Peter Lydian Sutiono Appointed as Facebook Indonesia’s Country Director

Today (9/9) Facebook announced Peter Lydian Sutiono as a Country Director for Facebook Indonesia. It was previously held by Sri Widowati until he left for a carrier at Unilever Indonesia as the Chief Digital Transformation.

Peter will be in charge to lead the business operation in Indonesia. It includes giving opinion and support for brands to achieve targets through social media channels. He is to focus on providing value and greater support for the global and local business through various industries like e-commerce, consumer goods, financial service, and telco.

“I’m glad to have joined Facebook and expecting collaboration to make use of our investment for better support in Indonesia’s business and communities. Facebook made a commitment to allow its users (Facebook, WhatsApp and Instagram) to use technology in improving welfare and contribute to the future of Indonesia,” he said.

Previously, Peter is quite experienced for years in leading tech-business. He was the Managing Director at Dell Indonesia, he also used to be the Public Sector Director in Microsoft Indonesia. Before Facebook, he was the President Director at Finmas fintech startup.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Peter Lydian Sutiono Ditunjuk Jadi Country Director Facebook Indonesia

Hari ini (09/9) Facebook mengumumkan penunjukan Peter Lydian Sutiono sebagai Country Director untuk Facebook Indonesia. Sebelumnya posisi tersebut dipegang oleh Sri Widowati, sebelum akhirnya mengundurkan diri untuk melanjutkan karier di Unilever Indonesia sebagai Chief Digital Transformation.

Peter akan bertugas memimpin kegiatan bisnis di Indonesia. Termasuk memberikan masukan dan dukungan bagi brand untuk mencapai target pertumbuhan melalui kanal media sosial. Ia juga akan fokus untuk mendorong nilai serta dukungan yang lebih besar untuk bisnis internasional maupun di Indonesia dalam berbagai industri seperti e-commerce, consumer goods atau produk konsumen, layanan finansial dan teknologi atau telekomunikasi.

“Saya senang bisa bergabung dengan Facebook dan menantikan kerja sama dengan tim untuk mengembangkan investasi kami agar dapat memberikan dukungan yang lebih baik bagi bisnis dan komunitas di Indonesia. Facebook memiliki komitmen untuk memungkinkan orang-orang yang menggunakan Facebook, WhatsApp dan Instagram memanfaatkan kekuatan teknologi guna memajukan kehidupan mereka serta memberikan kontribusi bagi masa depan Indonesia,” sambut Peter.

Sebelumnya Peter sudah berpengalaman bertahun-tahun memimpin bisnis teknologi. Ia pernah menjabat sebagai Managing Director untuk Dell Indonesia, selain itu juga sebagai Public Sector Director di Microsoft Indonesia. Sebelum berpindah ke Facebook, ia berkarier di startup fintech Finmas sebagai Direktur Utama.

Application Information Will Show Up Here

Segera Diluncurkan, Dailyact Mencoba Saingi Instagram dan Facebook

Dailyact menjadi calon penantang baru sebagai aplikasi media sosial di Indonesia. Startup lokal ini dibuat dengan asumsi media sosial yang ada sekarang belum cukup mumpuni mewadahi kreativitas pengguna.

Pendiri dan CEO Dailyact Mario Michael Setiawan bercerita, ia sudah mengembangkan layanan ini sejak 2017. Mario menekankan aplikasi buatannya ini sebagai tempat berbagi pengalaman berdasarkan keahlian atau hobi.

“Karena setiap orang punya kelebihan masing-masing, kita coba push iin di dalam aplikasi media sosial kita agar pengguna mengedepankan apa yang mereka sukai atau ahli,” ujar Mario dalam perkenalan produknya di Hotel Pullman, Central Park, Jakarta.

Meski aplikasi ini baru akan diluncurkan pada 21 Agustus nanti, ada sejumlah fitur yang mereka gadang-gadang bakal jadi pembeda dari media sosial lain. Misalnya adalah fitur Indicator sebagai kategorisasi kegiatan yang akan diunggah ke dalam platform dan My Favorite Things sebagai fitur kolom yang memuat hal-hal yang disukai pengguna.

Selain itu, ada juga fitur Admire yang berfungsi seperti fitur “follow” pada Instagram tapi satu lapis lebih tinggi dan Collection sebagai tempat kurasi konten yang dapat dilihat para pengikut suatu akun.

Secara tampilan, desain antarmuka Dailyact sedikit banyak menyerupai Instagram. Penuturan Mario pun menyiratkan aplikasinya ini adalah alternatif dari media sosial semacam Instagram yang identik dengan kultur influencer.

