Sepuluh Tahun Menjelajah, Yuk Intip Eksistensi Tinder!

Aplikasi Tinder pertama kali diluncurkan pada tahun 2012 oleh Sean Rad, Justin Mateen, Jonathan Badeen, Joe Munoz, Dinesh Moorjani, dan Whitney Wolfe. Awalnya, aplikasi ini dibuat sebagai platform untuk membantu teman-teman dekat bertemu dan berkencan dengan orang lain.

Namun seiring waktu, aplikasi ini mulai berkembang dan menjadi platform kencan yang digunakan oleh banyak orang di seluruh dunia. Konsep “swipe right” atau “swipe left” yang diterapkan oleh aplikasi ini sangat mudah digunakan dan membuat pengguna merasa nyaman sekaligus santai saat menjelajahi profil orang lain.

Selain itu, fitur lokasi yang memungkinkan pengguna untuk menemukan orang di sekitar mereka juga sangat berguna dan membuat aplikasi ini semakin populer. Dalam waktu singkat, aplikasi ini menjadi salah satu aplikasi kencan terpopuler dan paling banyak digunakan. HIngga saat ini, aplikasi ini terus melakukan pembaruan dan menambah fitur baru untuk mempertahankan posisinya sebagai aplikasi kencan terdepan.

Berdasarkan data di atas, jumlah pengunduh aplikasi kencan Tinder mencapai 27 juta per Agustus 2022. Kemudian antara Desember 2022 dan Januari 2022, jumlahnya mengalami kenaikan sebesar 1,19% menjadi 24,9 juta. Walaupun jumlah pengunduh aplikasi Tinder mengalami peningkatan, namun juga terjadi fluktuasi dalam jumlah pengguna.

Beberapa faktor yang memengaruhi pengurangan jumlah pengguna aplikasi ini antara lain adalah persaingan dari aplikasi berkencan lain, perubahan tren dalam penggunaan aplikasi, masalah privasi dan keamanan data, serta biaya langganan yang relatif tinggi untuk bisa mengakses beberapa fitur premium. Kompetitor seperti Bumble dan Hinge menawarkan fitur yang lebih unik dan inovatif dibandingkan Tinder, sehingga memengaruhi minat pengguna aplikasi.

Menurut salah satu responden, Tinder merupakan aplikasi yang kurang menarik apabila dilihat dari segi interface ataupun fitur lainnya. Tak hanya itu, Tinder juga merupakan aplikasi yang cukup mahal dibandingkan aplikasi dating lainnya, dan biasanya mengarah untuk mencari teman saja.

Jumlah pengunduh aplikasi ini di Indonesia juga mengalami naik-turun. Pada November 2022 jumlahnya 684,7 ribu, kemudian naik 5,64% pada Desember menjadi 723,2 ribu. Dan terakhir di Januari 2023 mengalami penurunan sebesar 13,58% menjadi 625 ribu. Sementara itu, pengguna aktif hariannya cenderung menurun. Tercatat per Desember 2022, ada 263,39 ribu, kemudian di Januari 2023 turun menjadi 256,86 ribu.

Tinder masih kokoh di puncak popularitas

Melansir data dari Similarweb untuk segmen Top Dating Apps Ranking – Most Popular Apps in Indonesia (versi Google Play Store), aplikasi Tinder tetap kokoh menempati posisi pertama meski mengalami fluktuasi, disusul oleh Bumble di posisi kedua, Badoo ketiga, dan SweetMeet keempat. Berdasarkan data tersebut, Tinder memiliki reputasi sebagai salah satu aplikasi yang paling populer dan banyak digunakan untuk berkencan secara daring.

Sebagai aplikasi yang memfokuskan pada koneksi dan interaksi antar individu, Tinder memungkinkan penggunanya untuk menentukan preferensi mereka mengenai gender dan usia calon pasangan mereka. Ini berarti bahwa pengguna dapat membatasi usia dan gender yang mereka ingin hubungkan, sehingga memengaruhi profil demografis aplikasi secara keseluruhan.

Sebagian besar pengguna Tinder didominasi oleh pria dengan persentase 65,21% dan sisanya wanita. Kemudian dari segi persebaran usia, Tinder banyak digunakan oleh pengguna berusia 25-34 tahun. Ini menunjukkan bahwa aplikasi ini menarik bagi generasi milenial yang sedang mencari kenalan dan potensi pasangan.

“Karena pada saat itu ngerasa nggak pede sama diri sendiri buat dapetin pacar atau teman dekat yang bener-bener bisa nerima kondisi dan nggak mau punya pacar yang satu circle apapun. Alasannya milih Tinder karena rating apps tersebut lebih mendominasi dari pesaingnya serta secara tampilan apps tersebut menarik dan misterius untuk digunakan. Tapi sekarang udah gak menggunakan aplikasi tersebut, karena sudah punya pasangan,” ujar Dennis Ariza, pengguna Tinder sejak 2018.

