. Apalagi, Huawei Band 6 khusus dibuat untuk berolah raga yang mungkin juga akan digunakan pada pusat kebugaran. Sekuat apakah kacanya?

Edy Supartono selaku Training Director Huawei Consumer Business Group Indonesia mengatakan bahwa memang tidak ada produksi spesifik untuk kaca dar smartband ini, tetapi pada penggunaan wajar dipastikan kuat. Untuk terjatuh atau terbentur seharusnya kacanya masih kuat. Namun jika terbentur besi seperti barbel pada pusat kebugaran, tentu saja Huawei tidak bisa menjaminnya.

Saya sendiri cukup menyarankan para calon pengguna nantinya untuk memasangkan lapisan anti gores. Dengan begitu, layarnya sendiri akan mendapatkan tambahan keamanan saat terbentur atau terjatuh. Jika tergores, tentunya tinggal mengganti lapisan tersebut dengan harga yang minimal dan tidak mengurangi estetikanya.

[Review] Huawei Band 4e: Smartband Unik dengan Mode Kaki

Saat ini sudah banyak produsen AIoT yang meluncurkan gelang pintar atau smartband. Tentu saja, smartband selama ini selalu identik dengan olah raga. Namun, smartband yang ada saat ini sepertinya memiliki fitur yang “itu-itu” saja. Mungkin berbeda dengan yang dimiliki Huawei Band 4e.

Gelang pintar yang cukup mungil ini mungkin secara fisik terlihat biasa saja. Bentuknya sama seperti kebanyakan gelang pintar tanpa layar berwarna biasa. Namun ada satu fitur yang mungkin membuat para pegiat olah raga lari dan bola basket tertarik untuk menggunakannya. Huawei Band 4e memiliki fitur yang bernama Foot Mode.

Huawei Band 4e

Huawei Band 4e sendiri merupakan versi monochrome dari Huawei Band 4. Perangkat ini sendiri memiliki 6 sensor yang bisa melacak pergerakan olah raga penggunanya, baik di tangan mau pun di kaki. Oleh karena itu, Huawei Band 4e memiliki mode yang bisa mendeteksi pergerakan olah raga basket. Semua tentu saja bisa disajikan pada aplikasi Huawei Health.

Spesifikasi dari Huawei Band 4e bisa dilihat pada tabel berikut ini

Prosesor ARM Cortex M4
RAM 1 MB
Internal 384 KB
Layar PMOLED 0,5 inci 48×88 pixel
Baterai 77 mAh
Konektivitas Bluetooth 4.2
Dimensi 40.5 x 14.8 x 11.2 mm
Bobot 13 gram, 6 gram tanpa strap

Charger

Huawei selalu memberikan sebuah charger yang mereka desain sendiri. Pada Huawei Band 4e, pengguna harus melepas perangkat dari strap-nya. Setelah itu, perangkat Band 4e dimasukkan ke sebuah charger dengan interface USB.

Huawei Band 4e - Charger

Desain

Huawei Band 4e tampil seperti kebanyakan sebuah smartband pada umumnya. Dengan dimensi yang cukup mungil, tentu saja cocok digunakan oleh pria mau pun wanita. Bahan dari perangkatnya sendiri terbuat dari plastik polikarbonat dan strap-nya terbuat dari bahan karet. Namun, ada pula varian yang menyediakan  recyclabe textile yang berbahan kain.

Layar dari Huawei Band 4e menggunakan tipe PMOLED atau passive Matrix OLED. Dimensi dari layar tersebut adalah 0,5 inci dengan resolusi 48×88 piksel. Walaupun terbuat dari plastik, layarnya sendiri cukup tahan terhadap benturan-benturan ringan. Namun, hindarkan layar tersebut dari debu dan pasir karena pasti akan membuatnya tergores.

Huawei Band 4e - at Pot

Layarnya sendiri tidak memiliki fungsi sentuh. Satu-satunya fungsi sentuh yang ada adalah pada bidang kotak di bagian bawahnya. Untuk berpindah menu, sentuh satu kali saja dan layar akan berpindah ke pilihan berikutnya. Untuk memilih menu setting, tekan dan tahan sekitar dua detik atau sampai indikator yang ada pada layar berganti.

