Facebook Gaming Jalin Kontrak Kerja Sama Eksklusif dengan Neymar

Menjalin kontrak kerja sama eksklusif dengan streamer kenamaan merupakan salah satu cara bagi platform livestreaming untuk meningkatkan pangsa pasarnya. Platform seperti Twitch atau YouTube tidak segan membayar mahal demi ‘mengamankan’ jutaan follower yang dimiliki streamer-streamer populer. Yang terbaru, giliran Facebook Gaming yang mengambil langkah serupa, akan tetapi sosok yang digandeng mungkin jauh dari ekspektasi Anda.

Adalah Neymar, bintang sepak bola asal Brasil, yang baru-baru ini bergabung dengan Facebook Gaming untuk menyiarkan konten-konten gaming-nya secara eksklusif di platform tersebut. Ya, striker Paris Saint-Germain dengan nilai transfer termahal itu rupanya juga hobi bermain game selagi livestreaming.

Nilai kontraknya tidak disebutkan berapa, tapi yang pasti Neymar bakal menyiarkan sesi gaming-nya di Facebook selama beberapa kali setiap bulannya. Lalu setiap sebulan sekali, ia juga akan berkolaborasi dengan kreator yang berbeda-beda. Livestream resmi perdananya dijadwalkan berlangsung pada 18 Desember 2021 pukul 02.00 WIB di laman Facebook Neymar..

“Saya sangat senang bermitra dengan Facebook Gaming untuk livestream saya!” ucap Neymar dalam blog Facebook. “Dunia gaming selalu menjadi salah satu passion terbesar saya setelah sepak bola, dan saya tidak sabar untuk nongkrong dan bersenang-senang dengan siapapun yang memiliki passion yang sama,” imbuhnya.

Yang mungkin jadi pertanyaan adalah, game apa yang kerap dimainkan oleh Neymar? Menurut Variety, Neymar sebelumnya sempat beberapa kali streaming CS:GO dan Call of Duty di Twitch. Bagaimana dengan FIFA 22? Entahlah, lagipula saya ragu skill bermain FIFA-nya bisa lebih jago daripada skill sepak bolanya yang sebenarnya. Kemungkinan malah Fortnite yang jadi salah satunya, apalagi mengingat Neymar sempat nongol di game tersebut pada bulan April lalu.

Kalau Anda masih heran kenapa Neymar, Anda mungkin belum benar-benar menyadari seberapa populer orang ini di media sosial. Di Facebook, Neymar punya sekitar 88 juta pengikut, sementara di Instagram, jumlah follower-nya malah mencapai angka 166 juta. Memang tidak semua dari total 254 juta orang itu tertarik dengan hobi gaming Neymar, tapi Facebook tentu tidak mau melewatkan kesempatannya. Di Twitch, Neymar tercatat memiliki 1,8 juta follower meski livestream terakhirnya berlangsung sekitar tujuh bulan lalu.

Sumber: Variety.

Xbox Cloud Gaming Janjikan Kualitas Visual yang Lebih Baik di Browser Microsoft Edge

Layanan seperti Xbox Cloud Gaming (xCloud) memungkinkan kita untuk memainkan beragam game AAA hanya dengan bermodalkan koneksi internet yang cepat dan stabil. Laptop yang Anda gunakan tidak punya kartu grafis diskret? Tidak masalah, sebab semua pemrosesannya berlangsung di server, dan yang dikerjakan laptop Anda pada dasarnya cuma sebatas streaming. Mirip Netflix, tapi yang di-stream video game, bukan film.

Namun seperti halnya Netflix, Xbox Cloud Gaming juga tidak luput dari salah satu kelemahan metode streaming: terkadang gambar bisa kelihatan kurang tajam, terutama jika dibandingkan dengan yang tersaji ketika game diinstal dan dimainkan langsung di perangkat.

Kabar baiknya, Microsoft sudah menyiapkan solusi dalam wujud fitur bernama Clarity Boost. Dengan mengandalkan penyempurnaan teknik scaling dari sisi client, Clarity Boost bisa membantu meningkatkan kualitas visual selama streaming berlangsung.

Perbandingan kualitas visual di game Gears Tactics; detail wajah kelihatan lebih tajam jika Clarity Boost aktif (gambar kanan) / Xbox

Berdasarkan pengujian yang dilakukan The Verge, fitur ini terbukti mampu membuat detail-detail kecil dalam game jadi terlihat lebih tajam, seperti misalnya semak-semak dan tekstur jalanan di game Forza Horizon 5. Kendati demikian, perbedaannya tidak bisa dibilang dramatis.

