Instagram Hadirkan Fitur Format Video Berdurasi Pendek Reels dan Music di Indonesia

Instagram telah menghadirkan fitur Reels dan akan mulai tersedia untuk seluruh pengguna IG di Indonesia dalam beberapa hari ke depan. Reels memberikan pengalaman yang lebih seru dan baru dalam membuat konten video berdurasi pendek yang dilengkapi dengan audio.

Instagram juga memperkenalkan rangkaian fitur Music di Facebook dan Instagram. Fitur ini menyediakan katalog lagu internasional dan lokal untuk mendukung para content creator dalam mengekspresikan diri mereka secara lebih kreatif.

Pastikan memperbarui aplikasi Instagram terbaru dan kita dapat menemukan, menonton, dan terhubung dengan lebih dari 1 miliar pengguna Instagram secara global melalui tab khusus Reels. Konten video tersebut juga dapat ditemukan di halaman Explore dan dapat dibagikan ke Feed, Stories, Close Friends, maupun dikirimkan secara privat melalui DM.

Untuk membuat Reels, caranya tekan tombol (+) di pojok kanan atas, lalu pilih Reels. Instagram telah menyediakan fitur pengeditan baru yang bisa digunakan seperti menambah musik, durasi video 15 atau 30 detik, kecepatan, efek AR, video layout, hingga berkolaborasi dengan pengguna lainnya melalui fitur Remix. Kita bisa membuat Reels menggunakan berbagai potongan klip video dan menambahkan audio asli maupun lagu yang tersedia di galeri musik Instagram.

Kami sangat senang dapat membawa Reels ke Indonesia. Instagram selalu berupaya untuk mendengarkan aspirasi para kreator dan penggunanya. Berangkat dari sini, kami banyak mendengar bahwa mereka menginginkan sebuah pengalaman membuat dan menonton video berdurasi pendek yang menghibur. Baik kreator konten yang memiliki minat untuk berbagi, maupun seorang pemilik bisnis yang memiliki sebuah cerita untuk dibagikan, Reels membantu mendorong kreativitas pengguna dan membantu mereka menjangkau audiens baru di skala global,” kata Pieter Lydian, Country Director untuk Facebook di Indonesia.

Fitur-fitur yang kami luncurkan hari ini merupakan bagian besar dari masa depan konten hiburan di Instagram. Bersama dengan kehadiran fitur Music di Facebook dan Instagram, kami memberikan banyak cara dan pilihan bagi pengguna Indonesia dalam mengekspresikan diri, mencari hiburan, dan terhubung dengan apa yang mereka sukai,” tambahnya.

Rangkaian fitur baru di Reels sebagai berikut:

  • Remix yang memudahkan pengguna untuk membuat video Reels versi mereka sendiri dan menyatukannya dengan Reels yang sudah ada.
  • Mengelola suara atau menambahkan audio dengan fitur Voiceover yang memungkinkan menambahkan suara sendiri dan Mixed Audio untuk menambahkan suara disertai lagu latar belakang.
  • Tab Reels untuk memberikan panggung yang lebih besar bagi para kreator dalam membagikan video menarik mereka dan memudahkan audiens global untuk menemukan konten mereka.
  • Menambahkan kemampuan menyimpan suara di fitur editing, fitur Share Audio Pages agar pengguna dapat membagikan seluruh Reels yang menggunakan bagian spesifik dari sebuah lagu melalui DM, dan Audio Browser untuk menemukan musik dari tab For You dan Trending.
  • Efek AR yang membantu mempercantik konten Reels, pengguna dapat memilih untuk menggunakan filter menyenangkan dari Instagram atau mencari filter favorit mereka di “Cari Efek”.
  • Tag Branded Content, kreator dapat menginformasikan konten hasil kerja sama dengan sebuah brand secara transparan dan Shopping di Reels ke negara-negara yang telah memiliki akses terhadap fitur Shopping secara global.

