East Ventures Terlibat di Pendanaan Pebble, Merevolusi Model Bisnis Dompet Digital Lewat Blockchain

Hari ini (24/5) East Ventures mengumumkan keterlibatannya di pendanaan awal Pebble, startup fintech pembayaran berbasis di New York. Putaran investasi ini menyusul debut produk Pebble pasca-bergabung di program akselerasi Y Combinator.

Selain East Ventures, pendanaan $6,2 juta atau setara 91 miliar Rupiah ini juga  didukung Y Combinator, Lightshed Ventures, LD Capital, Soma Capital, Cadenza Capital, Eniac Ventures, dan Global Founders Capital. Sejumlah investor individu juga terlibat, di antaranya Odell Beckham Jr. (superstar NFL), Matthew Bellamy (vokalis Muse), Richard Ma (CEO Quantstamp), dan Leore Avidar (CEO Alt).

Pebble mengembangkan sebuah aplikasi dompet digital berbasis blockchain, memungkinkan pengguna menyimpan, membelanjakan, dan mengirim uang secara efisien. Bahkan lewat mekanisme tertentu, pengguna bisa mendapatkan benefit berupa kredit bernilai tertentu atas nominal atau transaksi yang terjadi di dalam aplikasi.

“Pebble didirikan untuk memperkenalkan standar baru pada keuangan pribadi. Melalui dompet digital Pebble, pengguna dapat memperoleh 5% keuntungan dari persentase hasil tahunan atau Annual Percentage Yield Rewards dari uang mereka, serta cashback sebesar 5% tanpa batas di 55 merchant rekanan seperti Amazon, Domino, AirBnB, Adidas, dan banyak lagi,” jelas Co-founder & CTO Pebble Sahil Phadnis.

Selain itu, mereka telah berkolaborasi dengan Mastercard untuk merilis kartu debit untuk setiap penggunanya.

Dengan visi untuk memberdayakan sebanyak mungkin orang secara finansial, Pebble akan menggunakan dana segar yang didapat untuk mendorong ekspansinya ke pasar global. Pebble berencana untuk merilis aplikasinya di Asia Tenggara pada akhir tahun 2022.

Pemanfaatan blockchain di sistem aplikasi

Dalam proses bisnisnya, saat pengguna menyetorkan uangnya ke aplikasi, Pebble mengubahnya menjadi sebuah mata uang berbasis blockchain dengan nominal US$ (stablecoin) yang disebut dengan USDC (US dollar-denominated blockchain-based currency). Kemudian, mereka akan meminjamkannya ke lembaga keuangan yang terdaftar secara resmi.

Teknologi USDC dinilai bisa memberdayakan transaksi global tercepat dan termurah, sehingga banyak lembaga keuangan besar di dunia bersedia untuk membayar lebih dalam mengakses stablecoin. Semua keuntungan ini dapat diakses pengguna tanpa harus memahami kompleksitas dari kripto.

Melalui website Pebble, para pengguna dapat mengumpulkan mata uang open rewards (diberi nama “Pebbles”) yang bertujuan untuk memudahkan perkenalan ekonomi blockchain bagi para pengguna yang belum memahami kripto. Pada dasarnya saat ini Pebbles belum memiliki nilai atau fungsi apa pun; namun mata uang tersebut akan menjadi kunci untuk menyelaraskan insentif tim, investor, mitra, merchant, dan para pengguna untuk membangun ekonomi global baru di atas blockchain — secara bersama-sama.

Meskipun aplikasi Pebble saat ini hanya tersedia di Amerika Serikat, Co-founder & CEO Pebble Aaron Bai mengatakan, “Komunitas Pebble telah menyatukan orang-orang di seluruh dunia yang bersemangat untuk membangun sistem keuangan berstandar global di blockchain.”

Tugas berat membangun kepercayaan

Para founder Pebble percaya bahwa adopsi massal dari teknologi blockchain akan terjadi jika para pengguna dapat melihat manfaat sebelum menilai kripto berdasarkan stereotipe.

Menurut analisis kami, dengan beberapa kejadian yang menimpa ekosistem keuangan global beberapa waktu terakhir — termasuk turunnya nilai beberapa stablecoin akibat krisis yang memberikan kesan bahwa jaminan stabilitas nilai tersebut gagal dibuktikan —menjadi salah satu pekerjaan terberat pemain seperti Pebble untuk membangun kepercayaan di publik. Apalagi basis utama layanan mereka adalah menggunakan stablecoin.

Namun demikian, konsep ini menarik. Sebelumnya platform cyrpto-earn lain membungkus layanan seperti itu melalui sebuah aplikasi wealthtech atau investasi, dengan konsep pengguna meletakkan terlebih dulu sejumlah kripto untuk diputar kembali. Sementara yang dilakukan Pebble lebih kepada menggantikan kebiasaan pengguna dengan dompet digital yang sehari-hari digunakan — yang secara tidak langsung turut mempromosikan blockchain kepada khalayak yang lebih luas.