Hal lain yang perlu dicatat adalah, Clarity Boost sejauh ini cuma tersedia di browser Microsoft Edge, persisnya Edge Canary yang merupakan versi eksperimental. Microsoft juga bilang bahwa ada kemungkinan fitur ini berakibat pada konsumsi baterai perangkat yang lebih boros. Namanya fitur eksperimental, pasti masih ada beberapa hal yang perlu disempurnakan lagi. Rencananya, fitur ini bakal tersedia buat versi standar Edge mulai tahun depan.

Terlepas dari itu, Clarity Boost tentu bisa Microsoft jadikan salah satu cara untuk menggaet lebih banyak pengguna browser Edge, meski tentu saja ini bakal lebih efektif lagi seandainya layanan Xbox Cloud Gaming sendiri sudah tersedia secara resmi di lebih banyak negara. Namun paling tidak cara ini jauh lebih elegan ketimbang strategi licik yang Microsoft terapkan untuk mempersulit pengguna Windows 11 memakai browser selain Edge.

Sumber: The Verge dan Xbox.

Google Mulai Lisensikan Teknologi Cloud Gaming Stadia ke Perusahaan Lain

Saat Google mengumumkan penutupan studio game first-party Stadia pada bulan Februari lalu, dijelaskan bahwa ke depannya mereka berniat untuk menawarkan infrastruktur teknologinya ke perusahaan yang membutuhkan demi memastikan Stadia dapat bertumbuh menjadi bisnis yang sustainable.

Rencana tersebut rupanya sudah mulai dieksekusi, dengan AT&T sebagai klien pertama yang melisensikan teknologi cloud gaming dari Stadia. Dilaporkan oleh 9to5Google, provider jaringan seluler asal Amerika Serikat tersebut belum lama ini mempersilakan para pelanggannya untuk streaming game Batman: Arkham Knight secara cuma-cuma

Jadi, cukup dengan membuka situs ini di komputer via browser Chrome atau Microsoft Edge dan login menggunakan akunnya masing-masing, pelanggan dapat langsung memainkan game ketiga dari trilogi Batman: Arkham garapan Rocksteady tersebut di resolusi 1080p tanpa perlu mengunduh apa-apa. Kepada IGN, perwakilan AT&T sudah mengonfirmasi bahwa mereka memanfaatkan arsitektur milik Stadia.

Tampilan situs yang tersedia bagi pelanggan AT&T / 9to5Google

Menariknya, Batman: Arkham Knight dan dua prekuelnya hingga kini masih belum tersedia di katalog Stadia. Ini membuktikan kalau teknologi cloud gaming Stadia tetap bisa diimplementasikan di luar ekosistemnya sendiri. Arkham Knight adalah game terbitan WB Games, dan kebetulan WB Games beserta induk perusahaannya memang sudah menjadi bagian dari AT&T sejak pertengahan 2018.

Entah kenapa alasannya, AT&T hanya membatasi streaming via PC atau laptop. Padahal, ini sebenarnya bisa jadi kesempatan emas untuk memamerkan kapabilitas jaringan 5G-nya. Seperti yang kita tahu, 5G memang merupakan kunci utama agar cloud gaming bisa mainstream, dan di Tiongkok sudah ada banyak contoh provider jaringan seluler yang menawarkan layanan cloud gaming ke para pelanggannya secara langsung.

Apakah ini pertanda Stadia bakal melisensikan teknologi cloud gaming-nya ke lebih banyak perusahaan ke depannya? Tentu saja, apalagi mengingat tidak ada kewajiban bagi klien perusahaannya untuk menjadi bagian dari ekosistem Stadia terlebih dulu. Dalam dunia bisnis, mekanisme semacam ini biasanya dikenal dengan istilah white label.

Via: Engadget.

Signifikansi Valkyrae Jadi Co-Owner 100 Thieves untuk Perjuangan Perempuan di Esports dan Game

Jumlah gamer perempuan terus bertambah. Dan walau industri gaming dan esports sering dianggap sebagai dunia pria, tidak sedikit perempuan yang memutuskan untuk bekerja di belakang layar. Sekarang, bertambah satu lagi perempuan yang menduduki posisi manajemen di organisasi esports besar. Tidak tanggung-tanggung, streamer Rachel “Valkyrae” Hofstetter ditunjuk untuk mengisi posisi sebagai co-owner dari 100 Thieves. Hal ini diumumkan oleh organisasi esports itu pada Rabu, 7 April 2021. Selain Valkyrae, Jack “CouRage” Dunlop juga menjadi salah satu co-owner lain.

