Google Perkenalkan Project Stream, Layanan Streaming Game via Chrome

Saat industri gaming semakin besar, hardware yang dibutuhkan untuk menjalankan konten hiburan interaktif juga kian terjangkau. Dan sejak beberapa belas tahun silam, sejumlah pionir bahkan mencetus ide sangat radikal: bagaimana jika game bisa dijalankan tanpa mesin, dan hanya memerlukan sambungan internet? Inilah gagasan dasar dari cloud gaming.

Konsep game streaming belakangan mulai sering terdengar. Sony sudah lama menginisiasi PlayStation Now, Nvidia punya GeForce Now, bahkan sejumlah developer lokal telah menyediakan platform gaming on demand mereka – misalnya Skyegrid serta Emago. Kali ini, sang raksasa internet Google diketahui mulai melangsungkan pengujian platform cloud yang mereka namai Project Stream.

Premis Project Stream terdengar sederhana sekaligus mengagumkan. Cukup berbekal browser Chrome di PC desktop maupun laptop, pengguna dipersilakan menikmati game-game kelas blockbuster. Dalam proses pengembangannya, Google melakukan kolaborasi bersama sejumlah publisher game internasional, salah satunya adalah Ubisoft. Saat sesi tesnya dimulai nanti, Assassin’s Creed Odyssey tersedia buat para partisipan.

Lewat Project Stream, Google bermaksud menawarkan solusi atas kendala umum di layanan gaming on demand, misalnya buffering yang memakan waktu serta penurunan kualitas grafis akibat ketidakstabilan koneksi. Dan berbeda dari streaming video, game merupakan jenis konten bergrafis kaya yang menuntut sistem interaksi instan antara unit controller dengan layar, sehingga keterlambatan dalam penyampaian informasi – meski hanya sedikit – dapat memengaruhi pengalamannya.

Google menjelaskan bagaimana dalam pengembangan game, sejumlah developer betul-betul mencurahkan perhatian mereka pada detail; dari mulai mendesain kulit karakter, pakaian, rambut, hingga membangun dunia berskala besar tempat Anda bermain, termasuk tekstur di tiap helai rumput. Kemudian setiap pixel di sana didukung juga oleh sejumlah teknologi rendering real-time, animasi, efek visual, simulasi, serta sistem fisik.

Menurut Google, segala hal tersebut harus disajikan secara optimal terlepas dari apapun platform pilihan konsumen. Mereka sendiri menetapkan resolusi 1080p dengan 60 gambar per detik sebagai standar idealnya.

Sesi uji coba Project Stream rencananya akan dimulai pada tanggal 5 Oktober nanti, namun baru bisa diikuti oleh konsumen yang tinggal di kawasan Amerika Serikat saja.

Gerbang pendaftaran sudah dibuka, tapi ada sejumlah syarat lain juga harus terpenuhi: Anda membutuhkan internet berkecepatan minimal 25 megabit per detik, kemudian program ini hanya dapat diikuti oleh individu berusia 17 tahun ke atas. Peserta yang diperkenankan Google untuk berpartisipasi dalam tes bisa menikmati Assassin’s Creed Odyssey secara gratis.

Sumber: Google.

Assassin’s Creed Odyssey Akan Tersedia di Nintendo Switch via Cloud

Dengan mengusung komposisi hardware sekelas perangkat mobile, salah satu ‘keajaiban teknis’ Nintendo Switch adalah kemampuannya menjalankan game-game blockbuster bergrafis berat. Setelah kehadiran Skyrim dan Wolfenstein II, console hybrid itu rencananya akan kedatangan Doom Enternal. Menariknya, Switch juga memanfaatkan metode tak biasa dalam menjalankan game.

Di presentasi Direct tanggal 13 September minggu lalu, Nintendo menyingkap banyak sekali permainan dari developer third-party buat Switch. Namun ada satu judul menarik yang publisher siapkan khusus untuk konsumen mereka di Negeri Bunga Sakura. Rencananya permainan action adventure Ubisoft terbaru, Assassin’s Creed Odyssey, akan mendarat di Switch, dengan sedikit twist.