Tampilan aplikasi Dailyact
Tampilan aplikasi Dailyact

“Kasar katanya, kita dapat lebih mengenal sosok profil melalui Dailyact, seperti apa orangnya, apa kesukaannya. Dari sana kita bisa lebih akurat ke target market-nya,” imbuh Mario.

Pendanaan untuk startup ini masih bootstrap. Meski masih dalam rencana, mereka juga berniat memonetisasi layanannya. Mereka melihat potensi tersebut ada di fitur My Favorite Things yang dapat membantu pengiklan menjangkau target pasarnya.

Dailyact saat ini masih digawangi 18 orang. Kendati begitu, mereka berani menargetkan aplikasinya dipakai oleh sejuta pengguna hingga akhir tahun ini.

Dailyact bukan satu-satunya upaya warga lokal menyaingi popularitas media sosial mapan seperti Facebook, Instagram, Twitter, atau Snapchat. Yogrt, Oorth, Sebangsa, atau Mindtalk, adalah contoh media sosial buatan lokal yang mencoba unjuk gigi.

Dari beberapa nama di atas, mungkin hanya Yogrt yang sanggup menembus jutaan pengguna meskipun secara keseluruhan popularitasnya tetap mungil dibanding media sosial raksasa lainnya.

Riset Wearesocial-Hootsuite pada Januari 2019 menunjukkan pengguna media sosial di Indonesia mencapai 150 juta atau 56 persen dari total populasi. Data tersebut menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan pengguna media sosial terbesar di dunia.

Aplikasi Komuter Sediakan Platform Jejaring Sosial Berbasis Transportasi Publik

Menjalin interaksi melalui media sosial/jejering digital mungkin sudah menjadi salah satu budaya masyarakat Indonesia. Peluang ini ditangkap Komuter dengan menghadirkan platform social network yang dibalut dengan pengalaman menggunakan transportasi commuter dan MRT. Di platform ini, pengguna bisa berinteraksi berdasarkan lokasi stasiun, mulai dari membahas kendala kereta, stasiun atau topik-topik lainnya.

Hadir pertama kali pada tahun 2013 Komuter terus mengalami perkembangan hingga pada akhirnya dikembangkan kembali pada tahun 2018 dan diresmikan tahun ini. Tim Komuter yang baru terdiri dari Gage Batubara sebagai CEO, Firnas Nadirman sebagai CTO, dan Dewi Kartika Rahmayanti sebagai Marketing & Community Development.

“Komuter dibangun untuk membuat aktivitas bertransportasi publik menjadi lebih nyaman sehingga mendorong orang untuk berpindah moda dari kendaraan pribadi.  Kenyamanan bertransportasi publik di Jabodetabek didasarkan pada kesiapan sarana dan prasarana pendukung, antara lain adanya informasi yang bisa diakses oleh publik, terutama soal jadwal. Selain itu, dengan memperhatikan bahwa masyarakat Indonesia suka berkumpul untuk memberikan rasa aman dalam bertransportasi publik, maka ada fitur di mana pengguna bisa berinteraksi dengan pengguna lainnya,” jelas Dewi.

Saat ini aplikasi Komuter baru tersedia untuk pengguna iOS, sedangkan untuk platform Android masih dalam tahap pengembangan. Di versi terbarunya, Komuter menambahkan fitur Eksplor. Fitur ini memungkinkan pengguna mendengarkan podcast yang dikurasi tim editor. Topik yang dihadirkan  bervariasi, mulai dari transportasi publik, gaya hidup, hobi hingga self development.

“Penambahan fitur Eksplor akan terus dikembangkan. Pada saat ini Komuter baru mampu mengakomodir podcast, tapi tidak menutup kemungkinan bahwa di masa depan, Komuter akan berkolaborasi dengan pihak lain untuk mengakomodir kebutuhan lain seperti penambahan artikel atau informasi yang menarik dan bermanfaat bagi para pelaju atau para commuter,” jelas Gage Batubara.

Pada dasarnya Komuter dikembangkan untuk membuat aktivitas bertransportasi lebih nyaman sehingga mendorong orang untuk berpindah moda dari kendaraan pribadi. Gage lebih lanjut berharap, dengan hadirnya fitur-fitur baru dari Komuter ini dharapkan para pengguna transportasi publik bisa lebih mudah menemukan informasi yang dibutuhkan sehingga membuat perjalanan menjadi lebih nyaman.