 

Perjalanan Karir Valkyrae

Rachel Hofstetter merupakan streamer yang dikenal dengan nama “Valkyrae”. Dia memulai karirnya sebagai streamer ketika dia masih berumur 23 tahun. Pada Januari 2021, dia merayakan ulang tahunnya yang ke-29. Hal itu berarti, dia sudah menjadi streamer selama sekitar 6 tahun.

“Saya mulai melakukan streaming saat saya berumur 23 tahun dan saya tidak pernah berhenti. Saya telah melakukan ini setiap hari selama bertahun-tahun,” ujar Valkyrae pada The New York Times. Sebelum menjadikan game sebagai karir, dia bermain game sebagai hobi dan juga pelarian dari masalah di dunia nyata. Tumbuh besar di kawasan pedesaan Moses Lake, Valkyrae bermain game untuk mengalihkan perhatian dari pertengkaran kedua orangtuanya.

Valkyrae 100 Thieves
Valkyrae bersama CouRage dan Nadeshot, dua co-owners lain dari 100 Thieves. | Sumber: Esports

Valkyrae juga sempat bekerja di GameStop demi membiayai kuliahnya. Sebagai karyawan di GameStop, dia bisa mendapatkan akses ke game-game terbaru untuk PlayStation dan Xbox. Dia lalu mulai membuat konten untuk Instagram. Dia mengaku, ketika itu dia merasa sendirian dan depresi. Fokusnya hanyalah bermain game dan bekerja.

Para penggemar Valkyrae lalu mendukungnya untuk melakukan streaming. Dia bergabung dengan Twitch pada 2015. Keputusannya untuk menjadi streamer di Twitch berbuah manis. Dalam waktu kurang dari satu tahun, dia berhasil mendapatkan sponsor. Pemasukannya sebagai streamer cukup besar sehingga dia memutuskan untuk fokus mengembangkan karirnya sebagai game streamer. Walau dia memulai karirnya di Twitch, Valkyrae pindah ke YouTube pada Januari 2020. Hal itu berarti, dia harus kembali membangun fanbase-nya. Namun, sekarang, dia telah berhasil mendapatkan lebih dari 3,3 juta subscribers di YouTube. Tak hanya itu, dia juga pernah membintangi video musik Machine Gun Kelly dan memenangkan “kreator konten terbaik” di The Game Awards pada 2020.

valkyrae 100 Thieves
Valkyrae dinobatkan sebagai kreator konten terbaik di Game Awards 2020. | Sumber: Twitter

Pandemi COVID-19 membuat industri game streaming tumbuh pesat. Dan hal ini juga menguntungkan Valkyrae. Menurut data dari perusahaan analitik Street Hatchet, total hours watched dari konten buatan Valkyrae mencapai 24 juta jam selama 2020. “Rae adalah live streamer dengan pertumbuhan jumlah fans paling cepat di dunia,” kata Ryan Wyatt, Head of YouTube Gaming Division, pada Oktober 2020. “Dan sekarang, dia merupakan streamer perempuan terpopuler di dunia.”

Sayangnya, popularitas di internet layaknya pisau bermata dua, apalagi bagi para perempuan. Saat bermain game online, tidak sedikit gamers perempuan yang menjadi korban harassment. Valkyrae pun mengalami masalah ini. Namun, dia tidak malu-malu untuk membahas masalah ini di hadapan para fans-nya. Dia bahkan menceritakan pengalamannya ketika dia mengalami doxxing, alamatnya dibocorkan ke Twitter oleh seorang penguntit. Namun, keputusan Valkyrae untuk membahas berbagai harassment yang dia alami justru membuat fans-nya jadi merasa semakin dekat dengannya. Pasalnnya, hampir setengah dari fans Valkyrae merupakan perempuan muda, yang juga sering mengalami masalah harassment.

“Ketika Anda memerhatikan masalah yang harus dihadapi oleh gamers perempuan, termasuk harassment, Anda akan sadar bahwa gamer perempuan punya dedikasi yang tinggi,” kata T.L. Taylor, Sosiolog di Massachusetts Institute of Technology. “Gamers perempuan tetap kukuh untuk bertahan di ekosistem yang secara aktif mencoba untuk mengusir mereka.”

