Take-Two Akan Rilis 62 Game Hingga 2024 Mendatang

Take-Two Interactive, yang merupakan induk perusahaan banyak pengembang game besar seperti Rockstar dan 2K, baru saja mengadakan rapat tutup tahun fiskal 2021 nya. Dalam rapat tersebut terungkap beberapa informasi, termasuk bagaimana rencana Take-Two untuk game-game mereka ke depannya.

Pertama, dalam laporannya yang diunggah ke BusinessWire, Take-Two berhasil memperoleh keuntungan sebesar US$3,37 miliar pada tahun ini. Dengan game-game yang mendatangkan keuntungan paling besar adalah Grand Theft Auto Online, diikuti dengan NBA 2K dan juga Red Dead Redemption 2 – Red Dead Online.

Take-Two juga mengumumkan bahwa mereka telah memiliki rencana untuk merilis banyak game hingga 4 tahun ke depan. Tidak tanggung-tanggung untuk setahun ke depan saja Take-Two berencana untuk merilis total 21 game yang terbagi ke beberapa kategori seperti immersive core, independent, mobile, dan juga new iterations of previously released title.

Rencana Take-Two Interactive 3 tahun ke depan (image credit: wccftech)

Sedangkan untuk tahun 2023-2024 Take-Two berencana untuk menggandakan jumlah produksi game-nya hingga 2 kali lipat, yaitu sebanyak 41 game. Dengan penambahan paling tinggi ada di game immersive core mereka dan juga tambahan game mid-core.

Sehingga Take-Two nantinya akan memproduksi total 62 game hingga Maret 2024 mendatang. Hal ini tentunya membuat para fans di seluruh dunia mulai menebak-nebak game apa saja yang akan dirilis oleh Take-Two selama 3 tahun ke depan. Dan yang terpenting, kapan Take-Two akan menyuruh Rockstar untuk merilis game selanjutnya dari Grand Theft Auto.

Sayangnya, dari beberapa tebakan dan hipotesa, game GTA selanjutnya kemungkinan besar akan muncul pada tahun fiskal 2023/2024. Karena untuk tahun ini Take-Two hanya akan memproduksi 4 game immersive core yang kemungkinan besar 2 slot-nya telah diisi oleh WWE 2K22 dan NBA 2K22.

GTA Online (image credit: Rockstar Games)

Sedangkan 2 game lainnya kemungkinan besar adalah game strategi baru dari pengembang Firaxis (Civilization series dan Xcom series), dan juga game misterius baru dari pengembang Ghost Story Games (Bioshock series).

Apalagi Rockstar sudah mengumumkan bahwa mereka akan mengisi tahun ini dengan peluncuran ekspansi khusus GTA V/GTA Online untuk konsol next-gen yang disebut ‘Expanded & Enhanced’ pada bulan November mendatang. Sehingga semakin kecil kemungkinan bahwa Rockstar juga akan mengumumkan GTA selanjutnya tahun ini.

Take-Two sendiri memberikan catatan bahwa laporan perencanaan yang mereka kemukakan tersebut hanya untuk memberikan gambaran game apa saja yang tengah mereka saat ini. Take-Two juga dengan terbuka mengatakan bahwa masih ada kemungkinan game-game yang direncanakan tersebut ditunda.

The Legend of Zelda: Skyward Sword HD Bakal Rilis di Switch, Netmarble Akuisisi Kung Fu Factory

Minggu lalu, beberapa perusahaan game mengungkap rencana bisnis mereka. Bungie mengumumkan, mereka akan membuat kantor baru di Amsterdam. Sementara itu, Netmarble baru saja mengakuisisi Kung Fu Factory dan EA telah menyelesaikan akuisisi Codemasters.

Arab Saudi Tanamkan Modal US$3,3 Miliar di EA, Take-Two, dan Activision

Arab Saudi menanamkan investasi sebesar lebih dari US$3,3 miliar di tiga publisher game melalui Public Investment Fund. Mereka membeli 14,9 juta saham di Activision, 7,4 juta saham di EA, dan 3,9 juta saham di Take-Two Interactive pada akhir tahun lalu, seperti yang disebutkan oleh Engadget. Keputusan Arab Saudi untuk berinvestasi di perusahaan-perusahaan game didorong oleh Putera Mahkota Mohammad bin Salman. Kali ini bukan pertama kalinya dia menanamkan modal di industri game. Tahun lalu, dia juga membeli 33,3% saham SNK melalui Charity Foundation miliknya.

EA Selesaikan Akuisisi Codemasters

EA mengumumkan bahwa mereka telah menyelesaikan akuisisi dari Codemasters. Mereka pertama kali mengungkap rencana mereka untuk membeli Codemasters pada Desember 2020. EA menjelaskan, akuisisi Codemasters merupakan bagian dari strategi mereka untuk menumbuhkan perusahaan.

Codemasters dikenal dengan berbagai game balapan mereka. | Sumber: Codemasters
Codemasters dikenal dengan berbagai game balapan mereka. | Sumber: Codemasters

Dengan akuisisi ini, EA berharap, mereka akan bisa membuat game untuk lebih banyak platform. Mereka juga berharap, mereka akan bisa menjangkau lebih banyak gamer dan pada akhirnya, membuat pemasukan perusahaan naik, lapor The Esports Observer.