Assassin's Creed Odyssey 2

Di tanggal peluncuran Assassin’s Creed Odyssey nanti, pemilik Switch yang berdomisili di wilayah Jepang dipersilakan menikmati game ini via metode streaming. Itu berarti, Odyssey merupakan permainan Assassin’s Creed ketiga yang melakukan pendaratan di platform game Nintendo, setelah sebelumnya dilakukan oleh Assassin’s Creed: Altair’s Chronicles di Dual Screen dan Assassin’s Creed III di Wii U. Pendekatan Odyssey sendiri serupa dengan versi Switch permainan Resident Evil 7.

Lewat metode cloud, game sepenuhnya ditangani oleh server, dan unit console hanya berperan sebagai medium penyajian konten. Cara ini memungkinkan Assassin’s Creed Odyssey disuguhkan dengan tingkat grafis di atas kemampuan hardware Switch. Namun tentu teknik streaming menuntut internet kerkecepatan tinggi, dan ini sebabnya Nintendo baru membuka gerbangnya untuk konsumen Jepang saja.

Trailer dari Assassin’s Creed Odyssey Cloud Version buat Switch sendiri dinarasikan dalam bahasa Jepang. Di YouTube, user dipersilakan menonton videonya di resolusi 1080p dan 60 frame per detik. Dengan begini, ada indikasi game disajikan di tingkat grafis FHD 60FPS. Selanjutnya, Ubisoft tak lupa memodifikasi user interface, teks dan dialog ke bahasa Jepang.

Hampir sama seperti ‘Biohazard 7 Resident Evil Cloud Version’, game Ubisoft ini tidak dijual dengan cara konvensional. Saat tersedia nanti, Nintendo menawarkan tiket akses senilai ¥ 730 (US$ 6,5) sehari, ¥ 2.000 (US$ 17,85) selama 180 hari, atau ¥ 8.400 (US$ 75) untuk dua tahun.

Assassin's Creed Odyssey 3

Dikerjakan oleh tim Ubisoft Quebec, Assassin’s Creed Odyssey akan membawa pemain ke era Yunani Kuno, sekitar 430 tahun sebelum Assassin’s Creed Origins berlangsung. Odyssey merupakan game Assassin’s Creed pertama yang betul-betul mengedepankan elemen role-playing. Di sana Anda bisa memilih jenis kelamin karakter protagonis, menjalin persahabatan dengan NPC, hingga menentukan arah percakapan.

Selain di Switch, game juga akan dirilis di Windows, PS4 dan Xbox One pada tanggal 5 Oktober.

Via IGN.

Console Xbox Next-Gen Akan Terdiri dari Dua Jenis Hardware?

Pengembangan console next generation yang tengah dilakukan oleh Microsoft dan Sony sudah jadi rahasia umum. Namun dalam prosesnya, sang console maker dari Amerika itu sedikit lebih terbuka dibandingkan rival Jepangnya. Eksistensi Xbox dikonfirmasi langsung oleh sang boss, Phil Spencer, di E3 2018. Dan kali ini ada info menarik baru yang terkuak mengenainya.

Website  Thurrott menyampaikan bahwa mereka telah menemukan detail terkini soal Scarlett (tampaknya ini merupakan penulisan codename Xbox next-gen yang tepat, sebelumnya sejumlah media menuliskan ‘Scarlet’). Ada kemungkinan, perangkat game baru tersebut tidak disajikan seperti console generasi sebelumnya: Microsoft punya rencana menyiapkan setidaknya dua jenis hardware yang berbeda.

Untuk varian pertama, sang produsen meraciknya sebagai home console tradisional. Seperti biasa, perangkat didesain untuk ditaruh di ruang keluarga sebagai pusat hiburan. Kita bisa menduga, kualitas konten hiburan akan tersaji lebih baik lagi dan ada bermacam-macam hal yang bisa ia hidangkan selain video game. Namun sang produsen tahu, ada banyak pecinta game yang tidak bisa bersantai di depan TV karena kesibukannya.