 

Apa Pentingnya Jika Valkyrae Jadi Co-owner dari 100 Thieves?

Sekarang, sebagian besar gamer profesional merupakan laki-laki. Tak hanya itu, kebanyakan jabatan penting di sebuah organisasi esports juga dipegang oleh pria. Valkyrae merupakan salah satu perempuan pertama yang menjadi co-owner dari sebuah organisasi esports besar. Dan kabar ini mendapat sambutan hangat dari netizens. Pasalnya, pengangkatan Valkyrae sebagai co-owner 100 Thieves merupakan validasi untuk para gamers perempuan, yang jumlahnya terus bertambah.

“Saya dan teman-teman perempuan saya sudah bermain game sejak kami berumur 6 tahun,” kata Valkyrae pada The New York Times. “Perempuan bermain game sebenarnya bukan hal baru. Hanya saja, sekarang, lebih banyak orang yang tahu bahwa perempuan juga bermain game.”

Sebagai co-owners, Valkyrae dan CouRage akan mendapatkan saham di 100 Thieves. Organisasi esports itu diperkirakan punya valuasi US$190 juta, menurut Forbes. Salah satu tugas Valkyrae dan CouRage adalah merekrut talenta baru, baik sebagai atlet esports maupun sebagai streamers. Selain itu, mereka juga akan bertanggung jawab untuk mengembangkan merek street wear 100 Thieves. Terakhir, mereka akan bekerja sama dengan Creative Artists Agency untuk membuat berbagai konten, mulai dari podcast, film, sampai seri TV.

“Melihat ke belakang, saya merasa saya telah melalui perjalanan yang sangat panjang,” kata Valkyrae, seperti dikutip dari IGN. Dia mengaku, dia masih merasa tidak percaya bahwa dia bisa menjadi salah satu co-owner perempuan pertama dari 100 Thieves. “Saya merasa sangat beruntung karena dapat mencapai posisi saya sekarang. Saya juga bersyukur karena saya bisa menjadi panutan yang baik, tidak hanya untuk komunitas gamer, tapi juga untuk para perempuan.”

Valkyrae juga menjelaskan alasan mengapa dia memutuskan untuk memegang peran manajemen di 100 Thieves. “Saya semakin sadar bahwa industri streaming sangat tidak sehat,” katanya. “Anda tidak pernah meninggalkan kamar Anda. Anda hanya bersosialisasi dengan rekan kerja Anda melalui di dunia maya. Dan Anda hanya duduk di kursi seharian. Seiring dengan bertambahnya umur, saya berusaha untuk memikirkan tentang rencana saya di masa depan. Saya senang karena bisa menjadi seorang perintis dan panutan bagi perempuan di industri streaming game.”

Sumber header: Twitter

Plex Arcade Adalah Layanan Streaming Khusus Game Retro

Berawal dari sebatas aplikasi media streamer untuk keperluan hiburan di rumah, Plex telah berkembang menjadi platform digital dengan banyak produk. Setelah meluncurkan layanan streaming film gratis di akhir 2019 lalu, yang terbaru mereka baru saja layanan streaming game bernama Plex Arcade.

Namun jangan bayangkan layanannya ini bakal seperti Google Stadia atau Microsoft xCloud. Yang ditawarkan justru sangatlah niche, yakni koleksi game retro, persisnya game yang dirilis untuk console Atari 2600 puluhan tahun silam.

Sejauh ini total ada sekitar 30 game yang lisensinya didapat langsung dari Atari, termasuk judul-judul legendaris seperti Adventure, Asteroids, maupun Centipede. Selain game Atari 2600, ada juga game Atari 7800 seperti Missile Command dan Ninja Golf. Daftar lengkapnya bisa Anda lihat sendiri di situs Plex, tapi kalau semua itu terdengar asing di telinga Anda, kemungkinan besar Anda memang masih terlalu muda atau bahkan belum lahir di masa kejayaan Atari dulu.

Plex Arcade

Ketimbang menggarap teknologi streaming-nya sendiri, Plex lebih memilih menggunakan platform yang sudah matang, yakni Parsec. Sayangnya Parsec sendiri memiliki satu kelemahan: sebelum bisa memainkan koleksi game-nya di TV atau perangkat mobile, Anda harus lebih dulu menyiapkan server Plex Arcade di perangkat yang menjalankan sistem operasi Windows atau macOS.