Nintendo Bakal Rilis Versi HD Remaster dari The Legend of Zelda: Skyward Sword

Nintendo mengungkap, mereka akan merilis versi HD remaster dari The Legend of Zelda: Skyward Sword di Switch pada 16 Juli 2021. Sebelum ini, Nintendo telah meluncurkan versi HD remaster dari Wind Waker dan Twilight Princess. Jadi, tidak heran jika mereka juga membuat versi remaster dari Skyward Sword. Game itu pertama kali diluncurkan di Wii pada 2011. Di platform Wii, game tersebut terjual sebanyak 3,67 juta unit. Selain merilis kembali Skyward Sword, Nintendo juga akan meluncurkan Joy-Cons khusus untuk memainkan game itu, lapor VentureBeat.

Netmarble Akuisisi Kung Fu Factory

Minggu lalu, Netmarble mengumumkan bahwa mereka telah menjadi pemegang saham mayoritas dari Kung Fu Factory. Dengan ini, Kung Fu Factory akan menjadi bagian dari Netmarble US. Kung Fu Factory merupakan developer asal Los Angeles yang dikenal berkat mobile game buatan mereka. Selain WWE Champions dan NBA Ball Stars, Kung Fu Factory juga telah membuat Adventure Time: Card Wars Kingdom dan Lego: Hidden Side.

Netmarble baru saja mengakuisisi Kung Fu Factory.
Netmarble baru saja mengakuisisi Kung Fu Factory. | Sumber: Kung Fu Factory

“Kung Fu Factory sangat membantu kami dalam pembuatan NBA Ball Stars. Sejak kami setuju untuk merilis game mereka pertama kali, mereka punya visi yang sama dengan kami,” kata President Netmarble US, Simon Sim, seperti dikutip dari GamesIndustry.

Bungie Buka Kantor di Amsterdam

Bungie mengumumkan rencana ekspansi mereka pada minggu lalu. Kantor internasional pertama mereka akan terletak di Amsterdam, Belanda. Markas yang mencakup divisi marketing dan publishing dari Bungie itu akan mulai beroperasi pada tahun depan. Menurut laporan GamesIndustry, Bungie mulai mengembangkan bisnis publishing dan marketing mereka sejak 2019, ketika mereka memutuskan kerja sama dengan Activision.

Rockstar Games dan GTA: Sejarah Singkat dan Keunikannya

Setiap developer game biasanya memiliki keahlian masing-masing. Misalnya, Riot Games sukses dengan League of Legends, sebuah MOBA. Karena itu, untuk membuat Ruined King, yang bergenre RPG, mereka menggandeng developer lain. Sebaliknya, Obsidian dikenal berkat game-game single-player mereka, seperti The Outer World dan Pillars of Eternity. Menariknya, Rockstar Games berhasil membuat game single-player dan multiplayer yang populer dengan Grand Theft Auto V .

 

Sejarah Rockstar Games

Rockstar Games didirikan pada Desember 1998 sebagai bagian dari Take-Two Interactive. Untuk mendirikan Rockstar, Take-Two menggunakan aset dari BMG Interactive, yang mereka akuisisi pada Maret 1998. Melalui akuisisi ini, Take-two mendapatkan dua intellectual property dari BMG, yaitu Grand Theft Auto dan Space Station Silicon Valley.

Setelah akuisisi BMG oleh Take-Two, tiga eksekutif BMG pindah ke New York untuk bekerja di bawah Take-Two. Ketiga orang itu adalah Jamie King dan bersaudara Houser: Sam dan Dan. Terry Donnovan, yang sempat bekerja di bawah perusahaan label rekaman BMG Entertainment, juga mengikuti jejak ketiganya. Keempat pria ini dianggap sebagai co-founders dari Rockstar.

DMA Design merupakan developer dari GTA pertama.
DMA Design merupakan developer dari GTA pertama.| Sumber: YouTube

Selain BMG Interactive, Take-Two juga membeli DMA Design, developer dari Grand Theft Auto, pada September 1999. DMA Design didirikan pada 1987 oleh David Jones. Pada awal berdirinya, DMA mendapatkan dukungan dari publisher Psygnosis. Ketika itu, fokus DMA adalah membuat game untuk tiga PC, yaitu Amiga, Commodore 64, dan Atari ST.

DMA Design berhasil membuat sejumlah game populer, seperti Menace dan Blood Money. Pada 1991, mereka meluncurkan Lemmings, game puzzle-platformer yang menjadi hit di pasar internasional. Menurut laporan Opium Pulses, Lemmings terjual sebanyak 15 juta unit. Tak hanya itu, dalam periode 1991-2000, Lemmings mendapatkan 5 sekuel dan 2 expansion. Kesuksesan DMA dengan Lemmings memungkinkan mereka untuk membuat game yang lebih ambisius. Salah satunya adalah Grand Theft Auto.

Grand Theft Auto pertama diluncurkan pada Oktober 1997. Tak lama setelah itu, DMA Design dibeli oleh Gremlin Interactive seharga GBP4,2 juta. Di bawah Gremlin, DMA merilis beberapa game baru, seperti Body Harvest, Space Station Silicon Valley, Tanktics, dan Wild Metal Country. Namun, Gremlin kemudian diakuisisi oleh Infogrames seharga GBP24 juta dan aset dari DMA Design dijual ke Take-Two Interactive.

Pada 1999, Take-Two mengakuisisi DMA Design. Ketika itu, mereka tengah mengembangkan GTA3D dan Grand Theft Auto: Crime World. Meski pengembangan Crime World akhirnya tidak dilanjutkan, DMA tetap membuat GTA3D, yang namanya kemudian diubah menjadi Grand Theft Auto III. Pada Oktober 2001, GTA III diluncurkan untuk PlayStation 2. Beberapa bulan setelah itu, pada Maret 2002, DMA Design diintegrasi dengan Rockstar Games. Nama studio itu pun diubah menjadi Rockstar North per Mei 2002.

