Pengembangan Bisnis untuk Startup (Bagian 1)

Business development (pengembangan bisnis) dapat didefinisikan sebagai sebuah disiplin yang diperlukan untuk mencapai pertumbuhan (growth) melalui akuisisi profit dari konsumen baru atau konsumen yang sudah ada sebelumnya. Penjualan (sales), kemitraan (partnership), atau istilah yang akrab di kalangan startup “hustling” dapat dikatakan sebagai bagian dari business development. Misinya ialah menciptakan nilai jangka panjang untuk organisasi –tidak hanya melalui konsumen—tapi juga pangsa pasar dan relasi.

Business development terdiri dari banyak sekali komponen. Setidaknya ada 6 yang paling umum dan pasti ada dalam kegiatan di dalamnya. Poin-poin tersebut membentuk sebuah siklus untuk menghasilkan potensi improvisasi bagi bisnis itu sendiri.

Gambar 1

Enam poin di atas sekaligus menekankan bahwa business development menggenggam strategi “permainan” yang lebih luas, jika hanya fokus pada penjualan maka terdapat banyak poin yang terlewat. Tugas seorang business development manager juga lebih besar dari pada sekadar penjualan, di dalamnya terdapat penyusunan strategi, pembuatan marketing collateral, hingga membuat analisis terkait perkembangan bisnis dari sisi internal maupun eksternal bisnis.

Apa yang dilakukan oleh seorang business development?

Cakupan pekerjaan yang didefinisikan di atas membuat seorang business development manager harus memiliki beberapa kecakapan teknis dan non-teknis, meliputi:

  1. Mampu melihat perkembangan pangsa pasar dan kompetisi yang ada. Dari sini ia dapat mendefinisikan apa yang tengah menjadi perhatian di pangsa pasar, hingga peluang apa saja yang dapat digarap dengan kekuatan yang dimiliki oleh organisasi di mana ia berada.
  2. Mampu mendefinisikan dengan jelas siapa target konsumen yang disasar. Sehingga perlu mengetahui juga bagaimana pola produktivitas atau konsumsi dari target pasar untuk menghadirkan solusi yang dijual pada momentum yang tepat.
  3. Memiliki kecakapan dalam mempresentasikan, menjual, dan membuat kesepakatan secara efisien. Kemampuan komunikasi dan memahami sebuah permasalahan membuat kegiatan interaksi dengan konsumen dapat menjadi lebih natural.
  4. Lihat dalam menentukan rekanan untuk menunjang kesuksesan bisnis.
  5. Mendengar masukan dengan baik untuk membawakan peningkatan strategi yang konsisten.

Sebagian besar effort seorang business development memang ditujukan untuk konsumen. Karena sederhananya sebuah bisnis akan berjalan jika ia memiliki konsumen. Seorang business development yang baik mampu memberikan kepada konsumen apa yang ia butuhkan di setiap tahapan kerja sama bisnis yang dijalin. Untuk itu pemahaman emosional tentang konsumen sangat dibutuhkan.

Gambar 2

Memahami tantangan dasar dalam business development

Tantangan pertama dalam pengembangan bisnis, yakni harus mampu mengidentifikasi dengan baik value yang ditawarkan dari produk atau layanan yang hendak dijual. Di setiap lini bisnis akan memiliki proses yang berbeda, untuk bisnis di bidang jasa misalnya, ketika bisnis menjual layanan artinya mereka juga sedang “menjual” orang. Artinya ada unsur keahlian, rekam jejak, hingga kredensial yang disampaikan ke konsumen. Pastikan poin-poin tersebut dipahami dengan baik sebelum berbicara ke konsumen.

Selanjutnya, tantangan yang harus dihadapi ialah menjadi seorang yang proaktif, bukan reaktif. Seorang pegawai di lini business development tidak menunggu ponselnya berdering untuk menyampaikan layanan yang dimiliki, namun menghampiri setiap bisnis atau orang untuk menjadikannya konsumen potensial. Kegiatan ini harus dilakukan secara konsisten, karena pada dasarnya setiap solusi yang ditawarkan akan menemukan orang yang sedang dalam permasalahan tersebut.

Di seri selanjutnya akan dibahas secara lebih teknis bagaimana membuat strategi bisnis, pemasaran, dan penananganan konsumen.


Disclosure: Artikel ini diambil dari berbagai sumber, baik sumber cetak maupun online.

Strategi Menguatkan Branding untuk Startup

Branding merupakan usaha yang perlu dilakukan secara terus-menerus. Keberlanjutan dan konsistensi akan mengantarkan menuju tujuan. Dalam perjalanannya strategi branding butuh penguatan, kadang butuh diubah sesuai dengan kebutuhan (rebranding). Banyak aspek yang mengharuskan hal itu terjadi.

Berikut beberapa hal yang sekiranya bisa dilakukan untuk menguatkan strategi branding dalam perjalanan membangun startup.

Pengalaman sempurna saat mengakses web

Branding tidak hanya soal bagaimana pengguna mengenal produk atau layanan Anda, tetapi juga pengalaman terhadap apa yang Anda berikan. Salah satu yang merusak dari usaha branding adalah ketidakmampuan pengguna mendapatkan ekspektasi mereka terhadap produk atau layanan Anda. Sesederhana soal akses terhadap web.

Dalam hal menjaga kualitas, jika bisnis Anda menghadirkan solusi berbasis teknologi pastikan mereka dengan mudah menjangkau melalui akses web. Tidak hanya soal nama yang mudah dieja, tetap juga situs yang mudah diakses dan informasi yang cukup untuk mereka. Cukup untuk mengidentifikasi apa sebenarnya produk Anda dan apa yang bisa Anda tawarkan untuk membantu permasalahan mereka.

Pengalaman dalam mengakses web inilah yang seharusnya diberikan untuk pengguna Anda. Dengan pengalaman terbaik ini Anda bisa mengantarkan nilai-nilai yang ingin Anda perkenalkan ke pengguna Anda. Untuk hal satu ini memperhatikan UI / UX sebagai salah satu poin, di samping pemilihan infrastruktur server.

