OPPO A9 2020 Bakal Dipersenjatai Empat Kamera, Salah Satunya Merupakan Kamera 48 Megapixel

Seperti yang sudah diberitakan sebelumnya, OPPO A9 2020 akan segera dirilis di tanah air pada pertengahan bulan September ini juga. Perangkat ini diproyeksikan bakal membawa OPPO seri A naik kelas, dan itu diwujudkan lewat sistem quad camera, dengan sensor 48 megapixel pada kamera utamanya.

Ini merupakan pertama kalinya model dari OPPO seri A dibekali sistem kamera semutakhir ini. Kita tahu bahwa selama ini OPPO seri A selalu mengunggulkan harga yang amat bersaing di kelas menengah ke bawah, namun image tersebut bakal pudar saat A9 2020 resmi dirilis tak lama lagi.

Sebagai gantinya, OPPO memosisikan para muda-mudi yang aktif dan kreatif sebagai target pasar A9 2020, utamanya mereka yang gemar berkreasi dan mengekspresikan diri melalui media sosial. Itulah mengapa sistem quad camera beserta kamera utama 48 megapixel dinilai krusial dalam mewujudkannya.

Spesifikasi persis kameranya masih belum diketahui, namun kemungkinan besar A9 2020 mengandalkan sensor Isocell GM1 bikinan Samsung sebagai kamera utamanya, sama seperti seri F11 yang pertama memperkenalkan tren kamera 48 megapixel di kubu OPPO. Detail mengenai tiga kamera lainnya masih misterius.

Kalau saya boleh menebak, tiga kamera sisanya adalah kamera wide-angle, kamera macro, dan sensor depth yang ditempatkan di bawah LED flash. Rumah kameranya memang hanya cukup untuk tiga lensa, akan tetapi kamera terakhir yang bertindak sebagai sensor depth ini sejatinya tidak membutuhkan ruang yang terlalu besar, seperti sudah ditunjukkan oleh Redmi Note 8 Pro.

Motorola One Zoom Ramaikan Tren Smartphone Quad Camera

Motorola One Action yang diumumkan sebulan lalu bukanlah smartphone flagship, tapi ia tetap menarik berkat sistem kameranya yang unik. Belum lama berselang, Motorola kembali merilis ponsel lain yang lagi-lagi mengunggulkan sistem kameranya, yakni Motorola One Zoom.

Diperkenalkan di ajang IFA 2019, One Zoom merupakan jawaban Motorola atas tren quad camera yang sedang naik daun. Kamera utamanya mengandalkan sensor 48 megapixel dan lensa f/1.7, sedangkan kamera keduanya dengan sensor 16 megapixel dan lensa wide-angle (117 derajat).

Kamera yang ketiga adalah alasan mengapa Motorola menamai perangkatnya demikian: 8 megapixel, dengan lensa telephoto yang menawarkan optical zoom sebesar 3x, lengkap beserta sistem OIS (optical image stabilization) seperti pada kamera utamanya. Terakhir, kamera keempatnya merupakan sensor 5 megapixel yang bertugas merekam informasi depth.

Motorola One Zoom

Di depan, ada kamera selfie 25 megapixel f/2.0 yang bernaung di balik notch. Seperti kamera utamanya, kamera depan ini juga dilengkapi mode khusus low light yang akan mengaktifkan metode pixel binning, menggabungkan empat pixel jadi satu agar hasil akhir fotonya kelihatan lebih jernih dan lebih terang.

Layarnya sendiri merupakan panel OLED 6,39 inci, dengan resolusi 2340 x 1080 pixel dan sensor sidik jari terintegrasi. Motorola memercayakan chipset Qualcomm Snapdragon 675 sebagai otak One Zoom, tidak ketinggalan pula RAM 4 GB dan storage internal 128 GB (plus slot microSD). Kapasitas baterainya pun cukup mumpuni di angka 4.000 mAh.

Semua ini bisa didapat dengan mahar $450 saja, menjadikannya sebagai salah satu penawaran terbaru yang memikat di kelas menengah. Satu hal yang agak aneh sekaligus mengejutkan, Motorola One Zoom tidak termasuk dalam program Android One, terlepas dari namanya yang demikian. Untungnya Motorola tidak pernah memodifikasi OS-nya secara berlebihan.

Sumber: Ubergizmo dan Engadget.

Memaksimalkan Aktivitas Belanja Online Lewat Berbagai Aplikasi

Saat ini, banyak orang sudah mulai beralih ke belanja online untuk memenuhi kebutuhannya. Hal ini juga didukung semakin banyaknya pilihan yang disediakan oleh tiap brand untuk berlomba-lomba memenuhi kebutuhan pelanggannya secara online.

Sebagai pengguna, kita juga harus memanfaatkan kondisi tersebut untuk memaksimalkan aktivitas belanja online sehari-hari dan menikmati banyak keuntungan. Caranya adalah dengan meng-install berbagai aplikasi belanja dan tidak hanya bergantung pada satu platform saja. Secara umum, aplikasi belanja seluler terbagi menjadi tiga kategori, yaitu sebagai berikut.

1. Brand Commerce

Brand Commerce adalah aplikasi yang disediakan oleh perusahan yang ingin menjual produk merknya sendiri langsung melalui aplikasinya. Contoh dari kategori ini adalah aplikasi dari H&M, Zara, IKEA, Adidas, Watsons, dan sebagainya. Dengan menginstal aplikasi kategori ini, pelanggan bisa menikmati katalog dan promo khusus yang disediakan oleh brand.