 

Sekilas tentang GTA

Setelah beroperasi selama lebih dari dua dekade, Rockstar Games memiliki beberapa franchise populer, seperti Red Dead, Max Payne, dan Manhunt. Namun, tak bisa dipungkiri, Grand Theft Auto adalah franchise mereka yang paling populer.

Grand Theft Auto pertama mulai dikembangkan pada April 1995. Ketika itu, game tersebut memiliki judul Race’n’Chase. Memang, pada awalnya, GTA dibuat dengan konsep game racing multiplayer yang memungkinkan pemainnya untuk saling menabrakkan mobil mereka dengan satu sama lain. Namun, konsep dari game itu lalu berubah menjadi action adventure.

Konsep awal GTA adalah multiplayer racing. | Sumber: GameSpot
Konsep awal GTA adalah multiplayer racing. | Sumber: GameSpot

David Jones, pendiri DMA Design yang juga merupakan Producer dari GTA, mengungkap, Pac-Man merupakan salah satu game yang menginspirasi GTA. Anda mungkin bertanya-tanya bagaimana Pac-Man bisa menjadi inspirasi untuk GTA? Dalam Pac-Man, Anda harus memakan semua titik yang ada dan menghindari para Ghosts. Sementara di GTA, Anda bisa menabrak pejalan kaki dengan mobil, walau hal itu berarti Anda harus siap dikejar polisi.

Selain Pac-Man, game lain yang menginspirasi GTA adalah Elite, ungkap Gary Penn, yang ketika itu menjabat sebagai Creative Director dari DMA. Elite, yang diluncurkan pada 1984, merupakan game tentang space trading dan combat simulation. Pada masanya, game ini dianggap sebagai game revolusioner karena menggunakan grafik 3D dan sistem open-world.

Pengembangan Grand Theft Auto sendiri tidak berjalan mulus. Berulang kali, game tersebut hendak dibatalkan. Namun, para developer di DMA bersikukuh untuk menyelesaikan game itu.

 

Kontroversi Terkait GTA

Grand Theft Auto memang merupakan franchise terpopuler milik Rockstar Games. Sejauh ini, terdapat tujuh game GTA, empat game spin-off, dan empat expansion. Grand Theft Auto V, yang diluncurkan pada 2013, telah terjual sebanyak 135 juta unit. Dengan begitu, GTA V menjadi game dengan angka penjualan terbesar kedua di dunia. Dengan penghasilan total mencapai US$60 miliar, GTA V juga menjadi salah satu game paling menguntungkan.

Meskipun begitu, tak bisa dipungkiri bahwa game-game GTA juga menuai kritik dan kontroversi. Kekerasan eksplisit merupakan salah satu alasan mengapa Grand Theft Auto mendapatkan kritik. Misalnya, pada GTA III, para pemain bisa menyewa Pekerja Seks Komersil (PSK) dan membunuhnya sehingga dia tidak perlu membayar. Alasan lain mengapa GTA sering mendapatkan protes adalah keberadaan konten seksual. Minigame Hot Coffee dalam GTA: San Andreas menjadi salah satu kontroversi terbesar yang melibatkan GTA. Pasalnya, minigame itu menampilkan adegan seks antara sang tokoh utama dengan kekasihnya.

GTA: San Andreas
GTA: San Andreas

Rockstar sebenarnya telah menonaktifkan minigame itu sebelum mereka merilis San Andreas. Namun, seperti yang disebutkan oleh Screen Rant, hal ini tidak menghentikan para modders untuk mengaktifkan kode dari Hot Coffee agar mereka bisa mengakses konten minigame tersebut. Pada akhirnya, Rockstar memutuskan untuk menghapus kode dari Hot Coffee dari San Andreas sehingga konten itu tak lagi bisa diakses.

Selain kekerasan dan konten seksual, Rockstar juga mendapatkan protes karena tak segan memasukkan konten sensitif terkait politik, khususnya bagi warga Amerika Serikat. Contohnya, dalam GTA: Vice City, terdapat dialog yang menyerukan dukungan untuk membunuh imigran asal Haiti. Hal ini mendapatkan protes dari komunitas Haiti-Amerika.

 

Single-Player vs Multiplayer

Pada 2013, salah satu topik hangat yang dibicarakan di industri game adalah apakah game single-player masih diminati di tengah maraknya game-game online. Menariknya, ketika itu, Rockstar meluncurkan Grand Theft Auto V, yang fokus pada elemen single-player, dan juga GTA Online, yang masih menjadi bagian dari GTA V dan merupakan game multiplayer. Ketika itu, pada Polygon, Dan Houser, salah satu pendiri Rockstar, mengaku bahwa dia percaya, game single-player masih diminati banyak orang.

“Saya rasa, game multiplayer yang dieksekusi dengan baik memang menarik minat banyak orang, tapi audiens dari game multiplayer tidak akan sebanyak game single-player,” kata Houser, seperti dikutip dari Polygon. “Game multiplayer belum dapat melakukan hal itu sekarang.” Houser mengungkap, kebanyakan game online, seperti Call of Duty, tetap punya elemen single-player, walau tentu saja, tetap ada beberapa game online yang menjadi pengecualian, seperti World of Warcraft.

“Bahkan pemain Call of Duty sekalipun tidak selalu bermain mode multiplayer,” ujar Houser. “Masih ada banyak gamer yang suka memainkan game adventure single-player. Dan saya rasa, game-game seperti itulah yang kami buat. Game-game action adventure kami punya mekanisme dan komponen petualangan yang kuat. Memang, game kami bukan RPG. Namun, perbedaan antara game action adventure buatan kami dengan RPG semakin tipis.”