[Baca juga : Branding Autentik Dibangun Secara Perlahan]

Riset dan strategi

Di era sekarang kanal pemasaran semakin banyak, salah satunya melalui peran media sosial. Ada tiga platform besar yang ada sekarang yakni Facebook, Instagram dan Twitter. Ketiganya adalah sumber yang bisa dipelajari dalam membangun strategi branding yang berkelanjutan. Bisa untuk mempelajari kemauan pengguna, respons pengguna atau bahkan sentimen pengguna terhadap sesuatu hal. Ini berarti media sosial adalah “ladang” data yang bisa dimanfaatkan dalam proses membangun strategi selanjutnya.

Kebiasaan meneliti kanal-kanal pemasaran ini sangat bermanfaat bagi perkembangan branding di startup. Tidak hanya media sosial, studi di kanal lain seperti SEO, email marketing, dan lain sebagainya bisa jadi bahan dasar untuk penyusunan strategi.

Data-data yang didapatkan dapat membantu untuk menentukan arah dan peluang potensi pengguna. Sekaligus bisa digunakan untuk menguatkan pesan atau nilai yang coba dibawa. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan momen yang sedang ramai dibicarakan. Kuncinya ada di analisis.

[Baca juga : Pentingnya Branding Bagi Startup]

Copywriting dan cara berkomunikasi yang baik

Hal selanjutnya yang bisa membantu strategi branding Anda adalah komunikasi. Karena kebanyakan media sekarang didominasi media online salah satu kemampuan yang harus dimiliki adalah copywriting yang bagus dan kemampuan memilih image atau gambar pelengkap yang sesuai. Cara terbaik berkomunikasi di era digital.

Pemilihan kata, maksud dan kalimat harus disusun rapi dan sesuai. Hindari kata-kata yang bertolak belakangan dengan penggambaran bisnis Anda. Hindari juga memuat gambar yang memiliki kesan negatif di masyarakat. Jika memungkinkan hire mereka yang berpengalaman di bidang media sosial untuk mengelola akun Anda. Dan selalu ingat, konsistensi. Apa yang coba Anda gambarkan di akun Facebook haruslah senada dengan apa yang coba Anda gambarkan di Twitter. Demikian sebaliknya dan untuk kanal media sosial lainnya.

Cari keunggulan dan kelemahan

Proses membangun branding tidak bisa lepas dari bagaimana Anda melihat persaingan di sekitar. Salah satu hal yang bisa dilakukan adalah dengan mempelajari pesaing atau kompetitor Anda. Bagaimana mereka mencoba membangun branding dan melihat strategi mereka.

Kemudian Anda bisa mengamati apa yang sedang coba mereka gambarkan. Tulis itu dan kemudian bandingkan dengan rencana-rencana Anda. Jika Anda baru memulai dan merasa kesulitan dalam bersaing Anda bisa mencari perbedaan. Temukan sesuatu yang unik dari produk atau layanan Anda, ubah itu menjadi sesuatu kekuatan dan tonjolkan itu sebagai identitas.

Sumber : Forbes, Entreprenuer, Inc

Memahami Dasar Hukum dalam Bisnis Startup

Hukum menjadi pijakan penting bagi perusahaan karena berkaitan langsung dengan seluruh proses bisnis yang dijalani. Maka dari itu antara perusahaan dan hukum harus berjalan beriringan.

Tak terkecuali bagi startup, meski baru didirikan, perusahaan harus tetap taat pada hukum yang berlaku. Sifat tersebut yang perlu didisiplinkan sejak dini, agar ketika bisnis sudah membesar tidak kelabakan saat menghadapi perpajakan.

Apa saja aspek legal yang harus diperhatikan ketika baru mendirikan perusahaan? Untuk menjawab pertanyaan ini, Founder & CEO Kontrak Hukum Rieke Caroline hadir sebagai pembicara dalam #SelasaStartup edisi pekan ketiga Maret 2017.

Rieke banyak memberi tips untuk para pengusaha startup, aspek apa saja yang perlu diperhatikan dari awal.

Pilih CV atau PT

Menurut Rieke, keduanya bukanlah sesuatu yang bisa dijawab dengan pertimbangan lebih bagus mana, karena tergantung kecocokan bagi pengusaha itu sendiri. Rieke menerangkan, bila memilih PT maka terjadi pemisahan harta milik pribadi dengan perusahaan. Kepemilikan dalam PT itu berupa saham yang bisa dialihkan.

Sementara harta dalam CV itu bercampur antara aset bisnis dengan kekayaan pribadi. Dikhawatirkan jika perusahaan tutup atau merugi, pemilik harus menutupnya dengan dana pribadi.

“Tapi kenapa orang dulu lebih memilih buat CV? Karena lebih mudah, tidak perlu cek nama perusahaan sudah ada atau belum karena aturannya per region per kota saja. Akan tetapi sejak 2016, aturan buat PT jadi lebih mudah,” terang Rieke.

Sejak 2016 berlaku dua aturan sebagai persyaratan mendirikan PT. Pertama, perubahan modal dasar PT, mengacu pada PP No.29 Tahun 2016. Kedua, penerbitan surat keterangan domisili bagi virtual office, mengacu pada SE No.6 Tahun 2016. Persyaratannya minimal dua orang, memiliki minimal 1 direktur dan 1 komisaris, dan sudah mengantongi akta notaris.

Sedangkan proses pendirian CV, dimulai dari pemesanan nama perusahaan, tanda tangan akta, kemudian menyerahkan berkas ke Kemenkumham. Nanti akan diperoleh SK-nya, agar pengusaha bisa mulai membuat NPWP perusahaan, SKDP, dan SIUP untuk memperoleh Tanda Daftar Perusahaan (TDP). Akhirnya, pengusaha akan mendapat pengumuman dari Berita Negara Republik Indonesia (BNRI).

“Proses pendirian biasanya mencapai 4 minggu dengan biaya pendirian sekitar Rp7 juta.”

Lindungi brand perusahaan

Langkah berikutnya adalah melindungi brand, karena ini adalah identitas perusahaan yang membedakan produk/jasa satu dengan yang lain. Ada lima unsur brand yang bisa dilindungi, mulai dari kata, logo/gambar, hologram, suara, dan bentuk 3D.

Setelah mendapat brand yang sesuai, disarankan startup untuk mendaftarkannya ke Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI). Di tahap awal harus mengajukan permohonan untuk mendapat tanggal penerimaan. Kemudian proses pengumuman yang dimulai sejak 15 hari setelah tanggal penerimaan dan berlangsung selama 2 bulan.

