Empat Startup Indonesia Ikuti Program eFounder Fellowship Asia Angkatan Kedua

Empat startup dari Indonesia terpilih  untuk mengikuti angkatan kedua Kelas Asia dari eFounder Fellowship. Sebuah program hasil kerja sama The United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) dan Alibaba Business School. Ketiganya bersama dengan peserta lainnya dari 11 negara Asia akan mengikuti program intensif selama 14 hari di Tiongkok untuk mendapatkan wawasan dan pengalaman langsung seputar e-commerce dan inovasi-inovasi dari Tiongkok dan berbagai negara dunia.

Program ini diikuti oleh founder startup dari negara-negara Asia seperti Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Vietnam, Kamboja dan Pakistan. Sementara negara yang baru ikut serta dalam angkatan kedua ini adalah Singapura, India, Bangladesh, dan Myanmar.

Para peserta terpilih dari 300 pendaftar dan mewakili berbagai industri termasuk e-commerce, logistik, teknologi finansial, pariwisata dan big data. Setelah lulus program ini mereka akan menjadi anggota eFounders Fellows, sebuah komunitas pengusaha muda eksklusif yang bertujuan untuk mendorong transformasi digital di negara mereka.

Empat orang wakil dari Indonesia adalah, Agung Bezharie dari Warung Pintar, Mario Ronaldo Andrew Mawikere mewakili Bizzy Indonesia, Rade Tampubolon mewakili SociaBuzz, dan Victor Jia Hap Liew mewakili Xfers.

“Kami menilai kemitraan kami bersama Alibaba Business School dalam kegiatan eFounders adalah sebuah model kemitraan yang sukses untuk memenuhi tujuan global. Kami menilai bahwa pengusaha muda, terutama mereka yang terlibat di program ini menunjukkan komitmen yang sangat kuat untuk berkontribusi terhadap dunia. Kami juga mencatat bahwa memperkuat ekonomi digital, membangun daerah pedesaan dan mengikut sertakan kelompok tenaga kerja yang rentan melalui pelatihan di negara-negara berkembang adalah beberapa poin penting sejak peluncuran eFounder Fellowshop tahun lalu,” terang Koordinator program eFounders Fellowshop UNCTAD Ariette Verploegh.

Sebelumnya eFounders Fellowship telah menjalankan tiga kelas. Kelas pertama terdiri dari 24 pengusaha dari Afrika, kelas kedua dengan 37 pengusaha dari Asia Tenggara dan Asia Selatan dan kelas ketiga dengan 29 pengusaha dari Afrika.

Keikutsertaan pengusaha atau founder dari Indonesia ini adalah kali kedua, sebelumnya pada bulan Maret 2018 sembilan wakil startup Indonesia telah mengikuti kelas pertama program eFounder Fellowship untuk Asia.

Vice President of Alibaba Group Brian A Wong mengungkapkan bahwa mereka sangat senang bisa melanjutkan misi untuk mendukung para pengusaha digital dan komunitas dari berbagai belahan dunia termasuk dari Asia. Ia juga mengungkapkan bahwa eFounders Fellowship akan terus berkembang seiring dengan masuknya anggota baru.

“Kam ingin menginspirasi para pengusaha dari berbagai belahan dunia untuk menjadi katalisator dalam mendorong pembangunan digital yang lebih inklusif dan bermanfaat secara ekonomi untuk bisnis mereka sendiri dan masyarakat secara luas, serta menyebarluaskan paradigma dan manfaat digital ekonomi di negara asal mereka,” terang Brian Wong.

Cara Memanfaatkan Strategi Omni Channel yang Efektif

Pengalaman konsumen yang seamless merupakan salah satu alasan mengapa kegiatan pemasaran omni channel saat ini sangat relevan dilakukan. Proses omni channel mulai dari penawaran iklan produk, proses pencarian informasi pelanggan di channel online dan offline, dan pada akhirnya keputusan pelanggan tersebut untuk membeli.

Skema online-to-offline (O2O) saat ini sudah banyak diterapkan marketplace, layanan e-commerce, atau startup adtech. Mengetahui dengan benar bagaimana perjalanan konsumen mendapatkan informasi hingga mendapatkan produk yang diinginkan menjadi proses yang penting.