Lebih lanjut, dia berkata, “Saya rasa, game single-player tetap punya masalah sendiri. Namun, game adventure single-player tetap bisa menjual jika ia memang berkualitas. Sama seperti game multiplayer yang bisa menjadi populer jika ia memang menarik.”

Induk ESL Masih Merugi, Pendapatan Pokemon Go Sepanjang 2020 Tembus US$1 Miliar

Dalam seminggu belakangan, ada beberapa perusahaan game dan esports yang melaporkan hasil keuangan mereka untuk Q3 2020, termasuk MTG, EA, dan Take-Two. Selain itu, ada beberapa kabar menarik lainnya, seperti Pokemon Go yang berhasil meraup total pemasukan sebesar US$1 miliar.

MTG Laporkan Keuangan Q3 2020, Masih Merugi

Perusahaan induk ESL dan DreamHack, Modern Times Group (MTG) melaporkan keadaan finansial mereka untuk Q3 2020. Total pemasukan mereka pada Q3 2020 mencapai US$105 juta, turun 12,5% dari US$120 juta pada kuartal yang sama tahun lalu. Pada Q3 2020, MTG masih mengalami kerugian sebesar US$1,27 juta. Kabar baiknya, kerugian mereka sudah jauh lebih kecil dibandingkan kerugian mereka pada Q3 2019, yang mencapai US$9,2 juta.

“Kami bangga karena kami dan perusahaan-perusahaan anak kami dapat beradaptasi dengan keadaan selama pandemi virus corona. Kami telah mengubah cara kami beroperasi dan terus meningkatkan jumlah penonton online. Kami juga dapat mempertahankan tingkat engagement,” ujar Maria Redin, CEO dan Presiden MTG, seperti dikutip dari The Esports Observer. “Kejadian penting yang terjadi selama Q3 2020 adalah merger antara ESL dan DreamHack, yang menghasilkan ESL Gaming. Hal ini memungkinkan kami untuk terus mengembangkan bisnis kami.”

Laba per saham MTG. | Sumber: The Esports Observer
Laba per saham MTG. | Sumber: The Esports Observer

Selain merger antara ESL dan DreamHack, kejadian penting lain yang terjadi pada Q3 2020 adalah penunjukan Maria Redin sebagai Presiden dan CEO baru dari MTG. Pada Q3 2020, MTG juga berhasil mendapatkan kontrak hak siar media atas beberapa turnamen esports mereka.

Pada Juli 2020, mereka memperpanjang kontrak dengan platform streaming Tiongkok, Huya, untuk menyiarkan turnamen Counter-Strike: Global Offensive, ESL Pro Tour. Sementara pada Agustus, MTG menjalin kontrak hak siar dengan Douyu untuk turnamen StarCraft II dan WarCraft III pada ESL Pro Tour. Pada bulan yang sama, mereka mendapatkan kontrak tiga tahun dengan dua perusahaan media asal Brasil, Globo dan Omelete.

Q3 2020, Pemasukan EA Turun 14% dari Tahun

Electronic Arts baru saja mengumumkan laporan keuangannya untuk Q3 2020. Selama tiga bulan, pemasukan mereka mencapai US$1,15 miliar, melebihi ekspektasi para analis. Meskipun begitu, jika dibandingkan dengan pemasukan mereka pada Q3 2019, pemasukan mereka kali ini turun 14%. Pada kuartal ini, beberapa game populer yang EA luncurkan antara lain FIFA 21, Madden NFL 21, Star Wars: Squadrons, UFC 4, dan Rocket Arena.

Hanya saja, perkiraan EA untuk finansial mereka pada Q4 2020 lebih rendah dari perkiraan analis. Chief Financial Officer EA, Blake Jorgensen mengatakan, alasan mereka sangat berhati-hati dengan perkiraan laporan keuangan mereka adalah karena pandemi, yang membuat pasar gaming menjadi sulit diprediksi.

Star Wars Squadrons jadi salah satu game populer yang EA luncurkan pada Q3 2020.
Star Wars Squadrons jadi salah satu game populer yang EA luncurkan pada Q3 2020.

Meskipun begitu, CEO EA, Andrew Wilson mengatakan, bisnis EA tumbuh dengan signifikan pada tahun 2020. Dia memperkirakan, pertumbuhan ini masih akan terus berlanjut hingga tahun depan. Pada para analis, dia mengungkap, Apex Legends sangat sukses di Asia, lapor VentureBeat.

Sejauh ini, EA telah meluncurkan lebih dari 125 game dan konten di Steam. Jumlah pemain FIFA 20 telah mencapai 30 juta orang di konsol dan PC. Sementara jumlah pengguna berbayar EA Play telah mencapai 6,5 juta orang. Wilson berkata, mereka akan dapat menggandakan jumlah pengguna berbayar EA Play dalam waktu 12 bulan ke depan.

Pemasukan Pokemon Go di 2020 Capai US$1 Miliar

Sensor Tower memperkirakan, pemasukan Pokemon Go pada 2020 telah mencapai US$1 miliar. Pendapatan Pokemon Go selama 10 bulan pada 2020 naik 30% dari periode yang sama pada tahun lalu dan 11% lebih besar dari total pemasukan game itu sepanjang 2019, menurut Niantic, menurut laporan GamesIndustry.