Aplikasi brand commerce saat ini masih kurang populer jika dibandingkan dengan kategori aplikasi belanja lainnya. Menurut Laporan Aplikasi Belanja Seluler 2019 yang dirilis oleh Liftoff bekerja sama dengan Adjust, presentasi tingkat instal-hingga-beli pada kategori aplikasi brand commerce ini hanya sebesar 4,7%. Hal ini dapat disebabkan oleh permasalahan di dalam aplikasi dan kampanye promosi yang tidak dipersonalisasi dengan baik oleh pemilik brand. Meski begitu, tak ada salahnya sebagai pengguna untuk menginstal aplikasi kategori ini. Seba, tidak jarang pemilik brand memberikan diskon khusus yang hanya dapat digunakan lewat aplikasinya.

2. Marketplace

Pada kategori aplikasi marketplace, pengguna dapat melihat-lihat, memilih, hingga membeli produk dari berbagai brand dalam satu aplikasi. Contoh dari aplikasi ini adalah Tokopedia, Bukalapak, Shopee, Lazada, dan sebagainya. Keunggulan aplikasi ini adalah kemampuan untuk membandingkan harga antara barang yang sama dengan penjual yang berbeda. Sehingga sebelum membeli, Anda dapat memilih produk dengan penawaran terbaik.

Selain membandingkan kualitas dan harga di dalam satu aplikasi, memiliki beberapa aplikasi di kategori ini cukup menguntungkan. Sebab, kita juga dapat membandingkan harga untuk produk yang sama pada marketplace yang berbeda. Tak jarang pula penyedia platform marketplace memberikan diskon dan penawaran khusus yang dapat digunakan untuk membeli barang apa pun di aplikasi mereka.

Menurut Laporan Aplikasi Belanja Seluler 2019, aplikasi belanja dalam kategori marketplace merupakan yang paling diminati, dengan tingkat instal-hingga-beli yang sebesar 11,8%. Sebab, marketplace menawarkan varian produk yang lebih luas, harga dan penawaran menarik, serta pengalaman pengguna yang lebih baik dalam melakukan pembelian.

3. Value Add

Kategori aplikasi yang terakhir adalah aplikasi Value-add. Aplikasi pada kategori ini memberikan kita keuntungan tambahan dalam melakukan transaksi online. Di sisi lain, promosi yang dilakukan oleh aplikasi Value-add juga mendorong pengguna untuk melakukan pembelian yang dianggap menguntungkan. Contoh dari aplikasi ini adalah Shopback untuk mendapatkan cashback pada transaksi online atau Akulaku untuk membantu pembayaran secara kredit. Dengan menggunakan aplikasi pada kategori ini, kegiatan belanja dapat lebih menguntungkan. Sebab kita memiliki banyak opsi tambahan dalam mendapatkan bonus, serta memudahkan transaksi yang dilakukan.

Dengan memiliki berbagai aplikasi tersebut, pengguna dapat memaksimalkan pengalaman belanjanya melalui platform online dan meningkatkan kesempatan untuk mendapatkan penawaran terbaik. Selain itu, brand perlu memanfaatkan tiga kategori aplikasi tersebut untuk mendorong pembelian. Untuk mengetahui lebih lengkap mengenai kecenderungan pengguna dalam menggunakan ketiga kategori aplikasi belanja di atas, Anda dapat mengunduh Laporan Aplikasi Belanja Seluler 2019 dari Liftoff bekerja sama dengan Adjust lewat tautan ini.

Disclosure: Artikel ini adalah konten bersponsor yang didukung oleh Adjust.

Buka Gerai Erafone Megastore 3.0 di Kemang, Erajaya Kenalkan Teknologi Baru

Bagi beberapa pengendara mobil dan motor, hari Sabtu tanggal 31 Agustus 2019 jam 10 pagi mungkin merupakan hari yang mengesalkan. Pasalnya pada waktu tersebut, jalan Kemang Raya menjadi padat merayap hingga macet. Hal tersebut dikarenakan adanya pembukaan gerai baru Erafone di Kemang.

Erajaya Kemang - Launch

Gerai yang dibuka oleh grup Erajaya tersebut memiliki nomor versi, yaitu Erafone Megastore 3.0 (three point zero). Ternyata, Erajaya sampai hari ini sudah memiliki sekitar 73 Megastore di seluruh Indonesia. Selain itu, Megastore yang mereka buka saat ini sudah berjumlah 1054. Jenis outlet di bawah Erajaya Retail Group meliputi toko Erafone, iBox, Urban Republic, MI Store, Samsung Experience Store by NASA, OPPO Store, Vivo Store, Huawei Store, dan operator store yang yaitu Indosat Ooredoo Store, XPlore, dan Telkomsel Grapari.

Erafone Kemang - Perdana

Megastore yang diusung oleh Erajaya tidak hanya berfungsi sebagai tempat untuk memajang produk yang mereka tawarkan saja. Konsep yang ditawarkan adalah menempatkan pengalaman konsumen untuk mencoba produk mereka, menawarkan solusi, dan mengakomodasi kebutuhan gaya hidup. Namun, versi 3.0 ini yang membuat mereka cukup berbeda.

O2O

Erafone juga memperkenalkan konsep O2O atau online to offline dan offline to online. Selain toko-toko yang mereka buka, Erajaya juga memiliki saluran ecommerce untuk Erafone. Dengan konsep ini, konsumen bisa melakukan pemesanan melalui online dan mengambilnya di toko Erafone terdekat. Hal ini tentunya bisa dilakukan jika sang konsumen ingin memastikan produk yang dibeli bebas dari kerusakan.

Erafone Kemang - Kasir

Yang sedang direncanakan oleh Erajaya adalah penggunaan QR Code untuk melakukan pembayaran. Hal ini mereka angkat karena banyaknya keluhan karena kasir Erafone seringkali penuh. Hal ini tentu akan memakan waktu. Oleh karena itu, nantinya para pengguna bisa langsung membayar barang yang ada pada Erafone Megastore 3.0 dengan langsung memindai QR Code untuk membayar secara online.