Memahami cara kerja omni channel

Dalam definisinya, omni channel bisa diartikan sebagai proses atau pengalaman pelanggan yang bisa menggunakan lebih dari satu channel penjualan seperti toko fisik, e-commerce/internet, mobile (m-commerce), social commerce, dan lainnya untuk melakukan riset, membeli, mendapatkan, dan mengembalikan atau menukar barang yang dibeli. Kegiatan ini semakin banyak dilakukan saat ini, ketika penetrasi internet dan smartphone makin meningkat, ditambah dengan maraknya layanan e-commerce yang memberikan pilihan tersebut.

Menurut AVP O2O Business Bukalapak Rahmat Danu Andika, pemasaran omni channel yang efektif harus bisa memahami perilaku sosial konsumen dan menjawab kebutuhan dengan tepat.

“Banyaknya channel yang digunakan tidak serta merta membuat strategi omni channel efektif. Justru sebaliknya ketika kemudahan seringkali menjadi kunci sukses walaupun channel yang digunakan terbatas.”

Menciptakan pengalaman pelanggan secara efektif dan konsisten menjadi lebih penting dibandingkan memberikan banyak pilihan kepada pelanggan. Proses yang seamless sejak awal hingga transaksi harus selalu diperhatikan.

“Yang tidak kalah penting adalah bagaimana integrasi tersebut juga dibarengi dengan proses yang sangat mulus (seamless). Alih-alih terintegrasi namun justru menjadikannya lebih rumit,” kata Rahmat.

Hal senada diungkapkan CEO & Co-Founder SociaBuzz Rade Tampubolon. Ia menyebutkan, perlu diciptakan integrated & seamless customer experience. Oleh karena itu yang paling penting adalah pemahaman mendalam tentang target konsumen terlebih dahulu. Seperti apa perilaku mereka, ekspektasi dan lainnya. Lalu setelah itu bangun strategi pemasaran yang integrated di atas fondasi pemahaman konsumen tersebut.

Omni channel bukan berarti kita harus menggunakan semua channel pemasaran. Namun menggunakan channel yang relevan dengan consumer journey. Experience yang didapat konsumen harus sama, mulai dari looks, feels, tonality, promises, convenience,” kata Rade.

Rade menambahkan, jika bisnis tersebut mengalami keterbatasan sumber daya, tidak wajib menjalankan semua. Fokus satu channel saja namun dengan eksekusi yang tepat.

“Seperti misalnya banyak online shop saat ini yang fokus hanya menggunakan endorsement dari artis dan selebgram saja, tidak menggunakan channel lain, omsetnya bisa luar biasa. Understanding the customer is key, dan kedua fokus tapi all out.”

Di sisi lain, kunci pemasaran omni channel yang ideal adalah aksesibilitas. Hal tersebut, menurut CEO Pomona Benz Budiman, mengharuskan platform omni channel agar lebih kreatif untuk terus mengembangkan entry point dan berada di mana konsumen berada.

“Seperti saat ini, Pomona membuka akses untuk dapat diakses dari aplikasi, mobile browser, dan desktop browser. Jadi para konsumen yang ingin mendapatkan cashback tidak lagi harus memiliki aplikasi. Bisa juga diakses dari mobile browser langsung.”

Skema online to offline yang ideal

Meskipun saat ini sisi online mendominasi kegiatan pemasaran, penjualan, dan pembayaran namun pada akhirnya sisi online tidak akan menggantikan offline. Semua kegiatan pemasaran akan memberikan hasil yang baik jika bisa menggabungkan kemudahan yang ditawarkan secara online dengan proses direct yang ditawarkan secara offline. Penggabungan ini juga dikenal dengan istilah webrooming (online) dan showrooming (offline).

Menurut Marketeers, kedua skenario tersebut merupakan skenario pembelian di era digital pada umumnya. Keduanya menandakan bahwa customer path di era sekarang tidak lepas dari kanal offline dan online konsumen pindah dari satu kanal ke kanal yang lain, baik online maupun offline.