Sejak diluncurkan pada 2016, total pendapatan Pokemon Go hampir mencapai US$4,2 miliar. Amerika Serikat menjadi pasar terbesar dengan total kontribusi sebesar US$1,5 miliar atau sekitar 36,3% dari total pemasukan Pokemon Go. Jepang ada di posisi kedua dengan kontribusi US$1,3 miliar (31,3%), dan Jerman di posisi ketiga dengan kontribusi US$238,6 juta (5,7%). Dari segi platform, pengguna Android berkontribusi US$2,2 miliar atau sekitar 53,4% dari total pendapatan Pokemon Go, sementara pengguna iOS menyumbang US$1,9 miliar atau sekitar 46,6%.

Selama periode Januari-Oktober 2020, Pokemon Go sukses menjadi game dengan total pemasukan terbesar ketiga di dunia. Posisi pertama dipegang oleh PUBG Mobile dari Tencent, sementara posisi kedua dipegang oleh Honor of Kings, yang juga merupakan besutan Tencent.

GTA V Masih Berikan Kontribusi Signifikan untuk Pemasukan Take-Two di Q3 2020

Untuk Q3 2020, Take-Two Interactive melaporkan bahwa pemasukan mereka mencapai US$841,1 juta, melebihi perkiraan yang mereka buat. Hal ini adalah kabar baik bagi Take-Two, mengingat sepanjang Q3 2020, mereka hanya meluncurkan NBA 2K21. Sepanjang kuartal Q3, selain penjualan NBA 2K21, pemasukan Take-Two juga berasal dari penjualan game-game lama mereka dan update untuk game online mereka.

Grand Theft Auto V buatan Rockstar kini telah terjual sebanyak 135 juta copy, sementara Red Dead Redemption 2 telah terjual sebanyak 34 juta copy. Meskipun GTA V diluncurkan pada 2013 di era PlayStation 3 dan Xbox 360, game tersebut tetap menjadi salah satu sumber pemasukan untuk Take-Two berkat GTA Online yang tersedia untuk PlayStation 4, Xbox One, dan PC.

Take-Two hanya meluncurkan NBA 2K21 sepanjang Q3 2020.
Take-Two hanya meluncurkan NBA 2K21 sepanjang Q3 2020.

Menurut laporan VentureBeat, beberapa game yang memberikan kontribusi terbesar pada total pemasukan Take-Two antara lain NBA 2K20, NBA 2K21, Grand Theft Auto Online, Grand Theft Auto V, Red Dead Redemption 2, Read Dead Online, Borderline 3, PGA Tour 2K21, Mafia: Definitive Editions, Mafia: Trilogy, Sid Meier’s Civilization VI, dan WWE Series.

PUBG Dominasi Konten Berbayar dari Influencer

Di September 2020, PUBG Corporation merupakan merek gaming yang memiliki Share of Influence (SOI) terbesar, dengan SOI sebesar 13,75%, menurut CreatorIQ. Share of Influencer adalah cakupan sebuah merek dalam sebuah sektor atau industri jika dibandingkan dengan pesaingnya. Sementara itu, total nilai kampanye PUBG Corporation yang melibatkan influencer mencapai US$24,5 juta.

Di industri gaming, sebuah post rata-rata menjangkau 352 ribu orang. Sementara tingkat engagement sebuah konten iklan di Instagram sepanjang September 2020 mencapai 3,27%. Konten iklan dengan interaksi paling tinggi adalah konten League of Legends. Konten itu diperkirakan menjangkau hingga 2,2 juta orang, dengan 273,9 ribu likes dan 5 ribu komentar, menurut VentureBeat.

Jumlah pengikut seorang influencer dapat memengaruhi tingkat engagement. Menariknya, influencer dengan jumlah follower yang lebih sedikit justru bisa mendorong tingkat interaksi yang lebih tinggi. Pasalnya, influencer tersebut biasanya hanya membatasi diri untuk membahas segmen niche.

Di industri gaming, nano influencer (influencer dengan audiens sekitar 1 ribu sampai 10 ribu orang) memiliki tingkat engagement paling tinggi, yaitu 9%. Sementara mega influencer, yang memiliki audiens 1 juta orang atau lebih, memiliki tingkat interaksi tertinggi kedua, dengan tingkat engagement 5,24%. Hal ini menunjukkan, seorang influencer di bidang gaming tetap dapat menarik perhatian para audiens mereka seiring dengan bertambahnya jumlah pengikut mereka.

Take-Two Interactive Akuisisi Playdots

Take-Two Interactive mengakuisisi developer mobile game Playdots. Akuisisi tersebut bernilai US$192 juta. Take-Two memberikan US$92 juta dalam bentuk uang tunai sementara US$102 juta sisanya diberikan dalam bentuk saham di Take-Two.

Playdots didirikan pada 2014 oleh Paul Murphy dan Patrick Moberg. Pada awalnya, Playdots merupakan bagian dari startup betaworks. Mereka kemudian melepaskan diri dan menjadi perusahaan mandiri setelah mendapatkan investasi sebesar US$10 juta. Ronde pendanaan tersebut dipimpin oleh Tencent dan Greycroft. Saat ini, Playdots dipimpin oleh CEO Nir Efrat, mantan eksekutif dari King.com yang bergabung dengan Playdots pada 2018. Setelah diakuisisi oleh Take-Two, Efrat masih akan memimpin Playdots.

Playdots dikenal dengan mobile game kasual buatannya, seperti Dots, Two Dots, dan Dots &Co: A Puzzle Adventure. Secara total, semua game Playdots telah diunduh sebanyak 100 juta kali. Sebanyak lebih dari 80 juta unduhan itu berasal dari Two Dots, yang merupakan game paling populer buatan Playdots, menurut laporan TechCrunch.

Take-two akuisisi playdots
Two Dots merupakan game Playdots paling populer.

