Kemampuan Umum yang Harus Dimiliki Seorang Product Manager

Peran product manager di dalam startup memang diperlukan. Kaitannya dengan mencari bentuk terbaik sebuah produk atau layanan dan juga untuk inovasi. Bagi startup penting untuk mencari orang-orang yang tepat untuk mengisi posisi ini. Bagi mereka yang tengah menyiapkan diri untuk menjadi product manager berikut beberapa kompetensi yang harus dimiliki oleh para product manager.

Untuk menjadi product manager setidaknya ada dua kemampuan inti yang harus dimiliki. Pertama adalah kemampuan emosional dan sosial dan yang kedua adalah kemampuan teknis. Kemampuan emosional dan sosial akan banyak membantu product manager dalam pengelolaan tim dan memahami pengguna. Sedangkan untuk kemampuan teknis bisa sangat berperan dalam diskusi dengan tim teknis terkait dengan teknologi yang digunakan untuk sebuah fitur atau teknologi yang sekiranya optimal dan bisa diterima dengan baik oleh pengguna.

Kemampuan manajemen

Salah satu kompetensi yang tergabung dalam kompetensi inti yang telah disebutkan sebelumnya adalah kemampuan manajemen. Baik memanajemen diri sendiri mau pun tim. Di samping itu kepekaan terhadap sosial menjadi poin penting yang tidak boleh dilupakan. Kemampuan manajemen dan kepekaan terhadap lingkungan sosial bisa membantu product menager untuk memahami tim dan juga memahami pengguna.

Product manager sering kali diibaratkan sebagai penghubung antara kebutuhan pasar dan juga tim pengembang. Itu artinya product manager wajib memiliki kemampuan untuk berdiskusi dan berkomunikasi dengan pengguna baik untuk mendapatkan umpan balik melalui berbagai cara. Setelah itu product manager juga bertanggung jawab menerjemahkan keinginan pasar kepada tim pengguna dengan baik agar fitur atau produk yang dikembangkan selanjutnya sesuai dengan kebutuhan atau paling tidak berguna bagi pengguna.

Kemampuan teknis

Selanjutnya adalah kemampuan teknis, kemampuan yang wajib dimiliki untuk bisa berkomunikasi dengan baik dengan tim pengembang dan tim teknis dalam perusahaan. Pemahaman teknologi juga sangat diperlukan untuk bisa memberikan pertimbangan yang berbobot bagi tim teknis.

Salah satu kemampuan teknis yang harus dimiliki adalah kemampuan terkait data. Baik itu mengoleksi, mengolah, dan mengambil wawasan dari data tersebut. Meski product manager bisa dibantu dengan tim lain yang memiliki kemampuan lebih terkait dengan data kemampuan untuk “membaca” data menjadi satu hal yang wajib dimiliki.

Simak seri tulisan tentang pengembangan produk untuk startup:

Seri Pengembangan Produk #1: tentang Product Management dan Product Manager
Seri Pengembangan Produk #2: tentang Product-Market Fit
Seri Pengembangan Produk #3: tentang Minimum Viable Product

Lima Cara Memperbaiki Masalah Keuangan dalam Startup

Kebanyakan startup belum memiliki keuangan yang stabil saat baru awal berdiri. Ada kalanya penjualan tinggi, ada juga yang rendah. Bahkan terkadang ada biaya mendadak dan keterlambatan pembayaran dari pelanggan yang sering kali mengancam keberlangsungan bisnis. Di sinilah terjadinya cikal bakal terjadinya masalah keuangan perusahaan, tapi semua masalah itu ada solusinya.

Caranya dengan mencari akar masalahnya. Sebelumnya, Anda harus memahami masalah yang terjadi di tingkat dasarnya. Meski ada ratusan penyebab, namun bila di telusuri lebih jauh ada benang merahnya dengan salah satu dari tiga akar penyebab umum.

Pertama, masalah penjualan. Ketika jualan Anda tidak menutup pengeluaran, unsur pertama yang paling awal terkena adalah arus kas. Cari tahu mengapa Anda tidak cukup menjual barang. Alasannya, bisa jadi salah satu dari ini: (1) harga jual terlalu tinggi, (2) pasar tidak menerima produk Anda, (3) ada kesalahan strategi pemasaran.

Dalam banyak kasus, masalah penjualan itu sebenarnya terkait dengan banyak faktor. Semakin cepat Anda menggali dan mencari tahu penyebabnya, semakin cepat Anda menemukan solusi.

Kedua, beban lebih besar dari pemasukan. Anda harus lihat kembali lembar pengeluaran. Jika pendapatan tinggi tapi arus kas sangat ketat, berarti ada sesuatu yang terjadi setelah penjualan. Uang Anda pergi ke suatu tempat dan lembar pengeluaran akan menjelaskan apa yang terjadi.