Online to offline akan memadukan pengalaman belanja offline dengan kemudahan yang dihadirkan teknologi. Sehingga, ya, online to offline akan menjadi sangat relevan dengan kebutuhan konsumen saat ini,” kata Rahmat.

Pemasar sebaiknya tidak terlalu fokus ke berbagai channel yang harus ditawarkan kepada pelanggan. Lakukan pendekatan dengan cara yang berbeda dan mengedepankan demand dari konsumen.

“Skema O2O menjadi sangat relevan ketika konsumen sudah melihat [produk di toko offline], sudah mengetahui produknya seperti apa, bahannya seperti apa, namun belum ada keputusan membeli. Konsumen bisa melakukan pembelian melalui [segmen] online jika enggan kembali ke toko,” kata Head of Business Alfacart Viendra Primadia.

“Sebagai pemasar, kategori channel (offline/online) menurut saya tidak perlu menjadi fokus utama. Mata kita harus tetap tertuju ke konsumen, bukan ke channel. Karena kalau fokus ke channel, dan bukan ke konsumen, kita bisa kehilangan arah,” kata Rade.

Rade melanjutkan, channel pasti akan terus mengalami perubahan. Lakukan terus pendekatan kepada konsumen, cari tahu seperti apa perilaku dan ekspektasi mereka. Apakah mengalami perubahan, channel apa yang mereka suka, kemudian sesuaikan strategi pemasaran.

Cara tepat mengukur pemasaran omni channel

Tidak dapat dipungkiri salah satu kunci kesuksesan kegiatan pemasaran adalah dengan menerapkan strategi omni channel. Namun demikian cara untuk mengukur hasil tersebut harus disesuaikan dengan tujuan kegiatan pemasaran yang dilakukan, apakah untuk meningkatkan penjualan, brand awareness, akuisisi pengguna, dan lainnya.

“Selama masing-masing bisnis sudah menentukan north star metric mereka, hal selanjutnya yang bisa dilakukan, tinggal diukur pemasaran apa yang efektif untuk meningkatkan metric tersebut,” kata Rade.

Dalam hal ini, menurut Benz, measurability dan accessibility menjadi ukuran kesuksesan yang memungkinkan pemasaran apapun yang dilakukan jadi lebih terukur dan bisa dikorelasikan dengan ROI masing-masing perusahaan. Jika tahapannya masih membangun brand, awareness adalah metric yang diusahakan.

“Aksesibilitas juga menjadi konsentrasi utama strategi pemasaran omni channel. Semakin kita mempermudah konsumen untuk mengakses dan memakai produk kita, disanalah definisi sesungguhnya dari teknologi omni channel yang mempermudah hidup manusia.”

Sementara itu, menurut Rahmat, ketika kegiatan pemasaran sudah banyak diadopsi masyarakat, hal tersebut juga bisa menjadi pengukur kesuksesan kegiatan pemasaran memanfaatkan omni channel.

“Secara sederhana pertumbuhan transaksi yang terdigitalisasi Itu menunjukkan kemudahan yang dihadirkan pemasaran omni channel telah diadopsi lebih banyak masyarakat yang merasakan kemudahan dan pengalaman yang baik,” kata Rahmat.

Hal senada juga diungkapkan Viendra yang menyebutkan kesuksesan bisa dilihat dari kepuasan konsumen dalam memperoleh experience yang sama baik online maupun offline dan sebagai bisnis tentunya hal tersebut tercermin dengan peningkatan volume penjualan,

“Dengan omni channel, yang tidak terpenuhi di offline bisa dilakukan melalui online, begitupun sebaliknya. Hal tersebut mampu untuk mengurangi tingkat pembatalan pemesanan,” tutup Viendra.

Servolia Releases Online Platform to Find Photographer

SocioBuzz, an endorse service company delivers its new innovation by introducing Servolia, a site to help those who are looking for photographer in a fast way and at affordable price. It is for those millennials who like to capture moments or business in need for photographer.

The CEO & Co-Founder Rade Tampubolon in the press release said the need to take the best and attractive photos is increasing, either for business or millennials. An ineffective searching process and one by one selection from existing portfolios become an obstacle.