Untuk melihat data apa saja yang sudah diambil oleh Huawei Band 4e, pengguna tentu saja harus terhubung dengan sebuah smartphone. Data-data tersebut bisa dilihat pada aplikasi Huawei Health yang digunakan untuk semua wearables dari Huawei. Aplikasi ini juga bakal meningkatkan versi firmware dari Huawei Band 4e, yang saat diuji menggunakan versi 3.0.0.96.

Pengalaman Menggunakan

Sayang memang, gelang pintar untuk olah raga yang satu ini datang pada saat masa pandemi. Selain itu, dari saat Huawei Band 4e datang hingga artikel ini diturunkan, hujan yang cukup lebat selalu menyirami lingkungan di rumah saya. Jadi, pengujian ini tidak dijalankan dengan olah raga di luar ruangan.

Saya menggunakan gelang pintar ini selama sekitar satu minggu saja. Saat membuka dari paket penjualannya, saya langsung mengisi penuh Huawei Band 4e dengan menggunakan charger mungilnya. Oh ya, karena bentuknya yang kecil, berhati-hati lah saat menyimpannya agar tidak terselip dan hilang.

Huawei Band 4e - On Hand

Gelang pintar ini langsung saya hubungkan ke aplikasi Huawei Health. Saat pertama kali terhubung, Huawei Health langsung mendeteksi adanya firmware baru dan saya langsung melakukan instalasi. Sayang memang, instalasi firmware dari Huawei meman memakan waktu cukup lama. Huawei Band 4e memakan waktu hampir 15 menit dari pertama kali melakukan download hingga booting pertama.

Hal pertama yang saya uji saat menggunakan gelang pintar ini adalah untuk mendeteksi tidur. Ternyata saking ringannya bobot dari perangkat ini, saya tidak terganggu saat tidur. Biasanya, saya tidak bisa menguji dengan sleep mode jika menggunakan sebuah smartwatch. Alhasil, perangkat ini mendeteksi tidur saya nyenyak selama 4 jam 57 menit.

Saat berolah raga, biasanya gelang pintar akan merekam berapa langkah kita sudah berjalan. Huawei Band 4e menawarkan mode foot, di mana perangkat tersebut bisa ditaruh pada sepatu. Dengan alat bawaannya, Huawei Band 4e bisa dijepit di antara tali sepatu olah raga. Dengan begini, gyroscope yang ada pada Huawei Band 4e bisa merekam langkah dengan lebih akurat.

Huawei juga mengatakan bahwa gelang pintar ini juga mampu mendeteksi olah raga basket. Bahkan saat ada pada foot mode, Huawei Band 4e mampu mendeteksi gerakan melompat, durasi, serta ketinggian lompatan. Semua data terekam pada aplikasi di smartphone.

Selain digunakan untuk berolah raga, gelang pintar ini juga bakal menampilkan beberapa notifikasi dalam bentuk icon. Bahkan, gelang pintar ini lolos pengujian notifikasi panggilan suara dan video dari aplikasi pesan teks seperti Whatsapp dan Telegram. Jadi saat berolah raga, sambungan via bluetooth harus tetap terjaga agar semua notifikasi bisa membuat Huawei Band 4e bergetar.

Huawei Band 4e - Foot Mode

Terakhir adalah penggunaan baterai pada Huawei Band 4e. Huawei menjanjikan daya tahan baterai pada gelang pintar ini sampai 14 hari saat digunakan sehari-hari dan hingga 21 hari saat standby. Penggunaan saya sendiri selama seminggu menurunkan baterainya hingga ke tingkat 58%. Jadi, saya yakin baterainya bisa digunakan hingga dua minggu lamanya.

Verdict

Alat bantu dalam berolah raga saat ini memang bermacam-macam bentuknya. Salah satu yang memiliki harga terjangkau adalah menggunakan sebuah smartband. Namun, sebuah smartband harus lah memiliki sebuah keunikan tersendiri dibandingkan dengan merek lainnya. Salah satunya seperti Huawei Band 4e.

