Modalku Kini Sediakan Pinjaman Usaha Mikro untuk Pengguna BukuWarung

Modalku mengumumkan kemitraan dengan BukuWarung sebagai mitra penyedia pinjaman usaha mikro untuk 6,5 juta pengguna aplikasinya. Solusi ini diharapkan membuat lebih banyak pengusaha mikro yang mendapat akses produk keuangan yang beragam.

Seperti diketahui, usaha mikro adalah salah satu segmen usaha yang sulit mendapatkan akses ke pembiayaan. Berdasarkan laporan Modalku bertajuk “Dampak Ekonomi dan Sosial Pembiayaan UMKM Menggunakan Fintech P2P Lending” kepada 350 pelaku UMKM peminjam Modalku, menunjukkan sebanyak 50% dari mereka mengalami hambatan ketika mengajukan pinjaman ke lembaga keuangan konvensional karena tidak memiliki laporan keuangan yang tersusun rapi.

Terkait kolaborasi kedua perusahaan, Co-Founder & COO Modalku Iwan Kurniawan mengatakan, kedua perusahaan memiliki kesamaan visi, yakni sama-sama ingin mendukung bisnis UMKM untuk terus berkembang. Salah satunya dengan memiliki arus kas yang lancar, serta didukung dengan pencatatan keuangan yang baik.

“Harapan kami, kolaborasi ini dapat menjadi salah satu solusi dari tantangan yang dihadapi para pelaku UMKM, serta bermanfaat untuk kemajuan bisnisnya,” kata Iwan dalam keterangan resmi, Kamis (9/9).

Co-Founder & Presiden BukuWarung Chinmay Chauhan menambahkan, layanan pembiayaan bersama Modalku ini melengkapi fitur pembayaran yang telah disediakan perusahaan sejak September 2020. Sebelumnya, perusahaan telah bekerja sama dengan sejumlah bank besar di Indonesia dan penyedia dompet digital untuk menghadirkan fitur pembayaran.

BukuWarung pertama kali hadir dengan menghadirkan solusi pencatatan keuangan digital yang mudah digunakan para pelaku UMKM. Seiring berjalannya waktu, inovasi berikutnya yang diluncurkan adalah etalase online dan pembayaran. Seluruh inovasi ini bertujuan untuk membantu UMKM dalam mengelola dan mengembangkan bisnis mereka secara efisien.

Plafon pinjaman yang disediakan Modalku dalam kolaborasi ini hingga Rp100 juta dengan tenor hingga 30 hari. Adapun untuk bunga disesuaikan dengan portofolio dan riwayat transaksi bisnis peminjam. Pengusaha yang memiliki bisnis dan telah berjalan selama lebih dari enam bulan bisa menggunakan fasilitas tersebut.

Pinjaman usaha ini dapat digunakan sebagai modal usaha untuk memenuhi berbagai kebutuhan bisnis, seperti menambah stok barang, membeli perlengkapan usaha, menyewa lokasi usaha, ataupun biaya pemasaran.

Digitalisasi UMKM yang beragam

Digitalisasi tidak hanya bicara tentang menjual produk secara digital. Lebih dari itu, banyak aspek yang bisa dioptimalkan melalui pendekatan digital, termasuk terkait rantai pasokan, logistik, pemasaran, sampai operasional bisnis. Menurut survei yang dilakukan Deloitte pada 2015, tingkat digitalisasi UMKM sebagian besar masih berada di tahap dasar dan menengah.

Umumnya di sini pemanfaatan teknologi baru terbatas pada satu-dua pemrosesan, seperti memanfaatkan online marketplace untuk menjual produk, menggunakan uang elektronik untuk menerima transaksi, atau memanfaatkan media sosial untuk memasarkan layanan.

Tingkatan digitalisasi UKM di Indonesia / Deloitte

Kesempatan tersebut dimanfaatkan para startup untuk menyasar UMKM sebagai target penggunanya. Menurut riset SME Empowerment 2020 oleh DSInnovate memetakan berbagai layanan startup lokal yang telah dirilis dan menyasar penyelesaian permasalahan finansial/permodalan, operasional, dan ekspansi.

Bentuknya bermacam-macam. Sebagian besar dibungkus berbentuk SaaS (Software as a Services), online marketplace, dan model keanggotaan lainnya. Jumlahnya cukup banyak dengan tipe platform yang unik dan spesifik.

Platform digital untuk UKM dari startup Indonesia / DSResearch
Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

BukuWarung Dikabarkan Tengah Rampungkan Pendanaan Bernilai Lebih dari 1 Triliun Rupiah

Startup pengembang aplikasi akuntansi pengusaha mikro BukuWarung dikabarkan segera menutup putaran pendanaan terbarunya. Dari sumber DealStreetAsia, nilai investasi ditaksirkan mencapai $70 juta atau setara lebih dari 1 triliun Rupiah. Modal ventura besutan Peter Thiel (Co-Founder PayPal) yakni Valar Ventures memimpin putaran yang segera ditutup dengan status “oversubscribed” ini.

Dengan penutupan investasi tersebut, ditaksirkan BukuWarung telah berhasil mengumpulkan total pendanaan lebih dari $90 juta selama sekitar dua tahun beroperasi. Sejak didirikan tahun 2019, BukuWarung mengklaim telah merangkul 3,5 juta pengguna dari kalangan pedagang kecil yang tersebar di 750 kota dan kabupaten di Indonesia — mayoritas berada di kota tier-2 dan 3. Dengan basis penggunanya, mereka telah mencatat transaksi senilai lebih dari $15 miliar di platformnya dan telah memproses lebih dari $500 juta pembayaran.

Terkait kabar pendanaan terbaru, kami sudah mencoba mengonfirmasi ke salah satu founder BukuWarung, namun ia enggan memberikan komentar.

Sebelumnya pada awal Februari lalu, BukuWarung baru mengumumkan pendanaan baru dari Rocketship.vc. Dikatakan dalam putaran tersebut turut melibatkan beberapa perusahaan ritel di Indonesia dan angel investor. Ini melanjutkan dari penggalangan pra-seri A yang telah dibukukan perusahaan sejak pertengahan 2020 lalu, kala itu Quona Capital sebagai investor yang memimpin.

Beberapa pemodal ventura yang terlibat dalam pendanaan BukuWarung termasuk Y Combinator, East Ventures, AC Ventures, DST Global Partners, Golden Gate Ventures, dan Tanglin Venture Partners.