Flagship

Smartphone yang mereka jual saat ini di Erafone memang dari lini bawah sampai atas. Namun menurut Djatmiko Wardoyo selaku Marketing and Communications Director Erajaya Group mengatakan bahwa perangkat yang paling banyak terjual di toko mereka adalah dari middle to highAverage selling price (ASP) dari Erafone pun tiga juta rupiah, dihitung dari semua perangkat yang terjual.

Erafone Kemang - smartphone

Oleh karena itu bisa disimpulkan, Erafone sebagai toko, akan lebih banyak menjual perangkat mainstream hingga flagship. Hal tersebut juga termasuk Apple iPhone yang harganya sangat tinggi. Tidak banyak toko-toko tradisional yang mau melakukan investasi sebesar 20 jutaan untuk menjual iPhone.

Apakah itu berarti Erafone hanya menjual perangkat mid to high saja? Tidak juga, joint business dari Erafone seperti yang berada pada supermarket besar seperti Carrefour, Hypermart, dan Lottemart. Dengan promo-promo tertentu, smartphone entry level pun banyak terjual.

Kemang?

Pemilihan tempat memang sangat krusial dalam membuka sebuah toko. Kemang merupakan satu tempat yang mereka pilih untuk membuka Erafone Megastore 3.0 ini. Padahal kebanyakan hanya restoran yang ada di Kemang. Mengapa?

Erafone Kemang - Aksesoris

Kemang saat ini merupakan sebuah tempat yang banyak dikunjungi oleh orang. Biasanya, mereka akan berkumpul (nongkrong) pada tempat-tempat berjualan di sana. Hal tersebut karena bagian dari gaya hidup. Apalagi, Kemang juga disebut sebagai kawasan elit.

Menurut pria yang sering dipanggil mas Koko ini, Erafone saat ini bukan diarahkan menjadi toko handphone. Erafone saat ini adalah sebuah toko lifestyle. Dengan karakteristik Kemang, membuat Erafone membuka Megastore 3.0 tersebut.

[Review] Vivo Z1 Pro: Kinerja Tinggi, Terjangkau, Night Mode Cantik

Smartphone yang dinanti-nanti oleh para fans Vivo akhirnya datang juga. Vivo pernah secara tiba-tiba mengundang saya ke sebuah acara peminjaman unit demo smartphone yang gaungnya sama sekali tidak terdengar di Indonesia. Kami pun pernah menampilkan artikelnya pada tautan ini. Yup, perangkat tersebut bernama Vivo Z1 Pro.

Vivo Z1 Pro

Z1 Pro menjadi sebuah lini baru dari Vivo. Smartphone ini digadang untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang gemar bermain game. Oleh karena itu, Z1 Pro hadir dengan spesifikasi yang cukup tinggi. Dan untuk jangka waktu bermain yang lebih lama, Vivo memasangkan baterai berkapasitas besar.

Lalu bagaimana dengan kamera yang menjadi andalan Vivo sampai saat ini? Hal yang cukup mengagetkan adalah fasilitas mode malam yang ada. Mode ini pun kadang bisa digunakan pada saat siang hari. Hasilnya? Lebih baik dari versi standarnya! Hal ini akan dibahas pada segmen kamera di bawah.

Spesifikasi dari Vivo Z1 Pro adalah sebagai berikut

SoC Snapdragon 712
CPU 2×2.3 GHz Kryo 360 Gold + 6×1.7 GHz Kryo 360 Silver
GPU Adreno 616
RAM 4 GB
Internal 64 GB
Layar 6,53 inci 2340×1080 IPS
Dimensi 162.4 x 77.3 x 8.9 mm
Bobot 201 gram
Baterai 5000 mAh
OS Android Pie 9.0 – Funtouch OS 9

Hasil dari CPU-Z dan Sensor Box adalah sebagai berikut

Vivo Z1 Pro juga datang dengan sebuah tombol pada bagian kiri badannya. Tombol tersebut berfungsi untuk memanggil Google Assistant. Jadi, selain memanggil dengan “OK, Google”, pengguna juga dapat menekan tombol ini untuk mencari sesuatu di internet.

Unboxing

Selanjutnya, mari kita bedah isi dari paket penjualannya

Vivo Z1 Pro - Unboxing

Desain

Jika melihat desain keseluruhan dari Z1 Pro sepertinya memang berbeda dari perangkat Vivo lainnya. Untuk body bagian belakangnya terbuat dari plastik polikarbonat. Dengan finishing kaca, membuat bagian belakangnya mudah terkena sidik jari. Warna dari perangkat yang kami dapatkan adalah hitam.

Vivo Z1 Pro - Kiri

Smartphone Android Vivo Z1 Pro memiliki resolusi 2340×1080 dengan rasio layar 19,5:9. Layarnya sendiri menutupi 90,77% bagian depan dari Vivo Z1 Pro. Tidak ada informasi apakah Vivo menggunakan kaca khusus yang lebih keras atau tidak. Namun yang pasti, pada saat dibuka dari kotak paket penjualannya Z1 Pro sudah memiliki lapisan anti gores.

Layar dari Vivo Z1 Pro saat ini menggunakan model baru. Bukan notch seperti yang ada di seri-seri sebelumnya, tetapi orang menyebutnya sebagai punch hole atau berlubang. Dan berbeda dengan perangkat dari Samsung yang berada di sisi kanan dan tengah, Vivo Z1 Pro memilih untuk menaruh kameranya pada sebelah kiri layar.

 

Vivo Z1 Pro - Kanan

Layar sentuh yang ada memang responsif. Uniknya, tingkat responsivitasnya bisa ditingkatkan dengan mengaktifkan GameCenter untuk game-game tertentu.Pada bagian belakang Z1 Pro terdapat tiga buah kamera bersama satu buah flash. Selain itu, terdapat satu sensor sidik jari pula pada bagian belakangnya.