“In this current social media era, the need to take the best and attractive photos is increasing, not only for business but also millennials. However, looking for a photographer online has its own challenge where we have to check on every site or social media and contact them one by one to ask for the price list, also negotiate,” Tampubolon explained.

SociaBuzz saw an opportunity to provide solution by introducing Servolia. To those in need for photographer service, only have to enter the site and fill a short questionnaire, furthermore they will get up to five price listings from the interested photographers.

Servolia

So far, there are not much marketplace for photographers. An existing one and quite mature in Indonesia is Frame A Trip, a service for tourists to get easier access for a photographer in a destination cities, including overseas. Either Servolia or Frame A Trip has the same vision, to help consumers, on the other side they also help those photographers in getting easily find and being hired.

Servolia is off with a vision to help customer and photographer. Consumer can easily get a photographer match to the budget, they can review the details of consumer’s need and budget before proposing a deal. Servolia is trying to cut the negotiation oftenly happened between consumer and photographer. Currently, Servolia provides several photography needs such as pre-wedding, products, company profile, traveling and also typical selebgram photos.

“SociaBuzz mission is to advance the creative economy players and creators in Indonesia by using technology. We are making the best effort in realizing our mission by providing products as SociaBuzz, Pixamola (photo selling service) and Servolia,” he said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Servolia Luncurkan Platform Online untuk Mencari Fotografer

SociaBuzz perusahaan jasa endorse mengeluarkan inovasi terbarunya dengan mengenalkan Servolia, sebuah situs yang diperuntukkan untuk mencari jasa fotografi dengan cepat dan terjangkau. Layanan ini ditujukan bagi kalangan millennials yang gemar mengabadikan momen atau bisnis yang membutuhkan jasa fotografi.

Dalam keterangan persnya CEO & Co-Founder Rade Tampubolon mengungkapkan kebutuhan untuk menyajikan foto terbaik dan menarik semakin meningkat, baik untuk kalangan bisnis maupun juga kalangan millennials. Proses pencarian yang kurang efektif dan harus menyeleksi satu per satu dari portofolio yang ada menjadi kendala tersendiri.

“Di era media sosial seperti sekarang, kebutuhan untuk menyajikan foto terbaik dan menarik semakin meningkat, tidak hanya untuk bisnis namun juga kalangan millennials. Namun mencari jasa fotografi yang dibutuhkan di internet memiliki kendala tersendiri di mana kita harus cek berbagai situs atau media sosial suatu per satu menghubungi berbagai fotografer untuk menanyakan biaya, sampai proses negosiasi,” papar Rade.

SociaBuzz melihat adanya peluang untuk menghadirkan solusi dengan menghadirkan Servolia. Sehingga siapa pun yang membutuhkan fotografer tinggal masuk ke situs dan mengisi kuesioner singkat, selanjutnya mereka akan mendapatkan hingga lima penawaran harga dari fotografer yang tertarik untuk bekerja sama.

Servolia

Sejauh ini marketplace untuk fotografer memang belum banyak. Salah satu yang ada di Indonesia dan sudah cukup matang debutnya adalah Frame A Trip, sebuah layanan yang memudahkan wisatawan untuk mendapatkan fotografer di kota-kota yang dituju, termasuk di luar negeri. Baik Servolia maupun FrameATrip memiliki visi yang sama yakni mencoba membantu konsumen, namun di sisi lain mereka sedikit banyak juga membantu mengekspose para fotografer untuk mudah ditemukan dan tentunya di-hire.

Servolia berangkat dengan visi membantu konsumen dan fotografer. Konsumen bisa dengan mudah mendapatkan fotografer yang sesuai dengan budget yang dimiliki, fotografer pun bisa meninjau rincian kebutuhan dan budget konsumen terlebih dahulu sebelum mengajukan ketertarikan kerja sama. Bisa dikatakan Servolia mencoba memangkas proses negosiasi yang kerap terjadi antara konsumen dan fotografer. Untuk saat ini Servolia menyediakan beberapa keperluan fotografi seperti foto prewedding, foto produk, foto company profile, foto traveling, hingga foto ala-ala selebgram.