Startup yang masih bersifat bootstrapping dan sedang menjajaki kemitraan dengan beberapa investor ini tengah berusaha untuk menambah pengguna dan juga berusaha menjalin kolaborasi dengan komunitas pengguna transportasi publik.

Pinterest Opens New Office in Singapore, Focusing on India and Southeast Asia

Pinterest officially launched an office in Singapore focusing on India and Southeast Asia coverage. The new space is part of its growing business in the Asia Pacific. Indonesia counts as an essential market due to the rapid growth of the digital economy.

Pinterest’ India & Southeast Asia Country Manager, Ayumi Nakajima said to DailySocial, “With our team based in Singapore, we’ll provide more significant experience for India & Southeast Asia user base.”

“We have a growing and very enthusiast user base in the Asia Pacific, and a big opportunity for business to connect with their audiences on Pinterest, which actively consider when to buy or do things. This is our main objective in deciding to launch an office in the Asia Pacific that includes India and Southeast Asia,” she added.

The opening of a new office in Singapore began their journey in this area, including Indonesia. On Pinterest objectives, Indonesia counts as an essential market because many of its population has been using Pinterest for inspiration of various moments.

One of the strategies to implement in India & Southeast Asia, including Indonesia, is to help brands, publishers, and producers to involve with audiences on Pinterest.

“The more local content we have on Pinterest, the more experience for people to find relevant ideas, and it’s important for content creators to interact more with audiences. We wish to have more partners in this area and create a more relevant experience for all users in India & Southeast Asia,” Nakajima added.

Facts of Pinterest users in Indonesia

During last year, Pinterest users in Indonesia are attracted to ideas about food, home decor, fashion, travel, and tourism. Pinterest views the local interest are kind of vary.

In June 2018 to June 2019, “Korean recipe” food search has increased by 78%, almost on the same level as the “modern kebaya” fashion and beauty ideas that reaches 58%.

The rising trend of “minimalist” home decor ideas and “Korean” travel recommendation with over a 100% increase.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Pinterest Resmikan Kantor di Singapura, Lebih Fokus ke Asia Tenggara dan India

Pinterest telah resmi membuka kantor di Singapura dengan tujuan bisa lebih fokus ke kawasan Asia Tenggara dan India. Kantor baru ini juga sebagai wujud dari terus berkembangnya layanan di kawasan di Asia Pasifik. Indonesia menjadi pasar yang cukup penting bagi Pinterest karena pertumbuhan ekonomi digital yang cukup cepat.

Country Manager Asia Tenggara & India Country Manager Ayumi Nakajima kepada DailySocial menjelaskan, “Dengan tim yang berbasis di Singapura kami akan menawarkan pengalaman yang lebih signifikan bagi para pengguna Pinterest di kawasan Asia Tenggara dan India.”

“Kami memiliki basis pengguna yang berkembang dan sangat antusias di Asia Pasifik, dan ada peluang besar bagi bisnis untuk terhubung dengan audiens mereka di Pinterest, yang secara aktif mempertimbangkan apa yang harus dilakukan atau dibeli. Inilah yang menjadi pertimbangan utama kami dalam memutuskan untuk membuka kantor di kawasan Asia Pasifik saat ini meliputi Asia Tenggara dan India,” lanjutnya.

Dibukanya kantor baru di Singapura akan mengawali perjalanan baru mereka di kasawan ini, termasuk Indonesia. Bagi Pinterest, Indonesia merupakan negara yang penting karena sudah banyak masyarakat Indonesia yang mengandalkan Pinterest  untuk mencari inspirasi untuk berbagai macam minat.

Salah satu strategi yang akan dijalankan di kawasan Asia Tenggara dan India, termasuk di Indonesia adalah mereka ingin lebih membantu kalangan brand, penerbit, dan produsen untuk terlibat dengan audiensi di Pinterest.

“Semakin banyak konten lokal yang kami miliki di Pinterest, semakin baik pula pengalamannya bagi orang-orang untuk menemukan ide yang relevan, dan semakin baik juga bagi para pembuat konten untuk meningkatkan interaksi dengan audiens. Kami berharap dapat bekerja sama dengan lebih banyak mitra di kawasan ini dan menciptakan pengalaman yang lebih relevan bagi pengguna di seluruh Asia Tenggara dan India,” imbuh Ayumi.

Fakta pengguna Pinterest di Indonesia

Dalam satu tahun terakhir pengguna Pinterest di Indonesia tertarik untuk mencari ide-ide seputar makanan, dekorasi rumah, inspirasi fashion hingga perjalanan atau liburan. Pihak Pinterest melihat selera lokal yang cukup beragam.

