Tesla Resmi Ungkap Chip AI Bikinannya Sendiri

Sekitar setahun lalu, Tesla mengumumkan niatnya untuk merancang chip AI sendiri, menghapuskan ketergantungannya terhadap Nvidia. Rencananya tersebut akhirnya terwujud. Bukan cuma menyingkapnya ke publik, Tesla bahkan sudah menyematkan chip bikinannya itu ke Model S, Model X dan Model 3 yang diproduksi belum lama ini.

Paket lengkapnya Tesla sebut dengan istilah “full self-driving computer” atau FSDC. Pada papan sirkuit tersebut, bernaung dua chip yang identik. Mengapa harus dua dan tidak disatukan saja supaya daya komputasinya lebih hebat lagi? Karena bukan itu prioritas utama yang diincar.

Eksistensi dua chip itu didasari oleh prinsip redundancy. Sederhananya, ketika satu chip mengalami malfungsi, chip lainnya bisa mengambil alih semua kendali, mengingat masing-masing chip dilengkapi dengan manajemen daya dan storage-nya sendiri. Ini sangat krusial demi tidak membahayakan penumpang mobil.

Yang menarik, Tesla mengaku desain chip ini sudah selesai mereka buat sejak sekitar dua tahun lalu, dimotori oleh sosok bernama Pete Bannon yang merupakan mantan chip engineer Apple. Proses produksinya sendiri mengandalkan bantuan Samsung melalui salah satu pabriknya di Texas, Amerika Serikat.

Pekerjaan tim desainer chip Tesla pun kini telah dialihkan ke chip generasi yang lebih baru lagi, yang diklaim tiga kali lebih baik daripada yang mereka gunakan sekarang, dan diperkirakan bakal siap diproduksi dan digunakan paling tidak dua tahun lagi.

Juga sesuai dengan yang dijanjikan sebelumnya, chip ini tak hanya bisa dinikmati oleh konsumen Tesla baru. Mereka yang sudah terlanjur meminang Model S, Model X maupun Model 3 sebelum ini juga bisa ikut menikmatinya dengan membayar ongkos upgrade. Ya, Tesla dengan sengaja merancang chip ini agar backwards-compatible dengan sistem lama yang masih mengandalkan chip bikinan Nvidia.

Tesla cukup percaya diri dengan pencapaian mereka di bidang pengembangan chip sekaligus sistem kemudi otomatis secara menyeluruh. Begitu optimisnya Tesla, mereka juga berencana meluncurkan armada taksi robot dengan prinsip ride-sharing di tahun 2020. Kita tunggu saja kehadiran taksi online tanpa sopir dan tanpa bensin ini.

Sumber: TechCrunch.

Tesla Model Y Resmi Diungkap: Model 3 Rasa SUV

Sesuai janji, Tesla akhirnya resmi memperkenalkan mobil elektrik terbarunya, Model Y. Mobil ini merupakan versi SUV dari Model 3, dan Tesla merancangnya menggunakan basis platform yang sama seperti sedan termurahnya itu.

Kemiripan antara Model Y dan Model 3 memang langsung terlihat dari luar, terutama pada bagian moncong depannya. Sebagai sebuah SUV/crossover, tentu saja bodinya sedikit lebih tinggi, akan tetapi tidak kelewat tinggi sehingga Tesla berani mengklaim karakter pengendaliannya mirip seperti mobil sport.

Tesla Model Y

Yang cukup mengejutkan, konsumen Model Y nantinya bisa memilih fitur opsional berupa tambahan sepasang kursi di baris ketiga, sehingga Model Y pun sanggup mengangkut tujuh penumpang. Utilitas memang merupakan nilai plus dari sebuah SUV, dan Tesla rupanya tak mau mengorbankan aspek tersebut meski yang digunakan adalah platform sebuah sedan.

Tesla Model Y

Lalu bagaimana dengan performanya? Tipikal Tesla, sama sekali tidak mengecewakan. Varian termahalnya (Performance) dilengkapi sepasang motor elektrik, sanggup membawa Model Y melesat dari 0 – 100 km/jam dalam waktu 3,5 detik saja, dengan top speed 240 km/jam.

Varian ini juga telah dibekali fitur Track Mode seperti yang ada pada Model 3. Urusan efisiensi, yang paling irit adalah varian Long Range, dengan baterai yang bisa tahan sampai 480 km dalam sekali pengisian.