Ketiga, kolektabilitas yang buruk. Ketika penjualan tinggi dengan ongkos yang rendah, namun arus kas masih menderita. Anda harus cek kembali piutang yang kemungkinan tersedat. Setelah Anda menemukan salah satu dari tiga penyebab umum di atas, sekarang saatnya menyusun strategi untuk memperbaikinya. Ada apa saja? Berikut rangkumannya.

1. Menjalankan flash sale

Jika semua barang vital perusahaan Anda terlihat baik-baik saja, mungkin Anda memerlukan suntikan dana tunai dengan cepat untuk menambal arus kas. Cara paling sederhana dan paling efisien adalah melakukan flash sale dengan harga lebih rendah dari harga normal.

Dengan strategi ini, memungkinkan Anda menghasilkan lonjakan pendapatan dengan cepat. Margin keuntungan memang akan lebih rendah dari harga normal, tapi itu prioritas sekunder. Sebab posisi Anda adalah membutuhkan uang tunai lebih cepat daripada margin yang kuat.

2. Pakai kartu kredit

Banyak bisnis yang secara sporadis menghadapi masalah arus kas. Jika Anda menghitung bisnis Anda ini termasuk ke dalam kategori tersebut, artinya perlu solusi yang memungkinkan Anda dapat meresponsnya dengan cepat tanpa mengorbankan keseluruhan operasional bisnis. Satu jaring pengaman yang bisa dipakai dalam hal ini adalah kartu kredit.

Meminjam lewat kartu kredit lebih disukai daripada jenis pendanaan lainnya karena sifatnya yang terus berputar dengan harga terjangkau. Dengan kartu kredit, Anda hanya perlu membayar bunga atas jumlah kredit yang Anda pakai. Ketika hutang ini lunas, Anda dapat akses kredit dengan limit yang penuh lagi.

3. Perbaiki faktur

Jika Anda memiliki struktur koleksi piutang yang buruk, kemungkinan besar Anda juga menghadapi kebiasaan faktur yang buruk. Dengan memperbaiki kelemahan ini, Anda akan terbantu memperbaiki hubungan dengan klien.

Faktur itu harus tepat waktu, dapat diprediksi, dan jelas. Mereka harus dikirim segera setelah pekerjaan selesai, tidak boleh lebih dari beberapa hari setelah proyek kelar. Faktur harus menjelaskan secara persis kapan pembayaran jatuh tempo, apa persyaratannya, dan bagaimana pembayaran harus dilakukan. Akhirnya, perlu ada rincian biaya yang jelas sehingga tidak ada pertanyaan tentang bagaimana jumlah total dihitung.

4. Bernegosiasi dengan kreditur

Mungkin masalah arus kas Anda berakar pada praktik penjualan yang buruk, karena ini berkaitan dengan lilitan hutang yang Anda alami sendiri dan bagaimana Anda menangani pengeluaran sehari-harinya. Akibatnya pembayaran yang luar biasa mencekik hingga menyakiti arus kas Anda.

Lalu bagaimana solusinya? Pertimbangkan untuk berunding dengan kreditur Anda, lihat apakah Anda bisa membayar cicilan dengan nominal lebih rendah atau setidaknya tenornya diperpanjang. Kreditur bisa saja bersedia untuk melakukan kesepakatan dengan Anda. Apalagi saat cicilan sudah lama dilakukan dan Anda tergolong tepat waktu membayar hutang.

5. Rekrut orang lebih profesional

Pada akhirnya, masalah kronis yang menimpa arus kas Anda mungkin menjadi pertanda bahwa Anda tidak memiliki tim yang tepat dalam menangani pembukuan. Meskipun bukan hal yang paling nyaman untuk dilakukan, Anda mungkin perlu mengganti orang-orang yang bertanggung jawab dan menggantinya dengan orang yang lebih profesional. Akuntan yang profesional akan membantu Anda mendapatkan pembukuan arus kas yang lebih baik.

Cermati Empat Hal Berikut Sebelum Melakukan Ekspansi Bisnis di Asia

Saat ini mulai banyak startup Indonesia yang ingin melebarkan pasar lain di negara Asia. Namun demikian seiring berjalannya waktu, tidak semua perusahaan tersebut mampu untuk bertahan lama dan terpaksa untuk menghentikan operasional mereka di negara tersebut.

Salah satu faktor kesalahan yang dilakukan oleh perusahaan asing tersebut melancarkan bisnis di Asia adalah kurangnya persiapan hingga penerjemahan konten menyesuaikan dengan kultur dan kebiasaan dari penduduk setempat.

Negara Asia sendiri termasuk ramah untuk perusahaan asing melakukan ekspansi bisnis, dengan birokrasi yang tidak terlalu mengikat hingga tenaga kerja yang mudah didapat dengan upah yang bisa disesuaikan dengan budget dari perusahaan.

