Penghentian Operasional Go-Jek dan Agate Yogyakarta, Upaya Sentralisasi Tim Pengembang

Go-Jek Tech Valley (GTV) atau markas pengembangan Go-Jek di Yogyakarta ditutup menjelang akhir tahun lalu. Public Relation Manager Go-Jek Rindu Ragilia dalam keterangan resminya mengatakan bahwa pihaknya tidak menutup kantor di Yogyakarta, tetapi mengintegrasikan dan mengkonsolidasikan pusat pengembangan dan engineering Go-Jek ke Jakarta. Pihak Go-Jek memberikan opsi kepada para pengembang untuk pindah ke Jakarta dan sejumlah pengembang akhirnya memilih keluar dan memutuskan tetap di Yogyakarta dengan alasan pribadinya masing-masing.

Di awal tahun, kabar penghentian operasional juga muncul dari startup pengembang game yang berbasis di Yogyakarta, Agate Jogja. CEO Agate Studio Arief Widhiyasa, induk brand Agate Jogja, mengatakan bahwa pasca penghentian operasional tersebut mereka berharap pengembang yang mau direlokasi bisa pindah ke Bandung supaya koordinasinya terpusat.

Bagi Arief. dengan stage yang (menurutnya) masih kecil, memusatkan tim produksi dirasa menjadi keputusan yang paling ideal.

Salah satu sudut Go-Jek Tech Valley di Yogyakarta / Go-Jek
Salah satu sudut Go-Jek Tech Valley di Yogyakarta / Go-Jek

Urgensi memusatkan tim produksi di satu tempat

Dibuatnya tim produksi di luar Jakarta seperti di Yogyakarta dilandasi beberapa alasan. Pertama, sebagai kota pelajar dengan ratusan kampus dengan berbagai jurusan, Yogyakarta dinilai sebagai supply sumber daya manusia unggul, terutama untuk tahap early stage. Alasan kedua terkait biaya operasional yang tergolong lebih “hemat” jika dibandingkan di Jakarta, Bandung atau Surabaya.

Kedua hal di atas menjadi sangat relevan sebagai strategi penguatan dan akselerasi bagi startup di tahap early stage. Ketika sudah menjadi besar dengan kepemilikan traksi pengguna yang sangat besar, biaya operasional tidak menjadi isu lagi. Kebutuhan gerak cepat dan kolaborasi yang lebih sigap kini menjadi kebutuhan yang lebih mendesak. Untuk Agate Studio, mereka merasa masih membutuhkan koordinasi terpusat untuk efektivitas.

Benang merahnya adalah kemudahan komunikasi dan kolaborasi. Produk Go-Jek dan Agate sangat bergantung tentang bagaimana stack teknologi yang disusun mampu bekerja dengan baik.

Go-Jek, dengan sebuah aplikasi tunggal, harus merangkum segala bentuk kebutuhan konsumen. Penempatan tim yang berjauhan akan menjadi tantangan tersendiri, kendati komunikasi sudah dapat dijembatani dengan perangkat lunak. Diakui atau tidak, bertatapan secara langsung menguatkan berbagai unsur pendorong kolaborasi.

Bentuk ekspansi dengan keperluan berbeda

Tiket.com pada pertengahan tahun lalu, bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke-5, merayakannya dengan membuka kantor perwakilan di Yogyakarta. Seperti yang diungkapkan Co-Founder Gaery Undarsa, kantor barunya ini bukan digunakan sebagai tempat bertransaksi, melainkan pemenuhan kebutuhan perusahaan untuk memiliki representasi. Mereka butuh meningkatkan kerja sama dengan agen travel, hotel dan komponen bisnis lainnya. Peningkatan jangkauan layanan sebuah produk startup memaksa perusahaan pengusungnya untuk bisa berekspansi.

Kembali ke cerita penutupan operasional Agate Jogja, menurut co-founder-nya Frida Dwi, saat ini brand Agate Jogja belum benar-benar ditutup dan masih dipegang oleh Agate Studio. Ada kemungkinan brand tersebut digunakan kembali dalam formasi dan bentuk yang berbeda. Hal serupa juga pernah dituturkan oleh Go-Jek, bahwa GTV tidak benar-benar ditutup, hanya saja merelokasi tim pengembang ke Jakarta. Dari sisi operasional tempat singgah yang dimiliki akan digunakan untuk keperluan proses bisnis yang lain.

Skarang modelnya mulai dibalik, tim produk akan dipusatkan di satu tempat, sedangkan tim pengembang bisnis yang harus berekspansi ke berbagai daerah tempat konsumen bernaung untuk memperkuat produk dan memperluas pangsa pasar.

Pelajaran Penghentian Operasional Agate Jogja

Kabar berhentinya operasional Agate Jogja sempat menjadi perhatian di kalangan pengembang game. Di Yogyakarta sendiri, startup yang fokus pada produk game cukup diminati, dengan komunitas aktif bernama Bengkel Gamelan secara rutin mengadakan pertemuan dan pelatihan bersama. Sosok Co-Founder Agate Jogja Frida Dwi (atau biasa disapa Ube) memang sangat akrab di kalangan komunitas tersebut. Kemampuannya tak diragukan lagi. Beberapa waktu lalu tim yang dipimpinnya juga menyabet juara dalam perlombaan Indonesia Next Apps 3.0 yang diinisiasi Samsung dan DailySocial.

