Tujuh Tahun Pawoon dan Strategi Kenalkan POS Sebagai Pintu Masuk UMKM “Go Digital”

Enam tahun lalu, CEO Pawoon Ahmad Gadi menyampaikan keputusannya untuk mendirikan Pawoon pada 2014 karena keyakinannya pada aplikasi Point of Sales (POS) adalah entry point bagi usaha kecil dalam menggunakan teknologi. Pernyataannya sepenuhnya betul, sebab data dari BPS pada tahun 2020 menyatakan bahwa UMKM memiliki kontribusi sebesar 60,3% dari total produk domestik bruto (PDB) Indonesia.

UMKM menyerap 97% dari total tenaga kerja dan 99% dari total lapangan kerja. Akan tetapi, digitalisasi di sektor ini perlu digenjot lagi karena dari 64,2 juta unit UMKM, hanya 13% diantaranya yang memanfaatkan teknologi digital dalam mengelola usahanya.

Pandemi menjadi pembuktian tentang pentingnya migrasi ke digital. Menurut bank sentral, terjadi penurunan ekonomi bagi sebanyak 87,5% UMKM karena dipengaruhi oleh pandemi. Namun, hal ini juga menunjukkan bahwa 27,6% UMKM yang beroperasi secara online benar-benar mengalami peningkatan penjualan pada tahun 2020 dan seterusnya.

Semangat tersebut terus digalakkan oleh Pawoon memasuki usianya yang ketujuh. Dalam wawancara bersama DailySocial, Chief Strategic Officer Pawoon Ivan Ekancono mengatakan tingkat resistansi UMKM terhadap layanan POS justru kian hari semakin mengecil karena mereka sadar digital dapat membantu usaha daripada terus menerus membuat pencatatan secara manual, tapi seringkali bingung mau mulai dari mana.

“Dari pantauan tim kami di lapangan, kebanyakan mereka ini sudah aware tapi belum terlalu paham sekali. Begitu kita edukasi dan berikan live demo, mereka jadi lebih terarah dan langsung bisa menggunakan POS,” terangnya.

Lebih dari sekadar POS

Pawoon bukanlah pemain tunggal di segmen yang memiliki kontribusi terbesar buat negara, di luar sana ada banyak pemain seangkatannya dan para pemain baru yang mencoba di kue yang sama. Makanya, Pawoon pun telah berevolusi menjadi lebih dari sekadar POS agar dapat terus menemani seluruh tahapan bisnis yang kebutuhannya terus berkembang.

Ivan melanjutkan, fitur dasar Pawoon adalah membantu pemilik bisnis melakukan pencatatan transaksi dan pengelolaan data yang lebih baik. Kini menawarkan fitur yang lebih advance, seperti manajemen inventori, absensi karyawan, hingga promosi yang dapat diakses kapan saja.

Berikutnya, terintegrasi dengan mitra pihak ketiga untuk memberikan fitur tambahan. Diantaranya, bersama Forstok untuk menggabungkan toko online dan offline dari pemilik bisnis, sehingga seluruh transaksi dari berbagai platform dapat dikelola dalam satu dasbor Pawoon.

Lalu, GrabFood agar pemilik bisnis dapat menerima pesanan dari channel GrabFood dan terhubung juga dengan GrabExpress dan terintegrasi dengan para pemain e-money, seperti GoPay, OVO, DANA, dan LinkAja. “Kami juga telah bermitra dengan p2p lending dan perbankan untuk menyediakan kemudahan akses permodalan agar pemilik usaha dapat terus mengembangkan usahanya.”

Demi menyesuaikan dengan model bisnis O2O, Pawoon merilis PawoonLive! untuk mengakomodasi merchant FnB-nya. Ini adalah self-ordering platform yang berfungsi membantu pelanggan melakukan pemesanan makanan secara online, baik itu dine-in, takeaway, atau delivery karena telah terintegrasi dengan Go-Send dan GrabExpress. Proses pembayarannya sepenuhnya secara digital dan proses pemesanan melalui WhatsApp Order atau microsite yang disediakan PawoonLive!.

Demi memberikan nilai tambah kepada para merchant, berkat masuknya DIVA ke dalam jajaran pemegang saham di Pawoon, kini sejumlah layanan DIVA telah tersedia di Pawoon. Salah satunya adalah layanan pembelian pulsa dan pembayaran PPOB, sehingga saat konsumen dari suatu merchant berkunjung dapat membeli pulsa atau membayar tagihan secara instan.

“Masih banyak integrasi dengan DIVA yang akan kami lakukan ke depannya. Tentunya kami akan melihat terlebih dahulu skala prioritasnya karena harus menyesuaikan dengan kebutuhan merchant kami.”

Di luar grup DIVA, Pawoon bekerja sama dengan Telkomsel untuk perluasan adopsi POS melalui aplikasi 99% Usahaku. Dalam paket bundling ini, Telkomsel menyediakan tambahan paket data 2GB untuk merchant yang berlangganan Pawoon. Integrasi ini memudahkan Pawoon dalam menjangkau merchant baru, sebab diklaim Telkomsel juga memiliki basis UMKM sendiri.

Ivan menjelaskan, dengan seluruh fitur tersedia dan terus bertambah ke depannya, mengukuhkan posisi Pawoon untuk seluruh level bisnis usaha, sekalipun UMKM. Pawoon baru menyeriusi segmen UMKM pada 2019 setelah sebelumnya baru bermain di segmen usaha menengah ke atas. Pada saat itu, perkembangan UMKM meningkat pesat bahkan hingga saat ini.

Dalam komposisinya, Pawoon memiliki lebih dari 25 ribu merchant yang terdiri dari UMKM sebanyak 60% dan sisanya enterprise 40%. Kebanyakan merchant ini bergerak di bisnis FnB, ritel, dan jasa (salon, car wash, laundry, dan sebagainya). Seluruh merchant ini tersebar di 250 kota di seluruh Indonesia.

Perusahaan membuat sistem berlangganan untuk mengakses fitur-fiturnya, dimulai dari Rp299 ribu per bulan untuk paket basic dan Rp599 ribu untuk paket pro. Kendati demikian, Pawoon juga memiliki layanan gratis untuk bisnis kecil tapi dengan fitur yang terbatas.

Ivan melihat pricing tersebut sudah diukur dengan kempuan dari tingkat pengeluaran para merchant. Bahkan bersama Telkomsel, merchant juga mendapat tambahan paket data.

Untuk menjaga retensi, Pawoon banyak melakukan kegiatan aktivasi baik itu sharing ilmu dengan merchant besar untuk berbagi kisah suksesnya dan kegiatan lainnya yang bersifat upgrade kemampuan. “Karena pandemi, kami membuat kegiatan jadi online. Justru mampu menarik pengunjung hingga ribuan untuk sekali acara sharing.”

Rencana berikutnya

Tak hanya bisnis POS untuk UMKM, perusahaan juga memiliki bisnis B2B untuk membantu pengembangan adopsi POS yang lebih masif bersama korporasi lain yang tertarik untuk masuk ke segmen ini. Menurut Ivan, POS saat ini menjadi segmen yang banyak dilirik karena prospeknya yang cerah, mengingat masih banyak UMKM yang go digital dan menjadi pintu gerbang yang bagus untuk memperkenalkan layanan digital yang lebih variatif ke depannya.

Berikutnya, pada tahun ini perusahaan akan menjadikan para merchant-nya sebagai agen Laku Pandai dengan salah satu bank pelat merah. Ivan mengatakan, merchant dapat melayani layanan finansial kepada para konsumennya, seperti transfer ke antar bank hingga menjual produk keuangan, baik itu asuransi atau layanan tabungan.

“Jadi merchant kami yang warung kopi bisa melayani konsumen yang mau transfer ke bank, uangnya bisa langsung masuk ke rekening yang tuju, atau bisa juga top up e-toll.”

Meski tidak dijelaskan dengan detail, Ivan merinci saat ini struktur kepemilikan saham di Pawoon masih diisi DIVA dan Kejora Ventures. Kejora turut berinvestasi di DIVA pada Agustus 2019 melalui fund khusus bernama InterVest Star SEA Growth I yang dikelola bersama InterVest.

Menanggapi potensi IPO perusahaan, Ivan menyampaikan dorongan tersebut memang ada, tapi ia menginginkan Pawoon dapat melantai dengan “benar”, bukan sekadar ingin cari pendanaan saja.

“Kami ingin Pawoon suatu saat bisa listing jadi perusahaan terbuka dengan saham yang benar-benar dinikmati market. Investor beli karena senang dengan produk Pawoon dan yakin dengan perusahaannya, sehingga saham Pawoon bisa lebih atraktif,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here

Startup SaaS ERP “Rantai” Hubungkan Distributor, Dropshipper, dan Reseller dalam Sistem Terintegrasi

Kondisi pandemi memaksa banyak usaha beralih ke platform e-commerce untuk kegiatan pemasarannya. Hal tersebut berdampak pada dibutuhkannya cara mengelola bisnis berbasis teknologi, mengingat cara lama tidak lagi dapat diandalkan karena kurang efisien. Dalam memanfaatkan kesempatan tersebut, “Rantai” hadir sebagai startup SaaS yang fokus pada layanan smart enterprise resource planning (ERP).