Di Indonesia, BukuWarung bersaing ketat dengan pemain serupa lainnya, BukuKas. Keduanya sama-sama didukung oleh banyak investor. Awal tahun 2021 ini, BukuKas baru mengumumkan pendanaan seri A senilai 142 miliar Rupiah yang dipimpin Sequoia Capital India – penyelenggara akselerator Surge yang juga diikuti oleh BukuKas. Terbaru mereka baru meluncurkan fitur pembayaran, sebagai salah satu pengejawantahan visi untuk menjadi layanan fintech.

Application Information Will Show Up Here

A Battle to Embrace Micro, Small and Medium Enterprises

With its high contribution to the Gross Domestic Product reaching more than 57,8%, the Micro, Small and Medium Enterprises (MSME) sector not only contributes to the economy, but is also capable to gather majority of Indonesian workforce (Central Statistics Agency/BPS, 2018). However, the perks of having technology is not quite inclusive in this segment.

“Since it was founded, Youtap’s vision is to provide and empower all lines of business, from the enterprise level to MSMEs to achieve their best through digital development. MSMEs have become one focus in developing our all-in-one solutions as Youtap spots a great potential in this sector,” Youtap Indonesia’s CEO, Herman Suharto said.

Meanwhile, according to BukuWarung’s Co-Founder & President, Chinmay Chauhan, MSMEs are not only an economic source, but also important for local communities, especially those who live in rural areas. BukuWarung has formed partnerships with more than 5 million businesses in 750 locations. Most of them function as a place for people to shop for daily necessities and to interact with neighbors.

“The major operational challenge for microbusinesses is their reliance on manual processes for bookkeeping and repayment with customers. We estimate that less than 10% of microbusinesses use any type of digital device to manage their business or accounting.”

From this case, technology companies are trying to play an important role in supporting efforts to digitize MSMEs in Indonesia. Chinmay recommends that they rather focus on how their day-to-day operations, than too focus on innovation and disruption, such as bookkeeping, stock fulfillment and receiving payments, can be made easier and more efficient.

BukuKas’ Co-Founder & CEO, Krishnan Menon learned from his living experience and working in Indonesia, MSMEs are the bread and butter of this country. However, not many technology companies have focused on the needs of this segment. He said to DailySocial that his business is positioned as a digitalization software company for MSMEs that will develop into a fintech player.

“Merchants have realized that going digital is very important for their business. Traders save 2-4 hours a day, 20% costs, and minimize manual calculation errors. We also allow merchants to recover their debt 3 times faster since it’s all automatic.”

Accelerating adoption

In the Social Impact 2020 report released by Bukalapak, MSMEs throughout Indonesia is said to face enormous challenges during the pandemic. Bukalapak is trying to turn this challenge into an opportunity. As the pandemic limits movement, they empower MSMEs capable of offering a wide range of services, from selling groceries and basic necessities, also offering remittances, bill payments and various financial services and other virtual products.

This step allows public to get services from conventional stores registered as Bukalapak’s partners. Until 2020, Bukalapak had added around 4 million Bukalapak vendors and partners. Overall, there are currently 6.5 million sellers (pelapak) and 7 million Bukalapak partners throughout Indonesia.

The pandemic has fasten target users’ acceleration and digital adoption. Chinmay said, MSME’s traditional socioeconomic role in Indonesia is fundamental. Indonesia’s economic potential, which currently experiencing a rapid digitalization during the pandemic, cannot be fully realized if small companies do not immediately taking part in the digital transformation.

“Indonesia is now doubling down on digitizing its companies to be more productive and competitive amid this economic recovery, focusing on a largely underbanked segment such as MSMEs. This is a commendable task but also a monumental one, as there are around 60 million similar businesses throughout the 6,000 islands in the country,” Chinmay said.

One way to focus on accelerating adoption is providing education. Each platform also strives to provide the features users need with easy-to-use technology.

“It is undeniable that the education is easier to do in Jakarta, compared to small cities outside Jabodetabek. In order to provide education easily and inclusively, it is important for players to build simple products to be easily used by traders,” Krishnan said.

With its unique characteristics, the Indonesian market does need a special touch. This is also said by BukuKas team. In order to reach users in small cities, they present an offline mode feature with automatic synchronization when the user is successfully connected to the internet network.

Meanwhile, Youtap sees the benefits of digital technology in helping business players maintain their operational during a pandemic. They are using technology services to increase their sales.

“However, to date, technological adaptation is still not very inclusive in various regions in Indonesia. In fact, if they can adapt, their business can move forward thanks to the ability and fluency of the advanced technology,” said Herman.

SME market potential

Based on BPS data in 2018, the MSME sector is still one of the biggest drivers of the economy at 64.2 million. However, only 16% (Ministry of Cooperatives and MSMEs, December 2020) have been connected to the digital ecosystem.

“Through the large number, the MSME market holds many great opportunities to maximize digital use in its business. Not only limited to business management, but also many other aspects such as marketing, financial management and digital payments, especially with the standardization of QR payments by the Government,” Herman said.

In order to provide the best services and products, BukuKas performs several strategies. One of them is to focus on seeing what their pain points look like and building the solutions required.

“We have the best team with an innovative product culture and DNA that no other player in the market has. This becomes our core strength. We remain focused on traders rather than worrying about competition,” Krishnan said.

BukuWarung claims to be the only player who makes money through payments. In this case, they see the payment adoption as a strategic driver to enable monetization through credit, savings and other financial services at a later stage of the merchant’s business cycle.

“Our focus is more on an in-depth understanding of our merchants to help us stay ahead, it’s proven by how our products and features have become the standard for other players,” Chinmay said.

Meanwhile, Bukalapak still has a vision to build the economy through MSMEs. Starting as a marketplace, Bukalapak has grown into a trading platform serving both online and offline markets.

“In 2016, to ensure that there are no MSMEs left behind, we started to provide solutions to serve the needs of the offline market including stalls, traditional kiosks and individual agents, enabling them to sell beyond FMCG goods,” Bukalapak’s CEO, Rachmat Kaimuddin said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Berlomba Merangkul Pasar Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Dengan kontribusinya yang tinggi, mencapai lebih dari 57,8% Pendapatan Domestik Bruto, sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) tidak hanya memberikan sumbangsih ekonomi, namun juga mampu mayoritas tenaga kerja di Indonesia (Badan Pusat Statistik / BPS, 2018). Meskipun demikian, manfaat teknologi belum terlalu dirasakan sebagian besar segmen ini.

“Sejak awal, Youtap memiliki visi untuk dapat hadir dan memberdayakan semua lini bisnis, mulai dari level enterprise hingga UMKM untuk mencapai pencapaian terbaik mereka melalui perkembangan digital. UMKM menjadi salah satu fokus dalam mengembangkan solusi serba bisa kami karena Youtap melihat potensi besar di sektor ini,” kata CEO Youtap Indonesia Herman Suharto.