Agate Jogja tidak sepenuhnya tutup. Ube menjelaskan Agate Jogja terdiri dari beberapa bagian, yaitu (1) brand Agate Jogja, (2) Co-Founder dan timnya di Yogyakarta, dan (3) kegiatan operasionalnya. Saat ini poin( 2) sudah dibubarkan dan poin (3) dihentikan. Brand sendiri masih dipegang Agate Studio, sehingga ada kemungkinan jika brand Agate Jogja akan digalakkan kembali dengan komposisi yang berbeda.

Kami mencoba menggali apa yang bisa dipelajari dari perjalanan Ube bersama Agate Jogja, termasuk permasalahan yang melatarbelakangi keputusannya meninggalkan Agate Jogja.

Komposisi sebuah tim startup

Produk menjadi komponen penting dalam sebuah bisnis, namun bukan satu-satunya karena ada aspek lain yang harus sama-sama kuat bersinergi untuk membantu bisnis berakselerasi. Seringkali kita menemui sebuah produk yang sangat sederhana tapi mampu dikemas secara apik sehingga menarik banyak peminat, karena ditempatkan pada pangsa pasar spesifik sesuai dengan target.

Dalam startup digital umumnya pengembang akan fokus bagaimana produk tersebut dilahirkan, lalu di luar itu ada divisi lain seperti pemasaran dan riset yang mampu membungkus produk tersebut dengan branding yang tepat dalam waktu peluncuran yang tepat dan target pasar yang pas.

Hal ini disebut sebagai alasan paling mendasar penghentian operasional Agate Jogja. Kepada DailySocial, Ube mengatakan:

“Kendala terbesar saya adalah skill management kurang mumpuni, kebetulan selama 5 tahun ini saya multihat, memegang manajemen dan produksi. Ini yang membuat perkembangan Agate Jogja stagnan, membuat kami (bersama Estu Galih) selaku Co-Founder Agate Jogja merasa tidak memiliki kemampuan membantu tim berkembang dengan baik.”

Pengelolaan manajemen dalam sebuah bisnis sendiri mencakup banyak hal. Mulai dari kebutuhan operasional internal, kebutuhan pengelolaan bisnis, hingga mengakomodasi sumber daya manusia dan finansial di dalam kegiatan bisnis. Dalam kasus Agate Jogja, dua Co-Founder memiliki backgroud mendalam seputar pengembangan aplikasi. Kepiawaian keduanya dalam coding dan mendesain game sudah tidak diragukan lagi.

Pangsa pasar game di Indonesia besar, namun masih sangat dinamis

Angka pengguna ponsel pintar dan internet yang terus bertumbuh secara signifikan memang membuka banyak kesempatan baru bagi industri kreatif untuk mendulang untung, tak terkecuali di segmentasi game mobile. Beberapa survei merilis bahwa game masih mendominasi tangga atas aplikasi yang paling sering digunakan oleh pengguna ponsel pintar, beriringan dengan media sosial.

Hal yang ama dirasakan pengembang game lokal. Potensinya terasa besar, namun masih banyak yang perlu dipahami lebih dalam.

“Potensi game mobile di Indonesia besar. Hampir di setiap acara startup maupun seminar digital kreatif pasti menyajikan data dan angka yang sangat menarik. Tapi yang saya pribadi rasakan adalah user mobile game Indonesia ini unik sekali, susah ditebak. Butuh banyak hal yang perlu dipelajari dari user mobile game kita […] Soal segmentasi game mobile di Indonesia, user-nya banyak sekali dan unik butuh banyak penyesuaian yang kadang di luar cara berpikir kita sebagai developer.”

Hal tersebut mungkin senada dengan apa yang pernah DailySocial temukan dalam survei tentang pengembang game mobile lokal. Dari survei tersebut diungkapkan bahwa 49,61% dari total responden kurang aware dengan keberadaan pengembang game lokal. Kadang mereka tidak menyadari bahwa permainan yang dimainkan adalah karya anak bangsa.

Meskipun demikian, ada strategi unik yang sangat jitu dilakukan oleh para pengembang lokal, yakni mendompleng tren terkini untuk dijadikan konten berbasis game. Jika ingat game Tahu Bulat atau Dimas Kanjeng Gandakan Uang, para pengembang sangat cekatan membaca apa yang sedang menjadi pusat perhatian masyarakat, sehingga dijadikan media untuk berkreasi yang berimplikasi pada proses promosi yang sangat cepat. Di balik tantangan tersebut selalu ada jalan bagi kreator untuk memaksimalkan potensi yang ada.

“Suka duka sangat umum, sukanya saat game menjadi feature di Google Play, jumlah unduhan meningkat tajam, income turut naik. Termasuk memenangkan beberapa kompetisi, ketemu banyak rekanan yang membantu. Dukanya pun ada, seperti piutang yang terbayar dan baca komentar bintang satu dulu kalau sudah bagus baru ditambah. Overall perjalanan bersama Agate Jogja menyenangkan karena banyak kreasi yang bisa bebas saya lakukan.”

Selalu siap dan menyiapkan dalam segala kemungkinan

Tim Agate Jogja sendiri resmi dibubarkan pada Juni 2016 awal sebelum puasa. Hingga hanya menyisakan dua Co-Founder saja untuk melanjutkan aktivitas operasional dan mengikuti beberapa kompetisi. Bulan Oktober, Ube dan Estu sempat ke Bandung sementara bergabung dengan Agate Studio, tujuannya transfer pengetahuan dan diskusi soal rencana setup tim Agate baru lagi di Jogja.