Inisiasi Rantai pertama kali dimulai pada awal 2019 di bawah naungan PT Cyberindo Sinergi Sistem. Proyek ini dipimpin oleh dua co-founder Steven Dharmawan dan Thomas Wilson. Steven yang berlatar belakang di bidang IT dan Thomas sebagai auditor dan pernah menjadi CFO di suatu perusahaan properti ini merintis Rantai karena terinspirasi dari perkembangan dunia e-commerce yang melahirkan konsep dropship dan reseller sebagai suatu tren bisnis baru.

Kepada DailySocial, Thomas menuturkan bisnis model ini menjadi suatu terobosan yang dapat menguntungkan, baik dari sisi distributor sebagai pemilik barang maupun dropship dan reseller sebagai penjual ke konsumen secara langsung. Akan tetapi, model bisnis ini muncul masalah mengenai keterbatasan kecepatan maupun ketepatan informasi.

“Masalah ini menjadikan suatu tantangan bagi kami untuk menginisiasi adanya suatu sistem digital yang dapat memecahkan permasalahan tersebut,” terangnya.

Berbeda dengan kebanyakan startup SaaS ERP lainnya yang kebanyakan bersifat eksklusif, sehingga tidak memungkinkan perusahaan yang berbeda dapat saling bertukar informasi. Rantai melakukan pendekatan sistem B2B yang mempertemukan dua pihak di dalam rantai perdagangan (distributor dengan dropship/reseller) dalam satu sistem sehingga tercipta suatu efisiensi informasi dan produktivitas.

Rantai menciptakan ekosistem antara penyuplai dengan distributor, distributor dengan toko, dan toko dengan konsumen. Kemudian, memfasilitasi manajemen dengan meningkatkan efisiensi perusahaan distribusi, mulai dari pembelian, penjualan, inventaris manajemen, piutang, dan point of sales (POS) untuk manajemen perusahaan.

Dengan demikian, pebisnis kini tidak perlu buang-buang waktu untuk berkomunikasi dengan penyuplai mengenai update stok barang karena penyuplai hanya perlu meng-update stok barang dan secara otomatis semua stok akan diperbarui secara real-time.

Karena berbeda dengan sistem ERP lainnya, Rantai secara otomatis menangkap dan mengekstrak data pesanan penjualan, seperti pembelian masa lalu pelanggan dan perusahaan, serta data tidak terstruktur seperti komunikasi tertulis dan menyimpannya ke dalam arsip elektronik.

Sistem tersebut dapat menjadi solusi bagi pebisnis UKM untuk memangkas biaya operasional, serta mengatur proses penjualan dengan baik. “Rantai membantu mengatur dan mengelola bisnis dengan mudah melalui satu platform terintegrasi bernama Rantai Link. Platform ini membuat Anda selalu terhubung dengan konsumen dan rekan bisnis.”

Rencana berikutnya

Thomas menerangkan, Rantai baru meluncurkan kehadirannya pada awal tahun 2021 dan berhasil menarik 10 perusahaan distribusi barang sebagai penggunanya. Perusahaan tersebut bergerak di bisnis distributor barang kebutuhan rumah tangga, alat kebutuhan industri garmen, sanitasi, fesyen, dan lain-lain.

Pihaknya akan terus menyempurnakan dan mengembangkan fitur-fitur yang lebih inovatif agar dapat menjangkau seluruh rantai distribusi, mulai dari prinsipal, distributor, hingga ritel. “Rencana kami pada kuartal II tahun 2022 akan menjangkau negara tetangga, seperti Filipina, Thailand, dan Vietnam,” pungkasnya.

Ia juga menyampaikan bahwa Rantai dibangun secara bootstrap dan belum menerima pendanaan dari pihak ketiga. Namun Thomas cukup optimis, dengan penyempurnaan produk yang terus dilakukan sesuai dengan kebutuhan pasar, lambat laun akan menarik minat para investor untuk berinvestasi ke Rantai.

Application Information Will Show Up Here

DOKU Introduces “Jokul”, Its New Payment Gateway Business Brand

DOKU announces rebrand for the payment gateway business into “Jokul” to increase its popularity among business users. This also intends to change DOKU’s position to public as a brand for the electronic wallet application.

DOKU’s CIO Rudianto Thong explained that DOKU’s payment gateway business is the company’s first and foremost business, which contributes 70% of the total service. Apart from that, DOKU has two other pillars, Collaborative Commerce (DOKU Wallet) and Transfer Service (remittances and disbursements).

However, these two businesses has not contributed as big as payment gateways, it’s 20% and 10%, respectively. Therefore, rebranding is a must-take step for the companies. Jokul as a word is a slang in the 90s which means “selling”.

“Philosophically, in terms of payment, the payment gateway for sellers is a sales process, while it is a buying process for consumers. “The two are different, Jokul is our affirmation to take the pain point of the merchants and want to accommodate all business levels of each of our solutions,” Rudy said in a virtual press conference with the media, Wednesday (7/4).

At the same time, DOKU also introduced some digital payment solutions under Jokul for all phases of business, corporations, startups, micro businesses, and individual sellers. Rudy believes, it is not only consumer convenience that deserves attention in online transactions, but also the entrepreneurs in controlling, managing and accepting consumer payments.

Therefore, Jokul provides a solution for each segment, including a dashboard to manage online payment business activities in a more transparent manner, easy and flexible integration without being charged a fee, and connecting with various payment methods.

DOKU alone has developed various payment solutions, such as virtual accounts (bank transfers), credit cards, e-money, O2O, direct debit, VA by DOKU, and WhatsApp Link, which can be integrated according to the business phase.

In fact, for enterprise customers, there’s a Split Settlement solution to facilitate funds channeling from one transaction to be split and transferred to several accounts. This feature is suitable for marketplace business models that requires to immediately transfer funds to seller accounts on a regular basis.

“The subscription scheme in Jokul is that merchants only pay when they have received payments from consumers. They can also add features in Jokul for free, only pay for these features if they have received payments from consumers as well. ”

Through Jokul, DOKU expects that this payment gateway solution can help more businesses to go digital. Moreover, in this pandemic, digitization is absolutely must-be-done step. Rudy said, since Jokul’s soft launch on February 18, 2021, there were 5 thousand businesses registered as merchants organically.

These merchants come across Jakarta (40%), Surabaya (13%), Bandung (12%), Depok (10%), Medan (7%), and the rest are scattered in Makassar, Palembang, Tangerang, and others. The plan is that the Jokul feature development process will continue until it is officially launched in early June.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

DOKU Kenalkan “Jokul”, Merek Baru Bisnis Payment Gateway Miliknya

DOKU mengumumkan rebrand untuk bisnis payment gateway menjadi “Jokul” agar semakin dikenal para pengguna dari kalangan bisnis. Perubahan ini juga ditujukan untuk mengubah posisi brand DOKU di kacamata masyarakat selama ini sebagai brand dari aplikasi dompet elektronik.

CIO DOKU Rudianto Thong menjelaskan, bisnis payment gateway DOKU adalah bisnis pertama dan utama perusahaan yang berkontribusi sebanyak 70% terhadap total keseluruhan layanan. Di luar itu, sebenarnya DOKU memiliki dua pilar bisnis lainnya yakni Collaborative Commerce (DOKU Wallet) dan Transfer Service (remitansi dan disbursement).

Hanya saja, kontribusi dari kedua bisnis ini tidak sebesar payment gateway, yakni 20% dan 10% secara berurutan. Oleh karenanya,rebranding menjadi suatu langkah yang perlu dilakukan perusahaan. Jokul sendiri adalah kata slang pada tahun 90-an yang memiliki arti “jualan”.

“Secara filosofis dari sisi pembayaran, payment gateway bagi penjual itu adalah proses penjualan, sementara bagi konsumen adalah proses pembelian. Yang mana kedua hal itu berbeda, maka Jokul jadi penegasan kami untuk mengambil sisi pain point dari para merchant dan ingin mengakomodasi dari semua level bisnis dari setiap solusi kami,” ucap Rudy dalam konferensi pers virtual bersama sejumlah media, Rabu (7/4).

Pada saat yang bersamaan, DOKU juga memperkenalkan sejumlah solusi pembayaran digital yang berada di bawah Jokul untuk semua fase bisnis, baik itu korporasi, startup, usaha mikro, hingga penjual individu. Rudy percaya, bukan hanya kenyamanan konsumen saja yang patut diperhatikan dalam transaksi online, namun juga kenyamanan para pengusaha, dalam mengontrol, mengelola, dan menerima pembayaran konsumen.

Oleh karenanya, dari masalah tersebut Jokul menyediakan solusi untuk masing-masing segmen, di antaranya dasbor untuk mengelola aktivitas bisnis pembayaran online secara lebih transparan, integrasi mudah dan fleksibel tanpa dikenakan biaya, dan terhubung dengan berbagai metode pembayaran.

DOKU sendiri sudah mengembangkan berbagai solusi pembayaran, seperti virtual account (transfer bank), kartu kredit, e-money, O2O, direct debit, VA by DOKU, dan WhatsApp Link, yang dapat diintegrasikan sesuai fase bisnis.