Tinder berkibar dengan rating bintang 4-5

Dalam analisis rating aplikasi Tinder, hasilnya menunjukkan dominasi bintang 4 hingga 5. Hal ini menunjukkan bahwa pengguna secara umum memberikan rating yang lebih baik terhadap aplikasi tersebut. Sejumlah besar pengguna memberikan apresiasi terhadap fitur-fitur yang tersedia dan kemudahan dalam menggunakannya. Meskipun masih ada sejumlah kecil pengguna yang memberikan rating bintang rendah, secara umum aplikasi ini memiliki reputasi positif di mata para penggunanya.

Meskipun aplikasi kencan sangat populer dan memberikan kemudahan bagi pengguna, sebaiknya berhati-hati dalam berinteraksi dengan orang lain melalui aplikasi tersebut. Banyak pengguna aplikasi kencan yang tidak jujur dan memiliki motif-motif tertentu, seperti memanfaatkan orang lain atau mencari hiburan semata. Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan privasi dan keamanan diri sendiri sebelum berinteraksi dengan orang lain melalui aplikasi kencan.

Artikel ini ditulis oleh Muhammad Gathan Hafidz, alumni program DNA #Cohort1 yang digagas oleh DailySocial.

Cari Teman bahkan Jodoh? Ini 5 Aplikasi Cari Jodoh Terbaik dan Terpopuler Android di 2022

Mau mencari kenalan untuk sekadar bercengkrama dan berbagi suka duka? Atau mungkin kamu ingin mencari kawan untuk diajak bersama menjalin hubungan romansa? Saat ini banyak sekali loh aplikasi yang dapat kamu gunakan untuk berkenalan dengan orang baru!

Algoritma dari aplikasi-aplikasi ini akan memungkinkan kamu untuk berkenalan dengan pengguna aplikasi lain yang memiliki ketertarikan yang sama dengan kamu. Pun biasanya aplikasi ini akan dilengkapi dengan fitur GPS.

Dengan begitu, kamu akan dapat berkenalan dengan pengguna lain yang memiliki domisili di dekat lokasi kamu. Apa saja aplikasi-aplikasi ini?

5 Aplikasi Cari Jodoh Terbaik dan Terpopuler Android di 2022

Simak pembahasan terkait aplikasi-aplikasi cari jodoh terbaik dan terpopuler di tahun 2022 ini ya!

Tinder

Ilustrasi Tinder sebagai aplikasi cari jodoh terbaik dan terpopuler 2022
Ilustrasi Tinder sebagai aplikasi cari jodoh terbaik dan terpopuler 2022 | Good Faces Unsplash

Aplikasi Tinder adalah aplikasi cari teman dan jodoh yang sekiranya paling laris dan terpopuler saat ini. Saking terkenalnya aplikasi ini, jika berbicara seputar aplikasi cari jodoh, mungkin salah satu aplikasi yang terlintas di kepala banyak orang adalah Tinder.

Hal ini adalah bukti dari branding kuat yang dimiliki oleh perangkat lunak ini. Tinder saat ini telah diunduh oleh 100 juta pengguna di seluruh dunia. Cara penggunaan aplikasi ini pun sangat mudah. Pengguna nantinya akan mendapatkan informasi profil dari user lain pada beranda aplikasi.

Ketika tertarik dengan profil yang lewat, pengguna dapat menggeser jendela profil tersebut ke kanan. Kemudian, ketika kurang tertarik dengan profil user lainnya, pengguna dapat menggeser layar ke arah kiri.

Ketika user lain yang juga menyukai profil kamu dan menggeser profil kamu juga ke arah kanan, maka hal ini dinamakan sebagai istilah “Match”. Nah, kamu dan pengguna lainnya baru dapat memulai percakapan ketika terjadi Match ini. 

Tinder menawarkan paket aplikasi premium dengan nama Tinder Plus dan Tinder Gold. Tentunya, pengguna perlu untuk merogoh kocek untuk menikmati fasilitas premium ini. Fitur dari paket berbayar ini adalah misalnya kamu dapat melihat siapa saja yang menggeser kanan profil kamu.

Fitur premium lainnya adalah pengguna bisa mendapat boost sekali setiap bulannya. Dengan ini, profil pengguna dapat jadi yang teratas di daerah pengguna selama 30 menit.

OkCupid

okcupid sebagai aplikasi cari jodoh terbaik
okcupid sebagai aplikasi cari jodoh terbaik

Aplikasi yang memungkinkan penggunanya untuk mencari kenalan selanjutnya adalah OkCupid. OkCupid memungkinkan penggunanya untuk dapat berkenalan dengan orang-orang yang memiliki kesamaan minat.

Jadi, aplikasi ini akan membuat penggunanya untuk menjawab beberapa pertanyaan unik dari OkCupid. Algoritma aplikasi ini akan bekerja untuk mencari calon kenalan yang OkCupid rasa akan cocok dengan jawaban yang telah kamu kirimkan.