Setelah berdiskusi panjang lebar akhirnya diputuskan Agate fokus produksi di Bandung saja dan kedua co-founder memutuskan kembali ke Yogyakarta dengan alasan masing-masing tidak berminat relokasi ke Bandung.

Per bulan Desember 2016 semua game Agate Jogja di Google Play sudah dipindahkan ke akun Agate Studio. Kemudian Ube dan Estu menyampaikan pengunduran diri dari Agate. Sekarang (Januari 2017) operasional Agate Jogja yang dikomandoi Ube dihentikan.

Startup tak jarang dihadapkan pada liku-liku dan dinamika bisnis yang menantang. Seperti cerita Ube di atas, banyak hal besar yang harus diputuskan, termasuk keputusan untuk mengakhiri sebuah bisnis. Risiko harus selalu menjadi salah satu pertimbangan pelaku bisnis, dan semua perlu disiasati dengan matang untuk menciptakan ketenangan.

Setidaknya ketika bisnis berhenti, para anggota tim yang ada di dalamnya tidak “kaget” karena sudah disiapkan sejak awal. Mungkin hal tersebut yang ada di benak Ube saat itu.

“Demi kebaikan semua anggota tim pula akhirnya Co-Founder Agate Jogja sepakat membubarkan tim disertai pesangon beberapa kali gaji sebagai tanda terima kasih kami atas pengabdian mereka selama ini. Pemberitahuannya juga tidak mendadak, kita sampaikan keputusan itu ke tim sebulan sebelum benar-benar berpisah jadi mereka bisa mempersiapkan rencana mereka ke depan seperti apa.”

Mati satu, tumbuh seribu

Setiap orang berhak memiliki pilihan, karena ia sendirilah yang akan menjalani dan menanggung pilihan tersebut. Melanjutkan ceritanya, Ube menerangkan bahwa setelah co-founder mundur dan operasional dihentikan, brand Agate Jogja telah dikembalikan kepada Agate Studio. Keputusan selanjutnya tentang Agate cabang Jogja ataupun Agate Jogja sudah diserahkan sepenuhnya pada tim di Bandung.

Ube dan Estu masih akan tetap bernaung dalam pengembangan game. Saat ini keduanya tengah menyelesaikan proyek pengembangan game terbarunya.

“Untuk saya sendiri saat ini tetap di game development, bersama co-founder saya kita mulai setup lagi tim kecil mulai dari awal lagi, hanya dua orang saja. Harapannya jauh lebih mudah mengelolanya. Nama kita sudah ada tapi mungkin baru kita umumkan saat game pertama yang sedang kita garap sekarang selesai dan rilis, mohon doanya.”

Membangun Tim yang Bahagia dan Produktif

Salah satu yang dilirik dari hegemoni startup adalah situasi kerja di dalamnya. Banyak cerita yang menggambarkan bahwa bekerja di startup berbeda dengan situasi kerja di korporasi. Bahagia dan produktif. Begitu banyak diceritakan. Hal tersebut memang sebuah kebutuhan, untuk sebuah bisnis yang tengah berlari kencang kondisi mesin di dalamnya harus dijaga agar tetap kuat dan dingin. Itulah mengapa menjaga situasi kerja dalam kondisi nyaman, bahagia, dan produktif sangat diupayakan dalam startup.

Berikut beberapa tips untuk menjaga kondisi kerja dalam startup agar tetap nyaman dan produktif.

Menjadi komunikator yang baik

Tugas membangun tim yang tetap gembira dan produktif bukan hanya tugas satu dua orang, tetapi tugas bersama. Salah satu landasan untuk menjadikan hubungan kerja yang bahagia adalah komunikasi yang terjaga dan saling menghargai. Masing-masing dalam individu harus berusaha menjadi komunikator yang baik, tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk tim secara keseluruhan.

Di bawah adalah beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menjadi komunikator yang baik:

  • Mendengarkan lebih banyak. Karena komunikasi merupakan kegiatan dua arah maka terlalu banyak mengungkapkan juga tidak baik. Latih diri untuk menjadi pendengar yang baik. Untuk menyeimbangkan antara mengeluarkan pendapat dan mendengarkan pendapat.
  • Fokus pada topik yang dibicarakan.
  • Melakukan kontak mata saat berkomunikasi.
  • Membangun keterlibatan tim (bagi pemimpin)

Bagi pemimpin, menghargai otonomi setiap anggota tim itu penting

Startup membutuhkan kerja optimal dari setiap orang di dalamnya. Dan semua orang memiliki cara kerja dan kenyamanan dalam bekerja sesuai dengan masing-masing individu. Hal ini yang harusnya diperhatikan dan dioptimalkan oleh pemimpin. Karena semakin nyaman anggota tim bekerja dengan gaya sendiri produktivitas adalah ganjarannya.

Pemimpin tinggal melakukan beberapa langkah untuk merangsang kinerja optimal dari masing-masing anggota tim, seperti:

  • Tentukan matriks keberhasilan. Ini berguna untuk tetap membebaskan cara atau bahkan ritme kerja, tapi tetap memiliki tujuan yang jelas.
  • Menawarkan insentif.
  • Menawarkan jam kerja yang fleksibel.
  • Menawarkan kesempatan pelatihan.

Membangun tim bukan pekerjaan mudah dan sebentar. Lebih lagi tim adalah elemen penting dalam startup. Boleh saja berfokus pada produk, tetapi memperhatikan “mesin produksi” juga hal penting yang tidak boleh ketinggalan dalam membangun startup. Karena produk yang berkualitas lahir dari tim yang berkualitas.