Tentu saja ini bukan solusi yang ideal bagi pengguna yang selama ini meng-install Plex Media Server-nya di perangkat NAS, tapi sekali lagi ini bukan salah Plex, melainkan limitasi Parsec itu sendiri. Kalau urusan server-nya sudah beres, Anda tinggal bermain menggunakan controller USB atau Bluetooth, atau dengan memanfaatkan on-screen control jika memakai smartphone atau tablet.

Plex Arcade

Kabar buruknya, Plex Arcade bukan layanan gratisan (meski ada free trial selama 7 hari). Plex mematok tarif berlangganan sebesar $5 per bulan, atau $3 per bulan jika Anda sudah berlangganan Plex Pass sebelumnya. Menariknya, Plex secara terang-terangan menyebutkan bahwa layanan ini bersifat eksperimental, dan mereka akan melihat respon konsumen ke depannya sebelum memutuskan apakah layanan ini bakal dilanjutkan atau tidak.

Plex sendiri sudah sejak lama rajin bereksperimen dengan fitur atau produk baru, dan mereka tidak segan memensiunkan proyek yang memang terbukti tidak solutif. Contohnya adalah layanan Plex Cloud, yang ditutup di tahun 2018 setelah beroperasi selama sekitar dua tahun.

Sumber: TechCrunch dan Plex.

Tak Perlu Dijual, PS4 Bisa Dipakai untuk Streaming Game PS5 dari Ruangan Lain

Kedatangan PlayStation 5 sudah di depan mata, dan yang menjadi pertanyaan sekarang adalah, mau diapakan PS4 lama maupun PS4 Pro yang Anda punyai? Menjualnya tentu bisa menjadi salah satu opsi. Namun opsi lain yang mungkin lebih menarik adalah memakainya untuk streaming game PS5.

Ya, Anda tidak salah baca. PS4 lama yang Anda miliki nantinya bisa dipakai untuk memainkan game PS5 via aplikasi PS5 Remote Play, yang akan tersedia secara otomatis di dashboard PS4. Syaratnya tentu saja Anda harus punya console PS5-nya terlebih dulu, lalu kedua perangkat juga harus terhubung ke jaringan Wi-Fi yang sama.

Tentu saja ini merupakan kabar baik bagi konsumen yang, misalnya, mempunyai TV di ruang keluarga sekaligus di kamar tidur. Saya membayangkan mereka bisa menempatkan PS5 di ruang keluarga, lalu PS4 lamanya di kamar. Jadi saat malam sudah tiba, mereka bisa melanjutkan sesi bermainnya di kamar selagi bersantai dengan memanfaatkan aplikasi Remote Play itu tadi.

Sony sendiri telah mengonfirmasi hal ini melalui laman FAQ yang sangat lengkap. Dijelaskan bahwa mereka sudah memperbarui aplikasi Remote Play agar pengguna tak hanya bisa mengakses PS5-nya dari PC atau perangkat mobile (Android atau iOS) saja, melainkan juga lewat PS4 maupun unit PS5 lain.

Aplikasi PS5 Remote Play di dashboard PS4 / VGC
Aplikasi PS5 Remote Play di dashboard PS4 / VGC

Secara teknis ini termasuk streaming, dan itu berarti resolusi maksimumnya terbatas di 1080p, bukan 4K. Khusus buat yang mengakses Remote Play via PC, mereka juga bisa menikmati game PS5 dalam format HDR, tapi tentu saja dengan catatan monitor yang dipakai memang mendukung HDR.

Laman FAQ yang sama itu juga mengonfirmasi bahwa controller DualSense tidak dapat digunakan di PS4. Lucunya, ini berarti kita bisa streaming game PS5 menggunakan PS4 dan controller DualShock 4. Padahal, Sony sendiri menegaskan bahwa controller DualShock 4 di PS5 hanya bisa digunakan untuk bermain game PS4.

Apakah ini berarti Sony secara tidak langsung memaksa konsumen PS5 untuk membeli controller DualSense ekstra mengingat paket penjualannya hanya mencakup satu controller saja? Anda boleh menganggapnya demikian, tapi toh ini bukan berita baru, sebab PS4 sendiri juga tidak bisa dioperasikan dengan controller DualShock 3 milik PS3. Dan lagi, banyak reviewer yang memuji controller DualSense sebagai salah satu keunggulan utama PS5, terlebih jika dibandingkan dengan Xbox Series X.