Sementara menurut Co-Founder & Presiden BukuWarung Chinmay Chauhan, UMKM tidak hanya menjadi sumber ekonomi, tetapi juga penting bagi masyarakat lokal, terutama mereka yang tinggal di pedesaan. BukuWarung mencatat saat ini telah menjalin kemitraan dengan lebih dari 5 juta bisnis di 750 lokasi. Kebanyakan di antaranya berfungsi sebagai tempat orang berbelanja kebutuhan sehari-hari dan tempat mereka berinteraksi dengan tetangga.

“Tantangan operasional utama bagi bisnis mikro adalah ketergantungan mereka pada proses manual untuk melakukan pembukuan dan pembayaran kembali dengan pelanggan. Kami memperkirakan bahwa kurang dari 10% bisnis mikro menggunakan segala jenis perangkat digital untuk mengelola bisnis atau akunting mereka.”

Berangkat dari persoalan tersebut, perusahaan teknologi mencoba memainkan peran penting dalam mendukung upaya digitalisasi UMKM di Indonesia. Cara yang direkomendasikan Chinmay adalah tidak terlalu fokus ke inovasi dan disrupsi, tetapi lebih pada bagaimana operasional sehari-hari mereka, seperti pembukuan, pemenuhan stok dan penerimaan pembayaran dapat menjadi lebih mudah dan efisien.

Menurut Co-Founder & CEO BukuKas Krishnan Menon, belajar dari pengalamannya tinggal dan bekerja di Indonesia, UMKM merupakan tulang punggung bagi Indonesia. Meskipun demikian, belum banyak perusahaan teknologi yang fokus ke kebutuhan segmen ini. Kepada DailySocial, ia menyampaikan bahwa bisnisnya diposisikan sebagai perusahaan perangkat lunak digitalisasi UMKM yang akan berkembang menjadi pemain fintech.

“Para pedagang telah menyadari bahwa go digital sangat penting bagi bisnis mereka. Pedagang menghemat waktu 2-4 jam sehari, 20% biaya, dan meminimalisir kesalahan perhitungan manual. Kami juga memungkinkan pedagang untuk memulihkan kasbon 3 kali lebih cepat karena prosesnya otomatis.”

Mempercepat adopsi

Dalam laporan Social Impact 2020 yang dirilis Bukalapak disebutkan, UMKM di seluruh Indonesia menghadapi tantangan yang sangat besar saat pandemi. Bukalapak mencoba mengubah tantangan ini menjadi peluang. Karena pandemi membatasi pergerakan, mereka memberdayakan UMKM yang mampu menawarkan berbagai layanan, mulai dari menjual bahan makanan dan kebutuhan dasar hingga menawarkan pengiriman uang, tagihan pembayaran dan berbagai layanan keuangan dan produk virtual lainnya.

Langkah tersebut memungkinkan masyarakat umum untuk mendapatkan layanan dari toko konvensional yang juga merupakan mitra Bukalapak. Hingga tahun 2020 lalu, Bukalapak telah menambah sekitar 4 juta pelapak dan mitra Bukalapak. Secara keseluruhan saat ini terdapat 6,5 juta pelapak dan 7 juta mitra Bukalapak yang tersebar di seluruh Indonesia.

Pandemi juga telah mempercepat akselerasi dan adopsi digital target pengguna. Menurut Chinmay, peran sosioekonomi tradisional UMKM di Indonesia tidak dapat dihiraukan keberadaannya. Indonesia, yang saat ini sedang mengalami digitalisasi sangat cepat selama pandemi, potensi ekonominya tidak dapat sepenuhnya direalisasikan jika perusahaan kecil tidak segera  melakukan transformasi digital.

“Indonesia kini menggandakan digitalisasi perusahaannya agar lebih produktif dan kompetitif di tengah pemulihan ekonomi, dengan fokus kepada segmen yang sebagian besar belum tersentuh seperti UMKM. Ini adalah tugas yang patut dipuji tetapi juga tugas yang monumental, karena ada sekitar 60 juta bisnis serupa yang tersebar di 6.000 pulau,” kata Chinmay.

Salah satu cara yang menjadi fokus untuk mempercepat adopsi memberikan edukasi. Masing-masing platform juga berupaya menghadirkan fitur yang dibutuhkan pengguna dengan teknologi yang mudah digunakan.

“Tidak dapat dipungkiri edukasi yang dilakukan di Jakarta, dibandingkan dengan kota-kota kecil di luar Jabodetabek, menjadi lebih mudah dilakukan. Untuk bisa melakukan edukasi secara mudah dan tentunya lebih merata, penting bagi para pemain untuk kemudian membangun produk yang sederhana yang dapat digunakan dengan mudah oleh pedagang,” kata Krishnan.

Dengan karakteristik unik, pasar Indonesia memang perlu sentuhan khusus. Hal tersebut yang juga dipercayai tim BukuKas. Untuk dapat menjangkau pengguna di kota-kota kecil, mereka menghadirkan fitur mode offline dengan sinkronisasi otomatis ketika pengguna berhasil terkoneksi ke jaringan internet.

Sementara Youtap melihat manfaat teknologi digital dalam membantu pelaku bisnis mempertahankan usahanya di masa pandemi. Para pemilik usaha secara beramai-ramai menggunakan layanan teknologi untuk meningkatkan penjualan mereka.

“Namun adaptasi teknologi hingga saat ini masih belum merata diterapkan di berbagai wilayah di Indonesia. Padahal jika mampu beradaptasi, usaha mereka dapat melangkah lebih maju berkat kemampuan dan kefasihan teknologi yang sudah berkembang,” kata Herman.

Potensi pasar UMKM

Berdasarkan data BPS di tahun 2018, sektor UMKM masih menjadi salah satu penggerak roda perekonomian terbesar, dengan angka sebesar 64,2 juta. Meskipun demikian, tercatat baru sekitar 16% (Kementerian Koperasi dan UMKM, Desember 2020) yang sudah terhubung dengan ekosistem digital.

“Melihat besarnya angka ini, kami melihat bahwa pasar UMKM masih memiliki banyak peluang besar untuk lebih memaksimalkan penggunaan digital dalam usahanya. Tidak terbatas hanya untuk pengelolaan usaha saja, tapi juga banyak aspek-aspek lain yang bisa dikembangkan seperti pemasaran, pengelolaan keuangan dan pembayaran digital, terutama dengan adanya standarisasi pembayaran QR yang dilakukan Pemerintah,” kata Herman.