Pada bagian kanan Z1 Pro dapat ditemukan tombol power dan volume naik serta turun. Pada bagian kiri terdapat slot SIM serta tombol Google Assistant. Pada bagian bawahnya terdapat port audio 3.5 mm, microUSB, speaker, dan microphone.

Vivo Z1 Pro - Bagian Bawah

Vivo Z1 Pro menggunakan sistem operasi Android 9 Pie. Antar muka yang digunakan bernama FunTouch dengan versi 9. Funtouch memisahkan antara jendela notifikasi yang bisa dibuka dengan melakukan slide dari ujung layar atas ke bawah dan quick menu yang bernama shortcut center dengan melakukan slide dari ujung bawah layar ke atas.

eSports Mode

Ada satu hal yang cukup menarik pada mode gaming dari Vivo Z1 Pro. Smartphone ini memiliki mode yang bernama esports Mode. Vivo mengklaim bahwa mode ini digunakan oleh para pemain AoV dan Battle Royale. Satu hal yang menarik adalah mampu mengoptimalisasi CPU dan GPU serta mengukur temperaturnya agar tidak bermasalah.

Vivo Zq Pro - eSport Mode

Mode ini juga akan meningkatkan tingkat responsivitas layar saat opsinya dinyalakan. Setelah bermain beberapa kali pada game PUBG Mobile, layarnya memang menjadi lebih responsif!

Jaringan

Vivo Z1 Pro sudah mendukung kanal-kanal 4G LTE yang ada di Indonesia. Dukungan 4G LTE yang diberikan pada smartphone ini meliputi band 1(2100), 3(1800), 5(850), 8(900), 38(2600), 40(2300), dan 41(2500) yang digunakan oleh semua operator seluler di Indonesia.

Kamera

Seperti yang sudah dikatakan oleh pihak Vivo Indonesia bahwa mereka telah memasang kamera yang dapat menampilkan gambar yang bagus pada setiap perangkatnya. Tentu saja hal tersebut termasuk Vivo Z1 Pro.

Kamera utama Vivo Z1 Pro menggunakan sensor Sony IMX 499 dengan resolusi 16 MP. Dua kamera lainnya adalah kamera 8 MP untuk Ultrawide dan 2 MP untuk bokeh. Kamera utamanya memang mampu menangkap gambar dengan cukup baik, walaupun beberapa kali menghasilkan gambar yang cukup washed out.

Hal yang cukup unik adalah saat menggunakan mode Night pada setiap kondisi. Sering kali kamera Z1 Pro dapat menangkap gambar di siang hari dengan mode Night. Hasilnya? Gambar menjadi lebih tajam dibandingkan dengan hasil kamera standarnya. Jadi, jika tidak terburu-buru, saya menyarankan Anda untuk mengeksplorasi mode malamnya.

Kamera depan merupakan salah satu kunci penjualan Z1 Pro. Kamera depan yang berada pada layar tersebut memiliki resolusi 32 MP dengan AI. Kamera tersebut juga dapat menangkap gambar dengan cukup baik. Berikut adalah hasilnya

Pengujian

Smartphone Vivo Z1 Pro menggunakan chipset high end yang saat ini belum digunakan oleh produsen smartphone lainnya, yaitu Snapdragon 712. Snapdragon 712 sendiri menggunakan dua inti Snapdragon Kryo 360 yang berbasis Cortex A75 yang 100 MHz lebih kencang dari SD 710.

Dengan menggunakan SoC tersebut, kinerja bermain game sudah pasti tidak perlu diragukan lagi. Game yang kami coba pada perangkat ini adalah PUBG Mobile, LifeAfter, dan AoV. Walaupun begitu, Anda yang bertangan besar sepertinya harus menyesuaikan tombol di layar karena layout-nya sedikit bergeser.

Untuk pengujian kali ini, saya menghadirkan kembali SoC Snapdragon 710 dan 660. Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa jauh perbedaan kinerja ketiga SoC yang saat ini sepertinya bakal banyak digunakan, khususnya seri 7xx. Berikut adalah hasilnya

Baterai

Pengujian kali ini saya lakukan dengan menggunakan aplikasi BatteryXPRT. Aplikasi ini merupakan yang paling dekat dengan penggunaan smartphone sehari-hari tanpa menggunakan game.

Vivo Z1 Pro - BatteryXPRT

Pengujian berlangsung selama 48 jam pada unit yang kami dapatkan. Hal ini berarti Z1 Pro dapat digunakan lebih dari dua hari. Tentu saja, jika digunakan untuk bermain game, baterainya akan lebih cepat habis.

Verdict

Permintaan para konsumen Vivo akan hadirnya perangkat gaming akhirnya dikabulkan oleh Vivo. Walaupun bukan merupakan perangkat gaming, namun Vivo memasangkan spesifikasi tinggi pada smartphone terbarunya. Oleh karena itu, Vivo pun pada akhirnya bisa meraih mereka yang membutuhkan smartphone gaming dan berkinerja tinggi dengan Z1 Pro.

Vivo Z1 Pro - Playing Game

Kinerja yang dimiliki oleh Z1 Pro mungkin yang tertinggi untuk kelasnya. Dengan menggunakan Snapdragon 712 dan tweaking yang tepat, membuat kinerjanya lebih kencang dari perangkat dengan Snapdragon 710. Padahal, bedanya hanya 100 MHz pada CPU-nya saja. Tidak hanya untuk bermain game, kinerjanya dapat diandalkan untuk mereka yang membutuhkan smartphone editing dan bekerja.

Kamera pada perangkat ini juga memiliki kinerja yang baik. Apalagi, hasil dari Night mode yang digunakan pada siang hari juga membuat hasilnya lebih baik lagi. Lalu kamera depan dengan resolusi tinggi juga mampu menangkap hati para penggemar swafoto untuk mengambil gambar selfie.