Pengguna di Indonesia kini memiliki akses terhadap fitur Music di Instagram dan Facebook, sehingga mereka dapat mengekspresikan diri dengan cara baru. Misalnya menambahkan musik dan lirik ke Reels mereka atau menambahkan stiker Music di Stories Instagram dan Facebook untuk menambahkan lagu soundtrack yang tepat pada setiap momen yang dibagikan. Untuk turut menyambut dan merayakan kehadiran Reels dan Music di Indonesia, Instagram mengajak pengguna di Indonesia untuk mencoba format video berdurasi pendek ini dan membagikannya dengan tagar #TampildiReels.

EU Social DigiThon, Ajang untuk Wujudkan Solusi Digital bagi Kelompok Rentan

Pandemi Covid-19 memberikan dampak yang besar bagi kehidupan kita saat ini, terutama berbagai aspek sosial, ekonomi, dan mobilitas. Mulai dari sekolah, pekerjaan, hingga kegiatan jual-beli, semuanya terpengaruh oleh pandemi. Bahkan, pandemi juga mengakibatkan resesi ekonomi dan krisis sosial di beberapa negara.

Kondisi yang berkepanjangan dan serba membatasi ini membuat beban hidup semakin besar bagi mereka yang termasuk dalam kelompok rentan, yaitu: anak-anak, perempuan, lansia, dan penyandang disabilitas. Fakta-faktanya sangat memprihatinkan. Salah satunya adalah meningkatnya angka perkawinan anak, sejalan dengan terhentinya banyak kegiatan ekonomi yang mengakibatkan meningkatnya pengangguran di Indonesia, akibat Covid-19. Perkawinan anak dijadikan solusi cepat untuk meringankan beban ekonomi yang memburuk selama pandemi (Sumber: KataData.co.id, Januari 2021).

Selain itu, sekolah dari rumah menuntut anak-anak untuk menyesuaikan diri dengan gaya belajar baru. Dalam hal ini, platform dan implementasi pembelajaran online tidak selalu mampu mengakomodasi keragaman kebutuhan serta kemampuan anak-anak Indonesia untuk belajar, dan justru seringkali mempersulit mereka untuk mengikuti pelajaran dari rumah. Meningkatnya kemiskinan yang dipicu oleh pandemi juga melebarkan kesenjangan kemiskinan berbasis gender. Perempuan lebih berpotensi terjerumus ke dalam jurang kemiskinan ekstrem dibandingkan laki-laki.

Fakta lain mengungkapkan bahwa ada peningkatan kekerasan berbasis gender (khususnya kekerasan seksual dan psikis) terhadap perempuan dewasa dan anak-anak perempuan di Indonesia. Di tengah upaya anak-anak untuk lepas dari kecemasan, terdapat kerentanan atas kekerasan yang juga meningkat.

Sementara bagi para penyandang disabilitas, survei yang baru-baru ini diselenggarakan oleh Jaringan Disabilitas Indonesia (JDI) menunjukkan bahwa hanya sekitar 60% penyandang disabilitas yang punya cukup akses terhadap informasi tentang Covid-19 dan cara untuk mencegah infeksi dari virus ini.

Sebenarnya, masih banyak masalah lain yang dihadapi oleh kelompok rentan terkait dampak Covid-19 ini. Kita dapat berkontribusi untuk mencari solusi yang dapat memudahkan hidup mereka, untuk melindungi mereka, atau membuka jalan keluar. Kontribusi ini dapat diwujudkan melalui ide-ide inovatif, kreativitas, teknologi digital berbasis internet, dan keberanian untuk menghasilkan terobosan baru.

Untuk mewadahi berbagai ide dan kreativitas tersebut, Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia menyelenggarakan kompetisi bertajuk EU Social DigiThon “Aksi Muda Untuk Perubahan” sebagai ajang untuk melahirkan berbagai solusi berbasis teknologi atau digital yang bisa membantu kelompok rentan tersebut. EU Social DigiThon tidak hanya membuka kesempatan untuk mengaktualisasikan diri dan mewujudkan gagasan, tetapi juga dapat menjadi ajang untuk memperluas jejaring dan akses internasional. Terlebih jika produk yang dikembangkan benar-benar dapat digunakan untuk membantu memecahkan masalah di sekitar.