Artikel berikut ini akan mengupas hal-hal yang harus dilakukan oleh perusahaan asing, saat melancarkan usaha di Asia.

Rencana bisnis

Banyak perusahaan asing yang datang ke Asia tidak memiliki business plan atau rencana bisnis yang matang. Hal tersebut akan berpengaruh ketika bisnis tersebut ingin menambah modal, melakukan monetisasi dan hal-hal terkait lainnya. Rencana bisnis tersebut meliputi, visi dari perusahaan, latarbelakang perusahaan, tujuan, perekrutan talenta, produk dan layanan, kompetitor, kegiatan pemasaran, pendanaan dan exit plan.

Dokumentasi ijin kerja (visa)

Hal penting lainnya yang harus diperhatikan adalah untuk memperhatikan persyaratan dokumen, seperti ijin kerja hingga visa dari tim inti perusahaan yang kebanyakan adalah tenaga kerja asing. Siapkan selalu dokumen yang resmi dan perhatikan tengat waktu dari ijin kerja tersebut.

Pajak dan akunting

Salah satu faktor penting yang kerap dihiraukan oleh perusahaan asing adalah soal perpajakan perusahaan. Di Indonesia sendiri hal tersebut menjadi perhatian dari para regulator, terkait dengan perusahaan asing yang memiliki bisnis di Indonesia. Untuk itu pelajari dan cermati hal-hal mendasar soal perpajakan di negara setempat.

Biaya operasional

Hal lain yang juga harus diperhatikan adalah biaya operasional saat menjalankan bisnis di negara Asia. Apakah perusahaan memiliki dana yang cukup untuk membayar gaji pegawai dan biaya operasional. Berapa lama uang simpanan tersebut mampu bertahan. Saat awal bisnis yang kebanyakan belum mendapatkan profit secara langsung, hal tersebut wajib untuk disiapkan.

Inspirasi Resolusi Tahun Baru untuk Pelaku Startup

Sebagai pengusaha, Anda tidak akan pernah bisa berhenti memperbaiki diri. Tidak peduli seberapa sibuknya diri Anda, penting untuk tetap meluangkan waktu untuk merenung apa saja yang dapat Anda lakukan untuk bisa lebih baik dalam pekerjaan dan kehidupan. Membuat resolusi tahun baru seyogyanya bisa menjadi suatu motivasi baru agar Anda dapat terus memperbaiki diri dengan belajar dari kesalahan untuk mencapai target yang sudah ditetapkan sejak awal.

Apa saja inspirasi ide yang bisa Anda terapkan untuk masuk dalam daftar resolusi tahun baru Anda? Berikut rangkumannya.

Kembali ke kampus

Terlepas dari kenyataan bahwa Anda sudah menjalankan bisnis, aktif berpartisipasi setiap konferensi yang digelar dan sudah berkeluarga, Anda tetap bisa memutuskan untuk kembali belajar di kampus. Ambil program akselerasi sehingga Anda tidak perlu harus sekolah untuk jangka waktu yang lama. Malah Anda akan terpacu untuk menyesuaikan jadwal kerja dan belajar jadi lebih teratur.

Ditambah, pikirkan benefit lebih dari jurusan kuliah yang Anda ambil karena bisa membantu Anda dalam mengakselerasi bisnis sendiri. Anda bisa menggunakan masalah yang dihadapi bisnis sendiri sebagai studi kasus yang harus diselesaikan untuk mendapat gelar.

Kembali ke kampus itu juga memberikan perspektif berbeda yang tidak Anda miliki saat bekerja terutama saat mengatasi masalah sendirian.

Ketika Anda mempertimbangkan rencana ini, Anda perlu buat rencana yang signifikan. Anda perlu teliti program yang ingin Anda masuki, jenis gelar yang ingin diperoleh dan waktu kuliah yang dibutuhkan. Selain itu, pertimbangkan pula berapa lama Anda harus meluangkan waktu mendaftar ke program ini karena dokumen biasanya harus diajukan berbulan-bulan sebelum kelas dimulai.

Begitu Anda diterima, Anda juga perlu menentukan kelas mana yang mungkin bisa Anda ambil secara online dan pikirkan bagaimana pengaruhnya terhadap pekerjaan harian, termasuk pekerjaan rumah dan proyek penelitian apa pun. Jangan lupa diskusikan rencana Anda dengan pasangan untuk saling berbagi tanggung jawab dalam beberapa waktu mendatang.

Memformalkan perusahaan

Dalam dunia kewirausahaan yang konstan, dasar-dasar bisnis sering terlupakan seperti memformalkan kebijakan tertulis dan menciptakan struktur untuk onboarding talent. Lagi pula, memformalkan bisnis selagi masih kecil akan lebih daripada diundur-undur sampai perusahaan sudah berskala besar.