Vivo menjual smartphone yang satu ini dengan harga Rp. 3.099.000. Harga ini tentunya tidak terlihat mahal jika menilik dari kinerja keseluruhannya. Apalagi, Vivo kerap menjual perangkatnya dengan harga yang lebih tinggi. Jadi menurut saya, Vivo Z1 Pro bisa dikatakan big bang for the buck!

Sparks

  • Kinerja kencang
  • Responsif
  • Kamera menghasilkan gambar yang cukup baik
  • Night Mode yang cantik
  • Daya tahan baterai sangat baik
  • Desain menarik
  • Harganya cukup terjangkau

Slacks

  • Bloatware-nya cukup banyak
  • Belum ada NFC

 

Redmi Note 8 Pro Resmi Diungkap, Usung Empat Kamera Belakang dengan Sensor Utama 64 Megapixel

Xiaomi punya penawaran baru yang sangat menarik buat konsumen kelas menengah ke bawah. Mereka baru saja menyingkap Redmi Note 8 dan Note 8 Pro secara resmi, dan keduanya sama-sama menawarkan banyak keunggulan terlepas dari harganya yang terjangkau.

Kita mulai dari yang lebih superior dulu, yakni Redmi Note 8 Pro. Ia merupakan ponsel pertama bikinan Xiaomi yang mengemas kamera 64 megapixel, siap bersaing langsung dengan Realme XT yang meluncur hampir bersamaan. Mengikuti tren terkini, kamera beresolusi masif tersebut turut didampingi oleh tiga kamera belakang lain.

Redmi Note 8 Pro

Ketiganya adalah kamera wide-angle 8 megapixel, kamera macro 2 megapixel, dan terakhir sensor 2 megapixel untuk merekam informasi depth. Di depan, ada kamera 20 megapixel yang bernaung di dalam notch. Layarnya sendiri merupakan panel IPS 6,53 inci dengan resolusi 2340 x 1080 pixel, lengkap beserta lapisan kaca Gorila Glass 5.

Dapur pacu Redmi Note 8 Pro ditenagai oleh chipset MediaTek Helio G90T yang masih sangat gres. Berhubung chipset ini dirancang untuk menyajikan performa gaming yang optimal, Xiaomi tak lupa melengkapinya dengan sistem liquid cooling pada Redmi Note 8 Pro. Untuk RAM dan storage internal, Note 8 Pro bakal ditawarkan dalam tiga konfigurasi: 6GB/64GB, 6GB/128GB, dan 8GB/128GB.

Redmi Note 8 / Xiaomi
Redmi Note 8 / Xiaomi

Beralih ke Redmi Note 8, kita masih akan disambut oleh kuartet kamera yang sama di belakang, hanya saja resolusi kamera utamanya bukan 64 megapixel, melainkan 48 megapixel. Di depan, Redmi Note 8 mengandalkan kamera selfie beresolusi 13 megapixel. Layar IPS-nya sedikit lebih kecil di angka 6,3 inci, tapi resolusi dan kaca pelapisnya sama persis.

Untuk spesifikasinya, Xiaomi memercayakan pada chipset Qualcomm Snapdragon 665. Konfigurasi RAM dan storage-nya juga ada tiga, yaitu 4GB/64GB, 6GB/64GB, dan 6GB/128GB. Baik Redmi Note 8 maupun Note 8 Pro sama-sama mengemas slot microSD untuk ekspansi.

Redmi Note 8

Kedua ponsel ini dibekali sensor sidik jari tradisional yang diposisikan di belakang. Baterai dengan dukungan fast charging 18 W via sambungan USB-C juga tersedia pada keduanya, meski kapasitasnya tidak sama: Note 8 dengan kapasitas 4.000 mAh, sedangkan Note 8 Pro dengan kapasitas 4.500 mAh.

Di Tiongkok, Redmi Note 8 Pro dijual dengan harga mulai 1.399 yuan (± Rp 2,8 juta) untuk varian dengan konfigurasi RAM dan storage terendahnya itu tadi, sedangkan Redmi Note 8 malah lebih terjangkau lagi, tepatnya mulai 999 yuan (± Rp 2 juta) saja.

Sumber: 1, 2, 3.

OPPO Luncurkan Reno 2, Reno 2 Z dan Reno 2 F, Semuanya dengan Empat Kamera Belakang

Sepertinya baru beberapa bulan berlalu sejak OPPO membuat gebrakan melalui seri smartphone Reno. Namun ternyata itu tak mencegah mereka tancap gas dan merilis kelanjutannya. Dalam sebuah event di India, OPPO resmi menyingkap seri Reno 2, yang rupanya terdiri dari tiga ponsel yang berbeda: Reno 2, Reno 2 Z dan Reno 2 F.

Kita mulai dari yang paling unggul, yakni Reno 2. Ia merupakan penerus langsung dari Reno standar, bukan Reno 10x Zoom yang masih bertengger di posisi teratas dengan spesifikasi paling mutakhir, termasuk halnya ‘kamera periskop’ yang inovatif. Singkat cerita, untuk sementara ini suksesor Reno 10x Zoom masih belum ada.

Dibandingkan kedua saudaranya, Reno 2 lebih superior berkat penggunaan chipset Qualcomm Snapdragon 730, RAM 8 GB dan storage internal 256 GB. Layarnya merupakan panel Dynamic AMOLED berukuran 6,5 inci, dengan resolusi 2400 x 1080 pixel. Di atas layar tersebut, lagi-lagi kita akan disambut oleh kamera pop-up dengan wujud ala sirip hiu yang khas.