Tiga pemenang nantinya berhak atas penghargaan dukungan dana untuk membantu mewujudkan solusi yang ditawarkan dengan bimbingan dari pakar perwakilan Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia. Pendaftaran dibuka sampai 21 Februari 2021, jadi jangan sampai ketinggalan, ya. Segera lakukan registrasi lewat link berikut: digithon.app

BBM Closes Down Headquarters in Singapore and Canada

Creative Media Works (CMW), BBM’s parent company, confirmed the closing of Singapore and Canada’s headquarters as an effort to improve efficiency. Although, the company make sure that the business will run as per usual.

Hermawan Sutanto, BBM’s COO said to DailySocial, the step taken is to affect all employees in Singapore and Canada as layoff. There are 120 employees affected by this.

There’s no plan to cut employees in Jakarta branch. However, based on a trusted source, there will be outsourcing employees to help other platform development in Emtek Group.

BBM is reportedly underachieved the expected growth throughout 2018. The restructuring should reduce the costs for operations, while exploring the right business model for the messaging platform managed by Emtek Group since 2016.

Emtek Group partnership with Blackberry for BBM is worth of $207.5 million (more than 2.7 trillion rupiah at the current rate) within six years – to 2022.

BBM is now positioned as super app with integration of payment (Dana), shopping (Bukalapak), and entertainment platform (Vidio, game, komik).

According to App Annie, BBM is not included in five best app, based on the average of monthly active users, in Social and Communication category throughout 2018.

We didn’t get the latest data of BBM’s active users, both global and in Indonesia. In 2016, when CMW took over BBM, it is said to have 60 million active users in Indonesia.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

BBM Tutup Kantor di Singapura dan Kanada

Creative Media Works (CMW), perusahaan pengelola BBM, mengonfirmasi penutupan kantor di Singapura dan Kanada sebagai usaha meningkatkan efisiensi. Meskipun demikian, perusahaan mengklaim operasional BBM tetap akan berjalan seperti biasa.

Kepada DailySocial, COO BBM Hermawan Sutanto menyebutkan, langkah restrukturisasi ini akan mempengaruhi seluruh karyawannya di Singapura dan Kanada dalam bentuk layoff. Ada sekitar 120 karyawan yang terdampak atas proses ini.

Tidak ada rencana pengurangan pegawai di kantor Jakarta. Meskipun demikian, menurut sumber DailySocial, disebutkan bakal ada karyawan yang dialihdayakan untuk membantu pengembangan platform lain di dalam Emtek Group.

BBM sendiri dikabarkan tidak mencapai pertumbuhan yang diharapkan sepanjang tahun 2018. Restrukturisasi tersebut diharapkan bisa mengurangi biaya yang harus dikeluarkan untuk operasional, sambil mencari model bisnis yang tepat untuk platform messaging yang dikelola Emtek Group sejak tahun 2016 ini.

Kemitraan Emtek Group dan BlackBerry untuk BBM bernilai $207, 5 juta (lebih dari 2,7 triliun Rupiah dengan kurs saat itu) dalam jangka waktu enam tahun — hingga tahun 2022.

BBM saat ini diposisikan sebagai sebuah super app dengan integrasi terhadap platform pembayaran (Dana), platform belanja (Bukalapak), dan platform hiburan (Vidio, game, komik).

Menurut data App Annie, BBM tidak termasuk dalam lima aplikasi terbaik, berdasarkan rata-rata pengguna aktif bulanan, di kategori Sosial dan Komunikasi sepanjang tahun 2018.

Kami tidak mendapatkan data terbaru tentang pengguna aktif BBM, baik secara global maupun di Indonesia. Di tahun 2016, ketika pengelolaan BBM diambil alih CMW, disebutkan ada sekitar 60 juta pengguna aktif BBM di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Tentang Crowdfunding, Kejadian “Cak Budi” dan Penegasan UU Pengumpulan Donasi

Kasus “Cak Budi” yang terindikasi menggunakan dana patungan untuk pembelian mobil dan gadget mewah beberapa waktu lalu tampaknya akan berdampak serius pada tatanan model pendanaan crowdfunding di Indonesia. Kendati sudah ada klarifikasi dari Kitabisa sebagai salah satu platform yang digunakan untuk mengumpulkan dana dan klarifikasi informasi pengembalian dana untuk disalurkan ulang, namun kejadian ini menjadikan publik kembali harus berpikir dan mempertimbangkan risiko sistem social-crowdfunding untuk pendanaan kegiatan sosial.