Sebab ada banyak pekerjaan untuk menciptakan kebijakan dan prosedur tentang bagaimana Anda bekerja, parameter, dan batasan pada pekerja lepas, lalu tindakan pengamanannya.

Mentransformasi budaya perusahaan

Banyak pengusaha percaya bahwa budaya perusahaan tidak dibutuhkan untuk startup dan Anda bisa mengembangkannya di kemudian hari. Padahal, sebenarnya budaya perusahaan itu datangnya dari diri Anda sendiri selaku founder bisnis, bagaimana Anda berinteraksi dengan rekan satu kantor.

Apabila Anda sudah punya tim kecil, tanyakan ke mereka untuk mengembangkan definisi budaya perusahaan dalam bentuk nyata dan bisa diterapkan ke perusahaan. Dengan melibatkan tim, maka proses pembentukan budaya akan lebih cepat daripada Anda langsung memberitahu mereka tanpa berdiskusi terlebih dahulu.

Anda juga bisa saling bertukar pikiran dengan tim, hal-hal apa saja yang mereka harapan dari Anda dan begitu sebaliknya.

Berpartisipasi dalam kegiatan sosial

Apabila Anda sudah sering menjadi pembicara dalam setiap konferensi, maka Anda bisa membawa lebih jauh kemampuan Anda untuk menjadi influencer buat kegiatan sosial. Kesempatan tersebut bisa Anda pakai untuk membawa brand perusahaan dan citra diri jadi lebih bernilai.

Menjadi influencer, tidak harus penuh drama sinetron. Sebagai gantinya, bagikan proyek atau peran yang sudah ambil sepanjang tahun ini. Lalu beri tahu apa output-nya, jelaskan sebab akibat dan terangkan mengapa Anda terlibat. Ini adalah cara sempurna untuk mempengaruhi orang lain untuk melakukan hal yang sama.

Mempertimbangkan Ruang Kerja untuk Pelaku Startup Pemula

Meski startup yang sedang Anda rintis masih bootstrap, bukan berarti Anda harus mengurung diri bekerja dalam rumah saja, garasi, di ruang bawah tanah, atau di loteng. Pasalnya, sejak tahun 1980an, pengusaha memiliki lebih banyak pilihan untuk memulai ruang kerja. Ada apa saja?

Artikel berikut ini akan memberikan pilihan ruang kerja yang bisa Anda mulai untuk merintis perusahaan startup Anda.

1. Cafe

Gaya hidup ala Instagram mungkin telah mengilhami banyak calon pengusaha untuk menggabungkan pekerjaan dengan travel yang belum pernah dilakukan oleh pengusaha di generasi sebelumnya. Tampilan laptop dan cangkir kopi bersatu di sebuah meja dengan foto yang diambil dengan teknik flat lay. Berkat era globalisasi, Anda memungkinkan dapat belajar otodidak lewat berbagai platform e-kursus secara online.

2. Coworking space

Coworking space untuk pekerja profesional telah muncul selama beberapa tahun terakhir. Bagian yang menarik dari mereka adalah iming-iming dapat minuman berkafein sepanjang hari, sama halnya dengan kantor pada umumnya. Banyak coworking space yang menawarkan meja individu untuk pekerja lepas. Mereka juga menyediakan ruang pertemuan yang bisa disewa seperlunya, bahkan ada area eksklusif untuk pengusaha pemula.

Konsep dari ekonomi berbagi (sharing economy) dalam coworking space sangat kentara terlihat. Jika FaceTime atau Skype saja tidak cukup untuk meeting dengan klien, cukup pesan ruangan di coworking space. Anda tidak terikat untuk membayar sewa bulanan, namun pada saat yang sama, Anda memiliki tempat untuk merangkak cepat karena dibantu oleh para pengusaha lainnya meski berasal dari perusahaan yang berbeda.

3. Sewa ruangan

Sewa apartemen secara konvensional memiliki daya tarik bagi kalangan milennial yang suka berbelanja. Dengan syarat lokasi yang fleksibel, memiliki rasa kenangan dengan gaya hidup kostan selama masa kuliah, sewa ruangan berbasis komunitas pun semakin diminati. Teman sekamar bervariasi tergantung siapa yang akan merawat properti. Akan tetapi, menjadi teman sekamar dengan pendiri startup adalah hal yang mungkin.

Agar perusahaan tetap bisa hidup, cari pekerjaan tambahan yang bisa menopangnya. Entah itu berjualan di situs e-commerce, atau sebagainya, pekerjaan tersebut bisa Anda manfaatkan untuk mengumpulkan data pelanggan. Jangan lupa untuk selalu menjaga keamanan data dari jaringan WiFi yang Anda pakai, dengan cara mengaktifkan enkripsi jaringan dan membatasi akses yang tidak sah.