Untuk bisa memberikan layanan dan produk terbaik, BukuKas memiliki beberapa strategi. Salah satunya adalah fokus melihat seperti apa pain point mereka dan membangun solusi yang dibutuhkan.

“Kami memiliki tim terbaik dengan budaya produk inovatif dan DNA yang tidak dimiliki pemain lain di pasar. Inilah yang kemudian menjadi kekuatan inti kami. Kami tetap fokus pada pedagang daripada mengkhawatirkan persaingan,” kata Krishnan.

BukuWarung mengklaim satu-satunya pemain yang menghasilkan uang melalui pembayaran. Dalam hal ini mereka melihat, adopsi pembayaran sebagai pendorong strategis untuk memungkinkan monetisasi melalui kredit, tabungan, dan layanan keuangan lainnya pada tahap selanjutnya dari siklus bisnis pedagang.

“Fokus kami adalah lebih kepada pemahaman mendalam tentang pedagang kami agar membantu membantu kami tetap terdepan, terbukti dari bagaimana produk dan fitur kami telah menjadi standar untuk pemain lain,” kata Chinmay.

Sementara bagi Bukalapak, perusahaan masih bervisi membangun ekonomi melalui UMKM. Dimulai sebagai marketplace, saat ini Bukalapak telah tumbuh menjadi platform perdagangan yang melayani pasar online dan offline.

“Untuk memastikan tidak ada UMKM tertinggal, pada tahun 2016 kami mulai memberikan solusi untuk melayani kebutuhan pasar offline meliputi warung, kios tradisional dan perorangan agen, memungkinkan mereka untuk menjual di luar barang FMCG,” kata CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin.

BukuWarung Scores New Funding; Officially Launches Tokoko App

BukuWarung, a fintech startup providing an app for digitizing MSMEs today (03/2) announced the acquisition of new funding from Rocketship.vc. Participated also in this round some retail companies in Indonesia and angel investors – undisclosed. Although the value was not announced, the current nominal is said to be greater than the previous rounds.

Previously, after the demo day of Y Combinator accelerator programs in September 2020, BukuWarung has received funding from some investors, including Partners of DST Global, GMO Venture Partners, Soma Capital, HOF Capital, VentureSouq, and other angel investors.

BukuWarung plans to use the investment fund to expand its technology and product teams in Indonesia, India, and Singapore, therefore, the company can launch more products and features to digitize MSMEs in Indonesia. This year, the company aims to launch monetizing products such as credit and expand payment solution features.

Was founded in 2019, BukuWarung has reached 3.5 million users from MSME. They are living across 750 cities and countries in Indonesia, with the majority located in tier 2 and 3 regions. With the user base, they have booked over $15 billion worth of transactions on their platform and have processed over $500 million in payments, claiming to be the market leader in terms of volume.

They recently launched Tokoko, a platform that allows merchants to open their online shop. MSME players can list their products, manage orders, receive payments, track goods delivery, and talk to customers. Previously, they’ve had strategic partnerships with Warung Pintar – both of which are East Ventures portfolios.

“Unlike other players, we have now achieved revenue through payment solutions. However, we are placing payments as a way for monetizing opportunities through other financial services as merchant adoption grows. This year, we’re focus is to expand the offering of payment solutions and ways of using them. [use cases] for traders,” BukuWarung’s Co-Founder & President, Chinmay Chauhan said.

Currently, there are several startups to develop similar services in Indonesia. From our previous article, we list several players who are currently penetrating the market, including:

Application Rank (business category) Downloaded
BukuKas 3 1M+
BukuWarung 6 1M+
Credibook 46 100K+
Akuntansi UKM 84 100K+
Moodah 121 10K+
Lababook 184 1K+
Teman bisnis 254 100K+
Akuntansiku 309 1K+

BukuWarung’s closest competitor is BukuKas. They recently announced the Series A funding worth 142 billion Rupiah last January. BukuKas is said to reached 3.5 million users with 1.8 million active monthly users.

BukuKas BukuWarung
Seed Investors Surge, 500 Startups, Credit Saison, dan angel investors East Ventures, AC Ventures, Golden Gate Ventures, Tanglin Venture Partners, dan angel investors
Pre-Series A Investor Surge, Credit Saison, Speedinvest, S7V, January Capital, dan Cambium Grove Capital, Prasetia Dwidharma Quona Capital, East Ventures, AC Ventures, Golden Gate Ventures, Tanglin Venture Partners, Partners of DST Global, GMO Venture Partners, Soma Capital, HOF Capital, VentureSouq, angel investors
Series A Sequoia Capital India, Saison Capital, January Capital, Founderbank Capital, Cambium Grove, Endeavor Catalyst, Amrish Rau Rocketship.vc, perusahaan ritel Indonesia, angel investors
Accelerator Surge (Sequoia) Y Combinator


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

BukuWarung Umumkan Pendanaan Baru; Luncurkan Aplikasi Tokoko

BukuWarung, startup penyedia aplikasi pencatatan keuangan untuk UMKM hari ini (03/2) mengumumkan perolehan pendanaan baru dari Rocketship.vc. Turut terlibat dalam putaran tersebut beberapa perusahaan ritel di Indonesia dan angel investor — tidak disebutkan detail namanya. Kendati tidak diumumkan nilainya, mereka mengatakan bahwa dana yang berhasil dihimpun lebih besar dibandingkan dengan putaran sebelumnya.

Sebelumnya, selepas demo day dalam rangkaian program akselerator Y Combinator pada September 2020 lalu, BukuWarung juga baru mendapatkan pendanaan dari sejumlah investor, meliputi  Partners of DST Global, GMO Venture Partners, Soma Capital, HOF Capital, VentureSouq, dan belasan angel investor.

BukuWarung berencana menggunakan dana investasi tersebut untuk memperbesar tim teknologi dan produk mereka di Indonesia, India, dan Singapura sehingga perusahaan bisa meluncurkan lebih banyak produk dan fitur untuk mendigitalisasi UMKM di Indonesia. Tahun ini, perusahaan juga berencana meluncurkan produk monetisasi seperti kredit dan memperluas fitur solusi pembayaran.

Didirikan sejak tahun 2019, BukuWarung telah berhasil merangkul 3,5 juta pengguna dari kalangan pedagang kecil. Mereka tersebar di 750 kota dan kabupaten di Indonesia, dengan mayoritas berlokasi di wilayah tier 2 dan 3. Dengan basis penggunanya, mereka telah mencatat transaksi senilai lebih dari $15 miliar di platformnya dan telah memproses lebih dari $500 juta pembayaran, mengklaim memimpin pasar dalam hal volume.