Tiga Faktor Kepemimpinan Bisnis dalam Fase “Scale Up”

Scale up merupakan salah satu tahapan dalam bisnis rintisan. Di tahap ini startup menambahkan “bahan bakar” ke dalam mesin produksi untuk berkembang pesat ke dalam pangsa pasar yang dinamis dan penuh persaingan. Berbeda dengan proses starting up, saat bisnis mengejar product/market-fit, pada proses scale up banyak hal yang harus disesuaikan, salah satu yang paling signifikan adalah seputar kepemimpinan.

HubSpot mengawali debutnya sebagai startup media. Kini usianya telah menginjak 9 tahun. Dari pemaparan Brian Halligan selaku CEO HubSpot, selama 6-7 sejak bisnis berdiri mereka masih dalam mode “startup”, baru setelah itu sampai sekarang Brian menyalakan mode “scale up” mengingat kebutuhan bisnis kian meningkat. Dari situ ada beberapa pembelajaran tentang kepemimpinan yang ia catat, sebagai langkah pemimpin bisnis yang sedang dalam mode “scaling up“.

Faktor kepemimpinan

Selama beberapa tahun HubSpot mengadakan survei ke seluruh karyawannya, merilis dua pertanyaan yang dapat dijawab secara anonim. Dua poin pertanyaan merujuk pada seberapa besar sang karyawan merujuk HubSpot sebagai tempat kerja kepada rekannya dan yang kedua tentang alasan mengapa mereka merekomendasikan atau tidak merekomendasikannya. Cara ini ditempuh untuk mengevaluasi keyakinan karyawan di tiap divisi, pada ujungnya akan dihubungkan pada performa dan gaya kepemimpinan tiap kepada divisi tersebut.

Ketika skor survei turun, strategi khusus digencarkan, dengan mengumpulkan tren data historis dan komentar di survei tersebut dan mendiskusikannya dengan pemimpin divisi untuk menyusun rencana perbaikan. Sebuah strategi gemilang biasanya diluncurkan dan ternyata hasilnya sering kali makin memburuk. Pada akhirnya pola tersebut ditemukan. Strategi baru berjalan dengan hadirnya manajer baru.

Dari sini dapat diambil beberapa kesimpulan. Pertama, setelah tim kehilangan kepercayaan pada pemimpinnya, hampir tidak mungkin untuk mendapatkan kepercayaan tersebut kembali. Kedua, pemimpin memiliki “sweet spot“, ada fase berkembang dan tidak berkembang. Manusiawi. Ketika tidak sedang dalam fase gemilang tersebut, mereka tak harus ditempatkan pada pengelolaan tim besar dalam proses scale up. Pengalaman manajemen kadang bisa dihiraukan dalam fase starting up, namun dalam fase scale up mutlak diperlukan.

Faktor penyelesaian masalah

Permasalahan dalam bisnis harus selalu diidentifikasi dari awal dan pemimpin diwajibkan memiliki peran dominan dalam hal ini. Beberapa bisnis dihadapkan pada permasalahan sistematis yang dapat berdampak kepada organisasi secara keseluruhan. Bagaimana strategi penyelesaian menjadi kunci untuk menyelamatkan keutuhan tim dan proses bisnis. Di bisnis digital hal ini akan menjadi tantangan umum, mengingat tuntutan perubahan yang sangat cepat.

Ketika sebuah startup digital menghadirkan fitur baru, hal ini memaksa pelanggan untuk mengadopsi konten dengan user experience yang berbeda. Beberapa pelanggan mudah beradaptasi, beberapa banyak bertanya tentang berbagai hal baru yang disuguhkan, dan banyak lagi mencoba memberikan protes terhadap kenyamanan dengan sistem sebelumnya.

Ketika masalah muncul, tim mencoba melayani semua kebutuhan dan desakan pelanggan. Ketika tuntutan tersebut meningkat, tidak hanya tim customer service yang dicerca pertanyaan, tim pemasaran pun turut menerima pertanyaan dari pelanggan, sehingga mengganggu KPI penjualan.

Belajar dari kesalahan juga menjadi kunci untuk tidak terjerumus pada lubang bencana yang sama. Strategi menghindari kesalahan yang sama dapat dilakukan dalam berbagai hal. Di HubSpot, setiap bulan diadakan pertemuan internal antar manajer. Di dalamnya setiap divisi harus mempresentasikan beberapa hal. Selain metrik kemajuan, dalam slide juga harus selalu dituliskan poin-poin kesalahan yang pernah terjadi sebelumnya. Sebagai pengingat dan mematangkan kepekaan dalam menghindari isu yang sama tersebut.

Ketika bisnis menginjak masa scaling up, setiap komponen yang ada di dalamnya akan berhubungan erat. Tim pemasaran, tim pengembang, tim konten dan tim operasional harus berada dalam satu visi yang sama dengan performa yang sama-sama kuat. Semua bergerak cepat dan akan membutuhkan dukungan baik di masing-masing aspek.

Faktor penentuan keputusan

Penentuan keputusan perlu dilakukan secara cepat dan tepat, mengingat di fase ini gempuran persaingan bisnis akan sangat terasa. Pemimpin perlu jitu mengambil keputusan. Ketika dihadapkan pada sebuah meeting yang mungkin akan banyak yang mengajukan pendapat, pastikan sebagai pemimpin memilih keputusan berdasarkan pilihan yang tepat, bukan keputusan yang didasarkan pada argumen yang paling populer. Perdebatan akan terjadi, tapi wewenang pemimpin harus kuat dengan mengambil keputusan yang paling logis dan berdasar.