4. Kantor di rumah

Jika Anda memutuskan untuk jadi pengusaha rumahan, Anda akan tetap bisa hidup dengan keputusan itu. Dari survei yang dilakukan ReportLinker, sebanyak 41 persen orang yang ditemui berpendapat bahwa memiliki kantor di rumah sendiri adalah keputusan terbaik. Punya kantor di rumah tidak harus ada di loteng atau di ruang bawah tanah, bisa di mana saja, namun harus didukung dengan sarana yang bisa mendorong semangat. Misalnya sirkulasi udaranya bagus, ada cahaya matahari, ada bangku dan meja yang nyaman untuk duduk seharian.

Insipirasi untuk Menumbuhkan Loyalitas

Selalu ada cara sendiri untuk membangkitkan loyalitas tim atau rekan kerja di dalam startup. Bisa karena manajerial atau pun karena faktor lainnya. Salah satu aspek yang mempengaruhi loyalitas itu bisa berasal dari pemimpin atau founder, bisa positif bisa negatif, tergantung apa dan bagaimana pemimpin memberlakukan timnya. Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan oleh pemimpin untuk menginspirasi anggota timnya untuk meningkatkan loyalitas.

Umpan balik dan pembinaan terus menerus perihal manajemen kinerja

Umpan balik menjadi senjata utama untuk menumbuhkan loyalitas. Percakapan mengenai hal ini harus sering dilakukan dalam lingkungan kerja. Karena dengan saling terbuka terhadap umpan balik dan penangan yang berkelanjutan bisa membudayakan transparansi dan keputusan yang diambil dari sana bisa menjadi pembelajaran yang berarti bagi tim.

Peluang pengembangan diri dan karier

Tidak semua orang bekerja semata-mata karena uang saja. Alasan lainnya adalah karena ingin terus belajar dan tumbuh menjadi orang yang lebih baik dan lebih terampil setiap tahunnya. Bisnis harus menangkap hal ini sebagai upaya peningkatan loyalitas. Sediakan lokakarya atau pelatihan-pelatihan yang bisa meningkatkan keterampilan atau memicu keterampilan baru bagi setiap anggota tim.

Tidak kalah pentingnya adalah menjanjikan jenjang karier yang terarah. Jika karyawan sudah menunjukkan kinerja terbaik dan produktivitas yang jauh lebih baik dari yang diminta mungkin bisnis juga harus menyiapkan posisi yang lebih baik. Manajer misalnya, atau bisa yang lainnya. Jadi sebagai individu anggota tim akan terpacu dan juga memberikan gambaran yang pasti mengenai peran mereka. Promosi yang menjanjikan, atau dengan kata lain manajemen sukses bisa menjadi cara untuk meyakinkan anggota tim untuk bertahan.

Memberdayakan hubungan karyawan dan kolaborasi

Seharusnya membangun hubungan yang baik di antara karyawan dan kolaborasi menjadi elemen utama di setiap startup. Sebagai bisnis rintisan startup perlu berjuang, di sana diperlukan komitmen dan komunikasi yang baik. itu semua merupakan fondasi yang baik untuk loyalitas karyawan. Open space, tersedianya sarana bermain bersama atau jadwal kumpul bersama di luar jam kerja menjadi salah satu cara praktis untuk meningkatkan hubungan satu sama lain. Obrolan ringan menjadi cara ampun untuk pemahaman satu sama lain. Sebagai pemimpin menyediakan kesempatan untuk terhubung adalah kewajiban, termasuk di dalamnya membuka diri untuk kritik.

Empat Keuntungan UKM Memanfaatkan Teknologi Komputasi Awan

Makin besarnya penggunaan teknologi komputasi awan (cloud computing) secara global saat ini ternyata belum dimanfaatkan secara maksimal oleh pelaku UKM di Indonesia. Menurut informasi dari Worldwide Semiannual Public Cloud Services Spending Guide yang dipublikasikan International Data Corporation (IDC), belanja dunia untuk layanan public cloud diperkirakan akan mencapai 204 miliar poundsterling pada tahun 2021.

Sementara Tahun 2017, pengeluaran tersebut akan mencapai 98 miliar poundsterling, dengan peningkatan sebesar 25% dari pengeluaran di tahun 2016. Ke depannya sekitar 47% perusahaan berencana untuk memindahkan sistem ERP mereka ke cloud selama lima tahun ke depan.

Di Indonesia sendiri perusahaan besar hingga startup sudah makin banyak memanfaatkan teknologi komputasi awan. Diperkirakan Indonesia sebagai salah satu pusat kekuatan ekonomi digital terbesar di ASEAN di masa depan.

Salah satu perusahaan raksasa yang mulai fokus mengembangkan teknologi cloud di Indonesia adalah Google, yang baru-baru ini menggelar Cloud Summit dan berencana untuk membangun jaringan serat optik “Indigo”.