Setelahnya akan menempuh proses substantif yang berlangsung 30 hari pasca masa pengumuman berakhir. Proses ini berlangsung selama 150 hari. Terakhir adalah proses pendaftaran, jika tidak ada keberatan maka merek resmi didaftar nanti akan diperoleh sertifikat merek. Ketika sudah mengantongi sertifikat merek, perlindungan merek akan berlaku selama 10 tahun.

“Ini bisa memakan waktu antara dua sampai tiga tahun.”

Saat penggalangan dana

Saat perusahaan pertama kali mendapatkan pendanaan, dari proses awal hingga dana cair selalu bersinggungan dengan legal. Ada non disclusure agreement (NDA) yang menjadi hal-hal tergolong rahasia seperti strategi pemasaran, proyeksi finansial, rencana pengembangan produk dan layanan. Lalu informasi teknis, penemuan, desain, proses, prosedur hingga konsep laporan, data, serta rahasia dagang.

Ada pula istilah term sheet yang berisi poin-poin ketentuan antara founder dan investor. Due diligence (uji tuntas) untuk penyelidikan dan penilaian.

Saat dana segar masuk, bentuknya bisa jadi ada dua macam. Yakni convertible note dan shareholder agreement (SHA). Convertible note ialah surat utang yang ditukar dengan ekuitas saat jatuh tempo. Shareholder agreement (SHA), berisi rights of first refusal, pre-emptive rights, tag along right, drag along right, dan anti dilution.

Melaporkan pajak tahunan

Melaporkan pajak secara rutin adalah suatu kewajiban yang harus dilakukan startup yang sudah berbadan hukum, kendati baru berdiri dan tidak harus menunggu omzet perusahaan melebih Rp4,8 miliar.

Apa saja yang dikenakan pajak? Mengacu dari UU No. 36 Tahun 2008 Pasal 4 Ayat 1, dijabarkan unsur-unsur yang dikenakan pajak adalah penghasilan dari pekerjaan atau jasa yang diterima, laba usaha, dividen, dan lainnya.

Kewajiban pelaporan juga perlu dilakukan selama bulanan dan tahunan. Untuk agenda bulanan, pajak yang wajib dilaporkan mulai dari PPh pasal 21/26, PPh pasal 23/26, PPh pasal 4 ayar 2, PPh pasal 25, dan PPh final 1%. Sedangkan untuk pelaporan tahunan, SPT PPh Tahunan Final, SPT PPh Tahunan Non Final.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaporan pajak tahunan adalah batas waktu penyampaian, formulir SPT Tahunan PPh yang digunakan, tata cara pengisian dan penyampaian SPT Tahunan PPh, dan sanksi bila tidak menyampaikan.

Adapun dokumen yang perlu disiapkan adalah laporan keuangan, pernyataan laporan transaksi hubungan istimewa, laporan pernyataan hubungan istimewa, dan dokumen bukti potong PPh.

Apabila terlambat menyampaikan SPT tahunan, ada sanksi administratif dengan denda sebesar Rp1 juta dan bunga 2% dari kurang bayar. Bila lalai lebih dari dua tahun tidak melapor, pajak maksimal hanya berlaku selama 24 bulan saja.

Hal-Hal yang Perlu Disiapkan untuk “Pitching”

Sama seperti bisnis lainnya, startup juga perlu “dijual”. Artinya di sini diperkenalkan atau ditawarkan ke banyak orang. Tidak hanya dalam konteks pelanggan, tetapi juga diperkenalkan ke investor hingga ke pemilik bisnis lain demi membuka kesempatan lebih besar, mendapat dukungan investor hingga mendapat partner baru. Untuk menawarkan startup, atau sering disebut dengan istilah pitching, butuh beberapa hal yang disiapkan dan diperhitungkan. Demi meninggalkan kesan yang baik dan tidak mudah dilupakan.

Kesalahan-kesalahan dalam melakukan pitching

Sebelum membahas apa yang bisa dilakukan akan sukses melakukan pitching, hal pertama yang harus diketahui adalah kesalahan-kesalahan yang bisa saja terjadi saat proses pitching. Dalam hal ini, pitching presentasi resmi di depan investor atau mencoba mengenalkan bisnis di depan orang-orang dalam sesi networking.

Pertama, tidak memiliki susunan cerita yang baik dalam mengenalkan bisnis. Cerita adalah bagian penting dari pengenalan bisnis kepada orang lain. Untuk bisa membuat orang lain mendengarkan penjelasan mengenai bisnis yang tengah dibangun usahakan gunakan struktur cerita yang runtut. Anda bisa belajar mengenai teknik bercerita yang baik.

Dalam beberapa kesempatan, seperti presentasi di depan para investor, waktu yang diberikan sangat terbatas. Di dalam kondisi ini Anda harus menyusun cerita atau presentasi dengan tepat, kurangi mana yang tidak terlalu penting dan kuatkan di bagian-bagian yang menjadi kekuatan bisnis Anda. Memperhatikan pemilihan kata juga menjadi salah satu cara baik untuk membuat pendengar betah .

Kedua, lakukan riset dengan cukup mendalam. Riset yang dimaksud adalah riset secara keseluruhan. Baik riset mengenai bisnis dan hal-hal terkait lainnya maupun riset mengenai calon pendengar.

Jika Anda berniat memperkenalkan startup Anda di komunitas melalui acara di event-event berarti Anda perlu menyiapkan kalimat-kalimat santai yang bisa membuat lawan bicara tertarik tetapi paham dengan apa yang Anda tawarkan atau ceritakan. Lain lagi jika Anda pitching dengan investor. Untuk kesempatan ini usahakan Anda melakukan riset yang mendalam soal data. Semakin dalam Anda memahami bisnis dan permasalahan yang coba Anda hadapi kemungkinan investor terkesan akan lebih besar.

Kesalahan ketiga adalah kurangnya latihan. Di dalam hal apa pun latihan sangat diperlukan. Selain untuk menguji materi presentasi latihan juga bisa bermanfaat untuk melatih kebiasaan berbicara di depan orang. Sesuatu yang biasanya tidak dimiliki mereka yang memiliki sifat introvert.