Tesla Model Y

Seperti Model 3, Model Y juga bakal ditawarkan dalam varian termurah (Standard Range), dengan jarak tempuh 370 km per charge, dan banderol harga mulai $39.000. Akselerasi dan top speed-nya jelas tak sekencang varian Performance, tapi kita juga tak boleh lupa bahwa varian Performance dibanderol mulai $60.000.

Wujudnya mirip, spesifikasinya mirip, interiornya pun juga mirip seperti Model 3, dengan dashboard super minimalis yang hanya mengandalkan satu layar sentuh berukuran 15 inci saja. Selagi berada di dalam, kesan lapang juga bakal semakin terasa berkat kehadiran atap kaca panoramik.

Tesla Model Y

Semua ini terdengar mengesankan, dan Tesla terbukti sudah beberapa kali memenuhi seluruh klaimnya. Yang hampir selalu meleset adalah produksi dan pemasarannya. Semoga saja itu tidak terulangi pada Model Y, yang dijadwalkan mengaspal paling cepat pada musim gugur 2020, sedangkan varian termurahnya baru akan menyusul pada musim semi 2021.

Sumber: Electrek.

Tesla Model Y Bakal Diungkap Secara Resmi pada 14 Maret 2019

Rumor mengenai Tesla Model Y sudah lama berhembus. Namun Tesla pada akhirnya mengonfirmasi bahwa mobil tersebut eksis, dan mereka siap menyingkapnya secara resmi pada tanggal 14 Maret mendatang. Seperti biasa, informasi ini datang dari Tweet sang CEO sendiri, Elon Musk.

Model Y pada dasarnya merupakan Model 3 versi SUV atau crossover. Menurut penjelasan Elon, Model Y mempunyai dimensi sekitar 10% lebih besar ketimbang Model 3, yang berarti harganya juga akan dipatok sekitar 10% lebih mahal.

Spesifikasinya semestinya juga sama seperti Model 3, termasuk kapasitas baterainya. Namun berhubung ukuran Model Y lebih besar, jarak tempuhnya dalam sekali pengisian tidak akan sejauh Model 3.

Meski belum ada konfirmasi resmi dari Tesla, pernyataan Elon terkait kemiripan kedua mobil ini bisa diartikan Tesla menggunakan Model 3 sebagai basis dari Model Y. Skenario ini sejatinya lebih masuk akal ketimbang menggunakan platform baru, apalagi mengingat Tesla baru saja meresmikan varian terendah dari Model 3 yang dibanderol seharga $35.000 saja.

Anggap saja Model Y ini sebagai versi terjangkau dari Model X, sama seperti peran Model 3 sebagai versi murah dari Model S. Di luar kategori premium, bisa dipastikan Model Y tak akan mengusung pintu Falcon Wing yang selama ini sudah menjadi ciri khas Model X.

Detail lebih lengkap, termasuk banderol harga Model Y, baru akan diungkap pada ajang peluncurannya nanti. Tesla juga bakal menghadirkan prototipenya agar bisa langsung dijajal oleh para jurnalis yang diundang.

Sumber: Electrek.

Tesla Mulai Pasarkan Varian Termurah Model 3 Seharga $35.000

Volvo, melalui anak perusahannya, baru saja meluncurkan mobil elektrik perdananya, Polestar 2. Mobil tersebut secara langsung dirancang untuk menjadi rival sepadan Tesla Model 3. Entah kebetulan atau tidak, Tesla juga baru saja memberikan pengumuman menarik seputar Model 3.

Pengumuman ini sejatinya sudah ditunggu-tunggu sejak Model 3 pertama kali disingkap tiga tahun lalu, yakni ketersediaan varian terbawahnya yang dihargai mulai $35.000. Selama ini Tesla terkesan seperti mengumbar janji dikarenakan yang mereka jual adalah varian Model 3 dengan harga cukup mahal.

Tentunya ada banyak yang dipangkas agar bisa menembus banderol $35.000, utamanya pada bagian interior. Namun untuk urusan performa, varian terendah Model 3 ini masih cukup impresif: jarak tempuh ± 350 km dalam sekali pengisian, kecepatan maksimum 210 km/jam, dan akselerasi 0 – 100 km/jam dalam waktu 5,6 detik.