Terlepas dari itu, setidaknya Anda sekarang bisa mendapat gambaran lebih jelas terkait masa depan PS4. Kalau memang tidak memungkinkan untuk dijual, paling tidak console itu dapat Anda pakai untuk streaming game PS5 dari ruangan lain di rumah.

Sumber: VGC dan The Verge.

Among Us Mendadak Tenar di Twitch

Among Us diluncurkan pada 2018. Meskipun begitu, game tersebut baru mulai populer dalam 2 bulan belakangan. Selama bulan Agustus dan 2 minggu September 2020, total download dari game buatan InnerSloth itu melonjak naik. Tak hanya itu, Among Us juga ternyata sangat populer di Twitch.

Menurut laporan bulanan dari StreamElements dan Arsenal.gg, Among US hampir masuk dalam 10 kategori paling populer di Twitch. Dengan jumlah hours watched mencapai 30 juta jam, Among Us duduk di peringkat 11. Pertumbuhan total hours watched dari Among Us memang fantastis. Jika dibandingkan dengan Juli 2020, total hours watched dari konten Among Us pada Agustus 2020 naik hingga 650%.

Pada Agustus 2020, Just Chatting masih menjadi kategori yang paling banyak ditonton di Twitch, walau total hours watched dari kategori tersebut mengalami sedikit penurunan jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Sementara itu, gelar game favorit di Twitch msaih dipegang oleh League of Legends, dengan total hours watched naik 5% menjadi 135 juta jam. Fall Guys, yang diluncurkan pada Agustus 2020, duduk di posisi 3 dengan total durasi video ditonton mencapai 106 juta jam, lapor GamesIndustry.

among us Twitch
Sejumlah kategori terpopuler di Twitch pada Agustus 2020. | Sumber: StreamElements, Arsenal.gg

Secara total, hours watched di Twitch pada Agustus 2020 mencapai 1,47 miliar jam, naik dari 1,42 miliar jam pada Juli 2020. Kali ini adalah pertama kalinya jumlah hours watched di Twitch mengalami pertumbuhan month-over-month sejak lonjakan yang terjadi pada April 2020 karena pandemi COVID-19.

Twitch bukan satu-satunya platform streaming game yang mengalami pertumbuhan pada Agustus 2020. Facebook Gaming juga tumbuh. Total hours watched Facebook Gaming selama Agustus 2020 mencapai 346 juta jam, naik 179% dari tahun lalu. Memang, Facebook Gaming masih jauh tertinggal dari Twitch, tapi mereka mulai menyusul YouTube Gaming, yang memiliki hours watched mencapai 461 juta jam pada bulan lalu.

Saat ini, di Twitch, Félix “xQc” Lengyel merupakan streamer paling populer, diikuti oleh Alexandre “gAuLeS” Borba, Nick “NickMercs” Kolcheff, dan Timothy “TimTheTatman” Beta. Menariknya, popularitas konten memasak di Twitch tengah naik. Menurut laporan The Verge, total hours watched dari kategori Food & Drink di Twitch mengalami kenaikna sebesar 96% dari tahun lalu.

Sumber header: Steam

Ada 1,4 Miliar Jam Konten yang Ditonton di Twitch Bulan Juli 2020

StreamElements, perusahaan pengembang tools untuk streaming, baru-baru ini menerbitkan laporan keadaan ekosistem streaming bulan Juli 2020. Kembali bekerja sama dengan Arsenal.gg, laporan tersebut mengatakan bahwa ada 1,4 miliar jam konten di tonton di Twitch pada bulan Juli 2020. Angka tersebut merupakan hasil pertumbuhan sebesar 67%, jika dibandingkan dengan data Juli 2019, yaitu 851 juta jam konten ditonton di Twitch.

Lebih lanjut, data ini menunjukkan beberapa rincian seputar konten apa saja yang ditonton, serta channel apa saja yang menjadi favorit para pengguna platform Twitch. Menariknya kategori Just Chatting ternyata masih belum turun dari tahtanya sebagai kategori konten Twitch yang paling banyak ditonton, dengan total 176 juta jam konten ditonton bulan Juli ini.

Mengikuti di bawahnya, League of Legends dan Fortnite masih menjadi dua game paling banyak ditonton di Twitch, dengan masing-masing memiliki total 128 dan 91 juta jam konten ditonton pada bulan Juli 2020 ini. Untuk dua game tersebut, jumlah itu adalah mengalami penurunan jika dibandingkan dengan Juni 2020 lalu. Namun, penurunan yang dialami terbilang masih cukup minim.