Berdasarkan bocoran narasumbernya, Thurrott juga mendengar rencana kedua Microsoft, yaitu mengembangkan sejenis set-top box untuk mendukung layanan streaming game baru mereka. Seorang informan memanggilnya ‘Scarlett Cloud’, dan ia tampaknya merupakan perwujudan dari demonstrasi teknologi streaming game yang sempat Microsoft lakukan lima tahun silam.

Unit streaming box tersebut mungkin akan memiliki kemiripan dengan produk microconsole yang sudah dipasarkan. Microsoft tak mau sekadar menyuguhkan layanan cloud gaming ala PS Now atau GeForce Now. Mereka ingin memastikan penyajian kontennya mulus dengan tingkat latency super-rendah.

Untuk itu, produsen memasukkan sejumlah komponen seperti input controller, unit image processing, sistem collision detection, serta (dugaan saya) port fisik di streaming box Scarlett Cloud. Dan ada yang menarik di sini: konten boleh jadi dijalankan di dua lokasi berbeda secara bersamaan, kemudian disulam oleh sistem cloud Microsoft. Prosesnya dimudahkan oleh tersebar luasnya data center  mereka.

Dampak negatif dari pendekatan ini adalah, harga streaming box/microconsole jadi sedikit lebih mahal, walaupun jelas lebih terjangkau dari membeli versi console tradisionalnya. Satu hal lain yang kemungkinan besar terjadi (jika laporan tersebut akurat) ialah, Scarlett Cloud dihidangkan sebagai layanan berlangganan.

Microsoft biasanya tidak mencetak banyak uang dari penjualan console. Keuntungan mereka peroleh dari layanan-layanan seperti Xbox Live, Xbox Gamepass serta penjualan game di platform-nya.

Via IGN.

Antstream Adalah Layanan Streaming Game Khusus Game Retro

Dibandingkan layanan streaming musik atau film, layanan streaming game masih tergolong sangat niche. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menjadikannya lebih mainstream, salah satunya seperti yang dilakukan oleh LiquidSky. Namun sebuah startup asal Inggris bernama Antstream berpendapat berbeda.

Mereka menilai ada hikmah yang dapat diambil apabila layanan streaming game tetap berada di jalur niche. Layanan yang mereka tawarkan pun sangat berbeda: ketimbang menawarkan koleksi game kelas AAA, katalog Antstream justru berisikan lebih dari 1.000 game retro yang berlisensi resmi.

Judul-judul seperti Fatal Fury, Joe & Mac dan Speedball adalah sebagian dari konten unggulan Antstream, dan ini semua memang tak bisa lagi kita mainkan kecuali kita punya akses ke cartridge dan console orisinilnya, atau dengan bantuan emulator, yang mungkin masih memicu perdebatan terkait legalitasnya.

Antstream

Kelebihan lain Antstream adalah performa streaming-nya yang secara teori bisa lebih baik dibanding layanan lain. Ini dikarenakan konten yang kita stream adalah game lawas dengan ukuran teramat kecil jika dibandingkan standar sekarang, sehingga semestinya jaringan 4G pun sudah cukup untuk mewujudkan sesi streaming game yang mulus.

4G? Ya, Antstream berencana merilis layanannya di banyak platform. Sejauh ini mereka baru mendukung Windows dan Android, meski anehnya, yang dimaksud Android baru mencakup tablet saja. Sayang hingga sekarang masih belum ada informasi mengenai jadwal peluncuran resmi dan tarif subscription yang bakal dipatok Antstream.

Sumber: SlashGear.

EA Akuisisi Layanan Streaming GameFly Demi Memperkuat Infrastruktur Cloud Gaming-nya

Gagasan cloud gaming, yaitu metode penyajian permainan video via streaming, telah diajukan hampir dua dekade silam. Dengannya, secara teori kita bisa menikmati game kapanpun, di perangkat apapun. Tentu saja tantangan terbesar cloud gaming ialah keterbatasan koneksi internet, dan inilah yang membuat OnLive bertekuk lutut dan menjual asetnya ke Sony.