Artikel berikut akan mengupas 4 hal positif yang bisa dinikmati oleh pelaku UKM jika mulai menggunakan teknologi komputasi awan.

Menyimpan data paling dasar (backup)

Saat ini data merupakan faktor faktor paling penting dalam bisnis. Selain berfungsi untuk mendapatkan informasi terkini, data juga merupakan source yang paling akurat untuk melihat, mencermati consumer behaviour dalam suatu bisnis. Teknologi komputasi awan bisa menyimpan data paling dasar yang dimiliki oleh bisnis, menjadikan data Anda tersimpan aman.

Perlindungan data

Ketika data sudah disimpan dalam cloud, secara otomatis data tersebut akan dijaga memanfaatkan teknologi yang akan selalu diperbarui agar terhindar dari kegiatan seperti hacking, bocor dan lainnya. Hal tersebut juga berlaku untuk perangkat mobile yang secara otomatis akan terhubung secara real time.

Skalabilitas penyimpanan data

Memanfaatkan cloud artinya memungkinkan data yang ada untuk di integrasi dan mempercepat proses skalabilitas. Gunakan juga tools analytic yang bisa membantu proses tersebut lebih cerdas. Pilih tools yang tepat, sesuai dengan budget untuk membantu bisnis mengolah data tersebut.

Berdaptasi dengan teknologi informasi

Agar sistem bisa bekerja dengan baik manfaatkan semua pendukung bisnis Anda menjadi digital. Mulai dari email untuk bisnis, data perusahaan dan pendukung lainnya. Dengan melakukan proses tersebut, bisnis bisa beradaptasi terhadap perubahan teknologi dan bisa mengamankan data perusahaan dari “ancaman”.

Kesalahan Umum yang Sering Dilakukan Founder Startup Tahap Awal

Ada sebuah diskusi menarik dari situs forum tanya-jawab Reddit. Seseorang membuat thread menanyakan pertanyaan: “sebagai orang yang pernah mendirikan startup, apa kesalahan terbesar yang pernah dilakukan?”. Jawaban pun bermunculan dan cukup beragam dari para responden yang mengaku pernah atau sedang mendirikan startup.

Berikut kami coba simpulkan hal-hal yang paling sering dilakukan oleh pendiri startup dan dinilai menjadi sebuah tindakan yang kurang tepat untuk dilakukan.

Perencanaan yang buruk

Ini adalah sebuah kesalahan yang sering terjadi di tahap awal. Perencanaan yang buruk disebabkan karena berbagai hal, termasuk terlalu euforia pada temuan ide di awal. Perencanaan untuk sebuah startup sendiri idealnya memang tidak mudah, karena perlu mendefinisikan secara cermat berbagai unsur detail, termasuk produk, bisnis, pendanaan, hingga pengembangan tim.

Dampak terburuk dari sebuah perencanaan yang tidak optimal adalah founder berisiko kehilangan arah ketika sudah berada di tengah perjalanan. Tidak tahu persis milestone apa yang harus dikejar, karena setiap langkah dilakukan tidak secara teratur. Padahal untuk sebuah kesuksesan startup dibutuhkan kedisiplinan dalam mengeksekusi rencana –sedangkan rencana tersebut merupakan penjabaran dari ide bisnis dan produk yang ditemukan di awal.

Lupa meminta umpan balik dan riset

Beberapa pengembang kadang berjalan pragmatis –artinya berprinsip yang penting produk berjalan dengan baik. Padahal mereka harus menyadari, hasil akhir dari produk yang dikembangkan ialah untuk digunakan oleh pengguna, lalu selanjutnya dikonversi menjadi bisnis. Ketika dalam proses pengembangan, sering merasa bahwa produknya sudah sesuai untuk pemecahan masalah. Sementara dalam sebuah aplikasi, tidak hanya fungsionalitas yang perlu divalidasi, melainkan juga termasuk User Interface (UI) dan User Experiences (UX).

Pengembangan produk terbaik juga harus didasarkan riset kepada pengguna –bisa dilakukan dengan berbagai cara, melibatkan langsung pengguna atau mengulik data-data yang ada. Adanya angka-angka yang ditemukan pada riset akan memberikan proposisi terbaik pada fitur, sehingga aplikasi yang disuguhkan nantinya akan mampu memenuhi kebutuhan pengguna secara sistematis.

Klien besar memakan perusahaan

Beberapa startup di tahap awal sangat rentan dengan isu ini. Klien besar memberikan banyak masukan (income) sehingga sering membuat terlena. Terlenanya, klien tersebut bisa saja menghardik startup untuk menyesuaikan kebutuhannya secara custom, padahal apa yang dijual adalah produk bukan pesanan khusus. Di sini ketegasan founder diuji. Jika cakupannya pada improvisasi produk, bisa saja menjadi masukan yang baik. Namun jika sampai mengubah DNA dari produk, terlebih proses bisnis di dalamnya, maka bisa saja merusak tatanan yang sudah dibangun sebagai startup.