Perangkat yang satu ini datang tanpa desain yang “wah”. Namun, fitur yang ditawarkan cukup unik sehingga mampu menarik para pegiat olah raga tertentu, seperti basket dan lari. Dengan menaruh perangkat pada sepatu, membuat data dua olah raga tersebut menjadi lebih akurat. Huawei Band 4e sendiri build quality-nya juga cukup baik sehingga tidak perlu takut rusak karena terbentur.

Huawei menjual Band 4e dengan harga Rp. 349.000. Perangkat ini sendiri dijual langsung pada platform ecommerce dari Huawei. Harga tersebut memang bersaing dengan perangkat lainnya yang memiliki layar berwarna. Namun, semua kembali lagi pada para penggunanya, terutama para pemain basket dan pegiat olah raga lari yang bisa menggunakan fitur khususnya tersebut.

Sparks

  • Daya tahan baterai cukup baik, bisa 14 hari
  • Mode olah raga basket
  • Fitur unik foot mode
  • Kualitas perangkat cukup kokoh
  • 5 ATM
  • Notifikasi panggilan via aplikasi pihak ketiga berjalan dengan baik

Slacks

  • Layar hanya hitam putih
  • Tanpa fungsi layar sentuh

Huawei Watch GT 2 Diluncurkan: Lengkap dengan GPS dan Menyala sampai 2 Minggu!

Jika diperhatikan, ternyata persaingan pada kelas wearables masih cukup sengit. Selama ini, vendor asal Korea saja yang terlihat banyak mengeluarkan perangkat tersebut. Akan tetapi, Huawei ternyata masih belum menyerah pada pasar ini dengan mengeluarkan Huawei Watch GT 2.

Pada acara yang diselenggarakan di D’Labs tanggal 10 Oktober 2019 lalu, Huawei memperkenalkan jam pintar terbarunya. Jam pintar yang diluncurkan kali ini memiliki dua varian, yaitu seri sporty dan classic. Untuk seri sporty, Huawei menggunakan strap Fluoroelastomer yang diklaim lebih lembut, ringan, serta tipis.

Huawei Watch GT 2 - Launch

Huawei juga mengklaim bahwa jam pintarnya memiliki daya tahan baterai yang lebih lama dibandingkan dengan smartwatch lain yang ada dipasaran. Dengan pemakaian biasa, Huawei Watch GT 2 mampu bertahan hingga 14 hari. Hal tersebut didapat dalam keadaan tersambung dengan smartphone melalui koneksi bluetooth.

Edy Supartono, Training Director Huawei CBG Indonesia, mengatakan bahwa daya tahan baterai yang dimiliki oleh Watch GT2 tidak lain karena memiliki baterai sebesar  455 mAh. Selain itu, Huawei Watch GT 2 menggunakan SoC Kirin A1 yang memiliki prosesor khusus wearable, ARM Cortex-M7. Selain itu, Edy juga mengatakan bahwa jangkauan koneksi GT 2 dua kali lebih jauh dari Apple Watch S4.

Huawei Watch GT 2 - Auf

Pada jam pintar ini juga sudah memiliki GPS tersendiri. Saat berolah raga, tentu saja kita ingin melakukan tracking kemana saja perginya. Edy mengatakan jika dengan menggunakan GPS, GT 2 akan dapat bertahan selama 36 jam. GT 2 juga memiliki sertifikasi 5 ATM yang dapat terbenam dalam air tawar selama 10 menit di kedalaman 50 meter.

Huawei juga menyematkan beberapa feature seperti TruSeen 3.5 yang memonitor detak jantung selama 24 jam, mode olah raga indoor dan outdoor, TruSleep 2.0 yang mendiagnosa masalah tidur, dan TruRelax yang memonitor tingkat stres. GT 2 juga sudah terdapat speaker dan mikrofon yang tertanam yang dapat melakukan panggilan langsung dengan jarak 150 meter dari telepon. Hal tersebut juga berarti bahwa jam tangan ini mampu memainkan musik secara langsung.