Pun demikian dengan Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, sesuai keterangan yang dikutip Kompas, ia menegaskan kembali tentang poin yang tertera pada UU No. 9 Tahun 1961 tentang Pengumpulan Uang dan Barang dan PP No. 29 Tahun 1980 tentang Pelaksanaan Pengumpulan Dana. Selain masalah sosialisasi UU, Khofifah turut menegaskan kembali tentang siapa yang berhak melakukan pengumpulan dana dalam kegiatan sosial.

“…yang boleh mengumpulkan bantuan sumbangan uang atau barang untuk layanan kesejahteraan sosial itu organisasi atau perkumpulan sosial, tidak bisa pribadi…,” ujar Khofifah.

Sementara organisasi masyarakat harus memenuhi beberapa kriteria dalam mencapai legalitasnya. Salah satunya harus didaftarkan ke Kementerian Hukum dan HAM. Dan jika organisasi tersebut akan bergerak di bidang sosial, seperti melakukan pengumpulan dana kepada masyarakat Indonesia secara umum, maka wajib mendaftarkan juga ke Kementerian Sosial.

Secara teknis menurut Pengelolaan Sumber Dana Bantuan Sosial Kemensos Mira Riyati Kurniasih pemrosesan izin akan sangat disesuaikan dengan ruang gerak organisasi. Jika organisasi sosial tersebut menghimpun dana dari masyarakat nasional, maka izinnya pun harus langsung dari Kemesos. Sedangkan ketika berada di ranah kabupaten atau provinsi, izin bisa didapat dari dinas terkait di daerahnya masing-masing dengan melampirkan data kepanitiaan, SIUP, NPWP, dan sebagainya.

Kondisi berbeda pada capaian sistem Kitabisa

Sepanjang tahun 2016, platform crowdunding Kitabisa berhasil membukukan donasi senilai Rp61 miliar, naik tujuh kali lipat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dana tersebut dikumpulkan melalui lebih dari 3 ribu kampanye penggalangan dana online yang melibatkan 192 ribu donatur. Salah satu penggalangan dana terbesar di tahun tersebut adalah pembangunan masjid Chiba Jepang dengan nilai mencapai Rp3,2 miliar dan aksi tanggap bencana banjir bandang di Garut sebesar Rp883 juta. Beberapa tokoh publik –mulai artis sampai pejabat, turut menginisiasi beberapa kampanye di Kitabisa.

Capaian tersebut tentu berbanding terbalik dengan pernyataan pihak Kemensos di atas. Model penggalangan dana yang dilansir Kitabisa membebaskan siapa saja (perorangan) untuk bisa melakukan penggalangan dana. Untuk menanggapi hal tersebut, kami mencoba berdiskusi dengan CMO Kitabisa Vikra Ijas.

Vikra mengungkapkan bahwa pihaknya menghormati apa yang diungkapkan Menteri mengacu kepada UU pengumpulan uang dan barang tahun 1961. Namun menurut pemaparan Vikra, Kemensos sendiri sudah menunjuk tim perumus dan sedang dalam proses melakukan revisi terhadap UU tersebut agar menyesuaikan dengan situasi yang ada hari ini, masyarakat (termasuk individu) dapat dengan mudah membuat penggalangan dana berskala publik melalui media sosial dan internet.

Untuk menyiasatinya dengan kondisi saat ini, Vikra mengatakan strategi yang akan digalakkan Kitabisa:

“UU yang ada secara spesifik mengatur penggalangan dana berskala publik. Sementara penggalangan dana yang bersifat terbatas, seperti di dalam komunitas tertentu maka tidak memerlukan izin. Ke depan, Kitabisa akan menekankan peran sebagai ‘alat bantu’ untuk menjaga transparansi bagi individu yang ingin menggalang dana kepada jaringan/komunitas mereka sendiri (peer-funding). Untuk galang dana yang sifatnya publik, Kitabisa hanya akan meng-endorse campaign yang diinisiasi atau penyaluran dananya ditujukan/ditangani oleh lembaga/organisasi berbadan hukum dan berizin seperti ACT, BAZNAS, Dompet Dhuafa, PMI dan sebagainya.”