Untuk periode Juni 2018 sampai dengan Juni 2019, tren inspirasi makanan “resep masakan Korea” mengalami 78% persen peningkatan pencarian, hampir sama tingginya dengan peningkatan tren inspirasi fashion dan kecantikan “kebaya modern” yang mencapai 58%.

Lonjakan yang cukup tinggi juga terjadi untuk pencarian tren inspirasi dekorasi rumah “dekorasi rumah minimalis” dan inspirasi perjalanan “Korea” dengan peningkatan di atas 100%.

Twitter Rombak Tampilan Situs Desktop-nya

Di tahun 2019 ini, masih adakah dari kita yang mengakses Twitter lewat browser di perangkat desktop? Pasti masih ada, dan kalau Anda merupakan salah satunya, Twitter punya suguhan yang amat menarik dalam wujud tampilan gres twitter.com.

Tampilan baru ini sebenarnya sudah diuji oleh Twitter selama beberapa saat, namun sekarang mereka telah siap membuka aksesnya ke seluruh pengguna tanpa terkecuali. Tema revisi yang diangkat Twitter adalah konsistensi, di mana tampilan baru situs desktop-nya ini dirancang agar menyerupai tampilan aplikasi mobile-nya.

Bukan hanya terlihat lebih bersih dan rapi, versi anyar twitter.com ini juga mendatangkan sejumlah fitur yang sebelumnya tidak tersedia di desktop, yaitu Explore dan Bookmarks. Explore, menurut Twitter, bakal menyajikan deretan live video dan konten lainnya yang bersifat lokal, disesuaikan dengan lokasi masing-masing pengguna.

New twitter.com for desktop

Bookmarks akhirnya hadir di desktop setahun lebih sejak Twitter meluncurkannya. Sesuai namanya, fitur ini berfungsi untuk menandai Tweet yang hendak diakses kembali di lain waktu. Sebelum ada fitur Bookmarks, tidak sedikit pengguna yang mengakalinya dengan cara menyukai suatu Tweet dengan maksud untuk menyimpannya.

Fitur Direct Message (DM) tidak lupa dibenahi, di mana sekarang pengguna dapat melihat daftar percakapan dan menuliskan pesan dari satu tampilan yang sama. Untuk pengguna multi-akun, aksesnya kini jauh lebih mudah melalui sidebar sebelah kiri.

Terakhir, Twitter juga menyediakan sejumlah opsi kustomisasi tampilan pada situs desktop-nya. Lewat menu pengaturan, pengguna dapat mengubah ukuran font, mengganti aksen warna biru muda menjadi warna lain, serta memilih satu dari dua pilihan dark theme (Dim dan Lights Out).

Sumber: Twitter.

Shoelace Adalah Media Sosial untuk Mempertemukan Orang-Orang Berminat Sama di Dunia Nyata

Saya rasa tidak berlebihan apabila kita beranggapan sebagian besar orang sekarang lebih suka berinteraksi di dunia maya ketimbang di dunia nyata. Kalau ditanya apa penyebabnya, hampir semua mungkin bakal mengambinghitamkan media sosial macam Facebook, Instagram, atau Twitter. Padahal tidak selamanya media sosial harus seperti tiga itu.

Pendapat itu coba dibuktikan oleh Google. Melalui divisi eksperimentalnya, Area 120, mereka mengembangkan media sosial berkonsep unik bernama Shoelace. Berbekal aplikasi di platform Android dan iOS, Shoelace punya misi untuk menghubungkan orang-orang berdasarkan kesamaan minat mereka terhadap aktivitas atau event tertentu.

Anggap saja Shoelace ini sebagai tempat untuk mencari teman baru yang memiliki minat yang sama seperti kita, tapi pencarian itu tidak berhenti sampai di bertukar nomor ponsel saja, melainkan sampai kita saling berjumpa dan beraktivitas bersama di lokasi. Ya, Shoelace pada dasarnya merupakan media sosial yang mendorong kita untuk mengurangi waktu penggunaan smartphone, dan menggantinya dengan interaksi sosial di dunia nyata.

Google Area 120 Shoelace

Lalu bagaimana cara kerjanya? Pertama-tama, pengguna Shoelace dipersilakan meracik event atau aktivitas yang mereka minati untuk kemudian dibagikan ke para pengguna lain. Kalau bingung, pengguna juga bisa meminta bantuan Shoelace mencarikan aktivitas atau event di sekitar yang mungkin menarik buat kita berdasarkan info preferensi yang kita cantumkan.