Bahkan, untuk konsumen enterprise telah disediakan solusi Split Settlement untuk permudah pelimpahan dana dari satu transaksi dipecah dan ditransfer ke beberapa rekening. Sehingga fitur ini cocok untuk model bisnis marketplace yang butuh segera melimpahkan dana ke rekening seller secara rutin.

“Skema biaya di Jokul adalah merchant hanya bayar jika sudah mendapat pembayaran dari konsumen. Mereka pun dapat menambahkan fitur-fitur di dalam Jokul secara gratis, hanya bayar fitur tersebut jika sudah mendapat pembayaran dari konsumen juga.”

Lewat Jokul, DOKU berharap solusi payment gateway ini dapat membantu lebih banyak bisnis go digital. Terlebih, di masa pandemi ini beralih ke platform digital menjadi langkah mutlak yang harus dilakukan. Rudy menuturkan, sejak soft launch Jokul pada 18 Februari 2021 kemarin, tercatat ada 5 ribu bisnis telah terdaftar sebagai merchant secara organik.

Para merchant ini tersebar di Jakarta (40%), Surabaya (13%), Bandung (12%), Depok (10%), Medan (7%), dan sisanya tersebar di Makassar, Palembang, Tangerang, dan lain-lain. Rencananya, proses pengembangan fitur Jokul akan terus dilakukan hingga resmi diluncurkan pada awal Juni mendatang.

VariousDigital Solutions for SME Players

Recently, digitization for SME is getting intense to create competitiveness amidst the economic challenges caused by the pandemic. Startups are using this huge business cake by presenting various digital solutions through all aspects, fintech, supply chain, logistics, e-commerce, marketing, and others.

In order to present the bigger picture, DailySocial describes the players in each segment. Here’s the summary:

Ragam layanan SaaS untuk UMKM / DailySocial
SaaS services for SMEs / DailySocial

A. Go Digital

1. E-commerce enabler: omnichannel, commerce site builder

        The existence of a brand on an online platform is quite an obligation to be recognized by many people nowadays. These e-commerce enabler players usually present various solutions according to their business stages to facilitate the overall migration process, starting from online store creation services and synchronizing sales to various marketplaces and online shop sites in one dashboard.

The larger the business scale, the more complex the e-commerce solution. For example, when you want to implement an omnichannel strategy or need a supply chain system to help the logistics process, you need experts and the right solution. Some of the players are:

      • Omnichannel:
        – Sirclo
        – Jet Commerce
        – PowerCommerce
        – iSeller
      • Commerce site builder:
        – Sirclo
        – aCommerce
        – ForStok
        – Egogo Hub
        – Intrepid22. On demand services: online delivery, online order

This on-demand service is generally dominated by the culinary sector, which is fully supported by GrabFood and GoFood. By combining the strength of the driver’s fleet and some culinary business, the food delivery service is increasingly booming in Indonesia.

Apart from offering easy access and delivery, there are many digital solutions for MSMEs, such as marketing solutions, payments, inventory, financial records, and so on. We divided these solutions into two parts, as follows:

      • Online delivery:
        – GoBiz
        – GrabMerchant
      • Online order:
        – DigiResto
        – Mangan.id

3. Online marketplace: B2B, B2C, partnership

The presence of the e-commerce platform creates an impact as it’s easier for MSMEs to reach many new users. With the whole ecosystem prepared for the e-commerce players, it is expected that more MSMEs will take advantage of this opportunity to expand their business. Here are the players:

      • B2B:
        – Ralali
        – Bhinneka
      • B2C:
        – Shopee
        – Tokopedia
        – Bukalapak
      • Partnership:
        – Mitra Tokopedia
        – Mitra Bukalapak
        – Mitra Shopee
        – Blibli Mitra
        – GrabKios

4. Social commerce

Amid the efforts of e-commerce players to encourage more MSMEs to enter their platforms, MSMEs are keen to sell through social media platforms such as Instagram and Facebook. This application is considered more personal as it can directly interact with consumers.

The enthusiasm of MSMEs to join social media does not immediately subside, in fact, it is getting increased. The social commerce players are using the big opportunity by offering easy sales via short message applications and social media. The players are quite diverse:

– Woobiz
– Storie
– Chilibeli
– RateS
– Super
– Desty
– Halosis
– Qios by Kata.ai
– GoStore by Gojek
– Kitabeli
– Evermos

B. Financial

1. Loan: working capital, supply chain

In order for MSMEs to grow continuously, they need capital loans from conventional financial institutions. However, as their business is unbankable, there are difficulties in accessing loans. Fintech lending players are trying to solve this issue, not only providing working capital, another form of which is being provided is supply chain loans. The players include:

        • Working capital
          – Amartha
          – Modalku
          – Investree
          – KoinWorks
          – Akseleran
          – Modal Rakyat
        • Supply Chain:
          – AwanTunai
          – Crowdo
        • Crowdfunding:
          – Santara
          – Bizhare
          -CrowdDana
          – LandX

2. Payment : e-money, payment gateway, POS

Payment players are paying attention to the sustainability of MSMEs to be connected to various payment methods, adjusting to the latest conditions. The presence of the POS application is also considered very helpful for MSMEs as this all-in-one application does not only function to record finances. There are many players in this segment:

  • E-money:
    – LinkAja
    – OVO
    – DANA
    – GoPay
    – ShopeePay
  • Payment gateway:
    – Cashlez
    – Midtrans
    – DOKU
    – Xendit
    – iPaymu
    – Finpay
  • POS:
    – Jubelio
    – Majoo
    – Qasir
    – Kasir Pintar
    – YouTap
    – Moka
    – Cashlez
    – Pawoon
    – iSeller
    – Olsera

3. Tax

Although it still in the MSME stage, taxation should not be taken lightly. There are several players in this sector trying to invite business owners to comply as taxpayers as soon as possible. The services provided start from the payment process, reporting, and tax management. Some of the players are:

– KlikPajak (Mekari)
– OnlinePajak
– HiPajak
– Pajak.io

4. API Enabler

When businesses have rapidly grow, the digital solutions needed will continue to follow the needs. API enabler players are here to answer these needs, especially in the financial-related field. They provide integrated solutions in one API, for payment, financial and banking services, therefore, businesses can add value to their customers. Here are some of the players:

– Ayoconnect
– Finantier
– Brankas
– Brick

C. Marketing: email marketing, influencer marketing

SMEs should also pay attention to marketing strategies to acquire consumers with existing budgets. Simple marketing via social media platforms or short messages is not necessarily enough. Therefore, there are players in this sector who specifically help MSMEs to market their products:

  • Email marketing: MTarget
  • Influencer marketing: Allstar

D. Operational

1. Accounting: micro-small, medium-large

The biggest reason why MSMEs are unbankable is due to poor financial management, they still use manual recording, making it difficult to see how the business is progressing or is it actually experiencing loss. Therefore, the existence of special software is clearly required. Here’s a list of startup players who present financial management solutions:

  • Micro-Small:
    – Credibook
    – BukuKas
    – Moodah
    – BukuWarung
    – Akuntansi UKM
    – Akun.biz
    – Lababook
    – Teman Bisnis
    – Akuntansiku
    – Kasvlo
    – Kasir Pintar
    – Majoo
    – KODI
    – Paper.id
  • Medium-Large:
    – Jubelio
    – Jurnal (Mekari)
    – Jojonomics
    – Accurate
    – Zahir

2. HR Management: HRIS, employee benefit, field worker management, productivity & collaboration tools

As MSMEs grow, it will face advanced challenges. One that is often highlighted is the human resources management, from payroll, attendance, annual leave, reimbursement, and so on. It takes the presence of a software to help make it quick and efficient. Here are some startups that focus on providing HR management:

  • HRIS:
    – Catapa
    – Talenta (Mekari)
    – Jojonomics
    – KaryaOne
    – Gadjian
    – Gaji.id
    – Benemica
    – Synergo
  • Employee benefit:
    – Payuung
  • Field worker management:
    – JARI
    – Lacak.io
  • Productivity & collaboration tools

E. Business Growth: CRM, ERP, loyalitas, Environment Health Safety (EHS)

In order for the company to continue to survive, it requires a business development strategy that does not only focus on product expansion, but how the company can maintain relationships with customers. It has to do with CRM. Another thing is the ERP solution when the business starts become real.

ERP solutions are not only for the enterprise level, it’s also gaining popularity at the SME level because of the benefits. For example, purchasing raw materials, maintaining network with other companies, and managing job descriptions for workers.