Apa saja yang bisa dipersiapkan

Yang harus dipersiapkan pertama kali jelas adalah data atau bahan presentasi jika diperlukan. Data digunakan sebagai penunjang Anda menjelaskan kepada lawan bicara mengenai persoalan dan potensi bisnis yang Anda kembangkan. Jika tujuan presentasi Anda untuk mencari tim atau co-founder ceritakan juga mengenai posisi Anda yang sedang membangun tim. Sedang untuk presentasi, pastikan Anda membuat presentasi yang padat, jelas dan terstruktur. Dengan penulisan yang baik dan jumlah yang tidak terlalu banyak akan mengurangi potensi membosankan. Ini memudahkan Anda menjabarkan bisnis Anda di depan para pendengar.

Selanjutnya datang dengan semangat dan percaya diri. Materi yang baik namun tidak diimbangi dengan pembawaan yang baik juga berakibat buruk pada saat proses presentasi atau dalam pembicaraan. Karena tujuannya adalah mengenalkan bisnis yang sedang dibangun dan berharap ada ketertarikan dari lawan bicara, usahakan lakukan presentasi dengan semangat dan percaya diri. Tunjukkan bahwa Anda percaya sepenuhnya dengan apa yang sedang Anda kerjakan, karena energi positif biasanya menular. Sekali lagi, hal ini bisa mengatasi rasa kebosanan pendengar.

Apa yang harus ada dalam pemaparan bisnis

Ada banyak cara dalam mengenalkan bisnis. Ada banyak pula strategi menyusun presentasi untuk pitching. Berikut beberapa yang hal yang bisa Anda masukkan atau tambahkan dalam presentasi bisnis Anda.

  • Visi & Misi
  • Masalah
  • Target dan peluang
  • Solusi yang ditawarkan
  • Traksi
  • Anggota tim
  • Rencana pemasaran
  • Demo

Enam poin di atas mungkin bukan keharusan, tapi akan sangat membantu jika Anda sedang mempersiapkan presentasi. Terkadang mencantumkan exit strategy dan menyebut sejumlah nama partner juga bisa membantu Anda menambah “nilai jual“.


Sumber: Bplans, Forbes, Entreprenuer

Memulai Membangun Jaringan untuk Bisnis

Kemampuan teknis dan kemampuan memahami persoalan yang tengah diselesaikan memang menjadi hal wajib untuk ditempatkan sebagai fokus startup. Keduanya memiliki peran penting dalam membawa bisnis satu langkah ke depan. Namun bisnis tidak hanya soal itu, sebagai bisnis baru startup butuh terhubung dengan banyak pihak selain pelanggan. Seperti halnya terhubung dengan investor, dengan sesama penggiat bisnis atau bisa disebut dengan komunitas, dan lain-lain. Dengan kata lain, bisnis butuh mengembangkan jaringan, baik dalam rangka mendapat wawasan dari banyak sudut pandang, atau hanya untuk menambah relasi yang bisa menjadi awal kolaborasi.

Jalinan relasi sebuah bisnis bisa dibangun melalui dua jalur. Pertama jalur bisnis yang menghubungkan setiap individu sebagai perwakilan bisnis dengan perwakilan bisnis lainnya. Biasanya acara-acara seperti pitching, festival startup atau acara formal yang terselenggara merupakan awal terbentuknya sebuah jaringan.

Jalur kedua untuk membangun relasi ini adalah jalur personal atau individu. Ini bisa berawal dari komunitas, kenalan dan lain sebagainya. Butuh usaha yang besar, karena tidak semua orang bisa betah dalam acara atau kesempatan untuk membangun networking. 

Apa pentingnya membangun jaringan

Ada beberapa manfaat penting saat sebuah bisnis atau pemimpin bisnis memiliki jaringan. Beberapa di antaranya adalah membuka kesempatan untuk bertemu dengan investor dan membuka kesempatan untuk bertemu dengan rekan atau partner yang potensial. Bisa nantinya membantu dalam hal mengembangkan jaringan atau lainnya.

Kesempatan lain yang terbuka dengan adanya jaringan adalah akses ke orang-orang potensial yang bisa membantu tim. Tak jarang dalam jaringan ini founder menemukan co-founder, atau menemukan orang-orang yang akhirnya melengkapi tim yang sedang dibangun. The power of connection.

Selain menemukan orang, membangun jaringan juga penting untuk menemukan gagasan, ide, atau sudut pandang baru. Bagi mereka yang ada di fase awal ini berguna untuk menentukan arah atau setidaknya sebagai rambu-rambu, sebaiknya bagaimana eksekusi akan dilakukan.

Bagaimana Mengawalinya

Membangun jaringan memang bisa diawali dari dengan berkenalan dan ngobrol santai pada event-event bisnis atau networking. Namun kenyataannya membangun jaringan lebih dari itu. Kenal dan pernah berbincang saja tidak cukup, butuh beberapa hal yang lebih intens dan lebih dalam.

Dalam sebuah artikel yang diterbitkan Harvard Business Review, membangun jaringan bisa dimulai dari menganalisis jaringan, orang-orang yang sekarang ada di sekitar atau orang yang ada di dalam tim. Amati mereka dan cermati, bagaimana energi yang timbul setelah berinteraksi dengan mereka atau apa yang didapat dari perbincangan dengan mereka.

Orang-orang yang memberikan manfaat dalam jaringan tidak harus mereka yang ekstrovert atau mereka yang memiliki kenalan banyak. Cukup dimulai dari apakah mereka memberikan energi positif atau malah memperburuk.

Langkah selanjutnya adalah mulai dengan mengklasifikasikannya. Pada umumnya ada enam kategori dasar manfaat dalam membangun jaringan, yakni, informasi, dukungan, pengaruh politik, pengembangan pribadi, dukungan pribadi dan energi, tujuan, dan work life balance. Sangat penting untuk membangun jaringan yang memberikan manfaat. Tidak ada yang salah dengan membangun jaringan atau sebatas pertemanan, tapi untuk bisnis, manfaat adalah hal yang paling diharapkan.

Setelah itu mulai mengisi jaringan yang sesuai dengan apa yang sedang dibutuhkan. Jika mungkin bisnis sedang kesulitan dalam mendapatkan pengguna coba berkenalan dan berbincang dengan mereka yang menjadi target pasar dan dapatkan informasi dari mereka. Hal yang sama juga berlaku jika ingin membangun jaringan untuk mendekat dengan investor, memasarkan produk dan lain sebagainya.