Beralih ke belakang, seri Reno 2 rupanya ikut mengamini tren empat kamera yang sedang naik daun belakangan ini. Lagi-lagi menjadi yang paling andal, konfigurasi empat kamera Reno 2 terdiri dari: kamera utama dengan sensor 48 megapixel (Sony IMX586), kamera telefoto 13 megapixel, kamera wide-angle 8 megapixel, dan sensor monokrom 2 megapixel.

OPPO mengiklankan kemampuan zoom Reno 2 hingga 20x, akan tetapi yang dimaksud ternyata adalah digital zoom. Kendati demikian, Reno 2 turut menawarkan fitur hybrid zoom 5x, yang pada dasarnya jauh lebih viable karena mengandalkan kombinasi hardware dan software.

OPPO Reno 2 Z / OPPO
OPPO Reno 2 Z / OPPO

Empat kamera belakang juga menjadi nilai jual Reno 2 Z dan Reno 2 F, akan tetapi spesifikasinya berbeda dari kepunyaan Reno 2. Di sini konfigurasinya mencakup: kamera utama 48 megapixel (Samsung ISOCELL Bright GM1), kamera wide-angle 8 megapixel, sensor monokrom 2 megapixel, dan kamera 2 megapixel untuk merekam informasi depth.

Seperti yang bisa kita lihat, selain perbedaan sensor 48 megapixel yang digunakan, baik Reno 2 Z maupun 2 F sama-sama tak dilengkapi dengan kamera telefoto. Fitur OIS (Optical Image Stabilization) rupanya juga absen pada Reno 2 Z dan 2 F, dan kedua model ini masih harus berkutat dengan kamera depan tipe pop-up berbentuk tradisional.

OPPO Reno 2 F / OPPO
OPPO Reno 2 F / OPPO

Dari segi spesifikasi, Reno 2 Z mengandalkan chipset MediaTek Helio P90, sedangkan Reno 2 F dengan Helio P70. RAM yang ditawarkan sama-sama berkapasitas 8 GB, namun khusus Reno 2 F, akan ada varian yang lebih terjangkau dengan RAM hanya 6 GB. Untuk storage, Reno 2 Z menawarkan pilihan antara 128 atau 256 GB, sedangkan Reno 2 F cuma 128 GB (tapi ia merupakan satu-satunya yang mengemas slot microSD).

Di sektor layar, Reno 2 Z dan 2 F rupanya identik, sama-sama mengandalkan panel OLED 6,5 inci beresolusi 2340 x 1080 pixel. Dari detail spesifikasi yang bisa dilihat di situs resmi OPPO, panel ini berbeda dari yang digunakan Reno 2; panel milik Reno 2 lebih unggul dalam hal rasio kontras dan tingkat kecerahan maksimum.

Selengkapnya, tiga ponsel ini sama-sama mengemas sensor sidik jari di bawah layar, headphone jack, serta baterai 4.000 mAh yang mendukung teknologi charging VOOC 3.0 via sambungan USB-C.

Di India, OPPO bakal memasarkan Reno 2 dan Reno 2 Z mulai bulan September ini, masing-masing seharga 36.990 rupee (± Rp 7,3 juta) dan 29.990 rupee (Rp 5.9 juta). Reno 2 F di sisi lain masih belum memiliki banderol harga, dan pemasarannya baru akan menyusul di bulan November mendatang.

Sumber: The Verge dan Android Authority.

Huawei HarmonyOS: Bukan Pesaing Android, Belum untuk Perangkat Smartphone

Perang dagang antara Amerika dan Tiongkok memiliki dampak yang berimbas pada perusahaan yang memiliki hubungan antar dua negara tersebut.  Yang saat ini ramai dibicarakan adalah hubungan antara Google dari Amerika dan Huawei dari Tiongkok. Imbasnya adalah Huawei tidak diperbolehkan untuk menggunakan sistem operasi Android pada perangkat mereka di masa depan.

Huawei ternyata masih memiliki cadangan rencana saat hal seperti ini terjadi. Huawei sudah memiliki Hongmeng, sebuah sistem operasi yang dikembangkan mulai dari tahun 2017 silam. Baru-baru ini, Huawei memberi nama baru pada Hongmeng, yaitu Huawei HarmonyOS.

Ide awal Huawei membuat sistem operasi adalah karena produk-produk yang bakal diluncurkan nantinya tidak hanya smartphone saja. Huawei saat ini sudah memiliki smartwatch, tablet, laptop, smartband, TV, head unit, dan earphone. Di masa depan, IoT juga bakal menjadi sebuah ladang yang harus digarap oleh mereka. Huawei merasa bahwa Android yang merupakan turunan dari Linux tidak bisa mengakomodasi perangkat-perangkat tersebut.

Microkernel

Hal tersebut dikarenakan Android memiliki kernel yang sangat besar. Ada sekitar 100 juta baris kode pada kernel Android yang membuat sebuah perangkat tidak bisa berjalan dengan mulus. Menurut James Lu, Senior Manager EMUI Product Marketing Huawei Consumer Business Group mengklaim bahwa hal tersebutlah yang masih dikeluhkan para pengguna perangkat wearable saat ini. Efisiensi kode pada Android masih dipandang kurang untuk perangkat-perangkat non smartphone.

James Lu
James Lu, Senior Manager EMUI Product Marketing Huawei Consumer Business Group

Selain itu, sebuah sistem operasi biasanya akan sangat tergantung kepada hardware yang digunakan. Hal tersebut yang masih berlaku hingga saat ini, seperti Windows tergantung pada prosesor x86 dan Android pada ARM. Ekosistem yang terbentuk juga sangat bergantung pada sistem operasi yang ada, seperti Android dan iOS.