Duduk satu tingkat di atasnya adalah varian Model 3 Standard Range Plus, dengan jarak tempuh ± 380 km, top speed 225 km/jam, dan akselerasi 5,3 detik. Harganya dipatok mulai $37.000, tapi keuntungan lain memilih varian ini adalah adanya opsi untuk menambahkan fitur-fitur ekstra seperti spion berpemanas dan atap kaca tinted.

Interior varian termurahnya jelas tak akan semewah ini / Tesla
Interior varian termurahnya jelas tak akan semewah ini / Tesla

Pengumuman lain yang tak kalah menarik adalah keputusan Tesla untuk mengubah metode pemasaran mobil-mobilnya menjadi murni secara online. Dalam beberapa bulan ke depan, Tesla berniat menutup banyak shoowroom-nya, dan menyisakan beberapa saja di lokasi-lokasi yang ramai sebagai galeri sekaligus pusat informasi.

Menurut Tesla, langkah berani ini memungkinkan mereka untuk menurunkan harga jual mobil-mobilnya hingga sekitar 6% jika dirata-rata, sekaligus pada akhirnya mewujudkan varian termurah Model 3 itu tadi. Tapi lalu yang menjadi pertanyaan, kalau tidak ada showroom, bagaimana calon konsumen bisa melakukan test drive?

Lagi-lagi Tesla berani mendisrupsi dunia otomotif. Ketimbang menjalani test drive terlebih dulu, konsumen Tesla bisa langsung membeli mobil elektrik yang diinginkan, menggunakannya selama 7 hari atau sampai 1.600 km, lalu mengembalikannya jika memang tidak sreg. Uang yang sudah dibayarkan akan di-refund secara penuh tanpa dipungut biaya tambahan.

Ya, ini bisa kita anggap sebagai serangan balik Tesla terhadap lawan sekaligus bakal lawannya yang selama ini mencoba mengusik dominasi Tesla di ranah mobil elektrik. Polestar tadi adalah salah satunya, dan debut mereka sepertinya tidak akan semulus yang diharapkan dengan hadirnya varian termurah Model 3 ini, apalagi mengingat varian termurah Polestar 2 juga baru akan tersedia paling cepat tahun 2021.

Sumber: Tesla via VentureBeat.

Tesla Luncurkan Fitur Dog Mode, Pastikan Anjing Kesayangan Tetap Aman Selagi Ditinggal di dalam Mobil

Tesla itu bukan produsen mobil, melainkan ahli software yang kebetulan juga pandai merancang mobil. Anggapan itu cukup sering mampir ke benak saya, dan Tesla sendiri terus membuktikannya dari waktu ke waktu.

Terakhir adalah sebulan yang lalu, tepatnya ketika mereka mengumumkan fitur bernama Sentry Mode, yang memungkinkan kamera-kamera Autopilot pada mobil untuk berfungsi sebagai dash cam 360 derajat. Hardware-nya sudah ada, tinggal diakali saja menggunakan software, kira-kira begitulah jalan pikir Tesla kalau menurut saya.

Belum lama berselang, Tesla sudah meluncurkan fitur baru lain lagi yang dinamai Dog Mode. Tesla merancang fitur ini untuk mencegah insiden-insiden konyol nan menyedihkan di mana pemilik mobil tanpa sengaja meninggalkan anjingnya di dalam mobilnya di siang bolong, dan sang anjing naas pun tewas kepanasan.

Dog Mode sejatinya bermula dari request seorang konsumen Tesla. Fitur ini juga merupakan kelanjutan dari fitur Cabin Overheat Protect yang dirilis di tahun 2016, di mana mobil dapat mempertahankan suhu kabin selama berjam-jam meski dalam keadaan mesin tidak menyala.

Untuk mengaktifkan Dog Mode, pemilik mobil hanya perlu menyentuh icon kipas di bagian bawah touchscreen dashboard, kemudian menetapkan suhu kabin yang diinginkan. Lalu ketika sang pemilik pergi meninggalkan mobilnya, Dog Mode akan langsung aktif dan layar pada dashboard akan menampilkan tulisan besar terkait fitur ini, lengkap dengan suhu kabin pada saat itu.