Hal yang bisa dilakukan

Membangun jaringan bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti:

(a) Datang ke event

Mendatangi event seminar, workshop atau temu komunitas bisa menjadi salah satu strategi ampuh untuk berkenalan dengan orang-orang baru dan menjalin koneksi dengan mereka. Di era seperti sekarang ini sudah banyak acara yang digelar di co-working space bertajuk talkshow atau workshop, tidak ada salahnya memanfaatkan hal tersebut.

Untuk skala yang lebih besar, ikut dalam kompetisi atau pagelaran festival startup juga menjadi salah satu opsi. Namun ingat, datanglah dengan tujuan jelas, mencari koneksi.

(b) Buat pertemuan tatap muka

Langkah follow up yang bisa dilakukan setelah bertemu di event adalah dengan membuat janji untuk sekedar bertemu atau bertandang ke kantor. Cara ini bisa lebih mendekatkan diri sekaligus lebih mengenali baik secara personal maupun dalam hal bisnis. Tapi perlu diingat dalam membuat janji harus mempertimbangkan waktu dan kesibukan orang-orang yang diajak. Hormati waktu mereka dengan tidak terlambat saat janjian.

(c) Tetap terhubung di media sosial

Setelah bertemu di event dan sudah saling mengenal satu sama lain bisa coba mengakrabkan diri satu sama lain melalui akun media sosial seperti LinkedIn, Twitter dan lainnya. Ikuti mereka dan memperhatikan apa yang mereka bagikan. Sesekali buka obrolan dengan meninggalkan komentar-komentar di setiap postingan yang dirasa bisa jadi topik pembahasan.

(d) Be proactive

Di mana pun tempatnya, baik event offline maupun di media sosial ketika berkomunikasi untuk membangun koneksi usahakan untuk menjadi proactive. Jadilah orang yang mengajak kenalan, bertanya, dan membuka obrolan. Jadi orang yang mengawali, tetapi juga harus memperhatikan etika-etika komunikasi, seperti jangan menyela pembicaraan orang lain atau menanyakan hal-hal yang bersifat pribadi. Jika Anda tipe inrovert, coba ajak rekan yang sudah dikenal sebelumnya untuk mengurangi rasa canggung.

(e) Jangan takut ditolak

Dari rangkaian cara-cara membangun jaringan atau koneksi adalah keberanian untuk ditolak. Selalu lapang dada jika lawan bicara atau orang-orang yang ditargetkan bisa masuk dalam jaringan atau koneksi ternyata mengabaikan. Tidak ada respon ketika dihubungi dan tidak ada tanggapan ketika menawarkan janji bertemu adalah risiko yang harus ditanggung. Tak mengapa, tetap optimis dan lanjutkan misi dalam membangun jaringan dengan orang atau mungkin tempat lain. Jangan takut untuk ditolak.

Strategi Pemasaran Digital untuk Startup dan Penerapannya

Jika melihat karakteristik konsumen modern yang ada saat ini, tidak diragukan lagi bahwa pendekatan strategi pemasaran digital menjadi sesuatu yang sangat layak dipertimbangkan, terlebih untuk startup digital. Strategi pemasaran digital dapat didefinisikan sebagai serangkaian tindakan yang didesain untuk membantu bisnis mencapai tujuan menggunakan medium internet (online).

Jika dilihat secara kasat mata mungkin akan tampak mudah, bahkan sebagian berpikiran bahwa pemasaran digital sama dengan mempublikasi konten melalui media sosial, lalu mempercepat dengan iklan. Namun kenyataannya tidak sesederhana itu, perlu berbagai perencanaan untuk menghasilkan kampanye pemasaran yang efektif.

Tahapan penyiapan pemasaran digital
Tahapan penyiapan pemasaran digital

Memulai dengan penyusunan strategi

Untuk memulai, startup perlu untuk memikirkan strategi. Strategi sendiri berupa rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, dan disarankan tujuan tersebut harus dapat diukur dengan baik. Sebagai contoh: melalui kampanye pemasaran digital yang dijalankan selama 2 bulan, startup ingin menghasilkan peningkatan percobaan trial dari produk sebesar 15%.

Namun strategi terebut juga akan sangat bergantung dengan skala bisnis. Di tingkat startup, memiliki tujuan yang fokus dan sederhana sangat disarankan. Cara paling mudah ialah dengan membuat schedule plan berisi aktivitas apa saja yang akan dilakukan secara online.

Hal yang harus dilakukan dalam menyusun strategi pemasaran:

  1. Pastikan target sudah didapat, sehingga ada angka yang bisa digunakan untuk mengukur hasil akhir.
  2. Tentukan kerangka waktu pelaksanaan kegiatan pemasaran digital dan aktivitas yang akan dilakukan.
  3. Identifikasi untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan acara di waktu yang telah ditentukan tersebut. Misalnya jangan sampai melakukan promo hard-selling untuk konversi penjualan ketika tanggal tua dll.
  4. Tentukan kanal online yang akan digunakan untuk promosi.
Contoh rancangan aktivitas pemasaran digital / Smartsheet
Contoh rancangan aktivitas pemasaran digital / Smartsheet

Memahami konsumen

Memahami konsumen meliputi beberapa hal, selain harus tahu konsumen ada di segmentasi mana dari sisi daya beli, juga harus mengetahui betul latar belakang mereka. Misalnya aplikasi untuk pencarian tutor belajar, maka startup dapat fokus menargetkan kalangan orang tua atau murid di tingkat atas (SMA/K). Dengan mengenali audiens, startup akan mengerti cara seperti apa yang efektif untuk menyampaikan pesan promosi yang digencarkan.

Contoh tabel pengelompokan segmentasi konsumen / Parse.ly
Contoh tabel pengelompokan segmentasi konsumen / Parse.ly

Untuk mengidentifikasi segmentasi pelanggan, ada beberapa hal yang dapat dilakukan:

  • Pikirkan siapa saja yang memiliki kemungkinan menggunakan produk atau layanan startup, kelompokkan menjadi empat bagian.
  • Pilah jenis audiens berdasarkan karakteristik tertentu, tabel di atas bisa menjadi rujukan.
  • Validasi dapat dilakukan dengan cara melihat data histori pada sistem analisis web atau aplikasi, untuk memastikan hasil pemilihan tersebut sudah tepat.