Lima Hal yang Wajib Diterapkan Startup Jelang Tahun Baru

Tidak terasa tahun baru sudah tinggal menghitung hari, waktunya untuk melakukan evaluasi target dan rencana yang telah dicapai sepanjang tahun 2016 dan merencanakan apa yang akan dilakukan tahun 2017 mendatang. Sebagai perusahaan rintisan, awal tahun baru bisa dimanfaatkan untuk melakukan scale up, mulai dari menambah inovasi, pindah kantor baru, merekrut lebih banyak karyawan hingga menentukan ke mana rencana bisnis perusahaan ke depannya. Artikel berikut ini akan membahas 5 cara yang baik dilakukan startup di awal tahun yang baru.

Tuliskan rencana dan tampung masukan dari rekan

Tentunya akan menjadi sia-sia jika Anda pemilik startup tidak memiliki rencana dan target yang ingin dicapai tahun 2017 mendatang. Untuk itu coba tuliskan rencana, harapan dan semua target yang ingin dicapai oleh Anda sebagai pemilik perusahaan untuk startup. Coba ceritakan rencana tersebut kepada rekan, di luar pegawai atau co-founder, dan coba tampung feedback dari pihak keluarga untuk kemudian menjadi masukan untuk Anda.

Keluar dari zona aman

Jika saat ini startup milik Anda sudah cukup memiliki profit dan menjalankan rutinitas yang ada, coba koreksi dan rubah target serta pencapaian yang ingin diraih lebih tinggi lagi. Keluar dari zona aman yang selama ini cukup nyaman Anda jalankan, demi memperoleh keuntungan dan prestasi yang lebih untuk startup.

Tumbuhkan rasa loyalitas karyawan

Sebagai pimpinan yang baik Anda harus memiliki kemampuan untuk mencermati kemampuan dan skill yang dimiliki oleh masing-masing karyawan Anda. Berikan tugas yang sesuai dengan latar belakang dan kemampuan yang dimiliki dan biakan karyawan Anda menjalankan tugasnya. Dengan menerapkan cara ini bukan hanya Anda sebagai pemimpin akan mendapatkan hasil yang diinginkan namun juga membuat karyawan Anda lebih bahagia.

Monitor rencana yang ada

Salah satu kesalahan yang kerap dilakukan oleh pemilik startup adalah, tidak melakukan pengecekan atau memonitor setiap minggu atau bulan rencana bisnis yang telah dijalankan. Apakah rencana yang telah dibuat selama 12 bulan ke depan sudah dilakukan atau terpaksa tertunda karena berbagai alasan, jangan pernah lupa untuk menuliskan laporan terkait perkembangan yang ada.

Nikmati pekerjaan yang ada

Salah satu kunci kesuksesan sebuah startup atau perusahaan teknologi ternama di dunia adalah, kecintaan serta rasa puas dan bahagia yang dimiliki oleh pimpinan hingga karyawan selama mengerjakan tugas yang diberikan. Jika karyawan Anda happy dengan tugas yang dibebankan, bisa dipastikan semua pekerjaan akan memberikan hasil yang baik dan sesuai dengan target yang ditentukan. Untuk itu upayakan selalu menikmati semua tugas dan pekerjaan yang ada, agar perusahaan bisa berjalan secara positif.

Empat Cara Tepat Membentuk Anggota Tim Terbaik Startup

Kesuksesan sebuah startup ditentukan oleh anggota tim yang dimiliki. Startup adalah bisnis yang membutuhkan dedikasi, kemampuan dan loyalitas tinggi dari masing-masing anggota tim. Jika di awal usaha Anda sebagai founder terbiasa melakukan semua sendiri dibantu dengan co-founder, namun ketika startup sudah menunjukkan peningkatan yang baik dan mengarah kepada scalling up, diperlukan dedikasi serta loyalitas dari anggota tim. Artikel berikut ini akan membahas empat faktor penting yang wajib dicermati untuk menciptakan anggota tim startup yang tepat.

Ciptakan kultur perusahaan

Saat proses wawancara coba cermati dengan baik apakah calon karyawan yang ingin Anda perkerjakan telah sesuai dengan kultur perusahaan. Yang perlu diingat adalah dalam hal pengetahuan dan kemampuan semua bisa diajarkan, namun terkait dengan kultur perusahaan semua harus dipahami dengan baik dan pastinya harus bisa sesuai dengan kepribadian dari calon karyawan tersebut.

Kultur perusahaan yang baik akan memberikan impact positif dengan kolaborasi positif antar karyawan serta tujuan yang sama untuk membangun perusahaan. Jangan mencoba menawarkan ‘gaji’ yang sama dengan korporasi. Founder yang tepat adalah mereka yang mampu mencari karyawan yang dibutuhkan dan tentunya bisa bekerja sama dengan baik.

Jujur dan transparan

Salah satu kelebihan yang dimiliki oleh startup adalah kesempatan untuk berbagi informasi, bertukar pikiran dan memberikan recognition terhadap kinerja yang telah dilakukan oleh karyawan. Tumbuhkan selalu transparansi dan kejujuran antar karyawan hingga jajaran manajemen, dengan demikian akan tercipta rasa hormat dan penghargaan yang tinggi dari karyawan kepada Anda.