“Dengan mengakuisisi Playdots, kami akan memperkaya jenis mobile game yang Take-Two tawarkan, khususnya dalam segmen game kasual yang bisa dimainkan secara gratis,” ujar EVP, Head of Corporate Development & Independent Publishing, Michael Worosz, seperti dikutip dari GamesIndustry.

“Jumlah pemain Two Dots terus bertambah. Di bawah kepemimpinan Nir, mereka berhasil menambahkan berbagai fitur seperti scavenger hunts dan social leaderboards. Semua ini tidak hanya membuat Two Dots menjadi game yang lebih menarik, tapi juga mendorong interaksi dengan gamer dalam jangka waktu panjang.”

Sementara itu, Take-Two Interactive dikenal sebagai publisher dari sejumlah franchise game ternama, seperti BioShock dan NBA 2K. Tak hanya itu, mereka juga membawahi Rockstar Games, yang membuat game-game seperti Grand Theft Auto dan Red Dead Redemption.

Pada Mei 2020, Take-Two mengumumkan laporan keuangan terbarunya. Ketika itu, mereka mencetak rekor dalam beberapa hal, seperti pendapatan, net booking, serta digital net booking. CEO Take-Two, Strauss Zelnick mengatakan bahwa salah satu faktor yang mendorong penjualan digital Take-Two adalah pandemi virus corona. Memang, ketika pandemi melanda, banyak negara yang memutuskan untuk melakukan lockdown. Hal ini membuat semakin banyak orang yang menghabiskan waktunya untuk bermain game atau menonton konten game.

Take-Two: Tidak Semua Game Next-Gen Akan Dinaikkan Harga Jualnya

Bulan lalu, IDG Consulting mengatakan bahwa beberapa publisher punya niatan untuk menaikkan harga game console next-gen keluarannya. Pernyataan tersebut datang setelah 2K secara resmi mematok harga jual $70 untuk salah satu game terbarunya, NBA 2K21.

Sekarang, giliran induk perusahaan 2K, Take-Two Interactive, yang angkat bicara soal kenaikan harga game PS5 dan Xbox Series X ini. Berbicara di sesi earnings call periode Q1 2021, bos Take-Two, Strauss Zelnick, mengklarifikasi bahwa banderol $70 itu akan ditetapkan per judul.

Ini dapat diartikan bahwa tidak semua game next-gen yang diterbitkan oleh Take-Two, 2K, maupun Private Division nantinya pasti lebih mahal daripada harga game PS4 maupun Xbox One. Beberapa mungkin masih akan dijual seharga $60, sedangkan beberapa judul lainnya yang dirasa menawarkan value lebih tinggi dihargai $70.

Anggapan ini sejalan dengan pernyataan 2K sebelumnya bahwa banderol harga yang mereka tetapkan merepresentasikan value yang ditawarkan masing-masing game. NBA 2K21 adalah salah satu judul yang pantas dihargai lebih mahal dibanding yang lain, dan Strauss pun cukup percaya diri soal ini.

Di luar 2K dan Take-Two, publisher lain yang berkomentar perkara kenaikan harga game next-gen sejauh ini baru Ubisoft. Dalam laporan finansialnya, CEO Ubisoft Yves Guillemot menyatakan bahwa harga game yang mereka rilis hingga akhir tahun ini masih sama $60, dan ini mencakup judul yang telah mereka siapkan untuk platform next-gen seperti Assassin’s Creed Valhalla. Namun memasuki tahun 2021, bisa saja kebijakannya berubah lagi.

Berhubung PS5 dan Xbox Series X-nya sendiri belum diluncurkan, terlalu prematur menyebut $70 sebagai standar baru harga game AAA ke depannya. Pasca peluncurannya nanti pun industri pasti akan menjalani masa transisi, masa di mana developer mulai mengalihkan fokus sepenuhnya ke platform next-gen, bukan seperti sekarang yang rata-rata masih mengerjakan game untuk platform last-gen dan next-gen sekaligus.

Setibanya di titik itu, kemungkinan $70 bisa menjadi standar baru, sekaligus menandai kenaikan harga yang pertama setelah kenaikan terakhir (dari $50 ke $60) lebih dari satu dekade lalu.

Sumber: Ars Technica.

CEO Take-Two: Google Stadia Kurang Sesuai Ekspektasi

Google Stadia bukanlah layanan cloud gaming pertama yang ada di dunia. Namun reputasi Google membuat banyak orang menetapkan ekspektasi yang tinggi terhadapnya. Google sendiri juga menjanjikan sejumlah inovasi canggih saat mengumumkan layanan cloud gaming-nya tersebut tahun lalu.

Namun kalau menurut CEO Take-Two Interactive (perusahaan induk Rockstar Games maupun 2K Games), Strauss Zelnick, janji-janji itu terkesan berlebihan dan berujung pada kekecewaan konsumen. Pernyataan tersebut beliau sampaikan saat menjadi pembicara di acara Bernstein Annual Strategic Decisions Conference.

Kemungkinan besar pernyataan soal janji yang berlebihan itu merujuk pada tweet Phil Harrison berikut ini. Vice President Google itu bilang bahwa semua game di Stadia akan berjalan pada resolusi 4K, tapi kenyataannya tidak demikian. Game seperti Red Dead Redemption 2 maupun Doom Eternal ternyata berjalan di resolusi 1080p sebelum akhirnya di-upscale menjadi 4K.

Red Dead Redemption 2

Opini CEO Take-Two ini sangat kontras dibanding optimismenya pasca pengumuman perdana Stadia tahun lalu, dan beliau juga banyak berkomentar soal aspek bisnis Stadia. Salah satunya, Strauss ragu bahwa Stadia punya target konsumen yang besar.