Bertemu orang baru sering kali berujung pada sejumlah momen canggung. Itulah mengapa pengguna Shoelace juga bisa mengisi sejumlah informasi pada profilnya masing-masing. Harapannya kita bisa menyiapkan sejumlah topik obrolan yang asyik untuk calon teman baru kita.

Sayangnya, karena sifat Shoelace yang hyper-local seperti ini, aplikasinya sejauh ini baru bisa digunakan oleh warga kota New York, dan itu pun harus melalui undangan khusus. Ke depannya Google berniat membawa Shoelace ke kota-kota lain, tapi belum ada informasi terkait negara lain.

Terlepas dari itu, tidak menutup kemungkinan Google bakal menerapkan sejumlah fitur Shoelace ke dalam Google Maps, apalagi mengingat Maps sekarang sudah rajin merekomendasikan sejumlah lokasi menarik untuk dikunjungi di sekitar penggunanya.

Sumber: Gizmodo.

Instagram Perangi Online Bullying Lewat Dua Tool Baru

Bullying tidak mengenal tempat. Di sekolah, di tempat kerja, bahkan di media sosial pun selalu ada orang-orang dengan perilaku yang menjurus ke bullying. Tidak sedikit kasus serius yang diakibatkan oleh bullying, dan ini juga berlaku untuk online bullying di media sosial.

Sebagai salah satu media sosial dengan jumlah pengguna terbesar, Instagram merupakan panggung yang sangat pas bagi para pelaku online bullying. Untungnya pihak Instagram sendiri tidak mau tinggal diam. Mereka berkomitmen untuk membantu memberikan perlawanan terhadap online bullying dengan bekal kecanggihan AI alias kecerdasan buatan.

Eksperimen mereka terhadap AI melahirkan dua macam tool baru untuk melawan bullying. Yang pertama adalah fitur bernama Restrict, yang dirancang untuk melindungi pengguna dari interaksi-interaksi yang tidak diinginkan, yang sering kali berujung pada bullying.

Instagram Restrict feature

Restrict pada dasarnya memungkinkan pengguna untuk membatasi gerak-gerik para pelaku bullying. Jadi setelah Anda me-Restrict seseorang, komentar yang datang dari orang tersebut hanya akan bisa dilihat oleh dia sendiri. Orang yang di-Restrict ini juga tidak dapat melihat kapan Anda terakhir aktif di Instagram atau apakah Anda sudah membaca DM (Direct Message) darinya.

Restrict sejatinya bisa dilihat sebagai alternatif yang tidak berisiko dari fitur Block, Unfollow dan Report. Tiga fitur itu sebenarnya sudah bisa membatasi perilaku bullying, akan tetapi sering kali malah semakin memperburuk keadaan, terutama apabila korban berinteraksi dengan pelaku di kehidupan nyata. Itulah mengapa banyak pengguna yang cenderung enggan memanfaatkan ketiga fitur tersebut meski kerap menjadi korban bullying.

Instagram undo comment

Tool yang kedua adalah implementasi AI untuk memperingatkan pengguna saat mereka hendak memberikan komentar yang bersifat ofensif. Seperti yang bisa Anda lihat pada gambar, fitur ini bakal memastikan kembali kepada pengguna sebelum komentarnya diunggah, sebab AI telah mendeteksi bahwa komentarnya mirip dengan komentar-komentar lain yang telah dilaporkan.

Secara teori, intervensi semacam ini bakal memberi pengguna kesempatan untuk mempertimbangkan kembali sekaligus mengurungkan niat mereka berkomentar dengan nada yang negatif. Berdasarkan pengujian awal Instagram, fitur ini terbukti dapat mendorong sejumlah orang untuk mengganti komentarnya dengan yang bersifat tidak terlalu menyinggung.

Harapannya tentu saja fitur ini dapat mencegah seseorang memanfaatkan fitur Restrict itu tadi. Instagram pada dasarnya ingin mendorong interaksi yang positif di antara para penggunanya, dan itu sangat penting mengingat mayoritas pengguna Instagram adalah kalangan muda-mudi.

Sumber: Instagram. Gambar header: Pexels.