Belum lama ini mereka juga meluncurkan Tokoko, platform memungkinkan pedagang bisa membuka toko daring mereka. UMKM bisa mencantumkan daftar produknya, mengelola pesanan, menerima pembayaran, melacak pengantaran barang, dan berbicara dengan pelanggan. Sebelumnya mereka juga telah membangun kemitraan strategis dengan Warung Pintar – keduanya merupakan portofolio East Ventures.

“Berbeda dengan pemain lain, kini kami telah meraih pendapatan melalui solusi pembayaran. Namun, kami juga menempatkan pembayaran sebagai cara untuk masuk ke peluang monetisasi lewat layanan finansial lain seiring dengan perkembangan adopsi pedagang. Fokus kami tahun ini adalah memperbanyak penawaran solusi pembayaran dan cara penggunaan [use cases] bagi para pedagang,” kata Co-Founder & Presiden BukuWarung Chinmay Chauhan.

Saat ini di Indonesia sudah ada beberapa startup pengembang layanan serupa. Dari artikel analisis kami sebelumnya, didaftar beberapa pemain yang saat ini tengah melakukan penetrasi pasar, meliputi:

Aplikasi Peringkat (kategori bisnis) Jumlah Unduhan
BukuKas 3 1 juta+
BukuWarung 6 1 juta+
Credibook 46 100 ribu+
Akuntansi UKM 84 100 ribu+
Moodah 121 10 ribu+
Lababook 184 1 ribu+
Teman bisnis 254 100 ribu+
Akuntansiku 309 1 ribu+

Pesaing terdekat BukuWarung adalah BukuKas. Januari 2021 lalu, mereka baru umumkan perolehan dana seri A senilai 142 miliar Rupiah. BukuKas juga mengklaim telah memiliki 3,5 juta pengguna aplikasi dengan 1,8 juta pengguna bulanan aktif.

BukuKas BukuWarung
Seed Investors Surge, 500 Startups, Credit Saison, dan angel investors East Ventures, AC Ventures, Golden Gate Ventures, Tanglin Venture Partners, dan angel investors
Pre-Series A Investor Surge, Credit Saison, Speedinvest, S7V, January Capital, dan Cambium Grove Capital, Prasetia Dwidharma Quona Capital, East Ventures, AC Ventures, Golden Gate Ventures, Tanglin Venture Partners, Partners of DST Global, GMO Venture Partners, Soma Capital, HOF Capital, VentureSouq, angel investors
Seri A Sequoia Capital India, Saison Capital, January Capital, Founderbank Capital, Cambium Grove, Endeavor Catalyst, Amrish Rau Rocketship.vc, perusahaan ritel Indonesia, angel investors
Accelerator Surge (Sequoia) Y Combinator
Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Perkuat Upaya Digitalisasi Usaha Mikro, BukuWarung Gandeng Warung Pintar

Memasuki akhir tahun 2020, pengembang aplikasi pengelola arus kas pengusaha mikro BukuWarung mengklaim telah mengalami pertumbuhan bisnis yang positif. Pandemi juga tidak terlalu mengganggu jalannya bisnis.

Kepada DailySocial, Co-Founder BukuWarung Chinmay Chauhan mengungkapkan, secara keseluruhan pertumbuhan bisnisnya justru bergerak positif selama pandemi ini, dengan semakin banyak pedagang yang bersedia melacak arus kas mereka dan mengadopsi perangkat digital untuk menjalankan bisnis mereka.

“Faktanya hanya dalam dua bulan setelah meluncurkan pembayaran digital, kami telah mencapai total nilai transaksi sebesar $200 juta atau setara 2,8 triliun Rupiah (total payment value/TPV tahunan). Adanya pandemi ini mendorong lebih banyak UKM untuk melakukan digitalisasi.”

Beberapa bisnis seperti warung makan dan warteg terlihat mengalami penurunan transaksi, namun outlet lainnya seperti warung pulsa, warung barang eceran, dan sembako mengalami pertumbuhan bisnis yang baik.

Banyak pemilik bisnis saat ini memutuskan untuk menjual produknya secara online dan menggunakan aplikasi BukuWarung untuk melakukan pembukuan. Secara khusus BukuWarung menawarkan solusi untuk membantu mereka mengatasi periode sulit ini, di antaranya peluncuran Tokoko dan Solusi Pembayaran Digital.

BukuWarung didirikan oleh Chinmay Chauhan dan Abhinay Peddisetty pada tahun 2019. Akhir bulan September lalu BukuWarung mengumumkan perolehan pendanaan lanjutan dengan nilai yang tidak dikemukakan.

Pendanaan ini didapat setelah mereka melakukan demo day dalam rangkaian agenda program akselerator Y Combinator. Sejumlah pemodal ventura yang turut andil meliputi Partners of DST Global, GMO Venture Partners, Soma Capital, HOF Capital, dan VentureSouq. Sebelumnya di bulan Juli 2020 lalu, BukuWarung tengah menyelesaikan pendanaan pra-seri A yang dipimpin oleh Quona Capital.

Jalin kerja sama strategis dengan Warung Pintar

Bertujuan untuk membangun solusi digital yang dapat mengakomodasi kebutuhan khusus para pelaku UKM di Indonesia, seperti warung-warung kecil, BukuWarung meresmikan kerja sama strategisnya dengan Warung Pintar akhir bulan Oktober lalu. Kerja sama ini meliputi penerapan pembukuan secara digital dan penyediaan layanan ketersediaan barang.

Sebagai informasi, BukuWarung dan Warung Pintar sama-sama portofolio East Ventures.

“Kami melakukan kerja sama ini mengingat kebutuhan untuk memberdayakan sektor UKM di Indonesia semakin penting. Pemerintah Indonesia baru saja memasang target untuk membantu 10 juta UKM mengalihkan usahanya ke ranah digital pada akhir 2020. Guna memberikan dukungan terhadap
upaya pemerintah dalam mendorong produktivitas dan daya saing UKM Indonesia, kami menjalin kolaborasi dengan Warung Pintar untuk membantu pelaku UKM dalam memenuhi kebutuhan digital yang masih belum terpenuhi dan terus menerus menjadi tantangan yang dihadapi UKM Indonesia,” kata Chinmay.