Fleksibel dan kebebasan

Founder yang baik adalah mereka yang mampu bersikap fleksibel dan memberikan kebebasan yang ‘wajar’ kepada karyawannya. Hindari memperlakukan karyawan Anda layaknya bawahan yang harus menuruti semua peraturan dan tanggung jawab yang ada. Berilah ruang kepada mereka untuk memberikan kontribusi kreativitas kepada perusahaan. Dengan demikian akan timbul rasa kepercayaan yang baik antara karyawan dengan Anda sebagai founder.

Hilangkan karyawan yang negatif

Dalam suatu organisasi pastinya terdapat satu atau dua karyawan yang memiliki efek negatif kepada perusahaan. Apakah itu rasa tidak puas, enggan untuk mengerjakan pekerjaan secara multitasking, kerap mengeluh hingga kebiasaan menyebarkan isu atau gosip yang tidak relevan. Segera lakukan aksi langsung kepada karyawan yang cenderung menimbulkan efek negatif terhadap perusahaan, mulai dari peringatan hingga pemberhentian. Intinya adalah startup harus bisa memiliki anggota tim yang siap untuk melakukan semua tugas yang ada, karena akan mempengaruhi kelancaran bisnis.

Kudo Rekrut Tokoh Senior untuk Dorong Akselerasi Bisnis

Di lanskap startup Indonesia perekrutan tokoh senior untuk ditempatkan dalam jajaran C-Level perusahaan cukup menjadi tren, terutama untuk startup yang tergolong sudah mapan. Contohnya ada Jim Geovedi di YessBoss Group, ada juga Kudo dengan merekrut Sukan Makmuri dan baru-baru ini Tiket dikabarkan melakukan hal yang sama. Lalu sebenarnya apa yang menjadi pertimbangan para Founder dari perekrutan tersebut, sehingga dirasa menjadi urgensi dalam alur bisnis yang mereka kerjakan?

Kami berkesempatan berbincang dengan Co-Founder dan CEO Kudo Albert Lucius. Alasan mendasar yang dipaparkan Albert mengapa Kudo merekrut Sukan Makmuri untuk masuk ke jajaran C-Level di bisnisnya karena dibutuhkannya skillset baru untuk mengakselerasi bisnis. Jelas saja, pengalamannya selama 25 tahun di Silicon Valley membuat veteran teknologi tersebut dinilai mampu memberikan sumbangsih besar untuk kemajuan Kudo.

Tak wajib memang untuk melakukan perekrutan tokoh senior seperti ini. Lebih detail Albert mengungkapkan bahwa perekrutan tokoh senior sangat bergantung pada tahapan sebuah startup. Ketika startup masih dalam tahap berkembang, semasa growth masih dipupuk, produk masih berubah-ubah, maka eksekusi cepat diperlukan dengan kendali pribadi Founder dan tim. Namun ketika tim sudah membesar, karyawan sudah banyak, maka figur senior sangat diperlukan untuk mengakomodasi berbagai hal.

Pertama ialah membawa stabilitas dan membagikan pengalamannya kepada startup. Umumnya startup didominasi oleh kalangan muda, sebagian besar. Untuk menjaga bisnis tetap merangkak maju, butuh mengimbanginya dengan senioritas yang ada membawa kestabilan perusahaan. Secara umum tokoh senior yang direkrut juga dinilai harus dapat diikuti dan menjadi inspirasi rekan-rekan pekerja yang masih junior. Maka dari itu pemilihan sosok ini akan menjadi langkah krusial yang perlu dilakukan Founder.

Berbagi tips kepada rekan-rekan startup lain, yang masih di tahap pemula, Albert menyampaikan sarannya. Menurutnya perekrutan dilakukan seperlunya saja, yang penting lakukan dengan proses eksekusi yang cepat, tidak menghambat keputusan lain yang diperlukan untuk proses bisnis. Tim manajemen kada merasa tiba-tiba perlu merekrut seorang senior begitu pertumbuhan sales dan organisasi berkembang. Di sini kuncinya startup harus memiliki hiring path (kandidat) sebelum benar-benar diperlukan.

Membangun hubungan (networking) yang dilakukan oleh seorang Founder startup akan memberikan peran yang besar dalam menentukan kandidat ini. Ketika startup sering terhubung dengan tokoh-tokoh senior yang inline dengan bidang bisnis yang dikerjakan, maka untuk mendapatkan kandidat tersebut tidaklah sulit. Terlebih ketika ada tuntutan untuk melakukan perekrutan seorang tokoh yang bisa memiliki gagasan selaras dengan visi startup.

Pada akhirnya bisnis teknologi dikembalikan kepada tantangan yang paling mendasar, yakni melakukan adaptasi secara cepat untuk bisa tetap berdiri tegak di tengah persaingan dan dinamika bisnis global yang terus melesat. Karena sekat dalam bisnis teknologi tergolong lebih transparan, berbagai tindakan strategis butuh segera ditentukan.

Empat Tips Sederhana Mengelola Tim Kecil Startup

Pada kenyataannya hampir semua perusahaan startup tidak bisa memperkerjakan banyak karyawan sesuka hatinya karena bujet yang ketat. Namun ada keuntungan dari Anda yang hanya memiliki karyawan berjumlah sedikit, yang pasti selain mengurangi beban pengeluaran, Anda juga lebih mudah ketika memutuskan untuk pivot. Paige Brown selaku Co-Founder dan CEO Dashbell, startup booking hotel independen, menyebut ada empat cara yang cerdas untuk founder dalam mengelola tim kecilnya. Berikut rangkumannya:

Merekrut dengan cerdas

Pekerja Anda harus mampu melakukan banyak tugas secara mandiri, bahkan tak memerlukan arahan dari Anda sepanjang waktu. Maka dari itu, Anda perlu mencari sosok yang fleksibel dan cakap. Mungkin ada baiknya, bila Anda mencari sosok itu lewat lulusan program pendidikan yang spesifik membahas segmentasi pekerjaan yang dilakoni dan mengetahui konsep pekerjaan di startup. Orang-orang yang lulusan pendidikan seperti itu lebih siap dalam menjalani realitas startup, tidak mengharapkan mereka hanya melakukan pekerjaan yang monoton dan pulang tepat waktu pukul 05.00 sore.