“Keyakinan bahwa streaming bakal menjadi transformatif didasari oleh anggapan bahwa ada banyak orang yang sangat tertarik dan mau membayar untuk menikmati hiburan interaktif, tapi tidak mau memiliki sebuah console. Saya tidak yakin kenyataannya demikian,” ungkap Strauss.

Pun begitu, Strauss yakin cloud gaming bakal sukses seiring berjalannya waktu. Meski kurang sesuai ekspektasi, layanan seperti Stadia tetap berjasa menambahkan konsumen baru buat publisher dan developer game. Itulah mengapa Stadia masih punya game keluaran Take-Two di katalognya, meski memang sejauh ini baru ada tiga, yaitu Borderlands 3, NBA 2K20, dan Red Dead Redemption 2 itu tadi.

Bandingkan dengan Nvidia GeForce Now, yang sama sekali tidak menawarkan game terbitan Take-Two. Strauss lanjut menjelaskan bahwa Take-Two bakal terus mendukung layanan cloud gaming papan atas selama model bisnisnya masuk akal, dan dari sini bisa kita simpulkan bahwa Take-Two tidak setuju dengan model bisnis yang diterapkan Nvidia, yang memanfaatkan platform distribusi eksternal seperti Steam dan Epic Games ketimbang platform-nya sendiri (seperti kasusnya pada Stadia).

Sumber: GameSpot.

Sekuel Game Simulasi Penerbangan Antariksa Jenaka Kerbal Space Program Diumumkan

Ada banyak game berkualitas kesusahan merangkul pemain kasual karena kompleksnya gameplay dan ditambah lagi proses belajar yang menuntut waktu serta perhatian. Di sinilah isitimewanya Kerbal Space Program. Permainan simulasi penerbangan luar angkasa ini pada dasarnya sulit, namun jadi favorit banyak orang karena adiktif serta menyajikan arahan yang jenaka.

Dan di momen pembukaan Gamescom Cologne 2019, tim Private Division resmi mengumumkan sekuel dari Kerbal Space Program lewat sebuah trailer. Permainan berjudul Kerbal Space Program 2 itu dirancang untuk menyempurnakan gameplay serta mengekspansi fitur-fitur pendahulunya. Menariknya, game tidak digarap developer aslinya, (Monkey) Squad asal Meksiko, tapi dikembangkan oleh Star Theory setelah franchis ini diambil alih Take-Two Interactive.

Kerbal Space Program 2 tetap mengusung aspek-aspek fundamental pendahulunya, seperti membangun program antariksa serta menciptakan pesawat-pesawat luar angkasa. Namun Star Theory melangkah lebih jauh dan mempersilakan kita merakit kapal-kapal penjelajah bintang yang bisa membawa para Kerbal (alien lucu berkulit hijau yang jadi primadona permainan ini) pergi dari sistem tata surya mereka.

KSP2 3

Agar lebih bersahabat untuk para pemula sembari memastikan pemain veteran lebih betah menikmatinya, Star Theory menyiapkan sesi tutorial beranimasi, memperbaiki user interface, dan merombak bagian instruksi penerbangan serta perakitan. Anda tidak perlu cemas, tak ada pengurangan tingkat kesulitan sama sekali. Kerbal Space Program 2 tetap menuntut kita buat mengeluarkan seluruh akal dan kreativitas.

Kejutan dari Star Theory tidak berhenti sampai di sana. Selain menyuguhkan gameplay ‘tradisional’ yang digemari fans, Kerbal Space Program 2 juga memperkenankan kita untuk membangun koloni di planet lain. Kesempatan ini memang menarik, namun memberikan pemain tantangan baru karena mereka harus beradaptasi dengan situasi dan gravitasi di tempat itu. Kemudian kita perlu mengumpulkan sumber daya buat membangun gedung, stasiun luar angkasa, tempat tinggal serta untuk memproduksi bahan bakar.

KSP2 2

Jika koloni bisa berkembang dan makmur, pemain dapat melakukan eksplorasi lebih jauh lagi ke sistem tata surya lain. Di sana ada banyak kejutan unik serta situasi-situasi mencengangkan, contohnya planet mirip Bumi berukuran raksasa dengan cincin ala Jupiter atau serta sepasang bintang yang saling terkunci dalam ‘dansa gravitasi’.

KSP2 4

Kerbal Space Program 2 akan meluncur pada tahun 2020 di PC, Xbox One dan PlayStation 4, tapi tanggal spesifiknya belum diketahui. Tim Star Theory kabarnya memanfaatkan teknologi engine baru yang memudahkan proses modding serta memungkinkan ada dukungan mode multiplayer. Semua fitur itu akan hadir via update.

Grand Theft Auto V Telah Terjual Sebanyak 90 Juta Kopi Sejak Dirilis Hampir Lima Tahun Silam

Valve hampir tidak pernah mengungkapkan angka penjualan game di platform distribusi digital Steam, tapi di awal Januari kemarin, mereka mempersilakan kita mengetahui judul-judul apa saja yang memperoleh pemasukan tertinggi di tahun 2017. Satu hal mengejutkan adalah daftar game dengan profit terbesar didominasi oleh permainan-permainan yang sudah cukup lama dirilis.

Grand Theft Auto V, game action-adventure open world yang pertama kali meluncur di last-gen console hampir lima tahun lalu, muncul di sana. GTAV sudah beberapa kali mencetak rekor mengesankan, contohnya adalah bagaimana permainan memberikan keuntungan senilai US$ 1 miliar buat Rockstar Games cuma dalam tiga hari setelah tersedia.