Memahami brand yang diusung

Mengetahui tentang brand produk yang diusung adalah memahami kekuatan yang dimiliki. Ini penting diketahui, untuk menjelaskan kepada pelanggan mengapa mereka harus memilih produk yang diusung tersebut, ketimbang menggunakan produk pesaing. Keunggulan-keunggulan tersebut harus didefinisikan dengan jelas.

Jika sulit untuk mendefinisikan brand produk dengan baik, coba jawab beberapa pertanyaan berikut ini:

  • Siapa konsumen produk Anda?
  • Apa permasalahan yang ingin dipecahkan dengan produk tersebut?
  • Apa hal unik yang berikan oleh produk Anda? (Sebutkan tiga saja.)
  • Hal apa yang dapat Anda janjikan jika konsumen menggunakan produk tersebut?

Susun jawaban dari empat pertanyaan menjadi sebuah paragraf, lalu buat menjadi singkat. Maka itulah keunggulan yang ingin disampaikan ke pelanggan terkait brand produk startup yang tengah diperjuangkan.

Template untuk mengetahui persona calon pengguna produk / Hubspot
Template untuk mengetahui persona calon pengguna produk / Hubspot

Menyiasati kompetisi bisnis

Anda ingin tahu apa yang melawan Anda, dan Anda dapat belajar dengan baik dari kedua kemenangan dan kesalahan. Terinspirasi oleh kemenangan pesaing Anda, dan gunakan perbedaan Anda untuk menyoroti apa yang unik dari apa yang Anda tawarkan. Untuk mengidentifikasi persaingan, perlu memahami tiga jenis pesaing yang harus disiasati dengan baik dalam bisnis, berikut:

  • Pesaing Langsung; startup atau perusahaan yang menawarkan produk yang sama.
  • Pesaing Tidak Langsung; startup atau merek yang menawarkan produk berbeda, namun bersaing di ruang atau segmentasi pengguna yang sama.
  • Komparator; produk yang sebelumnya sudah dipakai oleh pelanggan.

Lalu cara paling mudah untuk menemukan kompetitor bisnis –dari tiga jenis di atas–bisa melakukan beberapa hal berikut:

  • Gunakan Google, lalu ketikkan kata kunci berkaitan dengan produk atau layanan yang dibuat oleh startup.
  • Jika menemukan, coba layanan tersebut, bandingkan dengan yang dimiliki startup. Jelajahi websitenya dan pelajari newsletter yang biasa dikirimkan.
  • Tanyakan kepada pelanggan yang pernah menggunakan produk lain sebagai testimoni dan masukan pengembangan.

Mengukur target capaian

Setelah mendefinisikan dengan baik upaya yang akan dilakukan, maka sekarang mulai melakukan kampanye tersebut. Di fase awal, pengukuran secara intensif dibutuhkan untuk memastikan target yang sudah dicanangkan tercapai. Beberapa hal yang bisa dijadikan bahan analisis untuk mengukur progres pemasaran digital di antaranya:

  • Jumlah kunjungan website
  • Jumlah unduh aplikasi
  • Jumlah pemutaran video
  • Klik ke website atau tulisan
  • Pendaftaran layanan trial, dan sebagainya.

Itu baru langkah awal, karena semua harus dihitung berdasarkan konversinya terhadap target capaian yang diinginkan. Lantas akan muncul pertanyaan-pertanyaan seperti: apakah jika pengunjung website bertambah maka jumlah unduhan meningkat? Apakah jika jumlah unduhan meningkat maka jumlah pelanggan permium akan naik? Jadi definisikan dengan baik target pengukuran dan perhitungannya terhadap dampak yang diinginkan.

Demikian beberapa hal yang perlu disiapkan di fase awal penyiapan strategi pemasaran digital untuk startup. Dalam tulisan selanjutnya, akan dibahas bagaimana mengoptimalkan pemanfaatan tools dan media sosial untuk mendongkrak kegiatan kampanye digital. Karena untuk melakukan pemasaran digital prosesnya tidak instan, sehingga dapat menghasilkan dampak yang baik bagi pelanggan.

05


Referensi: Hubspot, DigialMarketer, Jeff Bullas

Tips Memulai dan Menjalankan Startup

Salah satu sesi Clapham Startupfest 2018 adalah presentasi Managing Director Kejora Ventures Andy Zain. Andy mempresentasikan mengenai perjalanan startup, bagaimana memulainya dan bagaimana mengelolanya untuk berkembang.

Membuka presentasi Andy menceritakan kisah pendiri Amazon, Salesforce, Space X dan Bukalapak. Andy menerangkan ada beberapa persamaan dari semua figur yang ia bahas, yakni mereka sama-sama sudah aktif dari sejak dini, mempelajari proses, dan tidak mengejar uang atau ketenaran. Semua figur yang dipresentasikan Andy memulai bisnis teknologinya untuk membantu masyarakat dan memberikan impact yang nyata bagi yang menggunakannya.

Bagaimana memulai startup

Startup atau bisnis rintisan yang memanfaatkan teknologi memang sama dengan bisnis kebanyakan. Hanya saja untuk memulai startup berbasis teknologi perlu beberapa hal yang diperhatikan, terutama bagaimana bisnis yang dijalankan bisa untuk tumbuh dengan tinggi atau sering disebut dengan hypergrowth.

Untuk memulai startup, yang pertama harus dimiliki adalah sense of urgency, semacam alasan mengapa ingin membangun bisnis startup. Menurut Andy, lawan dari sense of urgency ini adalah zona nyaman. Karena terlalu nyaman dengan keadaan terkadang permasalahan-permasalahan jadi tidak ditemukan.

Selanjutnya adalah goal atau tujuan. Namun untuk startup tujuan ini harus ditentukan setinggi mungkin. Andy menyebutnya sebagai tujuan yang sangat ambisius. Dengan semakin tinggi tujuan ditentukan semakin baik. Bahkan semakin jauh dari zona nyaman tujuan semakin baik. Lawan dari tujuan ini adalah ketakutan untuk gagal. Selama tujuan masih dalam area yang nyaman yang bisa terjangkau berarti tujuan masih digantungkan terlalu rendah.