Kemudian saat proses wawancara sebaiknya Anda mencari sosok yang bisa memasarkan produk yang dia jual. Dalam kaitannya dengan hal ini, Brown meminta calon rekrut menyelesaikan proyek kecil sebelum mereka diperkerjakan. Dia lebih cenderung ingin melihat bagaimana mereka menyelesaikan proyek tersebut daripada menanyakan seberapa ingin bekerja di perusahaan startup.

Memastikan tetap terorganisir

Saat Anda ingin menyerahkan segudang tugas ke tim yang hanya berjumlah beberapa orang saja, penting untuk menyortirnya sesuai urgensi tugas untuk diselesaikan. Kemudian salah satu aturan yang tidak boleh diabaikan adalah membatalkan meeting. Satu kali menunda meeting, akan sangat mudah membuat pekerjaan tim Anda jadi berantakan.

Untuk membantu tim tetap terorganisir, gunakan aplikasi chat grup dan pengingat untuk membantu Anda saat tetap update pekerjaan tanpa harus kehilangan item penting lainnya.

Memberikan ruang relaksasi

Tidak bisa dipungkiri membangun startup dari awal merupakan pekerjaan yang tiada habisnya dan sulit untuk dihentikan. Namun ada kalanya tim butuh rehat dengan berlibur ke suatu tempat. Produktivitas kerja suatu orang akan lebih baik apabila satu kali dalam seminggunya beristirahat.

Maka dari itu, Anda perlu buat aturan yang bisa membuat karyawan merasa rileks, misalnya mereka harus pulang ke rumah setelah jam kerja tertentu, memberikan kelonggaran mereka untuk mengambil liburan atau mengajak vakansi bersama satu kantor (atau sering disebut outing).

Membuat prioritas dalam pekerjaan

Kemungkinan pekerjaan banyak yang tidak kelar karena tim Anda tidak membuat daftar prioritas pekerjaan. Cari tahu tugas mana yang paling penting diselesaikan dan memberikan dampak terbesar bagi perkembangan bisnis. Jika Anda memiliki goal yang jelas, Anda dapat mendorong tim untuk menyelesaikan pekerjaan berdasarkan urutan prioritas.

Tim kecil memang memiliki tantangan sendiri dalam pengelolaannya, tetapi ada banyak manfaat yang bisa dipetik dari hal ini. Salah satunya, hubungan antar orang dalam tim bisa jadi lebih intim, karena adanya kesamaan visi dan misi saat membangun startup yang baru berdiri. Lewat taktik manajemen strategis seperti ini, bahkan tim kecil pun bisa menaklukkan dunia.

Menyiasati Kehadiran Tokoh Senior di dalam Startup

Terdapat berbagai pandangan di kalangan startup terhadap pentingnya menempatkan tokoh senior ke dalam bagian dari bisnisnya. Ada yang merasa membutuhkan, tetapi ada juga yang memilih untuk berjalan mandiri dengan semangat mudanya. Tokoh senior tersebut umumnya adalah seorang yang telah memiliki pengalaman panjang di bidang tertentu atau orang yang memiliki nama besar sebagai pakar di bidang tertentu.

Kita akan melihat dulu mengapa banyak startup memilih untuk menempatkan tokoh senior ke dalam tubuh bisnis. Alasan paling umum adalah terkait dengan waktu. Startup digital dihadapkan dengan realitas tren yang begitu dinamis. Ide saat ini seperti makanan, memiliki jangka kedaluwarsa jika tidak segera dimakan atau diolah agar menjadi awet.

Menempatkan tokoh senior dianggap mampu membantu startup mengakselerasi strategi bisnisnya sehingga mampu lebih cepat mencapai puncak. Jika dijelaskan lebih rinci, motivasi seorang CEO menunjuk tokoh senior juga memiliki ragam yang cukup banyak, mulai untuk pengawasan, meningkatkan kepercayaan, hingga memperoleh pengetahuan dan pengalaman darinya.

Misalnya seorang pendiri startup berlatar belakang teknis. Ia mengerti betul bagaimana meramu sebuah racikan code hingga menjadi layanan yang handal. Namun kedalaman ilmunya di bidang teknis tak lantas membuatnya mampu untuk mencetuskan ide-ide brilian untuk memasarkan layanan tersebut. Ia lalu memutuskan untuk merekrut tokoh yang benar-benar dipandang di bidang pemasaran guna memberikan insight atau bahkan memandu eksekusi jalannya pemasaran produk.

Tantangan yang harus disiasati CEO startup

Jangan sampai penunjukan tokoh senior menjadi layaknya doping yang dipakai atlet secara instan. Membawa performa hebat, namun di suatu titik bisa menerjunkan kita secara spektakuler. Ada beberapa hal yang patut disiasati dengan baik ketika seorang tokoh berpengalaman hadir untuk membangun bisnis bersama kita. Ketika seseorang tersebut sudah sampai di meja direksi maka akan ada beberapa hal yang bisa menjadi bumerang.