Tulisan ini dimaksudkan supaya orang-orang yang sedang lewat dan terkaget melihat seekor anjing ditinggal sendirian di dalam mobil tidak langsung panik. Selagi mereka mengintip ke dalam, mereka bisa melihat tulisan di layar tersebut, lalu kembali ke urusannya masing-masing.

Fitur ini tidak akan mungkin bisa terwujud kalau Tesla tidak sepenuhnya mengandalkan energi dari baterai besarnya. Tapi lalu bagaimana seumpama kapasitas baterainya kritis? Tak perlu bingung, sebab pemilik mobil akan menerima notifikasi di ponselnya ketika kapasitas baterai mobilnya kurang dari 20%.

Sumber: Electrek.

Tesla Akan Luncurkan Fitur Dash Cam 360 Derajat Sebagai Software Update

Meski sudah dianggap banyak orang sebagai barang wajib, dash cam masih belum menjadi fitur bawaan pada mayoritas mobil. Ini mengecewakan mengingat mobil-mobil terkini dilengkapi banyak kamera, baik untuk fitur driver assistance maupun kamera parkir.

Namun kalau yang dibahas adalah Tesla, pionir mobil elektrik itu seakan tidak pernah kehabisan akal, dan mereka seakan dapat mengatasi segalanya melalui software. Buktinya, beberapa bulan lalu Tesla merilis software update yang memungkinkan kamera Autopilot pada mobil-mobil buatannya untuk berfungsi sebagai dash cam.

Namun Elon Musk dkk rupanya masih belum puas. Mereka telah menyiapkan penyempurnaan dari fitur dash cam-nya, dan seperti biasa Tesla sudah menyiapkan nama yang cukup keren, yaitu Sentry Mode.

Jadi ketimbang hanya menggunakan satu kamera Autopilot saja dengan sudut pandang ke depan yang terbatas, Sentry Mode bakal mengambil gambar yang ditangkap beberapa kamera Autopilot yang tersebar di sekujur bodi mobil, secara efektif berperan sebagai dash cam 360 derajat.

Berhubung banyak mengandalkan software, wajar apabila fitur ini memiliki sejumlah keterbatasan, apalagi jika dibandingkan dengan hardware dash cam terpisah. Kendati demikian, pemilik Tesla berhak tersenyum melihat mobilnya kedatangan fitur baru yang cukup signifikan pengaruhnya secara cuma-cuma.

Jadwal perilisan fitur Sentry Mode ini belum diketahui, dan Elon hanya menyebut kata “segera” dalam Tweet pengumumannya. Terkait kompatibilitas, Sentry Mode hanya bisa didapat oleh mobil-mobil Tesla yang mengemas hardware Autopilot 2.0+.

Sumber: Electrek.

Xiaopeng Xpeng G3 Adalah Titisan Tesla Model X Asal Tiongkok Berharga Terjangkau

Di mata banyak orang, Elon Musk sering dicap sebagai sosok yang kurang menyenangkan. Kendati demikian, industri teknologi banyak berhutang kepadanya, khususnya di bidang otomotif. Salah satunya adalah ketika Tesla memutuskan untuk membuka akses atas hak paten yang dimilikinya di tahun 2014.

Sejatinya sulit menunjuk pabrikan mana saja yang memanfaatkan paten yang dipegang Tesla dalam mengembangkan mobil elektriknya. Namun beberapa justru tidak sungkan mengungkap ke publik bahwa Tesla merupakan inspirasi terbesarnya. Salah satunya adalah Xiaopeng Motors, startup asal Tiongkok yang didirikan tidak lama setelah Tesla memublikasikan hak patennya itu tadi.

Xiaopeng Xpeng G3

Empat tahun berselang, Xiaopeng akhirnya secara resmi menyingkap mobil elektrik perdananya, Xpeng G3. Dari luar, wujudnya masih tidak terlalu mirip dengan Tesla Model X meski sama-sama berjenis SUV. Namun ketika masuk ke dalamnya, kemiripannya langsung terlihat.

Mulai dari dashboard yang minimalis, layar besar berorientasi vertikal di tengah, sampai tampilan pada panel instrumen digitalnya, semuanya nyaris identik seperti buatan Tesla. Bahkan kaca depan panoramik milik Xpeng G3 juga merupakan salah satu fitur yang diunggulkan Model X.