Selain tujuan dan masalah selanjutnya yang harus disiapkan adalah skill atau kemampuan. Skill di sini bukan hanya soal teknis, bukan hanya soal penguasaan penggunaan teknologi tetapi juga kemampuan dalam memahami industri dan pasar.

Misalnya jika bergerak di bidang pertanian, selain bisa membuat aplikasi pendiri juga harus memiliki kemampuan untuk mengenali industri pertanian dan juga pemahaman tentang apa yang diinginkan pasar. Oleh karena itu menemukan co-founder yang cocok dan melengkapi adalah hal yang bisa diupayakan. Untuk bisa bekerja sama dengan orang lain yang ditekan adalah ego dan co-founder yang baik adalah mereka yang tidak hitung-hitungan dan memiliki semangat yang sama di industri yang sama.

Selanjutnya yang harus diperhatikan ketika memulai startup adalah eksekusi. Selain tepat eksekusi juga harus cepat, karena jika tidak segera bisa jadi bisa tertinggal dari bisnis lain.

Evaluasi

Selain memulai startup, Andy juga membagikan bagaimana bisa menyeleksi atau mengenali sebuah bisnis bisa ditumbuhkan secara besar atau tidak. Cara awalnya adalah dengan melakukan evaluasi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti.

“Apakah bisa startup yang dijalankan mendapatkan 500 karyawan?”

“Apakah startup yang dijalankan memberikan impact atau pengaruh ke lebih dari satu juta orang?

“Apakah bisnis yang dijalankan bisa bertahan dalam 20 tahun ke depan ?”

Sebagai startup yang diwajibkan tumbuh secara hypergrowth, pertanyaan-pertanyaan tersebut bisa menjadi seleksi awal. Jika masih ada keraguan di salah satunya mungkin startup masih perlu dievaluasi, karena pada dasarnya startup adalah bisnis yang besar dan memiliki pertumbuhan yang cepat.


Disclosure: DailySocial adalah media partner Clapham Startupfest 2018

Strategi Mendorong Pertumbuhan Bisnis

Di tahap awal startup pasti memiliki target untuk bertumbuh. Baik bertumbuh dari segi jumlah pengguna atau bertumbuh dari segi perusahaan. Banyak hal yang bisa diupayakan untuk menghasilkan pertumbuhan. Banyak pendekatan yang harus dicoba dan disesuaikan.

Berikut beberapa pendekatan yang bisa dicoba untuk membantu mendorong atau mengakselerasi pertumbuhan bisnis.

Tujuan dan keuntungan berjalan beriringan

Startup dibangun dengan sebuah tujuan. Biasanya startup hadir dengan solusi yang bisa memecahkan permasalahan-permasalahan yang ditemui. Salah satu pendekatan yang bisa dilakukan untuk mengembangkan bisnis adalah dengan mulai beranggapan bahwa tujuan dan keutungan akan berjalan beriringan.

Startup di era sekarang biasanya dekat dengan teknologi dan digital. Keduanya sebagai alat dimaksimalkan untuk membantu masyarakat memecahkan masalah yang ditemui sehari-hari. Fokus pada memberikan layanan atau solusi berkualitas bisa dijadikan hal utama. Pada dasarnya perjalanan startup tidak selalu soal keuntungan, tetapi juga mencapai sesuatu yang berharga dan berguna.

Tetap dalam perhitungan

Pada saat proses tumbuh terkadang harus ada beberapa hal yang kembali disesuaikan, salah satunya adalah rancangan dan strategi di masa depan. Saat bertumbuh kondisinya tentu tak lagi sama dengan awal memulai semuanya, ada yang berubah dan harus ada yang diperbaruhi. Di titik ini ada kalanya perlu untuk berhenti sejenak untuk fokus pada pelanggan yang ada, demi kualitas, sembari merancang strategi baru untuk tumbuh lebih besar.

Berinvestasilah pada tim

Aspek penting dalam pertumbuhan startup ada pada orang-orang di belakangnya. Tim yang solid, yang menggunakan segenap kemampuannya untuk memberikan yang terbaik bagi bisnis. Jika bertumbuh adalah sebuah hal yang diperjuangkan tidak ada salahnya untuk berinvestasi pada tim. Carilah personel-personel baru untuk bergerak semakin cepat.

Namun yang perlu diperhatikan adalah kecocokan. Ubah sudut pandang, jangan cari karyawan, carilah rekan, carilah orang yang nantinya bisa diajak bekerja sama dengan membawa visi dan misi yang sama. Ini akan bekerja baik dalam memudahkan proses penyesuaian dan tentunya pengelolaan ke depannya. Karena tidak ada yang lebih baik dibanding memiliki tim yang sama-sama memiliki gairah, visi, dan misi yang berada di jalan yang sama.

Yang Perlu Diperhatikan Startup Indonesia Saat Merekrut Pengembang

Untuk meluncurkan produk digital yang berdaya guna tinggi dengan kapabilitas baik, startup digital perlu memiliki susunan tim kuat yang berisi developer atau pengembang perangkat lunak. Fakta di lapanga menunjukkan, sulit sekali untuk bisnis menemukan talenta developer berkualifikasi tinggi untuk mengakselerasi pengembangan produk.

Ada dua alasan utama yang melandasi hal ini. Pertama stoknya memang tidak banyak dan mereka harus bersaing dengan perusahaan besar yang terus merekrut talenta developer. Kedua, startup pemula yang ingin merekrut developer perlu memikirkan banyak aspek, salah satunya terkait fee yang harus diberikan.

Sebenarnya sebagai startup ada beberapa hal yang bisa diandalkan dalam merekrut developer. Dalam sebuah survei yang dilakukan HackerRank, ditemukan data menarik berkaitan dengan apa yang menjadi prioritas seorang developer ketika mencari pekerjaan. Di posisi pertama ada “good work-life balance”, yakni tentang sebuah lingkungan kerja yang menyajikan keseimbangan (terkait dengan waktu) antara bekerja dan berkehidupan. Yang kedua ialah kesempatan untuk pengembangan dan belajar. Kompensasi atau gaji justru berada di urutan ketiga.

hackerrank survey

Startup sebagai sarana pengembangan diri

Di tahap awal, katakanlah sudah dalam seed-stage, fokus startup adalah bagaimana mematangkan produk dari pasar dan model bisnis yang telah tervalidasi. Dinamika masih akan sering terjadi, tentang fitur atau fungsionalitas sistem, sehinngga peran software developer cukup kritis di fase ini. Pasca MVP (Minimum Viable Product) digulirkan, reaksi pasar juga akan memberikan masukan terhadap pengembangan produk. Intinya developer yang direkrut mungkin tidak akan bekerja santai di fase ini.