Saat ini, kualitas jaringan internet telah meningkat jauh, tapi beberapa penyedia layanan gaming on-demand memang masih berhati-hati dalam menyuguhkannya. Sebagai contohnya: PlayStation Now dan GeForce Now baru bisa diakses di wilayah tertentu saja. Menariknya, baik Sony dan Nvidia akan mendapatkan kompetisi tak terduga dari Electronic Arts. Sang publisher game raksasa ini diketahui telah mengambil satu langkah yang berpeluang memperkuat infrastruktur cloud gaming mereka.

VentureBeat melaporkan bahwa EA baru-baru ini mengakusisi platform cloud-streaming GameFly. GameFly sendiri adalah layanan rental game online berlangganan yang menyediakan permainan-permaian console dan handheld. Mereka sudah cukup lama berbisnis di bidang ini, dimulai 16 tahun lalu, sejak era console generasi keenam seperti GameCube, Xbox dan PlayStation 2.

Pengambil-alihan tersebut tidak dilakukan secara menyeluruh, hanya terhadap aset GameFly yang memfasilitasi layanan ala Netflix-nya gaming. Teknologi ini kabarnya dikerjakan oleh tim berbasis Israel. Sayangnya, baik pihak Electronic Arts maupun GameFly belum mengungkapkan detail ataupun nilai dari akuisisi itu.

Cloud gaming adalah sebuah ranah menarik yang dapat membantu kami memberikan pemain kesempatan untuk menikmati permainan video dari beragam perangkat di mana pun mereka berada,” kata Ken Mosssaid selaku CTO EA via VentureBeat. “Kami sangat bersemangat untuk mengadopsi kepiawaian tim pengembang GameFly di bawah bendera EA dalam upaya membuat terobosan serta mengekspansi cara kita menikmati game.”

Selain memublikasikan permainan secara tradisional, EA juga sudah mengoperasikan layanan gaming berbasis langganan sejak empat tahun silam. Servis tersebut hadir sebagai EA Access di console Microsoft Xbox One dan Origin Access di Windows. Sang publisher sempat mengajukannya ke Sony Interactive Entertainment, namun sang console maker Jepang itu menolaknya.

Dengan menggarap layanan cloud gaming, EA berkesempatan untuk menjangkau konsumen secara lebih luas lagi, khususnya mereka yang tidak mau membeli console ataupun gaming PC. Memang masih ada kekhawatiran soal jaringan internet, tapi era 5G sebentar lagi akan tiba dan di masa itu, layanan streaming game berpeluang akan jadi kian merakyat.

LiquidSky Merupakan Layanan Streaming Game dengan Paket Gratisan Berbasis Iklan

Semakin hari kita semakin terbiasa dengan budaya streaming. Musik kita stream, film kita stream, bahkan game pun bisa kita stream dengan layanan macam PlayStation Now atau GeForce Now. Yang membedakan, kalau Spotify dan Netflix sudah tergolong mainstream, PlayStation Now belum.

Kenapa bisa begitu? Alasannya simpel: tidak semua orang memiliki PS4 atau PC. Lain cerita kalau kita bisa streaming game melalui smartphone atau tablet. Jika seperti ini ketentuannya, layanan streaming game mungkin saja menjadi mainstream, apalagi semisal disediakan paket gratisan.

Itulah yang sedang diusahakan oleh LiquidSky. Sudah menjalani tahap beta selama sekitar dua tahun, LiquidSky menjanjikan kemampuan streaming game PC melalui beraneka perangkat, entah itu sebuah MacBook, laptop Linux atau bahkan ponsel dan tablet Android. Dan yang paling penting, tersedia paket gratisan yang bisa dinikmati semua konsumen.

MacBook Air pun bisa Anda pakai untuk bermain game AAA dengan LiquidSky / LiquidSky
MacBook Air pun bisa Anda pakai untuk bermain game AAA dengan LiquidSky / LiquidSky

Cara kerjanya hampir mirip seperti paket gratisan Spotify, dimana Anda harus rela menonton iklan selama beberapa menit untuk bisa mendapatkan akses streaming game selama 3 jam per hari. Kalau mau lebih, tentu saja Anda harus membayar biaya bulanan.