Xiaopeng Xpeng G3

Namun kemiripannya terhenti sampai di interior. Meskipun Xiaopeng menggunakan teknologi baterai yang nyaris sama seperti Tesla, efisiensi Xpeng G3 kalah jauh dari Model X: dua varian yang ditawarkannya diestimasikan mampu menempuh jarak 351 km dan 365 km dalam satu kali charge.

Performanya juga jauh dari kata mengesankan: akselerasi 0 – 50 km/jam (bukan 100 km/jam) ditempuh dalam waktu 3,8 detik. Output daya maksimumnya mencapai angka 145 kW, sedangkan torsinya di kisaran 300 Nm.

Xiaopeng Xpeng G3

Yang agak mengejutkan, Xiaopeng rupanya tidak lupa menyematkan sederet sensor guna mewujudkan fitur-fitur kemudi otomatis pada Xpeng G3. Bukan cuma itu, sosok yang ditunjuk menjadi pimpinan divisi autonomous-nya adalah Junli Gu, mantan petinggi tim machine learning Tesla yang ikut andil dalam mengembangkan sistem Autopilot-nya.

Semua ini bisa didapat oleh konsumen Tiongkok dengan harga yang sangat terjangkau: mulai 227.800 yuan, atau sekitar Rp 480 juta, sebelum subsidi pemerintah. Ya, di Tiongkok memang ada kebijakan subsidi bagi mereka yang membeli mobil elektrik, dan setelah subsidi, harga Xpeng G3 hanya berkisar 136.000 yuan, atau ± Rp 287 juta saja.

Xiaopeng Xpeng G3

Sumber: Electrek.

Tesla Beberkan Cara Kerja Fitur Track Mode pada Model 3 Performance

Agustus lalu, beredar kabar bahwa Tesla tengah menyiapkan fitur bernama Track Mode untuk Model 3 Performance, varian teratas dari mobil termurah Tesla. Fitur tersebut sudah dirilis via software update, dan Tesla tidak lupa memberikan penjelasan yang lebih merinci mengenainya.

Ada banyak penjelasan teknis yang dibeberkan pada blog-nya, tapi yang pasti fitur ini terwujud berkat upaya Tesla mengembangkan sistem Vehicle Dynamics Controller (VDC) garapannya sendiri. VDC pada Model 3 Performance pada dasarnya berperan sebagai sistem stability control sekaligus penggenjot performa di sirkuit balap.

Ya, mobil-mobil Tesla memang jagoan perihal akselerasi, tapi drifting sama sekali tidak ada dalam kamus mereka. Hal itu dipatahkan oleh Track Mode, yang memungkinkan Model 3 Performance untuk mengepot di tikungan ketika diperlukan, dengan cara mendistribusikan torsi secara instan dan terukur ke setiap roda.

Hal yang sama juga berlaku untuk distribusi output daya. Semuanya dikalkulasikan secara real-time, dan terus berganti antara motor elektrik di sebelah depan atau belakang, menyesuaikan dengan kondisinya.

Tesla tidak lupa memerhatikan mengenai korelasi antara baterai dan panas. Semua peningkatan performa ini jelas bakal menghasilkan panas ekstra pada baterai. Untuk itu, Track Mode juga bakal mengubah karakteristik dari sistem pendingin Model 3 Performance menjadi lebih agresif.

Singkat cerita, mobil elektrik sekarang bisa nge-drift. Kalau ada yang tidak percaya, tunjukkan saja klip video di bawah ini.

Sumber: Tesla.

Fitur Summon Diperbarui, Mobil Tesla Bisa Dikemudikan Menggunakan Ponsel Layaknya Mobil R/C

Pemilik mobil buatan Tesla tentunya sudah tidak asing dengan kebiasaan sang pabrikan merilis fitur baru melalui software update. Fitur barunya sendiri sering terkesan sepele, tapi terkadang juga bisa sangat berpengaruh, seperti misalnya fitur Autopilot di tahun 2015.

Di samping Autopilot, Tesla juga sempat meluncurkan fitur bernama Summon yang memungkinkan mobil untuk keluar-masuk garasi sendiri. Sepele seperti yang saya bilang, tapi dalam waktu enam minggu lagi, fitur ini bakal berubah drastis menjadi seperti sihir.