Sebagai seorang yang berpengalaman, umumnya mereka datang dengan budaya mereka sendiri. Kebiasaan, gaya komunikasi, dan berbagai nilai perusahaan yang telah dijalankan sebelumnya biasanya terbawa. Mereka hadir dengan pengalaman dan tantangan lebih besar yang pernah dilalui. Seringkali mereka jadi terlihat lebih serius dan menempatkan sistem yang tak biasa di lingkungan kita.

Yang lebih parah sebagai pimpinan startup kita tak tahu apa yang harus mereka kerjakan. Pada kenyataannya kita memperkerjakan mereka karena tidak tahu cara melakukan pekerjaan tersebut. Bagaimana kita mengawasi mereka atau menilai apa yang telah dilakukan tersebut sudah sesuai dengan yang diharapkan?

Kepatuhan kultur bisnis tetap harus disampaikan. Mungkin tokoh senior tersebut datang dengan budaya perusahaan lain yang bisa jadi lebih unggul. Masalahnya akan terjadi goncangan jika tidak meminta mereka menyesuaikan apa yang ada di bisnis kita. Kita yang tahu betul soal kultur yang sudah berjalan.

Pahami taktik “politik” dan berikan standar kinerja yang jelas. Siapapun tetap harus memiliki target capaian yang baik untuk tetap memberikan keuntungan bagi bisnis. Tokoh senior pun demikian. Sedari awal penting bagi kita untuk mendiskusikan poin-poin capaian yang harus didapatkan. Jika kita belum paham terhadap area kerjanya, tak ada salahnya di waktu awal bersama-sama mempelajarinya.

Lima Cara Membangun Tim Startup Yang Baik

Ide startup yang cemerlang belum cukup untuk membuat startup Anda sukses dan bertahan, diperlukan tim yang solid dan kuat untuk bisa menopang jalannya bisnis dan mewujudkan rencana yang telah dibuat. Sudah banyak startup yang akhirnya terpaksa gulung tikar karena tidak memiliki anggota tim yang tepat, loyal dan tentunya cerdas. Artikel berikut ini akan membantu Anda menemukan anggota tim yang bisa ditempatkan untuk posisi yang startup Anda butuhkan.

Menentukan posisi

Anggota yang paling penting dalam startup Anda tentunya adalah Anda sebagai Founder dan Co-founder Anda. Tentukan kemampuan yang dimiliki oleh Anda dan Co-founder, dan bagaimana masing-masing pengetahuan serta pengalaman bisa saling mengisi dan melengkapi. Selanjutnya Anda bisa mulai merekrut anggota tim untuk bagian lainnya seperti, SEO, sales & marketing, programming, account management hingga project management. Pastikan Anda menemukan bakat serta kemampuan yang berbeda dari masing-masing anggota tim yang Anda butuhkan, agar bisa saling melengkapi dan sesuai dengan kebutuhan startup.

Pegawai kontrak vs pegawai tetap

Ada baiknya untuk startup yang baru saja berdiri dan tidak memiliki cukup banyak uang untuk memperkerjakan pegawai tetap, idealnya untuk memperkerjakan pegawai kontrak atau freelancer terlebih dahulu. Dengan demikian Anda bisa fokus menyelesaikan tugas sesuai dengan kebutuhan di awal masa pertumbuhan startup Anda. Yang perlu diingat adalah, pastikan Anda memperkerjakan pegawai kontrak atau freelancer yang menguasai bidangnya dan telah memiliki pengalaman lebih untuk membantu startup Anda.

Mengidentifikasi kandidat

Sebelum Anda melakukan perekrutan pegawai, ada baiknya untuk memperhatikan 4 hal berikut ini.

  • Kandidat tersebut memiliki kemampuan yang tidak dimiliki anggota tim lain.
  • Kandidat dapat dijamin. Anda mengenal mereka atau tahu seseorang yang tahu mereka.
  • Kandidat bersedia mulai dari gaji yang terbatas atau untuk saham di startup.
  • Kandidat menyukai produk Anda.

Jika Anda bisa menemukan kandidat yang memenuhi kriteria di atas, artinya Anda telah menemukan kandidat yang tepat.

Proses perekrutan

Jika saat ini Anda telah mencari dan pada akhirnya menemukan kandidat yang memenuhi kriteria perekrutan Anda, langkah selanjutnya adalah melakukan proses perekrutan. Berikut adalah instruksi yang bisa Anda terapkan:

  • Melakukan persiapan terlebih dahulu.
  • Memiliki pertanyaan dalam kategori berikut: fakta, berpikir kreatif, pemecahan masalah, dan perilaku.
  • Buat agenda.
  • Mencari petunjuk non verbal.

Jangan lupa untuk melakukan pengecekan latar belakang kandidat yang Anda sukai. Kemudian setelah langkah tersebut dilakukan, perkerjakan kandidat tersebut. Di masa awal berikanlah pekerjaan yang mudah kemudian secara bertahap berikan pekerjaan yang sedikit menantang. Hal tersebut dilakukan untuk melihat seberapa cerdas pegawai baru Anda dalam hal menyelesaikan pekerjaan.

Pasca perekrutan

Ketika pegawai telah Anda perkerjakan langkah selanjutnya yang bisa dilakukan adalah menerapkan strategi lanjutan seperti training, promosi, peningkatan karier. Hal ini bukan hanya bermanfaat untuk pegawai namun juga untuk startup Anda.