Setiap kali Anda menonton iklan ini, Anda akan menerima semacam mata uang virtual bernama SkyCredits. Iklan berdurasi 1 – 6 menit akan memberikan Anda sekitar 60 SkyCredits, yang akhirnya bisa ditukar dengan akses selama satu jam ke sebuah virtual machine dengan spesifikasi yang cukup untuk menjalankan mayoritas game dalam resolusi 1080p 30 fps.

Semakin banyak Anda menonton iklan, semakin banyak SkyCredits yang Anda peroleh. Dengan 120 SkyCredits, Anda akan mendapat akses ke virtual machine kelas Pro yang lebih bertenaga, sanggup menjalankan game dalam resolusi 1080p 60 fps. Dengan 240 SkyCredits, spesifikasi virtual machine kelas Elite yang ditawarkan bahkan jauh lebih bertenaga lagi.

Overwatch pun bisa Anda mainkan di ponsel dengan bantuan controller / LiquidSky
Overwatch pun bisa Anda mainkan di ponsel dengan bantuan controller / LiquidSky

Tiap-tiap virtual machine tersebut memiliki media penyimpanannya sendiri, dengan kisaran kapasitas 100 GB – 1 TB, tergantung apakah Anda merupakan pengguna gratisan atau yang membayar biaya berlangganan. Storage ini berfungsi untuk menyimpan gamegame yang berasal dari Steam, Battle.net, atau Origin – termasuk judul-judul populer seperti Overwatch dan League of Legends – sekaligus untuk menyimpan save file-nya.

Buat yang sudi membayar sebesar $10 per bulan, mereka akan mendapat akses streaming game selama 80 jam – atau 40 jam untuk kelas Pro, sedangkan kelas Elite hanya 20 jam. Mengingat semuanya mengandalkan cloud, Anda diwajibkan memiliki koneksi internet yang cepat sekaligus stabil – setidaknya 3 -5 Mbps untuk bisa streaming game dalam resolusi 1080p 30 fps dengan lancar.

Apabila syarat tersebut bisa Anda penuhi, LiquidSky memastikan semuanya berjalan secara responsif, dengan latency hanya berkisar 30 ms. Layanan ini rencananya akan mulai dibuka untuk umum pada bulan Maret mendatang.

Sumber: Engadget.

Fokus pada eSport, Sliver.tv Berambisi Menjadi Twitch-nya Virtual Reality

Sebelum Justin Kan mendirikan Justin.tv yang kemudian berevolusi menjadi Twitch, tidak pernah terpikirkan kalau menonton orang lain bermain game itu tidak kalah seru dibanding memainkannya sendiri. Sekarang, didukung oleh pesatnya perkembangan tren esport, kegiatan ini sudah menjadi selingan umum buat mayoritas gamer.

Kesuksesan Twitch memicu lahirnya platform baru seperti YouTube Gaming atau yang disisipi elemen interaktif seperti Beam, yang belum lama ini diakuisisi oleh Microsoft. Kini ada pula yang mencoba mengawinkan tren streaming game dengan virtual reality.

Namanya Sliver.tv, dan misi mereka adalah menjadi Twitch-nya virtual reality. Meski sepintas terdengar terlalu ambisius, mereka sudah siap dengan teknologi yang cukup inovatif guna menyulap live stream standar menjadi format 360 derajat yang bisa dinikmati menggunakan VR headset atau perangkat mobile.

Sliver.tv bisa dinikmati langsung di smartphone atau menggunakan Google Cardboard / Engadget
Sliver.tv bisa dinikmati langsung di smartphone atau menggunakan Google Cardboard / Engadget

Secara teknis, apa yang Sliver.tv lakukan adalah memaksimalkan mode spectator yang biasa kita jumpai dalam game seperti CS:GO atau Dota 2. Sliver.tv pada dasarnya akan memanfaatkan ‘kamera-kamera virtual‘ dalam game yang mengambil dari beberapa sudut, lalu menyusunnya menjadi satu video 360 derajat yang immersive.