Fokus Raena Dukung Influencer Media Sosial Menjadi Entrepreneur

Besarnya penetrasi media sosial saat ini coba digali oleh Raena untuk menghadirkan peluang bisnis. Mereka hadir sebagai platform yang secara khusus membantu kegiatan promosi memanfaatkan influencer media sosial. Bukan hanya efektif mempromosikan produk dari berbagai brand, tapi kesempatan entrepreneurship bagi pengguna media sosial itu sendiri.

Berangkat dari pengalaman bekerja sebelumnya di berbagai platform e-commerce besar di AS seperti Amazon hingga turut mendirikan startup Flyrobe di India, Founder & CEO Raena Sreejita Deb akhirnya memilih mengembangkan konsep e-commerce enabler memanfaatkan influencer untuk ditekuni sebagai startupnya sendiri.

Mendukung influencer menjadi entrepreneur

Kepada DailySocial Sreejita Deb menegaskan, di Tiongkok dan Amerika Serikat saat ini sudah memiliki banyak media sosial influencer yang pada akhirnya menciptakan produk mereka sendiri. Untuk kegiatan pemasaran mereka memanfaatkan jumlah pengikut di akun media sosial masing-masing. Keputusan perusahaan mulai melirik Indonesia, setelah melihat besarnya jumlah influencer dari kalangan perempuan yang menyukai produk kecantikan, fesyen hingga produk khusus ibu dan anak.

“Di Indonesia kami mencatat sebanyak 50% influencer berasal dari kalangan perempuan. Besarnya pengaruh serta jumlah pengikut mereka menjadi alasan bagi kami untuk mengembangkan platform media sosial di Indonesia.”

Berbeda dengan platform marketplace influencer lainnya, Raena bukan hanya ingin bermitra dengan influencer yang berkualitas, namun juga menciptakan entrepreneur baru dari kalangan influencer dengan menciptakan produk kecantikan hingga perawatan wajah milik mereka sendiri.

Makin besarnya minat masyarakat umum untuk mengonsumsi produk independen di luar dari produk yang dihadirkan oleh brand besar seperti P&G hingga Unilever, menjadi salah satu potensi yang saat ini tengah dikembangkan oleh Raena.

“Salah satu kesuksesan yang terjadi di Amerika Serikat adalah produk khusus untuk ibu dan anak milik selebriti Hollywood Jessica Alba bernama The Honest Company. Dengan produk khusus dan kegiatan pemasaran memanfaatkan media sosial, The Honest Company mampu bersaing sehat dengan brand besar di AS,” kata Sreejita.

Raena mengklaim saat ini sudah memiliki mitra supplier terpercaya hingga kemitraan dengan logistik pihak ketiga yang bisa membantu influencer untuk memulai usaha. Meskipun memiliki kemiripan model bisnis dengan brand besar, namun Raena mengklaim memiliki perbedaan yang cukup signifikan.

“Karena kami startup, tentunya proses serta pengambilan keputusan jauh lebih cepat dibandingkan perusahaan besar. Karena alasan itulah tahun 2019 ini kami memiliki target untuk meluncurkan 7 produk baru yang bisa diakses di situs kami. Ke depannya kami juga berencana untuk memiliki official store di marketplace seperti Shopee dan lainnya,” kata Sreejita.

Salah satu produk yang telah diluncurkan beberapa waktu lalu adalah Lalabee yang diperuntukkan bagi orang tua milenial yang menginginkan produk untuk anak-anak yang aman dan bebas dari bahan-bahan berbahaya. Menggandeng influencer Moonella dan Marsson, sekaligus jadi mitra Raena pertama di Indonesia.

Untuk strategi monetisasi, Raena hanya akan mengumpulkan pendapatan jika produk terjual. Dari hasil tersebut kemudian akan dibagikan dengan influencer.

Merangkul lebih banyak influencer

Saat ini Raena telah memiliki 5 influencer besar Indonesia dan berencana untuk mengumumkan lebih banyak peluncuran merek lain segera. Kebanyakan influencer yang bergabung dengan Raena adalah mereka yang memiliki lebih dari 1,5 juta pengikut dan memiliki engagement yang kuat dengan pengikut. Proses kurasi dilakukan oleh tim Raena secara khusus.

Untuk kegiatan pemasaran, Raena juga membantu influencer mendapatkan pendapatan lebih sekaligus membantu brand mempromosikan produk mereka.

“Kami meluncurkan Raena untuk bermitra dengan influencer yang memiliki nilai-nilai positif, fokus terhadap pelanggan dan mengerti media sosial. Selain produk kecantikan untuk perempuan, kami juga memiliki rencana untuk menghadirkan produk serupa untuk pria,” tutup Sreejita.