Huawei Watch GT 2 - Belakang

Huawei Watch GT 2 dijual dengan harga Rp. 2.799.000 untuk versi sporty. Sedangkan untuk versi classic, Huawei menjualnya pada harga yang lebih tinggi, Rp. 2.999.000. Perangkat ini sudah mulai bisa di pre-order dari tanggal 10 hingga 22 Oktober 2019 di jaringan toko Erajaya.

Huawei Band 4

Tidak hanya Huawei Watch GT 2 saja yang diperkenalkan pada ajang kali ini. Huawei juga mengenalkan Huawei Band 4, sebuah gelang pintar yang memiliki dimensi lebih kecil. Dengan dimensi yang kecil tersebut, membuatnya memiliki bobot yang hanya 20 gram saja dengan layar berwarna berdimensi 0,96 inci.

Untuk melakukan pengisian baterai, gelang pintar ini hanya perlu dicabut dari strap-nya dan langsung dicolok pada charger dengan standar USB. Untuk fitur bawaannya, Huawei Band 4 juga memiliki hal yang sama dengan GT 2, yaitu Mode olah raga, TruSleep, dan TruSeen. Huawei Band 4 juga memiliki sertifikasi 5 ATM pula.

Hal lain yang dimiliki oleh Huawei Band 4 adalah kemampuannya untuk menjadi remote control kamera. Tentunya hal tersebut banyak dicari oleh pengguna yang ingin mengambil gambar dari jarak yang jauh. Baterainya pun juga diklaim lebih lama, yaitu bertahan 7 hari jika dipakai dalam penggunaan standar.

Sayangnya, Huawei belum menentukan berapa harganya. Mereka mengatakan bahwa akan memberitahukan berapa nilainya di kemudian hari.

Bukan HarmonyOS

Saat diembargo oleh pemerintah Amerika Serikat, Huawei tidak lagi memiliki lisensi untuk menggunakan Google Mobile Service pada perangkat Android-nya. Oleh karena itu, mereka langsung menggenjot untuk membuat sistem operasi yang ternyata sudah digagas dari tahun 2017 lalu. HarmonyOS, begitu namanya, akan dapat diinstalasikan dari perangkat dengan penyimpanan internal kecil hingga besar.

Huawei Watch GT 2 - QnA

Pihak Huawei juga pernah mengatakan bahwa mereka bakal meluncurkan sebuah jam pintar dengan menggunakan HarmonyOS. Dan saat ini, Huawei Watch GT 2 pun sudah diluncurkan. Apakah GT 2 sudah menggunakan HarmonyOS?

Deputy Country Director Huawei Device Indonesia, Lo Khing Seng, secara tegas mengatakan bahwa Huawei GT 2 belum menggunakan sistem operasi HarmonyOS. Namun, dia mengatakan bahwa GT 2 berjalan didalam ekosistem yang mereka jalankan saat ini. Jam tangan pintar ini juga tidak menggunakan sistem operasi Android Wear.

Agar Warganya Hidup lebih Sehat, Pemerintah Singapura Akan Bagi-Bagi Fitbit Gratis

Istilah ‘duduk ialah cara baru merokok’ memang terdengar berlebihan, namun kita tidak bisa menampik fakta bahwa kebiasaan malas bergerak menyimpan potensi penyakit yang sangat tinggi. Di Australia, ketidakaktifan menjadi pemicu kanker terbesar setelah merokok, menjadi penyebab kanker payudara dan usus besar (21 sampai 25 persen), diabetes (27 persen) dan masalah jantung (30 persen).

Baru-baru ini, sebuah inisiatif menarik dieksekusi oleh pemerintah Singapura. Demi mendorong gaya hidup yang lebih sehat, pemerintah Singapura berkolaborasi bersama Fitbit untuk membagi-bagikan unit fitness tracker kepada para penduduknya. Merupakan bagian dari program kesehatan nasional bertajuk Live Healthy SG, nantinya ada ratusan ribu masyarakat Singapura yang akan mendapatkan Fitbit Inspire HR secara cuma-cuma.