Untuk sekarang, Sliver.tv masih belum sanggup menyajikan konten VR secara live mengingat proses penyusunan video dan rendering-nya cukup memakan waktu. Namun ke depannya, bukan tidak mungkin hal ini bisa terwujud seiring berkembangnya teknologi.

Sliver.tv sebenarnya bukan satu-satunya yang punya ambisi menjadi Twitch-nya VR, sebab masih ada startup lain seperti VReal. Pun demikian, Sliver.tv bisa dibilang lebih berpotensi karena fokus mereka adalah esport, utamanya CS:GO, Dota 2 dan LoL. Ketiganya merupakan game yang sangat populer, dimana berdasarkan data yang didapat Sliver.tv, mempunyai setidaknya 140 juta penonton.

Saat ini Sliver.tv sudah merilis versi beta dari aplikasi Android dan iOS-nya. Dalam waktu dekat, mereka juga akan meluncurkan aplikasi untuk platform lain yang mencakup Gear VR, Oculus Rift, HTC Vive dan PSVR.

Application Information Will Show Up Here

Sumber: TechCrunch.

Pertegas Elemen Sosial, Twitch Umumkan Fitur Friends List

Tahun demi tahun, komunitas pengguna Twitch terus meluas tanpa ada tanda-tanda akan berhenti. Fitur Whisper yang dirilis di pertengahan tahun kemarin menjadi bukti pentingnya elemen sosial dalam komunitas Twitch, dan di tahun ini mereka kembali menitikberatkan aspek tersebut lewat fitur Friends List.

Berkat fitur ini, pengguna Twitch nantinya bisa menambahkan hingga 500 teman, mengetahui siapa saja yang sedang online, dan tentu saja mengirimkan Whisper dengan mudah. Gampangnya, Twitch kini telah berkembang menjadi sebuah jejaring sosialnya para gamer.

Diumumkan di ajang PAX East, fitur Friends List ini sejatinya masih dalam tahap beta dan baru akan diuji dengan sejumlah komunitas terpilih. Pun begitu, mereka yang sudah bisa menikmati fitur ini juga dapat mengirimkan undangan kepada pengguna lain untuk ikut menjajal fitur Friends List.

Bersamaan dengan itu, Twitch juga mengumumkan rencananya merombak channel Twitch Creative dengan tampilan yang lebih mudah dinavigasikan. Tampilan baru ini nantinya akan menempatkan sejumlah hashtag di bagian atas, dimana pengguna bisa langsung mengakses kategori-kategori yang populer di channel Creative dengan mudah.

Terakhir dan yang rupanya paling banyak dinanti oleh pengguna, Anda nantinya dapat menikmati video dari broadcaster favorit tanpa harus diganggu iklan. Syaratnya hanya satu, yakni menjadi subscriber.

Sumber: Twitch Blog dan Engadget. Gambar header: Twitch via Shutterstock.

Layanan Streaming Game Nvidia Grid Punya Identitas Baru: GeForce Now

Setelah sekitar satu tahun lebih menjalani tahap beta testing, layanan streaming game Nvidia Grid akhirnya siap beroperasi secara resmi. Bersamaan dengan itu, layanan tersebut rupanya menerima identitas baru, yaitu GeForce Now. Continue reading Layanan Streaming Game Nvidia Grid Punya Identitas Baru: GeForce Now

Saingi PlayStation Now, GameFly Hadirkan Layanan Streaming Game untuk Smart TV Samsung

Perkembangan teknologi streaming benar-benar merevolusi cara kita mengonsumsi konten digital. Sekarang ini tidak cuma musik dan film saja yang bisa di-stream via koneksi internet, tetapi juga video game berkat layanan-layanan seperti Nvidia Grid atau PlayStation Now. Continue reading Saingi PlayStation Now, GameFly Hadirkan Layanan Streaming Game untuk Smart TV Samsung