The objectives of CRM and ERP are interrelated for the development of the company’s business, there are also other supporting elements that startups should take seriously. Here are the players who focus on business development services:

  • CRM:
    – Jala.ai
    – Qontak
    – Majoo
    – Digiresto
    – Smartlink
    – Jojonomics
  • ERP:
    – Runsystem
    – Esensi Solusi Buana (ESB)
    – Genie
  • Loyalitas:
    – TADA
  • Environment Health Safety (EHS):
    – Nimbly

F. Logistics: Transportation management, warehouse, warehouse management system (WMS), 3PL aggregator, last mile logistics

Logistics is essential for the MSME business as it’s going digital related to service to consumers. Moreover, Indonesia’s logistics issues are still a handful. Various logistics players who are specialists in their respective fields offer solutions for MSMEs:

  • Manajemen transportasi:
    – Mile.app
    – Advotics
    – Waresix
    – Kargo
  • Pergudangan:
    – Shipper
    – Crewdible
    – Pakde
    – LODI
  • Warehouse management system (WMS):
    – Jubelio
    – Genie
    – Mile.app
    – Anchanto
    – Advotics
    – Waresix
    – Pakde
  • 3PL agregator:
    – Shipper
    – Paket.id
  • Supply chain:
    – Ula
  • Last mile logistics:
    – Paxel
    – Ninja Express
    – SiCepat
    – Anteraja
    – JNE
    – TIKI
    – Pos Indonesia
    – Wahana

G. Legal

As the MSMEs getting more developed, it requires preparation for legality in order to become a legal entity. However, as the legal language is difficult for common people to understand, the existence of startups in this field to provide assistance is needed. The startups in this segment are:

– Legalku
– Lexar
– Izin.co.id
– HukumOnline

H. Software/IOT

MSMEs are not always about businesses engaged in services or trade, but also fisheries, livestock, and others that need digital solutions to help develop their businesses. Generally, the solutions presented for this sector are in the form of smart devices powered by IoT. This tool operates many tasks, one of which is to provide automatic feed for a successful harvest in the future. The players in this sector are:

– eFishery
– Jala.ai


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian
Foto header: Depositphotos.com

Ragam Solusi Digital untuk UMKM

Digitalisasi bisnis UMKM belakangan semakin gencar agar mereka punya daya saing di tengah tantangan ekonomi akibat pandemi. Kue bisnis yang begitu besarnya ini dimanfaatkan startup untuk menyajikan berbagai solusi digital di seluruh aspek, baik itu fintech, supply chain, logistik, e-commerce, pemasaran, dan lain-lain.

Agar mendapat gambaran yang lebih rinci, DailySocial menjabarkan para pemain di tiap segmennya. Berikut rangkumannya:

Ragam layanan SaaS untuk UMKM / DailySocial
Ragam layanan SaaS untuk UMKM / DailySocial

A. Go Digital

1. E-commerce enabler: omnichannel, commerce site builder

Kehadiran suatu brand di platform online, saat ini menjadi suatu kewajiban agar semakin dikenal banyak orang. Para pemain e-commerce enabler ini biasanya menyajikan berbagai solusi sesuai tahapan bisnisnya untuk permudah proses migrasi secara menyeluruh, mulai jasa pembuatan toko online dan sinkronisasi penjualan ke berbagai marketplace dan situs toko online dalam satu dashboard.

Semakin besar skala bisnis suatu usaha, maka semakin kompleks solusi e-commerce yang dibutuhkan. Misalnya, saat ingin menerapkan strategi omnichannel atau butuh sistem rantai pasok untuk bantu proses logistik, dibutuhkan pakar dan solusi yang tepat. Sejumlah pemainnya adalah:

  • Omnichannel:
    – Sirclo
    – Jet Commerce
    – PowerCommerce
    – iSeller
  • Commerce site builder:
    – Sirclo
    – aCommerce
    – ForStok
    – Egogo Hub
    – Intrepid

2. On demand services: online delivery, online order

Jasa on demand ini umumnya didominasi oleh sektor kuliner yang didukung penuh oleh GrabFood dan GoFood. Dengan menggabungkan kekuatan armada pengemudi dan jumlah pemain kuliner, bisnis jasa pengantaran makanan ini semakin menggurita di Indonesia.

Selain menawarkan kemudahan akses dan pengantaran, lebih dari itu ada banyak solusi digital yang dibutuhkan para UMKM, seperti solusi pemasaran, pembayaran, inventaris, pencatatan keuangan, dan lain sebagainya. Solusi-solusi tersebut kami bagi menjadi dua bagian, sebagai berikut:

  • Online delivery:
    – GoBiz
    – GrabMerchant
  • Online order:
    – DigiResto
    – Mangan.id

3. Online marketplace: B2B, B2C, kemitraan

Kehadiran platform e-commerce begitu terasa dampaknya karena mempermudah UMKM untuk menjangkau banyak pengguna di luar jangkauannya. Dengan kelengkapan ekosistem yang sudah disiapkan para pemain e-commerce, diharapkan semakin banyak UMKM memanfaatkan kesempatan tersebut untuk perlebar bisnis. Berikut para pemainnya:

  • B2B:
    – Ralali
    – Bhinneka
  • B2C:
    – Shopee
    – Tokopedia
    – Bukalapak
  • Kemitraan:
    – Mitra Tokopedia
    – Mitra Bukalapak
    – Mitra Shopee
    – Blibli Mitra
    – GrabKios

4. Social commerce

Di tengah upaya para pemain e-commerce untuk mendorong lebih banyak UMKM masuk ke platform-nya, menariknya UMKM masih tertarik untuk berjualan lewat platform media sosial seperti Instagram dan Facebook. Lantaran aplikasi ini dianggap lebih personal karena bisa langsung berinteraksi dengan konsumen.

Antusiasme UMKM untuk terjun ke media sosial tidak serta merta surut, melainkan sebaliknya. Kue bisnis yang besar ini akhirnya dicoba dimanfaatkan oleh para pemain social commerce dengan menawarkan kemudahan penjualan lewat aplikasi pesan singkat dan media sosial. Para pemainnya juga cukup beragam:

– Woobiz
– Storie
– Chilibeli
– RateS
– Super
– Desty
– Halosis
– Qios by Kata.ai
– GoStore by Gojek
– Kitabeli
– Evermos

B. Finansial

1. Pinjaman: modal kerja, rantai pasok
Agar UMKM dapat terus berkembang, mereka membutuhkan pinjaman modal dari lembaga keuangan konvensional. Akan tetapi, karena bisnis mereka unbankable terjadi kesulitan dalam mengakses pinjaman. Isu tersebut dicoba diselesaikan oleh pemain fintech lending, tidak sekadar memberikan modal kerja, bentuk lainnya yang diberikan adalah pinjaman supply chain. Para pemain tersebut diantaranya:

  • Modal kerja:
    – Amartha
    – Modalku
    – Investree
    – KoinWorks
    – Akseleran
    – Modal Rakyat
    – Danamas, dan lain-lain di segmen produktif
  • Rantai pasok:
    – AwanTunai
    – Crowdo
  • Crowdfunding:
    – Santara
    – Bizhare
    – CrowdDana
    – LandX

2. Pembayaran: uang elektronik, payment gateway, POS

Para pemain pembayaran juga turut menaruh perhatiannya terhadap keberlangsungan UMKM agar mereka dapat terhubung dengan berbagai metode pembayaran, menyesuaikan diri dengan kondisi terkini. Kehadiran aplikasi POS juga dianggap sangat membantu UMKM karena aplikasi serba bisa ini tidak hanya berfungsi mencatat keuangan saja. Tak mau kalah pemain di segmen ini juga ada banyak, nama-namanya adalah:

  • Uang elektronik:
    – LinkAja
    – OVO
    – DANA
    – GoPay
    – ShopeePay
  • Payment gateway:
    – Cashlez
    – Midtrans
    – DOKU
    – Xendit
    – iPaymu
    – Finpay
  • POS:
    – Jubelio
    – Majoo
    – Qasir
    – Kasir Pintar
    – YouTap
    – Moka
    – Cashlez
    – Pawoon
    – iSeller
    – Olsera

3. Perpajakan

Meski status usaha masih UMKM, soal perpajakan tidak boleh dianggap sepele. Ada sejumlah pemain di sektor ini yang berusaha untuk mengajak para pemilik usaha untuk taat sebagai wajib pajak sejak dini. Layanan yang disediakan mulai dari proses bayar, lapor, hingga pengelolaan pajak. Beberapa nama pemainnya adalah:

– KlikPajak (Mekari)
– OnlinePajak
– HiPajak
– Pajak.io

4. API Enabler

Ketika bisnis sudah mulai berkembang pesat, tentu solusi digital yang dibutuhkan juga terus mengikuti kebutuhan. Para pemain API enabler hadir untuk menjawab kebutuhan tersebut, apalagi yang berbau finansial. Mereka menyediakan solusi integrasi dalam satu API, untuk kebutuhan pembayaran, layanan finansial dan perbankan, dengan demikian bisnis dapat memberi nilai tambah kepada konsumennya. Berikut nama-nama pemainnya:

– Ayoconnect
– Finantier
– Brankas
– Brick

C. Pemasaran: email marketing, influencer marketing

Strategi pemasaran juga perlu diperhatikan UMKM agar mereka tetap dapat mengakuisisi konsumen dengan budget yang ada. Sekadar memasarkan lewat platform media sosial atau pesan singkat saja belum tentu cukup. Oleh karena itu, ada pemain di sektor ini yang khusus membantu UMKM memasarkan produknya. Mereka adalah:

  • Email marketing: MTarget
  • Influencer marketing: Allstar

D. Operasional

1. Akuntansi: mikro-kecil, menengah-besar
Alasan terbesar mengapa UMKM unbankable karena pengelolaan keuangan yang buruk, masih menggunakan pencatatan manual, sehingga sulit untuk melihat bagaimana progres bisnis apakah bertumbuh atau justru mencatatkan rugi. Oleh karenanya, keberadaan software khusus jelas sangat dibutuhkan. Berikut daftar pemain startup yang menghadirkan solusi pengelolaan keuangan:

  • Mikro-Kecil:
    – Credibook
    – BukuKas
    – Moodah
    – BukuWarung
    – Akuntansi UKM
    – Akun.biz
    – Lababook
    – Teman Bisnis
    – Akuntansiku
    – Kasvlo
    – Kasir Pintar
    – Majoo
    – KODI
    – Paper.id
  • Menengah-Besar:
    – Jubelio
    – Jurnal (Mekari)
    – Jojonomics
    – Accurate
    – Zahir

2. Pengelolaan SDM: HRIS, employee benefit, field worker management, productivity & collaboration tools

Saat UMKM semakin berkembang, tantangan yang mereka hadapi juga turut bertambah. Salah satu yang sering disoroti adalah pengelolaan SDM, mulai dari penggajian, absensi, pengajuan cuti, reimburse, dan sebagainya. Dibutuhkan kehadiran sebuah software untuk membantunya agar dapat ditangani dengan cepat dan efisien. Berikut beberapa nama startup yang fokus menyediakan pengelolaan SDM:

  • HRIS:
    – Catapa
    – Talenta (Mekari)
    – Jojonomics
    – KaryaOne
    – Gadjian
    – Gaji.id
    – Benemica
    – Synergo
  • Employee benefit:
    – Payuung
  • Field worker management:
    – JARI
    – Lacak.io
  • Productivity & collaboration tools

E. Pengembangan Bisnis: CRM, ERP, loyalitas, Environment Health Safety (EHS)

Agar perusahaan terus bertahan, maka perlu strategi pengembangan bisnis yang tidak hanya berfokus pada ekspansi produk saja, tapi bagaimana perusahaan bisa menjaga hubungan dengan pelanggan. Itu berkaitan dengan CRM. Hal lainnya yang perlu diperhatikan adalah solusi ERP ketika bisnis sudah mulai menggurita.

Solusi ERP tidak hanya dibutuhkan oleh level enterprise saja, tapi level UKM sudah sudah mulai populer karena banyak manfaat yang dirasakan. Seperti, melakukan pembelian bahan baku, hubungan dengan perusahaan lain, hingga mengelola job desc pekerja.

Objektif dari CRM dan ERP saling berkaitan bagi pengembangan bisnis perusahaan, tidak hanya itu ada unsur pendukung lainnya yang diseriusi oleh startup. Berikut nama-nama pemain yang fokus ke layanan pengembangan bisnis:

  • CRM:
    – Jala.ai
    – Qontak
    – Majoo
    – Digiresto
    – Smartlink
    – Jojonomics
  • ERP:
    – Runsystem
    – Esensi Solusi Buana (ESB)
    – Genie
  • Loyalitas:
    – TADA
  • Environment Health Safety (EHS):
    – Nimbly

F. Logistik: Manajemen transportasi, pergudangan, warehouse management system (WMS), 3PL agregator, last mile logistics

Keberadaan logistik begitu esensial dalam bisnis UMKM saat go digital karena berkaitan dengan pelayanan kepada konsumen. Terlebih lagi, isu logistik di Indonesia masih menjadi pekerjaan rumah tersendiri. Berbagai pemain logistik yang spesialis di bidangnya masing-masing menawarkan solusi untuk UMKM, mereka adalah:

  • Manajemen transportasi:
    – Mile.app
    – Advotics
    – Waresix
    – Kargo
  • Pergudangan:
    – Shipper
    – Crewdible
    – Pakde
    – LODI
  • Warehouse management system (WMS):
    – Jubelio
    – Genie
    – Mile.app
    – Anchanto
    – Advotics
    – Waresix
    – Pakde
  • 3PL agregator:
    – Shipper
    – Paket.id
  • Supply chain:
    – Ula
  • Last mile logistics:
    – Paxel
    – Ninja Express
    – SiCepat
    – Anteraja
    – JNE
    – TIKI
    – Pos Indonesia
    – Wahana

G. Legal

Semakin berkembangnya bisnis dari level UMKM ke tahap lebih lanjut, tentunya memerlukan persiapan legalitas agar menjadi badan hukum. Namun karena bahasa hukum sulit dicerna oleh orang biasa, maka keberadaan startup di bidang ini untuk memberikan pendampingan begitu dibutuhkan. Nama-nama startup yang bermain di segmen ini adalah:

– Legalku
– Lexar
– Izin.co.id
– HukumOnline

H. Perangkat/IOT

UMKM itu tidak hanya bicara mengenai bisnis yang bergerak di jasa atau perdagangan saja, tapi juga ada perikanan, peternakan, dan lainnya yang membutukan solusi digital untuk bantu pengembangan bisnisnya. Umumnya solusi yang dihadirkan untuk sektor ini berbentuk perangkat pintar bertenaga IOT. Alat tersebut punya banyak tugas, salah satunya adalah memberi pakan otomatis demi kesuksesan panen di masa mendatang. Adapun pemain di sektor ini ada:

– eFishery
– Jala.ai


Foto header: Depositphotos.com

Fajrin Rasyid: Berangkat dari Misi Sosial Menjadi Bisnis yang Berkelanjutan

Artikel ini adalah bagian dari Seri Mastermind DailySocial yang menampilkan para inovator dan pemimpin di industri teknologi Indonesia untuk berbagi cerita dan sudut pandang.

Fajrin Rasyid menjadi salah satu nama yang dikenal di industri startup. Dia adalah Presiden dari platform e-commerce terkemuka di Indonesia. Selain itu, ia juga merupakan lulusan ilmu teknologi dari universitas lokal terkemuka, Institut Teknologi Bandung. Suatu hari, ia memutuskan untuk membantu dua temannya dari almamater yang sama untuk menciptakan sesuatu yang berdampak bagi orang-orang dengan menggunakan kemampuan teknologi mereka.

Sebelum berkutat dengan Bukalapak, Fajrin telah berpengalaman bekerja di BCG (Boston Consulting Group), sebuah perusahaan konsultan bergengsi, sebelum ia berangkat dan fokus pada bisnis. Sejak dulu, ia memiliki hasrat untuk berkontribusi lebih banyak bagi orang lain, terutama UKM di seluruh negeri ini, dan ia membawa semangat itu ke Bukalapak untuk menciptakan lebih banyak dampak di masyarakat

Sebelumnya, ia memimpin tim finansial perusahaan, kemudian naik ke kursi Presiden pada tahun 2018. Selama masa pemerintahannya, Bukalapak telah berkembang dari produk inisiatif dampak sosial menjadi bisnis yang lebih berkelanjutan yang memberdayakan lebih dari 5 juta pedagang online dengan 70 juta pengguna di seluruh penjuru Indonesia. Bukalapak menjadi salah satu dari 6 unicorn Indonesia dengan valuasi $2,5 miliar sebagaimana tertulis dalam Startup Report DailySocial 2019.

List of unicorn startups in Indonesia
Daftar startup Unicorn di Indonesia / DailySocial

Untuk cerita yang lebih mendalam dari pemimpin unicorn, mari kita lihat kutipan wawancara dengan tim DailySocial di bawah ini

Memasuki dekade kedua di industri digital, bagaimana Anda menggambarkan perjalanan karir selama ini?

Saya hanyalah seorang pelajar dari kota yang tidak terlalu besar dan keluarga sederhana di Pekalongan. Namun, saya memiliki mimpi yang cukup besar untuk bisa berhasil di industri teknologi. Saya sempat bekerja di sebuah perusahaan konsultan bernama Boston Group Consulting (BCG), tetapi memutuskan untuk pensiun lebih awal untuk membantu dua teman saya yang lain, Zaky [Sragen], dan Nugroho [Karanganyar] untuk mengembangkan bisnis dari awal.

Indonesia selalu menjadi negara yang sangat bergantung pada industri UKM. Sekitar 60% ekonomi berasal dari UKM. Di tahun 2010, kami memulai Bukalapak dengan visi untuk membantu masyarakat, terutama mereka yang memiliki usaha kecil-menengah di seluruh Indonesia.

Ketika kami memulai Bukalapak sebagai produk, kami juga membuka layanan konsultasi TI berbasis proyek bernama Suitmedia. Ketika itu Bukalapak berjalan dengan sangat baik, oleh karena itu, kami fokus mengembangkan platform ini. Selama beberapa waktu, perusahaan menerima beberapa umpan balik positif dan kami mulai menetapkan angka sebagai target. Inisiatif dampak sosial menjadi bisnis yang menjanjikan ketika kami berbicara tentang potensi pasar yang besar.

Pernahkah Anda bermimpi menjadi Presiden sebuah Unicorn? Dari CFO (Chief Financial Officer) menjadi Presiden Bukalapak, apakah Anda menemukan kesulitan untuk beradaptasi?

Saya pernah bekerja di perusahaan konsultan. Pekerjaan saya pada dasarnya berfokus pada persyaratan keuangan dan membantu perusahaan dengan strategi bisnis. Dalam proses membangun Bukalapak, saya merasa telah mengerjakan semua aspek perusahaan mulai dari keuangan, pemasaran hingga aspek legal. Dalam hal peran, saya rasa cukup umum untuk memiliki peran ganda atau berganti sesuai permintaan ketika berada di perusahaan yang mulai matang.