Fitbit Inspire HR merupakan salah satu varian activity tracker terbaru buatan buatan perusahaan asal San Francisco itu. Perangkat ini mendapatkan respons positif baik dari pengguna maupun media karena menyajikan fitur yang lengkap serta desain premium di harga terjangkau. Produk sebetulnya juga sudah meluncur di Indonesia di bulan April kemarin, dibanderol sedikit lebih mahal dari harga retail global, yaitu Rp 1,74 juta (retail-nya adalah US$ 100).

Meski Fitbit Inspire HR bisa diperoleh secara gratis di Singapura, tentu saja ada syarat dan ketentuan yang mesti dipenuhi. Pertama, peserta program diwajibkan untuk berlangganan layanan bimbingan premium Fitbit. Mereka perlu mengeluarkan uang sebesar US$ 10 per bulan selama satu tahun. Dan kedua, Fitbit akan mengumpulkan data-data pelanggan dan peserta harus setuju dengan hal ini.

Data-data tersebut adalah hal krusial bagi pengembangan program di masa depan serta berperan juga untuk menambah pemahaman penyelenggara – yakni Health Promotion Board Singapore – soal kesehatan dan faktor-faktor yang berkaitan dengannya. Soal privasi, Fitbit berjanji semuanya akan transparan. Peserta akan tahu secara jelas informasi-informasi apa saja yang mereka bagikan ke pemerintah.

Via CNBC, Zee Yoong Kang selaku CEO Health Promotion Board Singapore menjelaskan bagaimana program ini dimaksudkan demi memotivasi masyarakat buat hidup lebih aktif dan pelan-pelan meninggalkan kebiasaan buruk yang merugikan kesehatan. Agar misinya sukses, pemerintah memutuskan buat bekerja sama dengan salah satu inovator utama di industri fitness. Proses pemilihan brand sendiri kabarnya sangat ketat, Apple bahkan turut ambil bagian di sana. Fitbit sangat beruntung mempunyai produk Inspire HR yang harganya sepertiga lebih murah dari Apple Watch.

CEO Fitbit James Park percaya diri pada kesuksesan program ini, dan memperkirakan angka partisipasi yang berpeluang mencapai satu juta orang atau sekitar 20 persen dari total populasi penduduk Singapura (5,6 juta jiwa).

Wearbuds Ialah Perpaduan Unik Antara Smartband dengan AirPods

Hadirnya teknologi wireless di perangkat penyaji musik membuat segalanya jadi mudah. Anda tidak perlu lagi berurusan dengan kabel kusut ketika ingin menggunakannya, dan absennya kabel berarti berkurang juga terjadinya insiden-insiden menyebalkan – contohnya seperti kabel yang tersangkut atau rusak. Namun solusi nirkabel masih punya kelemahan, terutama berkaitan dengan durasi penggunaan.

Untuk menyederhanakan proses charging, umumnya produsen menyediakan dock yang kadang berfungsi pula sebagai case. Sayangnya pendekatan ini belum bisa dikatakan benar-benar ideal. Kadang ketika terburu-buru, kita lupa membawa charging case. Lebih buruk lagi, desain earphone terpisah (seperti AirPods dan Galaxy Buds) membuka lebih banyak peluang bagi kita untuk menghilangkan salah satu earpiece-nya. Kondisi ini mendorong tim Aipower buat mengembangkan Wearbuds.

WearBuds 2

Wearbuds ialah perpaduan unik antara smartband dengan earphone wireless. Ia diklaim sebagai ‘earbud Hi-Fi wireless on-wrist charging‘ pertama di dunia. Sesuai deskripsi itu, Aipower mendesain bagian charging case sebagai perangkat wearable. Saat tak digunakan, earpiece bisa disimpan aman di dalam smartband. Lalu ketika ingin menikmati musik, Anda hanya perlu mengeluarkan keduanya dari slot.

Unit earpiece punya desain minimalis, masing-masing hanya berbobot 3,6-gram. Perangkat juga dirancang agar mendukung pemakaian harian dan Anda tidak perlu cemas jika bagian earphone terkena keringat atau percikan air karena Wearbuds sudah mengamankan sertifikasi IPX6. Dalam sekali charge, Wearbuds siap menghidangkan musik selama 5,5 jam – atau sampai 12 jam jika dikombinasikan bersama smartband/charging case-nya.