“Misi SociaBuzz adalah untuk memberdayakan para kreator dan pelaku ekonomi kreatif di Indonesia dengan menggunakan teknologi. Kami terus memberikan upaya terbaik dalam mewujudkannya misi kami dengan menghadirkan produk seperti SociaBuzz, Pixamola (layanan untuk menjual foto) dan Servolia,” papar Rade

“Influencer Marketing Platform” Sociabuzz dan Rencana Bisnis di Tahun 2017

Implementasi media sosial untuk sebuah brand telah membawa cara baru dalam mengembangkan bisnis untuk menyentuh pasar dalam pendekatan yang lebih ramah. Peluang ini dimanfaatkan oleh SociaBuzz yang memposiskan dirinya sebagai influencer marketing platform. Setelah mendapatkan pendanaan awal di tahun 2015 silam, kini SociaBuzz berencana untuk memperluas jaringan influencer mereka yang berasal dari luar Indonesia dan merambah platform media sosial baru di tahun 2017 nanti.

SociaBuzz adalah influencer marketing platform yang pada dasarnya mengusung konsep online marketplace yang menghubungkan bisnis dengan social media influencer. Hal ini bertujuan untuk menciptakan pemasaran word-of-mouth di media sosial seperti Instagram, Blog, Youtube, dan Twitter.

SociaBuzz sendiri sebenarnya sudah hadir sejak 2012 dalam versi beta, tetapi baru berbentuk PT dan operasional secara penuh mulai dari Maret 2015. Sebulan setelahnya, SociaBuzz berhasil mendapatkan pendanaan awal sebesar $62.500 dari angel investor. Adalah Rade Tampubolon yang kini menjabat sebagai CEO dan Eddy Yansen sebagai CTO yang menginisiasi lahirnya SociaBuzz di Indonesia.

Rade mengatakan, Awal terbentuknya SociaBuzz adalah karena masalah yang saya alami sendiri saat masih bekerja di brand dalam menjalankan influencer marketing secara manual. Banyak waktu dan tenaga yang terbuang hanya untuk menjalankan campaign dengan beberapa influencer dan untuk melakukannya dengan banyak lagi akan lebih painful. Maka dari itu, tercetus ide untuk automate semua prosesnya. Lalu saya menghubungi rekan saya Eddy Yansen untuk membuat sebuah influencer marketing platform.”

Pencapaian dan operasional di tahun 2016

Tidak lama setelah mendapatkan pendanaan tahap awal, SociaBuzz sendiri berhasil menjadi salah satu startup terpilih yang berhak untuk mengikuti batch ketiga program akselerator Ideabox. Di tahun 2016, Rade menyampaikan bahwa mereka telah berhasil menyelesaikan program tersebut hingga ke ajang DemoDay. Ini merupakan salah satu pencapaian SociaBuzz di tahun 2016.

Di sisi operasional, Rade juga mengklaim bahwa kini jumlah brand  yang menggunakan layanan SociaBuzz telah mencapai lebih dari 550 brand. Sedangkan untuk jumlah influencer, SociaBuzz berhasil merangkul lebih dari 10.000 akun social media influencer dalam platform mereka.

Terkait dengan monetisasi layanan, Rade mengungkapkan bahwa pihak SociaBuzz akan menerima komisi dari setiap penghasilan yang didapat oleh influencer yang terdaftar. Sementara itu bagi influencer yang ingin bergabung akan ada proses penyaringan secara manual oleh pihak SociaBuzz dengan melihat konten dari masing-masing akun yang ada. Namun, Rade menekankan bahwa siapa saja sebenarnya bisa bergabung dengan Sociabuzz, mulai dari selebriti, selebgram, youtuber, blogger, buzzer, sampai micro-influencer.

Dari sisi advertiser, SociaBuzz menyediakan layanan escrow yang dapat di top-up melalui metode transfer antar bank. Jadi, saat advertiser mempekerjakan influencer, biayanya akan akan ditahan SociaBuzz terlebih dahulu yang kemudian baru diteruskan ke pihak influencer jika pekerjaannya sudah selesai. Sementara kinerja dari para influencer sendiri, menurut Rade, secara umum dapat diukur dengan melihat beberapa parameter seperti engagement dan clicks.