Sebagai salah satu pendiri, dan setelah diangkat sebagai Presiden Bukalapak, saya perlu melihat rangkaian bisnis yang lebih luas. Ada banyak rencana untuk kolaborasi, juga pertemuan dengan perwakilan pemerintah. Hal ini lebih seperti pekerjaan ujung ke ujung, saya harus mempertimbangkan semua aspek bisnis perusahaan.

Saat ini, kita tengah berjuang dengan wabah Covid-19, bagaimana pandangan Anda tentang lanskap bisnis di tengah situasi pandemi di Indonesia?

Ini bukan situasi yang ideal untuk semua orang. Ada banyak pihak yang terpukul dengan kehadiran pandemi ini. Ini perihal semua bisnis dengan berbagai skala, namun sebagian besar yang terdampak adalah UKM. Beberapa kategori produk meningkat karena penjualan, tetapi banyak yang lainnya mengalami penurunan signifikan dalam bisnis. Produk makanan dan kesehatan online adalah bagian dari kategori yang mendapatkan hasil positif dari bencana nasional ini.

photo_2020-04-16_09-43-09
Tim Bukalapak

Bukalapak, di sisi lain, ingin berkontribusi lebih banyak agar bisnis-bisnis yang mendapatkan daya tarik dari wabah Covid-19 dapat mempertahankan hasil positif. Selain itu juga membantu mereka yang terkena dampak dan kurang beruntung untuk bertahan hidup di tengah pandemi dengan mencari peluang kolaborasi. Kami sedang berdiskusi dengan pemerintah untuk membuat program untuk membantu industri yang paling terpengaruh, seperti UKM.

Menurut Anda, berapa lama pandemi ini akan berlangsung? Bagaimana pandangan Anda tentang masa depan industri ketika masa pandemi berakhir?

Sejujurnya, saya bukan ahli medis, namun, dari banyak proyeksi yang saya baca, pandemi ini mungkin akan bertahan selama beberapa bulan lagi. Hal ini kembali lagi pada perilaku kita terhadap pandemi. Dibutuhkan komitmen dari semua orang untuk menghentikan pandemi ini agar tidak menyebar lebih cepat dan lebih luas.

Ada beberapa orang yang mengatakan situasinya akan segera kembali seperti sebelum pandemi. Namun, hal ini disebut beberapa orang akan menjadi a new normal atau normal yang baru. Setiap hal yang masyarakat lakukan untuk bertahan dari pandemi, segala macam yang telah dikorbankan tak pelak menciptakan kebiasaan baru, yang dapat mengarah ke normal yang baru.

Dalam hal ini, Bukaplapak merasakan dampak yang sangat minim. Orang-orang beralih dari offline ke online. Namun, sekali lagi,  pandemi ini membawa lebih banyak kerugian daripada keuntungan dan itu akan mempengaruhi situasi ekonomi secara keseluruhan. Tanpa sumber pendapatan tertentu, daya beli masyarakat akan segera berkurang dan itu akan mempengaruhi sektor e-commerce, khususnya Bukalapak.

Nyatanya, ada beberapa startup yang terdampak secara signifikan oleh pandemi ini dan tidak punya pilihan selain menyudahi bisnis operasional atau menghentikan beberapa hubungan kerja. Apa pendapat Anda tentang masalah ini?

Sekali lagi, semua orang terdampak oleh pandemi ini, baik positif maupun negatif. Hal ini tergantung pada bagaimana kita bereaksi terhadap situasi ini. Namun, pasti selalu ada hikmah, pelajaran yang didapat, peluang yang tersedia. Orang-orang harus dapat melihat jalan keluar dari situasi yang pelik ini dan menghasilkan ide-ide untuk dikembangkan lebih lanjut.

Sebagai informasi, banyak startup yang sukses saat ini didirikan pada masa krisis 2008/2009. Hal ini bisa menjadi momentum, bagaimana krisis dapat mendorong orang untuk menciptakan sesuatu yang berdampak. Semoga ketika situasi berangsur-angsur pulih, peluang besar sudah menanti. Terkadang, masalah menciptakan peluang untuk solusi.

Lebih dari sepuluh tahun menjalani industri ini, mengerjakan semua aspek dalam membangun startup hingga menjadi Presiden sebuah unicorn. Apa pelajaran paling berkesan yang Anda dapat?

Industri startup ini akan memberikan dampak besar [terutama ketika Anda berhasil]. Bukalapak sekarang telah mengelola lebih dari 5 juta pedagang online dengan lebih dari 70 juta pengguna. Ini merupakan pencapaian. Beberapa orang mengatakan bahwa startup adalah jalur cepat [memang ada benarnya] untuk sukses, namun, bisnis ini juga datang dengan peluang kegagalan yang besar. Untuk meminimalkan kemungkinan kegagalan, diperlukan kemauan yang kuat dan upaya besar untuk tetap berada dalam permainan.

Selama perjalanan bisnis Anda, pasti ada, paling tidak satu atau banyak tantangan dalam membangun usaha. Apakah Anda berkenan berbagi kisah pada masa sulit?

Setiap fase bisnis memiliki tantangannya sendiri. Saya sebelumnya menyebutkan bagaimana saya mengerjakan semua aspek bisnis ketika perusahaan mulai matang. Kami dulu tidak punya representatif hukum dan saya mendapat kesempatan langka untuk menjadi saksi di pengadilan. Selain itu, ketika perusahaan mengalami masalah arus kas, oleh karena itu, kami [pendiri] harus menyisihkan penghasilan kami untuk membayar gaji karyawan. Saya pikir sebagian besar startup build-from-scratch juga  pernah mengalami kesulitan seperti ini.

Sempat ada momen dimana saya hampir kehilangan kepercayaan di suatu titik, dan merasa benar-benar lelah. Setiap fase memiliki hambatan yang berbeda. Tahun lalu, kami memiliki masalah #UninstallBukalapak. Sampai saat ini, di mana Bukalapak berada pada tahap pertumbuhan, kesalahan PR sekecil apa pun dapat menyalakan api dan menciptakan keributan besar.

Investasi Seri B Bukalapak oleh Emtek
Investasi Seri B Bukalapak oleh Emtek

Apa yang menjadi ambisi terbesar Anda saat ini?

Saya selalu memiliki visi untuk menciptakan dampak bagi masyarakat dan negara. Benih ini juga yang saya tanamkan dalam Bukalapak, untuk bekerja lebih jauh sebagai platform demi mendukung sebanyak mungkin orang dan menjembatani mereka dengan industri teknologi. Dimulai dari sektor e-commerce, kemudian berkembang ke offline melalui mitra Bukalapak. Tidak akan berhenti sampai di sini saja. Kami sangat optimis untuk berkembang secara luas untuk dapat mendukung semua lapisan masyarakat.

Bagaimana perasaan Anda selama berbisnis dengan teman dan pernahkah Anda mengalami konflik emosional antara satu sama lain?

Saya kenal Zaky sejak sekolah menengah dan relasi kami semakin terjalin saat kuliah. Sebenarnya tidak jauh berbeda dengan melakukan bisnis pada umumnya. Bagaimana kita bereaksi terhadap kesulitan, berusaha untuk menyatukannya dan menyelesaikannya. Lebih lanjut, tanpa sadar, lingkungan kita telah memengaruhi penilaian kita. Kami akhirnya membuat sesuatu yang kami yakini dapat memecahkan masalah yang ada.

Beberapa orang hanya melihat sisi emosionalnya, mereka mungkin mengabaikan kenyataan bahwa ini adalah bisnis profesional. Lalu mereka mengesampingkan penilaian kompetensi, maka pada saat kemampuan tidak memenuhi harapan, timbullah konflik. Dengan demikian, tim yang tepat dianggap menjadi bagian penting dari bisnis. Karakter dan kompetensi adalah kunci menuju kemitraan yang sukses.

Saat ini, ada banyak platform yang menawarkan dukungan kepada semua penggiat teknologi dan startup dalam membangun perusahaan sendiri, Menurut Anda apakah cara ini efektif?

Di satu sisi, itu bisa menjadi kendaraan yang sangat efektif untuk perjalanan panjang melalui industri startup. Namun, ini bukan satu-satunya cara untuk menghasilkan ide. Ide bisa ditemukan dimana saja, begitu pula dengan tim dan mitra. Kami dapat bertemu mitra yang tepat dalam sebuah kompetisi, begitu juga di tempat lain. Satu hal yang harus diingat, jangan gegabah mengidentifikasi jaringan kita. Itulah sebabnya kebanyakan startup dibentuk berdasarkan hubungan baik dan relasi yang sudah lama.

Ketika CEO sebelumnya, Achmad Zaky, pensiun dari Bukalapak untuk membuat pusat fondasinya sendiri, apakah Anda melihat diri Anda “lulus” dari Bukalapak dan menjalani bisnis baru?