Kolaborasi ini juga diharapkan dapat meningkatkan akses 60 juta UKM di Indonesia untuk mengadopsi solusi digital di tengah tren ekonomi digital yang diprediksi bisa mencapai $150 miliar pada 2025. Ke depannya diharapkan  bersama Warung Pintar bisa meningkatkan ekosistem yang inklusif, pedagang dapat memperoleh manfaat dari kapasitas supply chain yang memadai milik Warung Pintar.

Disinggung apa rencana jangka pendek BukuWarung dan Warung Pintar melalui kerja sama ini, dengan kapasitas rantai pasokan yang kuat, pedagang yang merupakan pengguna aplikasi BukuWarung akan mendapatkan berbagai keuntungan. Di antaranya kesempatan untuk mendapatkan barang dengan harga lebih kompetitif dan kenyamanan mendapatkan barang dagangannya, sebab barang akan diantarkan langsung ke warung mereka. Sementara itu, pedagang Warung Pintar akan mendapatkan eksposur tentang solusi pembukuan yang ditawarkan oleh BukuWarung.

Aplikasi BukuWarung saat ini telah melayani hampir 2 juta pedagang di 750 lokasi di Indonesia, sementara Warung Pintar memiliki hampir 60 ribu pedagang yang menggunakan platformnya untuk memesan barang dagangan hingga saat ini.

“Visi BukuWarung adalah untuk memberdayakan UKM di Indonesia untuk menjadi lebih melek secara finansial dan membantu mereka untuk mengelola serta menumbuhkan bisnisnya menggunakan platform teknologi, dimulai dari pembukuan dan pembayaran digital. Sementara Warung Pintar berfokus pada kebutuhan pedagang untuk mendapatkan akses yang mudah dan nyaman dalam memperoleh barang dagangan dengan harga lebih terjangkau,” kata Chinmay.

Application Information Will Show Up Here

Peluang Bisnis Aplikasi Catatan Keuangan untuk Warung

Menurut data yang dipublikasi BPS, per tahun 2018 ada sekitar 64,2 juta unit UMKM di seluruh Indonesia. Jumlah besar tersebut menjadi pangsa pasar potensial untuk digarap.

Menurut para investor, dari beberapa wawancara yang kami lakukan terhadap venture capital di Indonesia, salah satu sasaran mereka adalah startup yang mengembangkan solusi pemberdayaan UMKM – biasanya berbentuk SaaS.

Di antara varian aplikasi atau layanan yang dikembangkan untuk UMKM, salah satu yang tengah naik daun adalah solusi pencatatan keuangan bisnis. Tujuannya membantu pengusaha kecil melakukan pencatatan uang masuk dan keluar. Para pengembang sengaja menyasar kalangan pebisnis mikro-kecil, seperti pemilik warung atau toko kelontong, dengan dalih kebanyakan dari mereka masih menggunakan model pencatatan manual dengan buku – bahkan beberapa tidak melakukannya.

Hampir semua aplikasi tersebut dirilis secara gratis. Dari pantauan kami di Google Play dan dikombinasikan statistik aplikasi dari App Brain per 18 November 2020, ada beberapa aplikasi populer di sektor ini, yaitu:

Aplikasi Peringkat (kategori bisnis) Jumlah Unduhan
BukuKas 3 1 juta+
BukuWarung 6 1 juta+
Credibook 46 100 ribu+
Akuntansi UKM 84 100 ribu+
Moodah 121 10 ribu+
Lababook 184 1 ribu+
Teman bisnis 254 100 ribu+
Akuntansiku 309 1 ribu+

Secara umum, aplikasi tersebut menawarkan fitur yang hampir serupa. Pencatatan arus kas, penjualan, utang-piutang, dan pelaporan. Beberapa produk memiliki fitur penagihan utang otomatis lewat SMS atau WhatsApp.

Pemimpin pasar

Merujuk tabel di atas, ada dua aplikasi yang memiliki statistik unduhan terbesar, yakni BukuKas dan BukuWarung. Keduanya sama-sama mulai didirikan pada tahun 2019 dan tahun ini mereka aktif menggalang pendanaan baru untuk mengakselerasi bisnisnya.

Berdasarkan data terakhir, pendanaan terakhir keduanya ada di putaran Pra-Seri A. BukuKas membukukan investasi senilai 134 miliar Rupiah, sementara BukuWarung hanya menyebutkan “delapan digit dolar”.

BukuKas BukuWarung
Seed Investors Surge, 500 Startups, Credit Saison, dan angel investors East Ventures, AC Ventures, Golden Gate Ventures, Tanglin Venture Partners, dan angel investors
Pre-Series A Investor Surge, Credit Saison, Speedinvest, S7V, January Capital, dan Cambium Grove Capital, Prasetia Dwidharma Quona Capital, East Ventures, AC Ventures, Golden Gate Ventures, Tanglin Venture Partners, Partners of DST Global, GMO Venture Partners, Soma Capital, HOF Capital, VentureSouq, dan angel investors
Accelerator Surge (Sequoia) Y Combinator

Ketika kami hubungi menanyakan model bisnisnya, Founder & CEO BukuKas Krishnan Menon mengatakan, tujuan BukuKas adalah membangun solusi perangkat lunak sederhana untuk membantu UMKM melakukan digitalisasi dan membawa mereka ke ekosistem keuangan formal. Mereka memosisikan diri sebagai perusahaan perangkat lunak digitalisasi UMKM yang akan berkembang menjadi pemain fintech.

“Saat ini kami memiliki eksperimen awal yang menarik tentang monetisasi, tapi masih terlalu dini. Itu bisa dilakukan dengan banyak cara, beberapa yang sudah jelas seperti SaaS, solusi finansial, dan ada beberapa yang menarik lainnya tapi belum bisa kami bagian saat ini,” ujar Krishnan.

Lebih lanjut ia menyampaikan, “Para pedagang telah menyadari bahwa go digital sangat penting bagi bisnis mereka. Pedagang menghemat waktu 2-4 jam sehari, 20% biaya, dan meminimalisir kesalahan perhitungan manual. Kami juga memungkinkan pedagang untuk memulihkan kasbon 3x lebih cepat karena prosesnya otomatis. Juga memiliki fitur pengiriman faktur, manajemen inventaris, dan lain-lain, sehingga membuat mereka lebih terorganisir dalam menjalankan bisnis.”

Sementara itu, Co-Founder BukuWarung Chinmay Chauhan memberikan jawaban yang lebih detail. Sama-sama menitikkan masa depan bisnisnya pada fintech. Ia menjelaskan, model bisnis BukuWarung akan berkisar pada pembayaran, peminjaman, tabungan/perbankan digital, asuransi, dan layanan keuangan lainnya.