Jadi, HarmonyOS dibuat untuk menutupi kekurangan yang ada pada Android. HarmonyOS juga dibuat agar dapat berkomunikasi antara satu perangkat dengan perangkat lainnya. James memberikan contoh pada saat ingin melakukan sebuah panggilan video, Huawei ingin agar kamera terbaik yang ada dalam sebuah ruangan yang digunakan, bersamaan dengan microphone dan speaker terbaik. Misalkan kita memiliki sebuah laptop, smart camerasmart speaker, maka HarmonyOS bisa saja menggunakan kamera pada smart camera, suara pada smart speaker, dengan layar dan mic dari laptop.

Hal ini dimungkinkan jika sebuah sistem operasi memiliki kernel yang kecil. Oleh karenanya, HarmonyOS mengusung microkernel yang memiliki baris kode hanya sepersepuluh dari Android. “HarmonyOS dapat mengurangi latensi respons aplikasi hingga mencapai 25,7% dan fluktuasi latensi 55,6%,” ujar James.

Distributed Architecture

HarmonyOS nantinya bakal mampu dipasangkan pada perangkat-perangkat dengan berbagai skenario. Rencananya, pemasangan sistem operasi ini bakal bisa dijalankan pada perangkat dengan RAM dengan hitungan Kilobyte hingga Gigabyte seperti yang ada pada saat ini. Hal ini dimungkinkan dengan Distributed architecture yang baru pertama kali digunakan pada OS untuk perangkat mobile.

OS Masa Depan

Distributed architecture yang digunakan oleh Huawei meliputi empat bagian, dengan menggunakan Distributed virtual bus yang bakal menangani komunikasi antar perangkat, Device virtualization, Distributed data management, dan Distributed task scheduling. Distributed virtual bus yang ada di HarmonyOs juga diefisiensikan protokolnya sehingga menjadi lebih mudah untuk terkoneksi, karena memiliki latensi di bawah 20ms, kecepatan hingga 1,2 Gbps, serta pengurangan packet loss hingga 25%.

Oleh karena Android memiliki mekanisme scheduling (proses mengatur, mengendalikan dan mengoptimalkan pekerjaan dan beban kerja) dari Linux, membuat latensi akan menjadi lebih besar. Oleh karena itu Huawei membuat scheduling yang menganalisa beban kerja secara real time dengan mencocokkan dan memperkirakan karakteristik dari sebuah aplikasi.

Tingkat keamanan yang digunakan pada HarmonyOS berbeda dari kebanyakan OS. HarmonyOS adalah yang pertama kali menggunakan metode verifikasi Trusted Execution Environment (TEE). James mengatakan bahwa TEE lebih aman dari Rich Execution Environment (REE) yang digunakan di banyak sistem operasi.

Satu hal yang ditakutkan oleh para vendor adalah akses root yang ilegal yang beresiko menghapus sistem secara keseluruhan. Pada HarmonyOS, akses root pun dihapus dengan membagi kernel ke dalam dua bagian, di mana microkernel memiliki kunci akses tersendiri, sedangkan pada kernel eksternal akan mengunci setiap service yang ada dengan kunci yang berbeda-beda sehingga lebih sulit untuk ditembus.

Integrated Development Environment (IDE)

Lalu bagaimana dengan para developer yang ingin membuat dan mengembangkan aplikasi untuk HarmonyOS? Satu kendala yang ada biasanya adalah para developer diharuskan untuk mempelajari bahasa pemrograman baru yang sudah pasti memakan waktu lama. Hal ini pun juga ternyata telah dipikirkan oleh Huawei.

HarmonyOS Arch

Huawei menerapkan Integrated Development Environment (IDE) untuk HarmonyOS. Dengan IDE, developer hanya diharuskan untuk melakukan pembuatan satu aplikasi saja untuk dipakai pada banyak perangkat yang berujung pada efisiensi pengembangan software. Pada IDE juga sudah menerapkan kontrol dan adaptasi resolusi layar yang berbeda-beda secara otomatis, mendukung drag-and-drop, serta dapat melakukan pratinjau programming secara visual.

Pemrograman yang dilakukan juga tidak memerlukan bahasa pemrograman baru. Hal tersebut dikarenakan pada Huawei sudah membuat compiler HUAWEI ARK yang mendukung C/C++, Java, JS, Kotlin, dan lain sebagainya. James mengklaim bahwa hal ini tentu akan meningkatkan produktivitas pengembangan aplikasi.

Bukan Saingan Android dan iOS

Dari semua yang telah dijelaskan oleh James, beliau menyatakan bahwa HarmonyOS tidak dibuat untuk menjadi saingan Android. Bahkan James menyatakan bahwa semua perangkat smartphone Huawei yang ada saat ini bakal tetap menggunakan Android. Hal tersebut disebabkan oleh ekosistem yang dimiliki oleh Android sudah matang.

Aplikasi yang ada pada ekosistem Android membuatnya lebih dipilih. James mengatakan bahwa satu hal yang membuat Android bisa sukses adalah kemampuannya untuk berjalan pada berbagai platform. Selain itu, Android merupakan sistem operasi dengan metode open source, sehingga banyak developer yang bisa berkontribusi untuk mengembangkannya.

Huawei P30 Pro

Apple juga dapat sukses dengan iOS karena berhasil membuat papan ketik pada layar dan pertama kali menggunakan metode multitouch. Sayangnya, iOS hanya dibuat khusus untuk perangkat Apple saja.

Android juga khusus dikembangkan pada perangkat smartphone saja. Sedangkan HarmonyOS pengembangannya lebih luas dari Android. Contohnya saja, sebentar lagi HarmonyOS bakal digunakan pada perangkat smartTV dari Huawei. James juga mengatakan bahwa pada tahun 2020 nanti mereka bakal meluncurkan HarmonyOS untuk smartwatch.

Akan tetapi, James mengatakan jika nantinya pemerintah Amerika kembali menerapkan pemblokiran terhadap Huawei untuk menggunakan sistem operasi Android, mereka pun sudah siap. HarmonyOS juga bakal dikembangkan untuk dapat berjalan pada perangkat smartphone dan tablet. Namun, hal tersebut akan dilakukan sebagai jalan terakhir saja.