Sangat tergantung pada founder

Founder memang sangat bergantung untuk kepemimpinan sebuah bisnis, akan tetapi founder juga harus menciptakan sebuah kultur yang memungkinkan setiap anggota untuk berani berkreasi. Inovasi yang baik tidak pernah terpusat di satu orang saja, melainkan pada solusi atas permasalahan yang ditemui oleh masing-masing orang. Ketergantungan yang dimaksud di sini seperti apa-apa harus menunggu ide atau arahan dari founder, sementara untuk startup lingkungan yang lebih terbuka dinilai akan banyak membangun.

Memprediksi Tren Pemasaran Digital Tahun 2018

Pembicara kedua di #SelasaStartup edisi (19/12), CMO DailySocial Rahmat Harlyadi banyak bercerita tentang perkembangan pemasaran digital sepanjang tahun ini dan bagaimana trennya pada tahun depan.

Menurutnya, seiring pesatnya perkembangan digital, turut merubah cara orang beriklan. Akan tetapi pada dasarnya, beriklan itu harus memikirkan dua fokus tujuan. Bagaimana bisa acquire audience baru dan bagaimana membangun awareness sekaligus membangun kepercayaan.

“Gimana caranya memperkenalkan brand, bangun trust, dan gimana buat orang mau beli. Kita lakukan itu dengan cara yang beda, di DailySocial tidak ada iklan. Kita buat cara iklan satu-satunya lewat konten. Audience kita tidak banyak dibanding media lainnya, tapi tergolong pembaca loyal. Terlihat dari unique view kita,” kata Rahmat.

Tren beriklan yang terjadi di tahun ini, lanjutnya, terlihat dari strategi yang dilakukan Grab dengan PayTren. Di sana terjadi sharing audience. Grab memanfaatkan jaringan pengguna loyal dari PayTren untuk distribusi keagenan.

Menurut Rahmat, konsep seperti ini akan selalu dibutuhkan oleh setiap brand. Yang dia lakukan di DailySocial, terkait konsep tersebut adalah bermitra dengan brand yang dapat mendistribusikan konten yang dibuat DailySocial. Opsi lainnya dengan membentuk komunitas sendiri untuk memasarkan konten.

“Sampai kapan pun akan butuh sharing audience lewat kolaborasi dan partnership untuk dapat engagement dari audience. Kalau berjalan sendiri saja itu tidak bisa.”

Personalisasi konten sesuai target audience

Menurut Rahmat, tren ke depannya konten akan lebih bersifat soft selling dengan memberikan pendekatan personal ke audience. Konten tulisan atau visual yang memiliki emosional dinilai akan lebih tepat untuk bangun audience loyal.

“Makanya setiap konten iklan yang ada di DailySocial kami buat se-nyaru mungkin dengan konten yang biasa diproduksi. Pendekatan halus seperti ini akan lebih tepat untuk bentuk audience yang loyal.”

Setiap konten iklan, juga ditampilkan beberapa konten berita yang terkait. Tujuannya untuk menumbuhkan rasa ketagihan, sehingga perjalanan mereka saat berkunjung di situs DailySocial jadi lebih panjang.

Untuk membuat konten iklan yang personal, perlu riset sederhana yang bisa dilakukan lewat platform media sosial atau memanfaatkan hasil publikasi riset. Dari riset, brand bisa melihat pendekatan seperti apa yang tepat untuk menjangkau target audience.

Cerita Menarik tentang Pembagian Ekuitas antar Founder Startup

Ada sebuah “curhatan” menarik yang kami temukan di situs tanya-jawab Quora dari seorang co-founder yang menceritakan kasus internal di startup yang didirikan, yakni berkaitan dengan pembagian ekuitas. Startup tersebut terdiri dari dua orang co-founder, anggap saja si A (co-founder yang menuliskan cerita di Quora) dan si B (rekannya). Si B menginginkan membagi ekuitas 65:35, yakni 65 persen untuk si B dan sisanya untuk si A. Lantaran merasa mendirikan startup dari nol secara bersama-sama, si A merasa ini tidak adil.

Namun dari yang diceritakan si A, ada beberapa hal yang menjadikan si B tetap ambisius untuk memiliki ekuitas mayoritas.  Pertama karena si B adalah seorang PhD (S3), sedangkan si A adalah seorang MSc (S2). Dari sisi pendidikan si B merasa lebih berpengalaman, oleh karenanya peran di startup si B menjadi CEO dan si A menjadi CTO. Yang kedua, si B berperan dalam mengembangkan bisnis dan kemitraan, sementara si A fokus pada pengembangan produk –bisa dikatakan bahwa produk yang ada sepenuhnya diprogram oleh si A, tapi yang menjual si B.