Untuk saat ini mereka memperoleh pendapatan awal dari fitur pembayaran digital yang telah diluncurkan sejak 2 bulan lalu. Meskipun demikian, karena masih berada di fase awal, BukuWarung lebih ingin fokus membangun pengalaman pembayaran terbaik. “Kami telah melihat $200 juta total payment volume (TPV) tahunan.”

Gambaran model bisnis BukuWarung / BukuWarung
Gambaran model bisnis BukuWarung / BukuWarung

Chinmay melanjutkan, “Visi BukuWarung adalah membangun infrastruktur digital untuk 60 juta UMKM di Indonesia, kami telah memulai dengan pembukuan dan pembayaran. Aplikasi BukuWarung sesederhana WhatsApp dan merchant dapat melacak semua transaksi tunai dan kredit mereka, mengelola arus kas, dan melihat keuntungan mereka. Mereka juga dapat mengirim pengingat SMS/WA gratis dan menghasilkan/mencetak faktur. Kami telah melayani hampir 2 juta pedagang sejauh ini hanya dalam setahun sejak kami mulai.”

Jalur ke fintech

Layanan-layanan tersebut memiliki misi jangka panjang untuk menjadi pemain fintech. Tujuan tersebut cukup masuk akal. Menurut data KemenkopUKM saat ini kurang lebih ada 20 juta UMKM yang masih unbankable. Faktor mendasar yang menyulitkan mereka mengakses layanan perbankan adalah pembuktian skoring kredit. Tidak ada jaminan yang bisa dianalisis, padahal umumnya bank melakukan penilaian dari pendapatan atau aset, melalui pembuktian rekening koran dan lain-lain.

BukuKas atau BukuWarung di awal debutnya memang fokus membantu pengusaha mikro untuk mencatat uang masuk dan keluar. Data tersebut menjadi aset aset penting untuk mendekatkan para pelaku usaha tersebut dengan layanan finansial, utamanya kredit. Data arus kas dapat menjadi bahan analisis yang bagus untuk keperluan skoring kredit. Dari histori data yang ada, analis dapat melihat tren pemasukan-pengeluaran guna menentukan kelayakan.

Tak heran jika banyak investor yang berani menaruh dana miliaran Rupiah di segmen ini. Mereka melihat misi jangka panjang tersebut untuk monetisasi yang lebih luas.

Perkembangan industri

Era BukaKas dan BukuWarung bisa dibilang baru mengemuka sekitar pertengahan tahun ini. Distribusi aplikasi secara gratis memiliki implikasi baik untuk pertumbuhan pengguna aplikasi terkait. Terlihat dari statistik yang disampaikan masing-masing founder.

Menggunakan matriks daily active user (DAU), dihitung dari jumlah pengguna  aktif yang melakukan aktivitas di aplikasi tiap hari, berikut ini statistik yang disampaikan Krishnan melalui laman LinkedIn pribadinya:

Statistik pengguna BukuKas dengan matriks DAU / LinkedIn, Krishnan Menon
Statistik pengguna BukuKas dengan matriks DAU / LinkedIn, Krishnan Menon

Chinmay juga merilis statistik penggunaan aplikasinya selama beberapa bulan terakhir, dengan matriks yang sama. Berikut ini capaian BukuWarung:

Statistik pengguna BukuWarung dengan matriks DAU / LinkedIn, Chinmay Chauhan
Statistik pengguna BukuWarung dengan matriks DAU / LinkedIn, Chinmay Chauhan

Tidak semua pemain bisa menyasar segmen warung ini. Sebelumnya kebanyakan layanan pencatatan keuangan UMKM menawarkan fitur premium (atau freemium) dengan kapabilitas tertentu. Di perkembangannya, ada yang mengalihkan target pasar ke bisnis menengah ke atas dan korporasi. Model freemium masih kurang cocok diaplikasikan untuk menyasar bisnis menengah ke bawah.

Selain sebagai platform standalone, layanan pencatatan keuangan sering menjadi fitur tambahan di platform lain, seperti point-of-sales. Uang masuk dan keluar secara otomatis dicatat. Syaratnya harus di-input melalui aplikasi terkait.

Masih banyak aspek yang bisa disuguhkan untuk pengusaha mikro di Indonesia. Diyakini ke depannya masih akan ada model lain bermunculan.

Sektor Layanan
SaaS Finata, Jurnal, Zahir, Paper, Accurate, dan lain-lain
Point of Sales Moka, Cashlez, Qasir, iSeller, YouTap, Pawoon, dan lain-lain
Fintech Alat Warung (Payfazz), GrabKios by Kudo
Supply Chain Wahyoo, Ula, Warung Pintar
E-commerce Mitra Bukalapak, Mitra Tokopedia, Mitra Shopee, Mitra Blibli, dan lain-lain


Gambar Header: Depositphotos.com

Selepas Demo Day Y Combinator, BukuWarung Dapat Pendanaan Baru untuk Matangkan Strategi Monetisasi

Pengembang aplikasi pengelola arus kas pengusaha mikro BukuWarung, mengumumkan perolehan pendanaan lanjutan dengan nilai yang tidak dikemukakan. Pendanaan ini didapat setelah mereka melakukan demo day dalam rangkaian agenda program akselerator Y Combinator.

Sejumlah pemodal ventura yang turut andil meliputi Partners of DST Global, GMO Venture Partners, Soma Capital, HOF Capital, dan VentureSouq.

Belasan angel investor juga menyertai putaran ini, termasuk William Hockey (Plaid), Justin Mateen (Tinder), Rahul Vohra (Superhuman), Scott Belsky (CPO Adobe), Josh Buckley, Manik Gupta (ex-CPO Uber), Sriram Krishnan (Spotify), Harry Stebbings (20VC), Nancy Xiao (Bond Capital), Alison Barr Allen (Fast), serta angel investor lain dari WhatsApp, Square, dan Airbnb.

Sebelumnya di bulan Juli 2020 lalu, BukuWarung tengah menyelesaikan pendanaan pra-seri A yang dipimpin oleh Quona Capital. Targetnya membukukan dana menyentuh 8-digit dolar. Kami sempat mengonfirmasi kepada salah satu investor yang terlibat di putaran pra-seri A tersebut, mereka mengatakan bahwa pendanaan baru tidak terkait dengan putaran ini.

Dana segar akan dimanfaatkan untuk pengembangan teknologi dan membangun beberapa layanan keuangan. Misi terdekat, mereka akan mengintegrasikan aplikasi dengan produk pembayaran, kredit, dan tabungan. Kerja sama dengan penyedia dompet digital seperti Ovo dan Dana juga digalakkan untuk menunjang efisiensi pembayaran.