Selepas Demo Day Y Combinator, BukuWarung Dapat Pendanaan Baru untuk Matangkan Strategi Monetisasi

Pengembang aplikasi pengelola arus kas pengusaha mikro BukuWarung, mengumumkan perolehan pendanaan lanjutan dengan nilai yang tidak dikemukakan. Pendanaan ini didapat setelah mereka melakukan demo day dalam rangkaian agenda program akselerator Y Combinator.

Sejumlah pemodal ventura yang turut andil meliputi Partners of DST Global, GMO Venture Partners, Soma Capital, HOF Capital, dan VentureSouq.

Belasan angel investor juga menyertai putaran ini, termasuk William Hockey (Plaid), Justin Mateen (Tinder), Rahul Vohra (Superhuman), Scott Belsky (CPO Adobe), Josh Buckley, Manik Gupta (ex-CPO Uber), Sriram Krishnan (Spotify), Harry Stebbings (20VC), Nancy Xiao (Bond Capital), Alison Barr Allen (Fast), serta angel investor lain dari WhatsApp, Square, dan Airbnb.

Sebelumnya di bulan Juli 2020 lalu, BukuWarung tengah menyelesaikan pendanaan pra-seri A yang dipimpin oleh Quona Capital. Targetnya membukukan dana menyentuh 8-digit dolar. Kami sempat mengonfirmasi kepada salah satu investor yang terlibat di putaran pra-seri A tersebut, mereka mengatakan bahwa pendanaan baru tidak terkait dengan putaran ini.

Dana segar akan dimanfaatkan untuk pengembangan teknologi dan membangun beberapa layanan keuangan. Misi terdekat, mereka akan mengintegrasikan aplikasi dengan produk pembayaran, kredit, dan tabungan. Kerja sama dengan penyedia dompet digital seperti Ovo dan Dana juga digalakkan untuk menunjang efisiensi pembayaran.

“Kami meluncurkan produk rintisan simpan-pinjam dan hasil awalnya sangat menjanjikan, dan sedang dalam proses menuju monetisasi. Peluncuran pembayaran digital merupakan langkah awal yang sangat penting untuk mewujudkan misi kami membangun infrastruktur digital bagi usaha mikro di Indonesia, khususnya ketika 600 triliun Rupiah yang ada di ekosistem masih berbentuk kas. Kami juga terus memperdalam solusi-solusi pembayaran yang kami tawarkan untuk menyediakan solusi yang menyeluruh kepada seluruh merchant, untuk kebutuhan pengelolaan kas dan kredit mereka di seluruh value chain,” kata Co-Founder BukuWarung Abhinay Peddisetty.

Beberapa tampilan fitur di aplikasi BukuWarung
Beberapa tampilan fitur di aplikasi BukuWarung

Menargetkan peritelseperti pemilik warung atau kios kecil, aplikasi BukuWarung memudahkan pengusaha melakukan pencatatan uang masuk dan keluar (laporan rugi-laba). Salah satu fitur unggulannya juga melakukan pencatatan dan pengingat utang untuk pelanggan/mitra.  Agustus lalu, mereka juga baru merilis fitur pembayaran, memungkinkan pedagang merilis invoice kepada distributor atau pelanggan. Terkait pembayaran Xendit digandeng menjadi rekanan strategis.

Ide pengembangan aplikasi tersebut berawal dari temuan founder ketika mengamati proses operasional UKM di Indonesia. Tantangan utama yang dihadapi para pelaku usaha mikro adalah ketergantungan mereka pada proses-proses manual akuntansi dan pembayaran kembali. BukuWarung memperkirakan, pelaku usaha mikro yang telah menggunakan perangkat digital dalam mengelola bisnisnya berkisar kurang dari 10 persen.

Hingga saat ini BukuWarung mengklaim telah memiliki 1,2 juta merchant yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Tercatat juga miliaran dolar transaksi kotor melalui aplikasi, membawa pertumbuhan perusahaan hingga 100 kali sejak didirikan tahun lalu.

“Pertumbuhan pesat kami didorong oleh strategi produk dan efisiensi modal. Kami membuat produk yang sangat sederhana, cepat, dan mudah dipahami seperti WhatsApp, yang digunakan oleh hampir seluruh pelaku UMKM di Indonesia. Ini membuat BukuWarung diminati dan digunakan oleh banyak merchant yang baru menjalankan bisnis online pertama kalinya,” ujar Co-Founder BukuWarung Chinmay Chauhan.

Di Indonesia, sudah ada beberapa aplikasi serupa. Satu yang cukup menonjol bersaing adalah BukuKas. Mereka kini juga tengah tergabung ke program akselerator Surge milik Sequoia India. Layanannya nyaris mirip, bantu pengusaha mikro catat keuangan mereka lewat aplikasi.

Selain itu, sebenarnya juga ada beberapa layanan yang fokus menyasar warung, misalnya Payfazz Wahyoo, Ula, WarungPintar, juga berbagai program kemitraan yang digalakkan raksasa e-commerce.

Application Information Will Show Up Here