Si B beralasan, karena ia memiliki pendidikan yang lebih tinggi –keduanya sama-sama teknis—maka sebenarnya dia bisa melakukan apa yang si A lakukan. Dalih lainnya, berkat jaringannya yang kuat, si B dapat meyakinkan investor untuk menggulirkan dananya. Di titik ini, si A menyadari bahwa si B melakukan apa yang tidak ia bisa lakukan sebagai seorang engineer. Namun di sisi lain, apa yang ia kerjakan untuk produk seharusnya berimbang dengan hasil kemitraan yang selama ini didapat.

Dari cerita awal tersebut, diskusi pun dimulai. Ada beragam tanggapan, sehingga dapat ditarik beberapa pembelajaran dari kejadian tersebut.

Mendirikan startup adalah sebuah komitmen

Banyak yang menyayangkan kejadian ini, pasalnya terkait ekuitas sebenarnya menjadi sebuah diskusi “alami” yang sudah dibicarakan sejak awal –atau setidaknya sejak monetisasi bisnis mulai terlihat arahnya. Memang tidak ada prinsip khusus yang bisa diterapkan, karena kepemilikan bersifat sangat personal antar co-founder. Akan tetapi ketika startup sudah di titik “penggalangan dana” atau “revenue”, maka pembagian yang disepakati harus menjadi agenda awal untuk dijadikan komitmen bersama.

“Ekuitas sederhananya didasarkan pada yang telah dilakukan, bukan apa yang ingin dilakukan ke depan,” tulis seorang mengomentari.

Bisa jadi seperti itu, namun ada sebuah nilai yang kadang tidak bisa dihilangkan, yakni bersifat psikologis. Itu sangat berkaitan dengan bagaimana membangun spirit di dalam bisnis. Sangat tersirat, namun cukup berpengaruh, terlebih orang-orang tersebut menjadi penggerak penting dalam tubuh bisnis. Sebut saja si B menerima keputusan si A apa adanya, konsekuensinya ia tidak bahagia. Namun sebut saja si B menolak, bisa saja si A akhirnya memilih menemukan orang lain, startup pun retak.

Co-Founder dijalin dari sebuah kerpercayaan

Kasus yang ada di atas juga dapat diartikan sebagai dampak dari ketidakpercayaan. Si B merasa dirinya mengerjakan lebih dari si A, sementara si A cukup ragu dengan apa yang sudah dilakukan untuk meyakinkan dirinya bahwa seharusnya berhak mendapatkan nilai ekuitas lebih. Namun dapat dilihat, bahwa si A dan si B mengerjakan sesuatu dari aliran berbeda, bisnis dan pengembangan. Ada dua kemungkinan, si A yang kurang percaya diri, si B yang tidak percaya penuh dengan si A, atau si B yang terlalu percaya diri. Sayangnya memiliki startup adalah sebuah harmoni antar co-founder.

“Percakapan ini terlambat, sudah jelas apa yang Anda lakukan harusnya mendapatkan pembagian 50/50, atau setidaknya jika sudah mulai berbicara dengan investor, bisa jadi 25/25, sisanya untuk putaran investasi,” tulis seorang lainnya dalam diskusi.

Sekali lagi, memilih co-founder adalah sebuah intrik personal. Oleh karenanya mungkin sering mendengar, bahwa seorang pendiri startup kesulitan untuk menemukan rekanan yang tepat untuk dijadikan co-founder. Umumnya selain memiliki pemahaman teknis tentang bidang bisnis yang berbeda –misal teknologi dan bisnis—hubungan co-founder lebih dari itu, karena ini tentang kepercayaan satu sama lain, dan bagaimana masing-masing dapat menghargai satu sama lain dengan peran yang berbeda.

Pencapaian bisnis harus selalu bisa terukur

Tidak bisa dimungkiri juga, kadang secara aktual kontribusi antar co-founder memang berbeda. Bisa jadi si A dan si B memang demikian, bahwa si B mengerjakan lebih banyak. Dari sini dapat dijadikan pembelajaran bahwa setiap pencapaian harus bisa diukur, karena pada dasarnya walaupun yang dikerjakan berbeda, tapi ada capaian yang dapat dinilai. Misalnya terkait produk, bisa dicocokkan dengan roadmap yang sudah didefinisikan, atau didasarkan pada analisis performa sistem. Sedangkan dari bisnis, bisa juga diukur dari ROI (Return of Investment) yang berhasil dikembalikan.

Dengan adanya capaian yang lebih terukur, akan lebih mudah penyelesaiannya jika terjadi debat tentang kepemilikan. Angka-angka tersebut setidaknya bisa menjadi justifikasi yang lebih absah untuk mendasari keputusan berdasarkan kinerja masing-masing co-founder. Terlepas dari itu semua, semangat membangun startup seharusnya ditanam sejak awal untuk menuai hasil sukses bersama untuk para pendirinya.