Berbicara untuk jangka panjang di masa depan, sangat mungkin. Namun pada saat ini, Bukalapak masih menjadi tempat bagi saya untuk menyalurkan semua ambisi sosial saya dan berkontribusi kepada masyarakat. Jika nantinya di masa depan ada peluang bagi saya untuk membuat dampak di perusahaan lain atau bisnis baru. Saya mungkin akan melakukannya di masa depan.


Artikel ini ditulis dalam Bahasa Inggris, diterjemahkan oleh Kristin Siagian

Fajrin Rasyid: From Social Mission to Sustainable Business

This article is a part of DailySocial’s Mastermind Series, featuring innovators and leaders in Indonesia’s tech industry sharing their stories and point of view.

Fajrin Rasyid is one of the familiar names in the startup industry. He’s the President of a leading e-commerce platform in Indonesia. A tech graduate from the high-profile local university, Bandung Institute of Technology. One fine day, he decided to help two of his friends from the same alma mater to create something impactful for people using their tech skills. 

Prior to Bukalapak, Rasyid had experienced working in BCG (Boston Consulting Group), a prestigious consulting firm, before he took off and focus on the business. It’s always been his passion to contribute more for people, especially SMEs throughout this country, and he took the spirit into Bukalapak in order to create more impact in the society.

He used to lead the Financial team, then promoted into the President‘s seat in 2018. During his reign, Bukalapak has grown from a product of social impact initiative to a more sustainable business empowering over 5 million online merchants with 70 million users in all over Indonesia. It is one of Indonesia’s 6 unicorns with a $2.5 billion valuation as stated in DailySocial’s Startup Report 2019.

List of unicorn startups in Indonesia
List of unicorn startups in Indonesia / DailySocial

For more insightful stories from the unicorn’s leader, let’s have a look at the excerpt of his interview with DailySocial team below

Entering the second decade of your career in the digital industry, how would you describe the whole journey?

I was just a student from not-so-big city and not-very-rich family in Pekalongan. However, I have quite a dream to work it out in the tech industry. I used to work in a consulting firm named Boston Group Consulting (BCG), but decided to retire early in order to help my two other friends, Zaky [Sragen], and Nugroho [Karanganyar] to develop business from scratch.

Indonesia has always been a country that heavily relies on the SME industry. Around 60% of the economy comes from SMEs. It was in 2010, we started Bukalapak with a vision to help people, particularly those having a small-medium business in all over Indonesia.

When we started Bukalapak as a product, we also opened a project-based IT consulting service named Suitmedia. It goes very well with Bukalapak, therefore, we focused on it. Overtime, the company received some positive feedback and we started to put numbers as our targets. The social impact initiative becomes a promising business as we spoke about a large potential market.

Have you ever dreamed of being the President of a Unicorn? From CFO (Chief Financial Officer) to President of Bukalapak, do you find any difficulty adjusting?

I used to work at a consulting firm. My job is basically focused on financial terms and helping the company with business strategy. In the process of building Bukalapak, I think I’ve worked on all aspects of a company from financial, marketing to legal compliance. In terms of roles, I think it’s quite common to have shifting or multiple roles on-demand as the company started to mature.

As a co-founder, and after being appointed as the President of Bukalapak, I need to see a wider range of business. There are many plans for collaborations, also meetings with the government’s representative. It is more like an end-to-end job, I should consider all aspects of the company’s business.

Currently, we’re struggling with the Covid-19 outbreak, how’s your view on today’s business landscape amid the pandemic situation in Indonesia?

This is not an ideal situation for everyone. There are many who affected by this pandemic. We talked about all sizes of businesses, yet mostly SMEs. Some product categories are increased by sales, but many others are getting significant drops in business. The online food and health products are part of categories gaining positive results of this national disaster.

photo_2020-04-16_09-43-09
Bukalapak’s team members

Bukalapak, on the other hand, intends to contribute more for those businesses gaining traction from the Covid-19 outbreak can maintain positive results. Also, to help those affected in less fortunate ways to survive amid pandemic and look for collaboration opportunities. We’re currently in a discussion with the government to create a program to help the most affected industry, such as SME.

Do you see how long this pandemic would last? What do you see the future of this industry towards the end of this chaotic situation?

The truth is, I’m not a medical expert, however, from many projections I’ve read, this pandemic might stay for another few months. It depeñds on our behavior towards the pandemic. It requires commitment from everyone to stop this pandemic from spreading faster and wider.

The thing is, some people say the situation will soon get back to the way it was before the pandemic. However, there’s this thing some people called the new normal. Everything we did to survive the pandemic, every sacrifice we made has created a new habit, which can lead into the new normal.

In terms of Bukaplapak, the impact is quite minimal. People are shifting from offline to online. However, this pandemic brings much more harm than benefit and it will affect the whole economic situation. Without a certain source of income, public’s purchasing power will soon decrease and it will affect the e-commerce sector, particularly Bukalapak.

In fact, there are some startups significantly affected by this pandemic and had no choice than to shut down operational business or layoff some employees. What is your thought on this issue?

Again, everyone is affected by this pandemic, either good or bad influence. It depends on how we react to this situation. However, there must be something to it, lessons learned, opportunities available. People should be able to see the way out of this stuck-up situation and come up with ideas to further develop.

As your information, many successful startups today were founded during the 2008/2009 crisis. This could be a momentum, how a standstill situation can encourage people to create something powerful. Hopefully, when the situation finally recovered, a great opportunity awaits. Sometimes, problems create opportunities for solutions.

Over ten-year experience in the industry, working on all aspects on building a startup until becoming the President of a unicorn company. What is the biggest lesson you’ve learned?

This startup industry will make a great impact [especially when you’ve succeeded]. Bukalapak has now managed over 5 million online merchants with over 70 million users. This is quite an achievement. Some people say that this is the fast track [there’s some truth to that] to success, however, it also comes with a big chance of failure. In order to minimize the chance of failure, it requires strong will and big effort to stay in the game.

During your business journey, there must be one, if not too many challenges in building a venture. Would you mind to share some of the hardships?

Every business phase has its own challenge. I previously mentioned how I worked on every aspect of the business as the company started to mature. We used to have no legal temas and I served an opportunity to become a witness in court. There was also a time when the company experienced cash flow issues, therefore, we [founders] had to spare our income in order to pay the employee’s salary. I think most of the build-from-scratch startups have encountered these kinds of hardships.

It also happened, when I nearly lost faith at some point, and felt completely tired. Every phase holds different obstacles. Last year, we’ve had an issue of #UninstallBukalapak. To date, where Bukalapak is at the growth stage, any PR blunder can start a fire and create a big fuss.

Bukalapak's Series B investment by Emtek
Bukalapak’s Series B investment by Emtek

What is your current biggest ambition?

I always have this vision to create an impact for society and my country. This is a seed I plant to Bukalapak, to work further as a platform to support as many people and bridging them to the tech industry. Started from the e-commerce sector, then expanding to offline through mitra Bukalapak. It is yet to reach the end of this business. We’re very optimistic to expand widely to be able to support all layers of society.

How do you feel doing business with friends and have you ever had any emotional conflict between each other?

I’ve known Zaky since high school and our relation escalated over college. It is actually the same as doing business in general. How we react to hardships, trying to pull it together and solve it. Furthermore, without being aware, our environment has affected our judgement. We ended up making something we make something that we believe can solve the existing problem.

Some people only see the emotional side, they might overlook the fact that this is a professional business. When they put aside the competence assessment, the skill didn’t meet the expectation, hence conflict arose. Thus, the right team counts as an essential part of businesses. Character and competence are keys to a successful partnership

Nowadays, there are many platforms offering support to all tech geeks and startup enthusiasts on building a startup, do you think of it as an effective way?

In a way, it can be very effective vehicle for the long journey through the startup industry. However, it’s not the only way to generate ideas. Idea is there in every corner, also team and partners. We can meet the right partners on competition, as well in other places. The most important thing is do not be careless to identify our networks. That is why most startups formed based on good-old relations.

As the previous CEO, Achmad Zaky, retire from Bukalapak to make its own foundation center, do you see yourself “graduate” from Bukalapak and create a new venture?

Speaking for a long term in the future, it’s quite possible. In the current term, Bukalapak is still a place for me to deliver all of my social ambition and contribute to society. If some times in the future there’s an opportunity for me to make an impact in other companies or a new venture. I probably will do it long time in the future.

Lists of Services for SME Empowerment

The SME business has entered a new chapter of competition. Many are using digital services through their business process. A simple one is the use of social media as a promotion channel. Aside from offering a cheaper cost, the campaign is also effective to reach more people in a short period. However, what SME players need to know, there are many other digital services to help them grow business. Here are the list of some products/services to empower the SMEs.

E-Commerce platform

Nowadays, who has never shopped through e-commerce? E-commerce industry and services have quite rapid development for the past 10 years. Many useful features are launched, many beneficial integrations are performed. For business players or SMEs, e-commerce is one option to connect with buyers, wherever they are. In addition, the complaint mechanism has its own marginal advantage, because basically e-commerce puts the safety of sellers and buyers in their ecosystem. Here is the list of some e-commerce platforms:

Transaction system or POS

The POS (Point of Sales) system or service is an important part of a business. It can be very useful for stalls, cafes, restaurants, or in any form related to transaction recording. Today, SMEs or businesses do not need to develop their own software because there are many have provided for them. In the form of SaaS, or simply put, users only have to subscribe to an account. Some providers are even integrated with payment systems and other systems. Users can also manage some lines through one account, monitoring one sale through one dashboard. The following are POS providers that can be used by businesses or SMEs.