Lalu terkait dengan kasus Cak Budi –kendati Kitabisa sudah merilis klarifikasi resmi—Vikra turut menuturkan pihaknya akan terus meningkatkan sistem dan SOP verifikasi identitas, pencairan dana dan pelaporan dari campaigner (pihak yang menggalang dana).

“Tanpa platform Kitabisa pun masyarakat (termasuk individu) sudah menggalang dana sendiri secara, baik offline maupun online melalui media sosial. Kitabisa hadir untuk membantu proses penggalangan dana yang dilakukan masyarakat selama ini menjadi lebih transparan dan termonitor. Pada akhirnya, kami percaya platform Kitabisa ada agar setiap orang dapat membantu siapa saja/apa saja yang mereka peduli, serta menciptakan ekosistem giving yang inklusif, aman dan nyaman untuk semua.”

Esensi crowdfunding adalah demokratisasi pendanaan

Crowdfunding sendiri merupakan salah satu hasil manis dari pemanfaatan internet. Mulai banyak diperbincangkan sejak tahun 2006, crowdfunding merupakan praktik penggalangan dana dari sejumlah besar orang untuk memodali suatu proyek atau usaha yang umumnya dilakukan melalui medium digital. Salah satu keunggulan sistem ini setiap orang bisa berpartisipasi, baik sebagai penyalur dana ataupun pemberi dana.

Di Indonesia sendiri model konvensional untuk urun dana dalam kegiatan sosial sudah dipraktikkan sejak lama. Sangat mudah ditemui, misalnya ketika terjadi bencana alam, banyak organisasi atau perusahaan (cth. pertelevisian) membuka kegiatan amal sebagai penyalur dana.

Jika ditelaah lebih lanjut, manfaat dari sistem berbasis crowdfunding bisa dikatakan sangat efisien saat ini. Karena pada dasarnya setiap orang bisa menderma untuk kegiatan sosial. Platform crowdfunding menjembatani model tersebut sehingga lebih transparan, terkontrol dan mudah disebarluaskan.

Kejadian Cak Budi mungkin bisa menjadi pelajaran bagi penyedia platform untuk memperbaiki alur sistem yang dimiliki, sehingga meminimalkan terjadinya penyelewengan, namun bukan berarti kegiatan seperti ini dibatasi. Nyatanya banyak yang akhirnya tergerak dan bersimpati, karena untuk berkegiatan sosial kini mendapatkan wadah yang nyaman.

Jangan sampai karena nila setitik rusak susu sebelanga.

Kitabisa Sampaikan Tren Prositif Layanan Crowdfunding di Indonesia

Platform crowdfunding Kitabisa mengumumkan sepanjang tahun ini berhasil mengumpulkan donasi sebesar Rp 61 miliar, naik tujuh kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya yakni Rp 7,2 miliar. Adapun rincian pengelolaan dana tersebut Kitabisa mewadahi 3.227 kampanye dan menghubungkan 192 ribu donatur, dengan rata-rata donasi per orang sebesar Rp 289 ribu.

Penggalangan dana terbesar yang berhasil dihimpun oleh Kitabisa adalah masjid Chiba Jepang dengan nilai mencapai Rp 3,2 miliar. Untuk kampanye populer lainnya, seperti bencana & kemanusiaan di Garut ketika banjir bandang sebesar Rp 883 juta dan banjir Sumedang Rp 203 juta. Ada juga untuk bantuan medis perjuangan tumor otak di perantauan sebesar Rp 471 juta.

Kemudian terkait isu nasional misalnya donasi untuk dukungan Rio Haryanto sebesar Rp 273 juta, dan kegiatan lain seperti Shelter Garda Satwa Indonesia sebesar Rp 285 juta.

Pencapaian yang drastis ini turut membuat pihak Kitabisa jadi semakin yakin untuk prospeknya di tahun depan. CMO Kitabisa Vikra Ijas mengatakan, tren crowdfunding di 2017 akan semakin cerah karena mulai dari meningkatnya awareness penggunaan platform crowdfunding itu sendiri.