“Seiring beberapa kota melepas karantina yang dilakukan, mengakibatkan waktu yang dihabiskan untuk menonton livestream mengalami fluktuasi beberapa bulan ke belakang, karena beberapa orang mulai meninggalkan rumahnya. Namun perkembangan angka industri streaming tetap jutaan jam lebih besar jika dibandingkan dengan Q1 2020 lalu.” ucap Doron Nir, CEO StreamElements, mengutip dari DotEsports.

Selain itu, data ini juga menyertakan total jam konten ditonton dari platform Facebook Gaming. Data ini menunjukkan Facebook Gaming memiliki total 345 juta jam konten ditonton pada Juli 2020 ini. Angka ini merupakan peningkatan sebesar 215% jika dibandingkan dengan Juli 2019 bagi Facebook Gaming, yang cuma memiliki total 109 juta jam konten ditonton.

Sumber: StreamElements
Sumber: StreamElements

Kembali ke pembahasan penonton Twitch, sorotan menarik lain datang dari streamer asal Brazil, NOBRU. Merupakan streamer yang banyak bermain FPS, dikatakan bahwa NOBRU mengalami peningkatan yang signifikan setelah ia fokus kepada konten Free Fire. NOBRU sebelumnya hanya berada di peringkat 21 saja, namun bulan Juli ini ia berhasil menduduki peringkat ke-10.

Twitch memang bisa dibilang sebagai salah satu platform streaming konten game terpopuler di dunia sejauh ini. Walau demikian, platform stream yang bermarkas di San Francisco Amerika Serikat ini terbilang hampir tak berkutik di Indonesia, menurut laporan Esports Market Trend tahun 2019 yang digagas oleh DSResearch. Terlepas dari itu, melihat dari angka total jam konten ditonton, Twitch sepertinya masih belum akan berhenti mendominasi pasar platform stream game secara global sampai beberapa waktu ke depan.

Shroud Kembali ke Twitch

Setelah absen selama 10 bulan, Michael “Shroud” Grzesiek akan kembali ke Twitch. Dia baru saja mengumumkan bahwa dia telah menandatangani kontrak eksklusif dengan platform streaming game milik Amazon tersebut. Hal itu berarti, dia hanya dapat melakukan streaming di Twitch. Tak lama setelah dia mengumumkan keputusannya untuk kembali ke Twitch, para fans-nya segera mengikutinya di platform tersebut. Saat ini, dia telah mendapatkan 7,2 juta pengikut di Twitch.

Sebagai mantan pemain profesional Counter-Strike: Global Offensive, Grzesiek dikenal dengan tembakannya yang akurat. Pada tahun lalu, dia memutuskan untuk pindah ke Mixer. Dikabarkan, kontrak eksklusifnya dengan Mixer bernilai US$10 juta.

Tidak heran jika nilai kontrak eksklusif Grzesiek dengan Mixer begitu besar. Sebelum kepindahannya ke Mixer, dia dikenal sebagai salah satu streamer paling populer di Twitch. Setelah Microsoft mengumumkan bahwa mereka akan menutup Mixer, banyak orang yang mempertanyakan kemana Grzesiek dan Tyler “Ninja” Blevins akan pergi.

Pada Juli 2020, Blevins buat streaming di YouTube. Dikabarkan, dia juga sempat berdiskusi dengan platform streaming game lain, termasuk Facebook Gaming dan Twitch. Menurut rumor yang beredar, Facebook Gaming menawarkan Grzesiek dan Blevins kontrak senilai dua kali lipat dari kontrak eksklusif mereka dengan Mixer. Namun, menurut pengacara esports Rod Breslau, keduanya menolak.

Beberapa hari belakangan, sempat beredar rumor bahwa Grzesiek akan kembali menjadi pemain profesional. Rumor itu diperkuat oleh beberapa gambar teaser yang muncul di akun media sosial Grzesiek. Namun, sekarang, rumor tersebut telah terbukti tidak benar berkat pengumuman kontrak eksklusif Grzesiek dengan Twitch. Ternyata, alasan Grzesiek mengunggah gambar teaser di akun media sosialnya adalah karena dia henda merombak personal brand-nya.

Beberapa bulan terakhir, pandemi COVID-19 melanda, menyebabkan masalah untuk banyak industri. Namun, industri streaming game justru berkembang pesat. Menurut data dari StreamElements dan Arsenal.gg, viewership Twitch pada Q2 2020 naik 56 persen dari Q1 2020. Dan Twitch bukan satu-satunya platfrom yang tumbuh. Total hours watched Facebook Gaming pada Q2 2020 juga naik 75 persen jika dibandingkan dengan Q1 2020.