Employee Management

One of the challenges of SME business is developing a system to manage employees. There must be a system to record neatly and easy to manage. Since the digital startup industry began to flourish, services offering employee management have risen. Not only the employee profile records, but the offered system can also handle the term of attendance, leave, salary, to managerial forms of other employees. Here are some digital services SME can use to manage their employees.

Logistics

Are you starting an SME business that requires a logistics or warehouse management system? Difficulties in developing a shipping and warehousing system? Having trouble finding the simplest way of shipping goods? All these problems are questions all logistics startups trying to solve. The developed and offered system is the answer, integration and delivery management system are provided to help businesses and SMEs despite the difficulty in the logistics sector. The following is a list of startups that provide digital solutions in logistics.

Financial Management

One of the reasons for businesses or SMEs’ failure is poor financial management. Starting from recording transactions to the whole financing. When paper records are no longer effective and special software is required for an easier and cheaper process, many startups begin to see this opportunity. The following names are found as an integrated financial recording solution, the same goal, helping businesses and SMEs in financial management, therefore, they can focus more on business management and future plans. The following is a list of startups that present financial management solutions for SMEs.

Capital Funding

Capital is an important part of business or SMEs. Not only to start but also to develop. Usually, the bank is one way out for this capital issue. Luckily, there are many options to raise capital with a variety of amounts. Two of them are P2P lending and equity crowdfunding models. One is given a loan, one gets capital by “selling shares” to several investors through a platform. The following is a list to support businesses and SMEs for capital funding.

E-commerce enabler

One of the advantages of digital solutions is integration. When you’ve been given a list of e-commerce platforms that can help SMEs develop their business before, here is a list of services that provide a dashboard or a page to manage sales on various platforms. Complete with data management and features designed to manage massive sales in one place. Often referred to as E-commerce enabler. Here’s the list:

Tax

Everything will eventually go digital. Currently, there is a solution for the tax management process, because there happens to be a startup offering its management services. Once again, this could be one solution for SMEs to pay taxes regularly. Here’s the list:

Chatbot

As an SME business that connects with buyers through online channels, of course, a fast response is mandatory. In addition, informative act and polite language is a must. In the business phase that develops one or two employees will certainly feel difficult, and chatbot turns into a solution. Chatbot is a technology, where there is a system that is able to answer buyers’ chat automatically. Standard questions such as availability, price, and the how-to-purchase issue can be answered in just seconds. This is certainly important for SMEs who need an effective system. Here are some startups that offer easy chatbot development solutions.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Daftar Layanan-Layanan Pendukung Pengembangan Bisnis UKM

Bisnis UKM saat ini memasukin babak baru persaingan. Banyak yang mulai memanfaatkan layanan digital dalam proses bisnisnya. Yang paling gampang terlihat adalah pemanfaatan media sosial sebagai kanal promosi. Selain lebih murah, kampanye juga efektif menjangkau lebih banyak orang di waktu yang relatif lebih singkat. Namun, yang perlu diketahui para pebisnis UKM, ada banyak layanan digital lain yang bisa membantu bisnis berkembang. Berikut kami kurasikan beberapa produk/layanan yang bisa dimanfaatkan oleh UKM.

E-commerce platform

Saat ini siapa orang yang tidak pernah berbelanja melalui e-commerce. Industri dan layanan e-commerce selama 10 tahun terakhir telah berkembang cukup pesat. Banyak fitur bermanfaat diluncurkan, banyak integerasi menguntungkan dilakukan. Bagi para pebisnis atau UKM e-commerce adalah salah satu pilihan untuk bisa terhubung dengan pembeli, di manapun berada. Selain itu, adanya mekanisme aduan atau komplain juga menjadi keunggulan tersendir, karena pada dasarnya e-commerce mengedepankan keamanan penjual dan pembeli di dalam ekosistemnya. Berikut beberapa daftar e-commerce platform :

Sistem Transaksi atau POS

Sistem atau layanan POS (Point of Sales) merupakan salah satu bagian penting dalam bisnis. Bisa untuk warung biasa, cafe, restauran, atau dalam bentuk apa pun yang berkaitan dengan pencatatan transaksi. Sekarang ini UKM atau bisnis tidak perlu melakukan pengembangan software sendiri karena sudah banyak yang menyediakan. Bentuk SaaS, atau sederhananya pengguna tinggal berlangganan akun. Beberapa penyedia bahkan terintegerasi dengan sistem pembayaran dan sistem-sitem lainnya. Pengguna juga bisa mengelola banyak cabang melalui satu akun, memonitor satu penjualan melalui satu dashboard. Berikut pilihan penyedia POS yang bisa digunakan oleh bisnis atau UKM.

Manajemen Karyawan

Salah satu tantangan kesulitan bisnis UKM berkembang adalah mengembangkan sebuah sistem untuk mengelola karyawan yang dimiliki. Sebuah sistem harus dipersiapkan agar tercatat rapi dan tentunya gampang dikelola. Sejak industri startup digital mulai moncer, layanan yang menawarkan pengelolaan karyawan bermunculan. Tidak hanya mencatat profil karyawan, sistem yang ditawarkan juga mampu menangani masalah kehadiran, cuti, gaji, hingga bentuk manajerial karyawan lain. Berikut beberapa layanan digital yang bisa dimanfaatkan oleh UKM untuk mengelola karyawannya.

Logistik

Sedang merintis binis UKM yang butuh sistem manajemen logistik atau gudang?, kesulitan mengembangkan sistem pengiriman dan pergudangan?, masih kesulitan mencari cara paling sederhana proses pengiriman barang?, semua masalah ini adalah pertanyaan yang coba diselesaikan semua startup yang bergerak di bidang logistik. Sistem yang dibangun dan ditawarkan merupakan jawabannya, integerasi dan sistem pengelolaan pengiriman disediakan untuk membantu bisnis dan UKM terlepas dari permasalahan yang melelahkan di sektor logistik. Berikut daftar startup yang menyediakan solusi digital di bidang logistik.

Pengelolaan Keuangan

Salah satu alasan bisnis atau UKM gagal adalah pengelolaan keuangan yang buruk. Mulai dari pencatatan transaksi hingga keuangan secara menyeluruh. Ketika pencatatan kertas tak lagi efektif, dan butuh software khusus yang lebih mudah dan murah banyak startup mulai melihat peluang ini. Hadirlah nama-nama di bawah ini sebagai solusi pencatatan keuangan yang terintegerasi, tujuannya sama, membantu bisnis dan UKM dalam mengelola keuangannya, sehingga mereka bisa lebih fokus pada pengelolaan bisnis dan rencana-rencana ke depannya. Berikut daftar startup yang menghadirkan solusi pengelolaan keuangan bagi UKM.

Pemodalan

Modal adalah bagian penting dari bisnis atau UKM. Tak hanya digunakan untuk memulai tetapi juga digunakan untuk mengembangkan. Biasanya bank menjadi salah satu jalan keluar untuk permasalahan modal ini. Beruntungnya, sekarang banyak sekali pilihan untuk mendapatkan modal dengan berbagai modal. Dua di antaranya adalah model P2P lending dan equity crowdfunding. Yang satu diberi pinjaman, yang satu mendapatkan modal dengan cara “menjual saham” ke beberapa investor melalui platform. Berikut daftar startup yang membantu kesulitan pemodalam bagi bisnis dan UKM.

E-commerce enabler

Salah keuntungan dari solusi digital yang tak bisa dipungkiri adalah integerasi. Jika di awal tadi sudah diberikan daftar platform e-commerce yang bisa membantu UKM mengembangkan bisnisnya, berikut adalah daftar layanan yang meyediakan dashboard atau sebuah halaman yang bisa mengelola penjualan di berbagai macam platform. Lengkap dengan fitur dan manajemen data yang dirancang untuk mengelola banyak kanal penjualan di dalam satu tempat. Sering disebut sebagai E-coommerce enabler. Berikut daftarnya:

Pajak

Semua akan digital pada waktunya. Saat ini proses pengelolaan pajak pun ada solusinya, karena ada startup yang menawarkan jasa pengelolaannya. Sekali lagi, ini bisa jadi salah satu solusi bagi UKM agar tetap tertib membayar pajak. Berikut daftarnya:

Chatbot

Sebagai bisnis UKM yang terhubung dengan pembeli melalui kanal online sudah tentu wajib fast response. Tak hanya itu, informatif dengan bahasa yang sopan adalah suatu keharusan. Dalam fase bisnis yang berkembang satu atau dua pegawai tentu dirasa kesulitan, nah di sini chatbot adalah solusi. Chatbot adalah sebuah teknologi, di mana ada sebuah sistem yang mampu menjawab percakapan pembeli secara otomatis. Pertanyaan standar seperti stock, harga, dan cara pembelian bisa dijawab hanya dalam hitungan detik. Ini tentu penting bagi UKM yang membutuhkan sistem yang efektif. Berikut beberapa startup yang menawarkan solusi pengembangan chatbot dengan mudah.