Berdasarkan laporan NPD Group di bulan November 2017, Grand Theft Auto V telah terjual sebanyak 85 juta kopi dan pelan-pelan mendekati puncak daftar permainan dengan penjualan terbanyak di sepanjang sejarah. Namun memomentum penjualan game ternyata tidak berhenti atau bahkan melambat. Via Twitter milik analis industri gaming  Daniel Ahmad, Take-Two Interactive mengonfirmasi keberhasilan mereka memasarkan lebih dari 90 juta kopi GTAV.

Sebagai gambaran tingginya antusiasme gamer terhadap GTAV, Ahmad menyampaikan bahwa di tahun 2017 saja, ada 15 juta orang membeli permainan ini. Itu berarti Grand Theft Auto V sukses melampaui penjualan banyak game baru yang dilepas di tahun lalu. Sebagai komparasi, Star Wars Battlefront II hanya terjual 7 juta kopi selama periode itu. Dan menghitung secara kasar, setidaknya satu dari tiga pemilik console PlayStation 4 dan Xbox One mempunyai game ini.

Rahasia dari umur panjang Grand Theft Auto V tak lain adalah karena komitmen Rockstar untuk terus menambah konten game. Walaupun developer akhirnya mengurungkan niatnya buat meluncurkan add-on single-player, porsi multiplayer-nya (Grand Theft Auto Online) tak berhenti mendapatkan update gratis dan event-event menarik. Update GTA Online yang cukup besar diimplementasikan belum lama ini, diberi judul The Doomsday Heist.

Dilihat dari angka penjualannya saja, Grand Theft Auto V berada di urutan ketiga permainan terlaris sepanjang masa. Rekornya cuma dikalahkan oleh Minecraft dengan 144 juta kopi, dan sang raksasa Tetris di urutan pertama dengan 170 juta kopi. Namun melihat momentumnya, kenaikan GTAV memang jauh lebih pesat dari Tetris mengingat game tersebut telah tersedia sejak tahun 80-an.

Rockstar memang akhirnya mengumumkan tanggal pasti perilisan Red Dead Redemption 2, tapi jangan harap kita akan mendengar konfirmasi sang publisher mengenai eksistensi dari Grand Theft Auto VI dalam waktu dekat selama playerbase GTAV masih sekuat sekarang.

CEO Take-Two Yakin Tak Akan Ada Lagi Penundaan Peluncuran Red Dead Redemption 2

Dua hari sebelum Red Dead Redemption 2 resmi diumumkan, Rockstar Games memanfaatkan sosial media untuk men-tease dua gambar dengan warna dan tema ala Red Dead Redemption. Hal ini segera mengundang perhatian fans dan juga media. Tak lama, harga saham Take-Two Interactive selaku perusahaan induk Rockstar naik hampir enam persen.

Namun memasuki tahun kedua semenjak pengumuman itu, pendaratan RDR2 masih ditunggu-tunggu para gamer. Game telah mengalami dua kali pengunduran: Awalnya dijadwalkan untuk dilepas di paruh kedua tahun 2017, Rockstar menunda peluncurannya ke kuartal satu atau dua 2018, kemudian mengulurnya lagi mendekati akhir tahun ini, dengan tanggal rilis 26 Oktober.

Pengunduran tanggal rilis game bukanlah masalah besar asalkan hasil akhirnya nanti betul-betul memuaskan, dan sejauh ini, Rockstar jarang sekali mengecewakan. Dan menanggapi hal tersebut, dalam teleconference finansial belum lama ini Strauss Zelnick selaku CEO Take-Two mengungkapkan kepercayaan dirinya bahwa tidak akan ada lagi penundaan perilis Red Dead Redemption 2. Ia yakin yang developer lakukan itu adalah demi menyempurnakan konten.

“Fokus utama organisasi kami ialah menyuguhkan beragam jenis pengalaman hiburan berkualitas paling tinggi,” kata Zelnick via Gamespot. “Seringkali, kami bangga berhasil melakukannya. Semua tim kami hanya akan meluncurkan suatu karya ketika mereka betul-betul merasa puas, dan produk tersebut telah mencapai kesempurnaan. Di kasus ini, Rockstar Games menyadari mereka perlu memoles Red Dead Redemption 2, dan kami menyetujui keputusan itu.”

Zelnick mengungkapkan keyakinan pada Rockstar untuk merilis game tepat di tanggal yang telah mereka tentukan. Bagi Take-Two sendiri, 26 Oktober merupakan momen menguntungkan karena berada menjelang liburan. Di periode tersebut, konsumen biasanya berbelanja lebih banyak. Meski begitu, sang CEO juga menyadari game action-adventure ini akan berhadapan dengan franchise-franchise raksasa seperti Battlefield dan Call of Duty.

Take-Two tetap optimis Red Dead Redemption 2 akan unggul dalam kompetisi itu, apalagi persaingan game blockbuster tidak seketat sepuluh tahun lalu. Zelnick juga percaya pada inovasi yang selalu dihadirkan Rockstar di tiap game mereka. Terobosan-terobosan sang studio sulit diikuti para kompetitor.

Kata Zelnick, apa yang mereka lakukan ini adalah wujud komitmen perusahaan buat selalu memprioritaskan kualitas dibanding keuntungan.

Menurut saya, klaim terakhir tersebut terasa sedikit bertolak belakang dari langkah bisnis yang Rockstar ambil. Mereka sempat melakukan kesepakatan dengan Sony Interactive Entertainment untuk menghadirkan konten eksklusif RDR2 buat console PlayStation 4.