Roadmap
Sejarah dan perencanaan HarmonyOS

Huawei juga membuat HarmonyOS menjadi open source. Hal itu dikarenakan Huawie menginginkan banyak developer yang dapat berkontribusi untuk mengembangkan HarmonyOS.

Hingga saat ini, Huawei masih belum memiliki jangka waktu, kapan HarmonyOS  bakal tersedia untuk perangkat smartphone dan tablet. Oleh karena itu, kita masih harus menunggu kemunculan perangkat pertama yang menggunakan HarmonyOS sehingga bisa mendapatkan sedikit gambaran bagaimana sistem operasi ini berjalan.

Realme dan Redmi Adu Cepat Merilis Smartphone Pertama dengan Kamera 64 Megapixel

Tidak lama lagi, dunia bakal berjumpa dengan smartphone berkamera 64 megapixel, dan pihak yang bertanggung jawab rupanya bukan cuma satu. Baik Realme dan Redmi sama-sama sedang mengambil ancang-ancang untuk merilis ponsel berkamera 64 megapixel dalam waktu dekat.

Di kubu Realme, perangkat yang dimaksud adalah Realme XT, yang gambar teaser resminya sudah disingkap oleh salah satu petinggi Realme sendiri. Total kamera belakangnya ada empat, sama seperti Realme 5 dan 5 Pro, akan tetapi salah satunya ditenagai oleh sensor 64 megapixel bikinan Samsung.

Redmi di sisi lain belum banyak membeberkan detail, akan tetapi diduga kuat perangkat yang dimaksud adalah Redmi Note 8 Pro. Seperti halnya Realme XT, perangkat ini juga dilaporkan bakal mengusung sensor Samsung ISOCELL Bright GW1 dengan resolusi 64 megapixel yang sama.

Realme XT

Terlepas dari siapa yang bakal lebih cepat, yang pasti kedua ponsel ini bakal diluncurkan dalam waktu yang hampir bersamaan. Meski begitu, Realme sepertinya sudah mencuri start lebih dulu dengan menghelat event pre-launch, dan beberapa media Tiongkok pun sudah diberi kesempatan untuk melangsungkan sesi hands-on.

Dari foto-foto hands-on yang tersebar, tampak bahwa fisik Realme XT lebih mirip seri Realme 5 ketimbang Realme X. Utamanya karena Realme XT memiliki notch pada layarnya, bukan mengandalkan kamera depan tipe pop-up seperti Realme X.

Juga sudah sedikit terungkap adalah rincian spesifikasinya, yang mencakup chipset Qualcomm Snapdragon 712, RAM 8 GB dan storage internal tipe UFS 2.1 berkapasitas 128 GB, serta layar AMOLED 6,4 inci. Secara keseluruhan, spesifikasinya cukup mirip dengan Realme 5 Pro, terkecuali kamera utamanya itu tadi.

Sumber: Android Central dan GSM Arena.

Tanpa Makanan Manis, Nama Android Q adalah Android 10

Selama ini, para pengguna Android seperti diperkenalkan dengan nama-nama makanan penutup yang memiliki rasa manis. Mulai dari Cupcake, Donut, Eclair, Froyo, Gingerbread, Honeycomb, Ice Cream Sandwich, Jelly Bean, Kitkat, Lollipop, Marshmallow, Nougat, Oreo, dan terakhir Pie. Tentu saja banyak pengguna sedang menunggu apa nama dari Android Q yang bakal dirilis oleh Google. Dan mereka pun tidak bakal mendapatkan nama makanan manis lagi.

Era di mana Android menggunakan nama makanan manis pun sepertinya sudah berakhir. Nantinya, nama dari Android Q adalah Android 10, seperti penamaan sistem operasi ala iOS.

new-android-logo-2019-robot-head-reactions-animated-2

 

Dalam sebuah wawancara yang dilakukan oleh Android Authority kepada Sydney Thomashow, kepala brand and creative Android mengatakan bahwa perusahaannya ingin merek Android lebih menempel dan dikenal oleh penggunanya di seluruh dunia. Selain itu, penggunaan nama makanan penutup seperti yang sudah dilakukan sebelumnya ternyata tidak dikenal di beberapa bagian di dunia. Beliau mencontohkan Kitkat dan Nougat yang ternyata tidak dikenal di banyak pasar di dunia.

Saya sendiri cukup sedih mendengar berita yang satu ini. Pasalnya, dengan keluarnya sistem operasi baru, Google sepertinya memberikan hiburan tambahan berupa tebak-tebakan, apa nama dari sistem operasi terbaru mereka. Dengan perubahan ini, tentu saja semua pengguna akan kehilangan hal seperti itu.

new-android-logo-2019-evolution-animated

Selain mengganti penamaan sistem operasinya, Google juga mengubah logo robot dari Android. Maskot Android yang selama ini berbentuk robot, tidak lagi memiliki badan. Jadi, maskot Android adalah kepala robot hijau yang dulu memiliki badan, tangan, dan kaki.

Menghilangkan tangan, kaki, dan badan dari robot Android akan memfokuskan pada satu tujuan: kepalanya. Google juga tidak menghilangkan antena pada kepala robot Android karena dapat membantu mengekspresikan emosi, mengarahkan mata pemirsanya ke arah tertentu, dan lain sebagainya.

 

Bentuk dari maskot Android yang baru memang lucu. Walaupun begitu, kita lihat saja apakah perubahan nama dan maskot dari Android akan benar-benar membuat sistem operasi ini lebih terkenal lagi atau tidak. Toh, Android saat ini sudah digadang sebagai sistem operasi dengan pengguna paling banyak di dunia.

Sumber gambar: AndroidAuthority