Bagian earphone ditunjang oleh fitur aptX, tersambung ke unit pemutar musik (smartphone) via Bluetooth 5.0. Aipower juga mencantumkan chip audio Qualcomm demi mastikan proses stream audio berjalan mulus tanpa ada data yang hilang atau penurunan kualitas. Selanjutnya, produsen memilih driver berjenis ‘graphene-augmented‘ sebagai jantung dari Wearbuds.

Menariknya, bagian band dari Wearbuds juga tak kalah istimewa. Komponen ini dibekali berbagai fitur pintar dan kapabiltas pelacakan, ditopang oleh prosesor ARM Cortex M4. Pada dasarnya, ia bekerja layaknya smartband: bisa mendeteksi detak jantung via sensor optik, menghitung pembakaran kalori, menakar kualitas tidur, juga mampu berperan jadi pedometer, alarm serta menyampaikan notifikasi ketika ada pesan masuk. Seluruh informasi tersebut dapat Anda akses lewat aplikasi mobile Wearbuds, tersedia buat Android serta iOS.

WearBuds 3

Aipower telah mempersilakan kita untuk memesan Wearbuds melalui situs Kickstarter. Selama kampanye crowdfunding berlangsung, produk dijajakan di harga sangat menggoda, yaitu US$ 100 saja. Setelah itu, Wearbuds akan dibanderol di harga retail US$ 200. Khusus para backer, hybrid earphone-smartband ini siap didistribusikan pada bulan Oktober 2019.

WearBuds 1

Smartband Aura Bisa ‘Memberikan Sneaker Baru’ Sebagai Hadiah Kerja Keras Anda

Selain fokus pada teknologi pelacakan data tubuh, produsen activity tracker juga memahami pentingnya kehadiran elemen yang dapat mendorong pengguna untuk selalu aktif. Solusi yang biasanya digunakan ialah pemanfaatan sistem target serta integrasi ke sosial media sehingga Anda dapat memamerkan kerja keras tersebut ke teman-teman. Tapi cara ini mungkin tidak bisa selamanya memotivasi kita.

Satu tim developer bernama Aura Devices memutuskan bahwa memberikan hadiah nyata merupakan metode terbaik buat menyemangati para user. Mereka membenamkan solusi tersebut ke Aura Band, sebuah smartband yang dirancang khusus agar bisa menjabarkan ‘komposisi zat’ di tubuh, menakar tingkat cairan, menghitung detak jantung, serta mengkalkulasi intensitas aktivitas Anda. Dan seperti perangkat sejenis, ia dibekali kemampuan pemasangan target.

Aura Band mempunyai desain yang sederhana. Tubuhnya terdiri dari modul utama berisi sensor serta strap. Ia tidak memiliki layar LCD, hanya dilengkapi lampu LED sebagai indikatornya. Meski terlihat sangat irit, modul bertubuh aluminium itu menyimpan prosesor, sensor gerakan 9-poros dan detak jantung, baterai, serta unit Bluetooth 4.2. Pendekatan simpel ini sebetulnya membuat Aura bisa dikenakan bersama aksesori lain (seperti jam) tanpa membuat Anda terlihat aneh.

Aura 1

Perangkat turut ditunjang teknologi bioimpadance yang memungkinkannya menganalisis empat hal di tubuh: lemak, masa otot, kadar mineral, dan cairan. Cara mengukurnya sangat mudah. Tinggal tap Aura Band dua kali dan tahan selama lima detik, selanjutnya smartband akan mengirimkan sinyal elektrik ke jaringan di tubuh. Data ini akan disesuaikan dengan info berat, umur, serta jenis kelamin buat mencari tahu persentase empat elemen tersebut.

Aura 2

Fitur menarik lain di sana adalah dukungan sistem mata uang. Melalui kemitraan Aura Devices bersama sejumlah perusahaan, kegiataan olah fisik yang dideteksi oleh Aura Band akan menghasilkan Aura Coins. Jika jumlah Aura Coins sudah mencukupi, Anda dapat menukarkannya dengan sepasang sepatu olahraga baru (kira-kira berolahraga selama tiga bulan).