“Secara ROI, studi dari luar membuktikan bahwa untuk setiap $1 yang di spend advertiser, ROI – adalah $6,50. Pengukuran yang umum dilakukan di influencer marketing adalah jumlah engagement yang terjadi [likes, comments, re-tweet, shares], impressions, views, reach, dan clicks,” jelas Rade.

Rencana SociaBuzz untuk tahun berikutnya

Saat ini influencer yang bergabung dengan SociaBuzz kebanyakan memang berasal dari tanah air. Pun begitu, Rade menyebutkan bawah ada beberapa influencer dari luar negeri yang bertanya apakah mereka bisa bergabung di SociaBuzz. Hal ini yang kemudian menjadi rencana selanjutnya SociaBuzz untuk mengarungi tahun 2017.

Rade mengatakan, “Kami berencana untuk menambah influencer dari luar Indonesia [tahun depan]. Kami akan bekerja sama dengan freelancer di negara-negara lain untuk membantu merekrut influencer  untuk bergabung di platform SocaBuzz dan juga melakukan partnership dan integration dengan platform atau network influencer lainnya di negara-negara tersebut.”

“Negara yang ingin kami fokuskan terlebih dahulu adalah yang berada di South East Asian. Namun, kami juga mau tes negara-negara lain karena beberapa waktu lalu sudah ada beberapa influencer dair Italia, Africa, dan lainnya yang menanyakan ke kami apakah mereka boleh bergabung di SociaBuz,” lanjutnya.

Di samping menambah jaringan influencer dari luar Indonesia, Rade juga mengungkapkan bahwa pihaknya akan mulai mencoba menambah jaringan media sosial yang akan terintegrasi. Namun, ini akan disesuaikan dengan kebutuhan advertiser dan juga perkembangan yang ada. Saat ini, menurut Rade, pihaknya tertarik untuk mengeksplorasi kemungkinan di platform seperti Snapchat, LINE, BBM, Pinterest, dan juga Bigo.

Rencana lainnya yang akan dijajaki kemungkinannya adalah penambahan metode pembayaran untuk top-up saldo di rekening escrow yang saat ini baru bisa menerima transfer antar bank. Di samping itu, untuk memudahkan kolaborasi antara advertiser dan influencer, Rade juga ingin SociaBuzz nantinya akan menghadirkan sebuah mobile application.

“Untuk memudahkan kolaborasi antara advertiser dan influencer, kami ingin menghadirkan mobile apps. Selain itu, kami juga ingin menghadirkan layanan atau fitur yang bisa membuat influencer dan content creator lebih menghasilkan dan sejahtera. Saat ini itu semua baru ide saja dan masih perlu kami validasi ke depannya,” ujar Rade.

Sebagai informasi, SociaBuzz sebenarnya tidak sendirian di ranah ini. Masih ada Blogmint, influencer marketing platform asal India, yang juga bermain di kolam yang sama dengan SociaBuzz di Indonesia.

Indosat Umumkan Lima Startup yang Berhak Ikuti Program Akselerator Ideabox Batch Ketiga

Lima startup yang terpilih dalam Ideabox batch 3 / DailySocial

Hari Minggu kemarin (18/10) adalah hari terakhir rangkaian acara bootcamp Ideabox batch ketiga yang berlangsung selama dua hari. Rangkaian acara tersebut diakhiri dengan diumumkannya lima startup yang berhasil lolos seleksi dan berhak mendapatkan kesempatan mengikuti program akselerator Ideabox selama empat bulan.

Continue reading Indosat Umumkan Lima Startup yang Berhak Ikuti Program Akselerator Ideabox Batch Ketiga

SociaBuzz Received Seed Funding from Kudus-Based Angel Investor

The implementation of social media presents new method of business expansion strategy for brands to reach the market more effectively using friendlier approach. SociaBuzz is a social influencer marketing platform that connects brands with influencers in only several clicks. In its press release, SociaBuzz announced $62.500 seed funding it has just sealed from an anonymous Kudus-based angel investor. Continue reading SociaBuzz Received Seed Funding from Kudus-Based Angel Investor