Seperti biasa melalui Twitter, Elon Musk mengungkapkan secuil detail mengenai pembaruan fitur Summon ini. Yang paling keren, Summon memungkinkan mobil untuk mengemudi sendiri menuju pemiliknya layaknya seorang petugas valet. Dari mana mobil mengetahui pemiliknya? Dari ponsel dan aplikasi yang terhubung.

Kalau tombol “Summon” di aplikasinya ditekan terus, mobil dapat mengikuti ke mana pun sang pemiliknya pergi. Seperti hewan peliharaan, kalau kata Elon. Saya membayangkan penyempurnaan fitur Summon ini bakal sangat berguna ketika pemilik mobil selesai berbelanja. Ketimbang harus berjalan sambil membawa belanjaan menuju mobil, tunggu saja di area lobi dan panggil mobilnya lewat aplikasinya.

Di samping itu, Elon juga bilang bahwa Summon memungkinkan pengguna untuk mengontrol mobil lewat ponsel, ibarat mobil R/C katanya. Syaratnya, mobil masih harus berada dalam jarak pandang orang yang memegang ponsel, demi keselamatan tentunya.

Syarat terakhir yang harus dipenuhi untuk bisa menikmati semua fitur ini adalah, mobil harus mengemas hardware Autopilot versi kedua, alias yang baru diproduksi minimal dua tahun lalu. Lebih tua dari itu, hardware-nya tidak cukup kapabel untuk fitur-fitur yang lebih advanced seperti ini.

Via: Reuters.

Demi Kebaikan Bersama, Tesla Akan Rilis Source Code Software Keamanannya

Elon Musk bukan sosok jenius (plus kaya) yang paling ramah yang bisa Anda temui, apalagi setelah kontroversi pernyataannya seputar aksi penyelamatan korban yang terjebak di dalam gua di Thailand beberapa waktu lalu. Kendati demikian, dunia masih perlu banyak berterima kasih kepadanya.

Ambil contoh Hyperloop. Konsep transportasi masa depan itu berawal dari pemikiran Elon Musk, namun ketimbang mematenkan teknologinya, beliau memutuskan untuk merilis blueprint-nya ke publik, dan dari situ akhirnya bermunculan sederet perusahaan yang mengembangkan sistem Hyperloop-nya sendiri-sendiri.

Baru-baru ini, Elon kembali membuktikan bahwa dirinya jauh dari kata egois jika menyangkut kebaikan generasi masa depan. Lewat sebuah Tweet (seperti biasa), Elon mengungkap rencananya untuk merilis source code dari software keamanan yang digunakan mobil-mobil Tesla, sehingga pabrikan lain bisa memakai source code tersebut tanpa mengeluarkan biaya lisensi (open-source).

Elon menilai bahwa langkah ini penting demi menjaga keselamatan mobil kemudi otomatis di masa yang akan datang. Padahal, kalau mau Elon sebenarnya bisa mengabaikan rencana ini, lalu ke depannya memasarkan mobil kemudi otomatisnya sebagai yang paling aman dibanding produk kompetitor.

Tampilan panel instrumen Tesla saat Autopilot aktif / Tesla
Tampilan panel instrumen Tesla saat Autopilot aktif / Tesla

Kasusnya mungkin kurang lebih mirip seperti ketika Volvo menciptakan sabuk pengaman tiga titik untuk pertama kalinya di tahun 1959. Awalnya Volvo mematenkan teknologi tersebut, namun tak lama setelahnya Volvo merelakan paten tersebut supaya pabrikan lain juga bisa memproduksi mobil dengan desain sabuk pengaman yang sama demi keselamatan orang banyak.

Buat Tesla, jiwa mulianya ini memang belum terbukti, dan lagi masih ada faktor lain yang mempengaruhi keputusan mereka: Tesla dari awal memang menggunakan platform open-source macam Linux sebagai basis berbagai fiturnya, sehingga pada akhirnya mereka juga dituntut untuk membalas kebaikan komunitas dengan merilis source code rancangannya.

Tesla pun perlahan memenuhi tuntutan tersebut. Bulan Mei lalu, mereka merilis source code untuk software Autopilot-nya. Sekarang kita tinggal menunggu Tesla memenuhi rencananya mengenai perilisan source code untuk software keamanannya ini, demikian pula softwaresoftware lain ke depannya demi prospek industri otomotif yang lebih cerah.

Sumber: Engadget.