Aura 3

Saat ini Aura Devices tengah melangsungkan kampanye crowdfunding di Kickstarter. Progresnya berjalan cukup baik, baru saja mereka melewati target awal di US$ 40 ribu. Di situs tersebut, Aura Band dapat Anda pesan seharga mulai dari US$ 100 – khusus untuk versi Super Early Bird Pack. Produk akan didistribusikan pada bulan September 2018 nanti.

Memang sepertinya belum ada smartband yang memberikan penggunanya hadiah nyata. Namun perlu diketahui bahwa Aura Coins hanya berlaku di kawasan tertentu saja walaupun developer siap mengirimkan Aura Band buat konsumen di seluruh dunia.

Via DigitalTrends.

Gelang Pintar Ela Pastikan Anda Tidak Terus-Menerus Mengecek Smartphone

Banyak orang enggan mengganti perhiasan dan aksesori kesayangan dengan perangkat wearable karena alasan estetika dan daya tahan. Hal tersebut tampaknya mendorong produsen buat menggarap produk wearable mereka lebih baik lagi: ada yang mendesainnya agar betul-betul menyerupai arloji, dan tak sedikit pula produsen yang mengedepankan tema minimalis.

Bagi tim Ela FineTech, solusi terbaiknya adalah dengan tetap berpegang pada arahan desain tradisional. Startup asal Amerika itu memperkenalkan perhiasan pintar berupa gelang. Penyajiannya memang bukan sesuatu yang baru, namun latar belakang pembuatannya sangat menarik: smart bracelet Ela disiapkan untuk mengalihkan perhatian kita dari layar perangkat bergerak, demi ‘mengembalikan keanggunan dan kesopanan’.

Ela 3

Di situs mereka, produsen menjelaskan bahwa Ela menawarkan cara unik untuk membawa perangkat teknologi dalam beraktivitas sepanjang hari tanpa perlu menonjolkannya. Gelang pintar Ela ‘bukan sekedar wearable device dan perhiasan, namun sebuah solusi buat mengelola kehidupan modern’. Ia memberikan Anda kesempatan untuk berinteraksi dengan gadget ‘di waktu yang tepat’.

Ela 1

Ela hadir dalam beragam model. Komponen elektronik tersimpan dalam modul utama yang disamarkan sebagai ‘mata’ dari perhiasan. Bentuk dan warnanya bermacam-macam: ada batu mulia sintetis kotak atau membulat bergaya cutting baguette, lalu tersedia strap kulit berwarna putih, hitam, coklat, merah, biru hingga ungu pastel. Selain itu, ada pilihan model ala gelang mewah berlapis emas 18-karat atau logam rhodium.

Ela 4

Ela berfungsi layaknya perangkat wearable sejenis, yaitu sebagai ekstensi dari smartphone Anda. Tapi selain menyampaikan notifikasi, produsen juga membenamkan berbagai kemampuan unik. Pertama, pengguna bisa menentukan prioritas agar Ela hanya menampilkan notifikasi dari individu-individu penting saja. Lalu kita juga dapat mengkustomisasi masing-masing alert buat menampilkan warna LED berbeda. Ela mendukung delapan pola alert dan 15 profile dari daftar kontak di smartphone.

Smart bracelet ini juga bisa bekerja layaknya fitness tracker. Ela mampu menghitung jumlah langkah dalam sehari, mengkalkulasi data dengan lengkap, serta terintegrasi ke Apple HealthKit serta Google Health. Proses pemasangannya juga tidak sulit. Anda hanya perlu mengunduh app companion-nya (tersedia di Apple App Store dan juga Google Play), lalu mengikuti langkah-langkah di sana. Baterai non-removable di dalam diklaim dapat menjaga Ela tetap aktif hingga tiga hari.

Gelang pintar Ela saat ini baru tersedia di kawasan Amerika lewat Macys.com, dijajakan seharga mulai dari US$ 195.