Sumber: The Esports Observer, Engadget

Tencent Sedang Menguji Trovo, Alternatif Twitch yang Berfokus di Platform Mobile

Mengembangkan layanan live streaming itu bukan pekerjaan mudah. Mixer adalah bukti nyatanya. Jutaan dolar yang Microsoft investasikan untuk layanan tersebut rupanya tidak mampu menyelamatkannya dari kepunahan.

Selama bertahun-tahun, Twitch masih menjadi pihak yang paling dominan, dan itu tetap berlaku meski beberapa bintang besarnya ‘diculik’ ke YouTube atau Facebook, termasuk Ninja yang dikontrak oleh Mixer. Fakta ini pada akhirnya membuat saya selalu mengernyitkan dahi setiap kali ada platform live streaming baru yang mencoba peruntungannya di ranah kekuasaan Twitch, YouTube dan Facebook ini.

Namun ceritanya bisa agak berbeda kalau melibatkan nama sebesar Tencent, yang terbukti masih sangat sukses di industri gaming meski pandemi melanda. Berdasarkan laporan Bloomberg, Tencent kabarnya diam-diam sedang menguji sebuah layanan live streaming bernama Trovo di Amerika Serikat.

Trovo saat ini sudah beroperasi meski statusnya masih beta. Tampilan beserta fiturnya sepintas kelihatan begitu mirip dengan Twitch. Bloomberg sempat menyinggung bahwa Trovo lebih berfokus pada mobile gaming – dua game terpopuler di sana saat ini adalah Call of Duty Mobile dan PUBG Mobile (keduanya juga punya afiliasi dengan Tencent) – akan tetapi kategori seperti Valorant dan Apex Legends juga muncul di rekomendasi.

Tencent sepertinya tidak mau main-main dalam mendorong pertumbuhan Trovo. Bulan Juli nanti, mereka bakal memulai semacam program rekrutmen untuk Trovo selama 18 bulan ke depan. Tidak tanggung-tanggung, dana total sebesar $30 juta siap mereka kucurkan sebagai insentif untuk 500 kreator, dan jumlahnya (baik dana maupun partisipannya) disebut berpotensi bertambah.

Trovo Creator Partnership Program

Program ini pada dasarnya bisa dilihat sebagai cara Trovo untuk menarik perhatian kalangan kreator sekaligus menggaji mereka supaya tetap produktif di platform-nya. 500 kreator tadi akan dibagi menggunakan sistem tier seperti di Twitch, dan masing-masing tier punya target (sebuah metrik bernama “Watch Hours”) yang harus dicapai setiap bulannya. Kreator juga tidak diwajibkan untuk menyiarkan kontennya secara eksklusif di Trovo saja.

Timing peluncuran programnya tentu menarik karena penutupan Mixer itu tadi. Bersaing dengan Twitch dan YouTube ibarat mau menyaingi Dota 2 dan League of Legends di segmen MOBA; sulit tapi masih ada peluang jika menyasar target pasar yang berbeda, baik dari sisi platform maupun demografi.

Kita pakai Mobile Legends sebagai contoh, yang menyasar platform mobile dan pasar Asia Tenggara. Twitch sendiri juga terbukti kalah jauh popularitasnya dari YouTube di Indonesia, dan itu bisa menjadi indikasi bahwa layanan seperti Trovo ini sebenarnya masih punya potensi untuk bersaing setidaknya di pasar domestik atau regional.

Tencent sendiri kelihatannya juga sedang gencar-gencarnya berinvestasi di industri streaming belakangan ini. April lalu, mereka mengakuisisi Huya, layanan yang kerap disebut sebagai Twitch-nya Tiongkok. Tencent baru-baru ini juga diberitakan telah mengakuisisi layanan video-on-demand iflix.

Trovo memang tidak terang-terangan menyebut dirinya sebagai bagian dari Tencent. Keterangan afiliasinya dengan Tencent cuma tercantum pada dokumen syarat dan ketentuan penggunaan API-nya, dan alamat kontak yang tertera sama persis seperti alamat markas besar Tencent di Amerika Serikat. Namun kalau melihat manuver-manuver Tencent di industri streaming itu tadi, tampaknya Trovo memang termasuk sebagai salah satunya.

Sumber: Bloomberg.