“Kami meluncurkan produk rintisan simpan-pinjam dan hasil awalnya sangat menjanjikan, dan sedang dalam proses menuju monetisasi. Peluncuran pembayaran digital merupakan langkah awal yang sangat penting untuk mewujudkan misi kami membangun infrastruktur digital bagi usaha mikro di Indonesia, khususnya ketika 600 triliun Rupiah yang ada di ekosistem masih berbentuk kas. Kami juga terus memperdalam solusi-solusi pembayaran yang kami tawarkan untuk menyediakan solusi yang menyeluruh kepada seluruh merchant, untuk kebutuhan pengelolaan kas dan kredit mereka di seluruh value chain,” kata Co-Founder BukuWarung Abhinay Peddisetty.

Beberapa tampilan fitur di aplikasi BukuWarung
Beberapa tampilan fitur di aplikasi BukuWarung

Menargetkan peritelseperti pemilik warung atau kios kecil, aplikasi BukuWarung memudahkan pengusaha melakukan pencatatan uang masuk dan keluar (laporan rugi-laba). Salah satu fitur unggulannya juga melakukan pencatatan dan pengingat utang untuk pelanggan/mitra.  Agustus lalu, mereka juga baru merilis fitur pembayaran, memungkinkan pedagang merilis invoice kepada distributor atau pelanggan. Terkait pembayaran Xendit digandeng menjadi rekanan strategis.

Ide pengembangan aplikasi tersebut berawal dari temuan founder ketika mengamati proses operasional UKM di Indonesia. Tantangan utama yang dihadapi para pelaku usaha mikro adalah ketergantungan mereka pada proses-proses manual akuntansi dan pembayaran kembali. BukuWarung memperkirakan, pelaku usaha mikro yang telah menggunakan perangkat digital dalam mengelola bisnisnya berkisar kurang dari 10 persen.

Hingga saat ini BukuWarung mengklaim telah memiliki 1,2 juta merchant yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Tercatat juga miliaran dolar transaksi kotor melalui aplikasi, membawa pertumbuhan perusahaan hingga 100 kali sejak didirikan tahun lalu.

“Pertumbuhan pesat kami didorong oleh strategi produk dan efisiensi modal. Kami membuat produk yang sangat sederhana, cepat, dan mudah dipahami seperti WhatsApp, yang digunakan oleh hampir seluruh pelaku UMKM di Indonesia. Ini membuat BukuWarung diminati dan digunakan oleh banyak merchant yang baru menjalankan bisnis online pertama kalinya,” ujar Co-Founder BukuWarung Chinmay Chauhan.

Di Indonesia, sudah ada beberapa aplikasi serupa. Satu yang cukup menonjol bersaing adalah BukuKas. Mereka kini juga tengah tergabung ke program akselerator Surge milik Sequoia India. Layanannya nyaris mirip, bantu pengusaha mikro catat keuangan mereka lewat aplikasi.

Selain itu, sebenarnya juga ada beberapa layanan yang fokus menyasar warung, misalnya Payfazz Wahyoo, Ula, WarungPintar, juga berbagai program kemitraan yang digalakkan raksasa e-commerce.

Application Information Will Show Up Here

The SME Accounting App Developer BukuWarung Announces Seed Funding Led by East Ventures

BukuWarung, a SaaS accounting startup for SMEs, announced seed funding led by East Ventures. The fresh money will be channeled to tighten the company’s position and recruiting talents of engineers, product, design, growth and partnership.

Also participated other investors such as AC Ventures (merger of Agaeti Ventures and Convergence Ventures), Golden Gate Ventures, Tanglin Venture Partners, and Michael Sampoerna. It is also mentioned some angel investors from Grab, Gojek, Flipkart, Paypal, Xendit, Rapyd, Alterra, ZenRooms, and others.

In the exact event, Lunasbos‘ founder, Adjie Purbojati joined BukaWarung as the founding team to help accelerate the company’s growth. Lunasbos is a two-way accounting, claimed as one of the leading players in the accounting service industry for Indonesian SMEs.

BukuWarung was founded by Abhinay Peddisetty and Chinmay Chauhan in late 2019 when both are still working at Carousell. Previously, they also had experienced working in Grab, Belong and Near. They’re actively develop services for payment and financial for the last 15 years for SMEs in Indonesia and Southeast Asia.

BukuWarung is an app to facilitate SME players to record transactions digitally. It also provides feature to record debt and return.

The shop owner can record the transactions of customers who owe money. Nevertheless, the business owner owes the supplier or another party. Billing notifications are available via SMS or WhatsApp which will be sent as a bill.

There is also feature for income and outcome in order to record the cash flow and the report is accessible per day, week, or month.

bukuwarunng

In today’s official release (4/7), BukuWarung’s Co-founder, Abhinay Peddisetty said, “In the early days, BukuWarung has its own moment of strong growth. However, the number has not reached 1% of 60 million shop owners in Indonesia, which mostly depends on traditional accounting or never had any.”

“[..] Our mission is to support the shop owners with technology, therefore, they can manage their business in an efficient way. Kasbon (debt/return) includes in 80% of their business. This is the main reason we focus on digital accounting,” he added.

BukaWarung’s Co-founder, Chinmay Chauhan continued, “From our experience of developing products for driver and seller in Grab and Carousell, we are aware of the most useful product for SME is a simple product. The feature we offer has increased engagement for 500% in the last two months.”

Chinmay said that in the near future the company will release a feature for stall owners to send bills to their customers in the form of a payment link. The link is connected with a digital wallet and other methods.

“This is our effort to help them reduce direct contact amid the threat of the Covid-19 outbreak.”

East Ventures’ Co-Founder and Managing Partner Willson Cuaca said, they’re interested in BukuWarung because of their focus and quick execution. As a result, the traction and engagement growth is quite rapid, making them one of the main players in the market.

“We are sure the next wave of innovative startups will emerge from efforts to encourage digitization in the SME segment. Therefore, we don’t waste much time to decide to become a BukuWarung partner,” explained Willson.

It also mentioned that the following months after its launching, BukuWarung already used by 250 thousand stalls in 500 cities and regencies in Indonesia. The majority of them are located in second and third-tier cities.

It is said, through the application, users receive return debt payments three times faster and feel the impact of payment reminder features on their business cash flow. In addition, users can save time and expenses by an average of Rp110 thousand, which is usually spent on manual bookkeeping with ledgers, stationery, and calculators.

The new BukuWarung application is available for Android users. The iOS version is being considered for its availability.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here