Masyarakat akan makin memperbanyak kampanye crowdfunding sosial yang sifatnya mikro atau personal. Misalnya untuk membantu teman yang butuh bantuan biaya pengobatan atau terkena musibah.

Kemudian semakin banyak cara kreatif yang digunakan untuk melakukan crowdfunding, contohnya menggunakan momentum ulang tahun, melakukan tantangan pribadi seperti lari marathon, cukur rambut, dan menawarkan hadiah unik untuk donatur.

“Ditambah lagi, tren ke depannya akan semakin banyak tokoh publik yang menggunakan influence dari mereka untuk membantu sesama seperti yang dilakukan Ridwan Kamil untuk korban banjir Garut dan Sumedang pada beberapa waktu lalu,” ucapnya kepada DailySocial, Kamis (29/12).

Sementara dari sisi donatur, sambung Vikra, tren kategori crowdfunding seperti biaya media, religi dan bencana alam atau kemanusiaan masih akan menjadi terpopuler ke depannya. Kemudian disusul dengan kategori pendidikan dan menolong hewan, kedua kategori ini diprediksi juga bakal tumbuh pesat.

Kitabisa juga berkomitmen untuk terus meningkatkan performa dan fungsionalitas platform agar makin mudah diakses oleh semua orang. Pihaknya juga akan terus melanjutkan fokus berinovasi di sektor zakat.

Fitur barunya ini, sudah diluncurkan sejak Juni 2016 yang lalu dengan menggandeng tiga badan pengelola zakat, yaitu Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), Dompet Dhuafa, dan Rumah Zakat.

“Dengan potensi zakat mencapai Rp217 triliun per tahun, kami percaya optimalisasi zakat dapat menjadi jembatan menuju kesejahteraan sosial yang merata bagi rakyat Indonesia,” pungkas Vikra.

Infografis laporan penggalangan dana online Kitabisa di Indonesia selama 2016 / Kitabisa
Infografis laporan penggalangan dana online Kitabisa di Indonesia selama 2016 / Kitabisa

 

The Team Behind Harpoen Wants to Make Maps Social Through Mapiary

In March 2012, J.P Ellis, Agatha Simanjuntak-Ellis, and Ty Kroll launched an iPhone app called Harpoen which allows people to leave digital notes around town, viewable only from within the app. Two versions and one International award later, the trio is preparing a spinoff of Harpoen called Mapiary, a map service that lets people create custom maps for various purposes.

Continue reading The Team Behind Harpoen Wants to Make Maps Social Through Mapiary

Music Sharing App Social Play Launches on BlackBerry 10 and iOS

About a week ago, Hore Network (read as ho-ray) released a music sharing app called Social Play which allows you to share on Twitter the songs you listen to and the playlists you created. You can’t listen to the songs, but you’ll likely to discover songs that you might like. The app comes with an accompanying website which shows what is currently playing across its entire user base.

Continue reading Music Sharing App Social Play Launches on BlackBerry 10 and iOS

South Korean Kakao Game Launches Globally

Kakao, the South Korean company behind Kakao Talk mobile messaging platform, has just announced the global launch of Kakao Games through a press release. Kakao Game is a social game platform linked to Kakao Talk messenger which allows friends to play games with or against each other connected using the messenger platform. The company claims that Kakao Game is the first to successfully combine and monetize a social platform and a gaming platform to a profitable level.

Continue reading South Korean Kakao Game Launches Globally

[Guest Post] Apakah Multiply Meninggalkan Unsur Sosial?

Hanya terpaut satu tahun ketika saya menuliskan tentang dua faktor yang membuat aplikasi berbasis internet bisa sukses di Indonesia: mobile dan sosial. Multiply, sebuah layanan jejaring sosial, mendirikan kantor Asia Tenggara (SEA) di Jakarta tahun lalu, setelah mengubah arahan perusahaan mereka ke bisnis e-commerce. Langkah ini menjadikan Multiply sebagai situs jejaring sosial yang unik: “Sharing & Shopping with your Friends” (seperti yang tertulis di halaman muka situsnya).

Continue reading [Guest Post] Apakah Multiply Meninggalkan Unsur Sosial?