Jika melihat kondisi di atas, jelas sekali bahwa startup bisa menawarkan ruang untuk berkembang. Selalu ada tantangan baru dan ide-ide yang selalu muncul dalam proses pengembangan di tahap awal tersebut. Terlebih jika startup juga tengah mengikuti program akselerasi, maka ruang bekerja bagi developer turut menjadi ruang belajar yang sangat baik, karena konsepnya “learning by fighting”. Justru yang sulit dijawab ialah bagaimana menyajikan ruang kerja yang seimbang, memberikan banyak keleluasaan bagi developer untuk menjalani kehidupan maupun hobinya. Cara terbaik yang bisa dilakukan ialah dengan memahami dan mengaplikasikan metodologi pengembangan yang tepat.

Menurut Risman Adnan, Direktur R&D ‎di Samsung R&D Institute Indonesia, hukum mendasar yang harus diikuti para founder dan engineer untuk menghasilkan produk berkualitas ada tiga faktor, yaitu hire great engineer (pengaruh terhadap kualitas produk 40%), set engineering culture (30%), dan commitment to the right process (30%). Saat proses pertama bisa dilalui dengan adanya ketersediaan developer dalam bisnis, maka PR-nya adalah poin kedua dan ketiga.

Kultur bukan soal teknologi, tapi soal prinsip-prinsip dasar yang menyatu dengan aktivitas keseharian tim. Bukan pula konsep teoritis, tapi mindset dan aktivitas yang dilakukan secara terus menerus. Karena ini mencakup culture of learning, engineering, communication, trust, time management dan lain-lain. Sedangkan komitmen dalam proses berpengaruh pada metodologi dan tools yang paling sesuai dengan people dan culture startup, yang dapat memfasilitasi proses mencakup fase perencanaan, analisis, desain, konstruksi, pengujian dan iterasi perbaikan.

Kultur kerja menciptakan “work life balance”

Jika digabungkan, kultur dan proses yang benar menyumbangkan persentase mayoritas (60%) dalam melahirkan produk aplikasi yang berkualitas. Dan dua faktor tersebut didesain oleh sistem kerja yang ada dalam startup itu sendiri. Faktor penentunya justru pada founder startup. Jika tengah dalam program akselerasi, kultur pengembangan ini, berkaitan dengan pemilihan metodologi, bisa didiskusikan dalam proses pendidikan yang berlangsung. Tanyakan kepada mentor yang berpengetahuan teknis jika founder tidak memiliki latar belakang pendidikan di bidang pengembangan perangkat lunak.

Mengapa metodologi penting untuk dianut dalam sebuah proses? Jika tidak memiliki proses yang sesuai, tentu produk akan menjadi carut-marut alias tidak terukur perkembangannya, dan jika tidak sesuai metodologinya bisa jadi prosesnya menjadi lebih lama.

Terkait metodologi, Co-Founder & CIO Bizzy.co.id Norman Sasono menuturkan bahwa metodologi dalam pengembangan perangkat lunak didesain untuk melayani tim. Tim dengan pola berbeda, sifat produk yang berbeda, akan membutuhkan metodologi yang berbeda pula, harus disesuaikan.

Untuk startup, menurut Norman, jangan pernah menggunakan metode waterfall, karena tidak sesuai dengan startup yang sedang dalam proses penemuan model bisnis yang tepat. Tidak sesuai dengan model pengembangan produk yang masih sering harus memperbaiki masukan dari pengguna. Sedangkan SCRUM adalah salah satu yang sesuai. SCRUM membagi bakclogs produk dalam beberapa capaian yang pendek. Beberapa capaian pertama tim harus menghasilkan MVP, kemudian berlari lagi menghasilkan rilis lainnya.

Setelah memiliki metodologi dan mengimplementasikan, lantas yang harus dilakukan founder ialah menciptakan pola kerja disiplin. Dari situ manajemen waktu akan lebih terukur, setiap proses dapat lebih terpantau, dan bagi developer pun akan mendapatkan pola kerja yang lebih baik.

Yang harus diperhatikan

Di tahap awal, dengan kondisi finansial yang harus diperhitungkan secara ketat, model talent acquisition atau “bajak-membajak talenta” bukan menjadi cara yang sehat untuk merekrut developer. Di sisi lain, startup juga membutuhkan developer berkualitas agar produknya bisa segera diluncurkan. Merekrut developer pemula atau berpengalaman sedang adalah pilihan yang biasanya diambil, lantas bagaimana cara untuk memastikan kinerjanya baik? Ada beberapa hal fundamental yang bisa diperhatikan, selain dari sisi kultur tadi di atas.

Hal tersebut adalah tuntun agar developer tersebut memiliki proses yang sistematis dalam melakukan pengembangan. Umumnya developer yang baru terjun ke dalam dunia bisnis mereka masih berpikir pragmatis ala “code first, think later”. Kebiasaan tersebut tidak bisa dibawa seutuhnya dalam pengembangan sebuah produk berbasis pangsa pasar. Sebaliknya, kecepatan kode bukanlah sesuatu yang harus selalu di urutan pertama, namun ada sebuah proses yang harus dilakukan yakni memahami konteks permasalahan untuk menghasilkan ketelitian spesifikasi dan desain.

Istilah full-stack developer juga erat dengan developer di tahap new entry, yakni mereka bekerja “serabutan”, tidak fokus pada satu permasalahan. Misalnya mereka tetap mengerjakan backend, manajemen database, hingga desain frontend. Jika benar hendak merekrut developer untuk dijadikan full-stack, disarankan untuk memilih yang berpengalaman. Namun jika dikaryakan dalam role yang spesifik, misalnya hanya untuk mendesain antarmuka aplikasi, maka bisa merekrut developer pemula.