Pun aplikasi OkCupid memberikan pilihan agar pengguna dapat menggunakan langganan premium yang dapat meningkatkan fasilitas dari aplikasi ini sama halnya dengan Tinder. Fitur premium dapat membuat pengguna melihat siapa saja orang yang menyukai profil kamu tanpa harus menyukai profil mereka terlebih dahulu.

Fitur premium juga dapat membuat pengguna mengirimkan Like tanpa batasan dan membuat potensi kecocokan yang lebih tinggi. Langganan premium tentu saja harus diakses dengan membayar kocek sejumlah tertentu ya!

Bumble

Bumble sebagai aplikasi cari jodoh terbaik dan terpopuler
Bumble sebagai aplikasi cari jodoh terbaik dan terpopuler

Aplikasi Bumble mungkin juga dapat kamu jadikan alternatif aplikasi cari jodoh yang dapat kamu coba. Uniknya, Bumble tidak hanya berfokus agar penggunanya dapat mencari jodoh saja

Bumble memiliki tiga mode yang akan menyesuaikan apakah pengguna sedang ingin mencari teman berkencan (Date), teman (BFF), dan atau sekadar kenalan dengan orang baru (Bizz). Selain itu, Bumble juga –melakukan klaim– bahwa mereka tidak berpatok dengan nilai hetero normatif. Dengan begitu, Bumble memiliki peraturan di mana user perempuan lah yang harus memulai percakapan dengan user lain.

Fitur gratis yang Bumble tawarkan di antaranya adalah adanya unlimited swipe, unlimited chat, dukungan koneksi tautan Spotify dan Instagram, serta fasilitas video chat. Tidak hanya itu, Bumble juga memiliki fitur Snooze Mode di mana pengguna dapat menyembunyikan profilnya kapan pun.

Jadi, mungkin apabila kamu perlu untuk melakukan recharge social battery dahulu, kamu dapat menggunakan fasilitas ini. Sama seperti aplikasi dating sebelum-sebelumnya, Bumble juga menawarkan fitur tambahan dalam layanan premiumnya. Fitur premium itu di antaranya adalah pengguna dapat melihat siapa yang swipe profil mereka ke kanan, melakukan rematch dengan koneksi untuk kencan kedua, serta menambahkan durasi match sebanyak 24 jam.

Hinge

Hinge sebagai aplikasi cari jodoh terbaik dan terpopuler
Hinge sebagai aplikasi cari jodoh terbaik dan terpopuler

Perangkat lunak pencari kenalan bahkan jodoh lainnya yang dapat kamu coba ialah Hinge. Hinge memiliki nilai-nilai unik di mana, developernya berkata bahwa Hinge adalah aplikasi yang diunduh untuk kemudian di-delete. Lho? Kok seperti itu?

Hinge berekspektasi bahwa setelah mengunduh aplikasi ini, pengguna dapat langsung memperoleh teman kencan di dunia nyata sehingga pengguna tidak memerlukan aplikasi ini lagi. Aplikasi Hinge ini saat ini telah diunduh oleh lebih dari 10 juta pengguna di dunia dan menjadi aplikasi nomor 1 menurut New York Times pada section Wedding.

Selain itu, Hinge juga menjadi aplikasi dating dengan perkembangan unduhan paling cepat di Amerika Serikat, Inggris, Kanada, dan Australia. Hinge memiliki fokus untuk dapat mencarikan profil pengguna lain yang memiliki ketertarikan, minat, hobi, dan pandangan yang sama dengan kamu. Tertarik untuk mencoba aplikasi ini?

Tantan

Tantan sebagai aplikasi cari jodoh terbaik dan terpopuler
Tantan sebagai aplikasi cari jodoh terbaik dan terpopuler

Aplikasi Tantan juga dapat kamu coba jika kamu sedang mencari teman bahkan jodoh. Tantan saat ini menjadi salah satu aplikasi terlaris dan terpopuler bagi audience yang kebanyakan berasal dari Indonesia. Seperti aplikasi cari jodoh lainnya, Tantan juga memiliki mekanisme geser kanan untuk menyukai profil pengguna lain dan geser kiri untuk kurang menyukai user lain.

Hal unik yang membedakan Tantan dengan aplikasi dating lainnya adalah Tantan menawarkan fitur Ice Breaking di mana pengguna dapat memanfaatkan sepuluh pertanyaan untuk mencairkan percakapan dengan pengguna lain. Pun kamu juga dapat mencoba fitur VIP –yang tentunya memerlukan biaya– dengan kelebihan beberapa fitur eksklusif. Dengan layanan VIP, kamu dapat melihat siapa saja yang telah menyukai profil kamu!

Ilustrasi aplikasi cari jodoh terbaik dan terpopuler di 2022
Ilustrasi aplikasi cari jodoh terbaik dan terpopuler di 2022 | Good Faces Unsplash

Itu tadi adalah beberapa daftar aplikasi yang dapat kamu gunakan untuk berkenalan dengan calon teman maupun calon pendamping baru untuk kamu. Jangan lupa bahwa kamu harus selalu berhati-hati ketika ingin bertemu dengan orang yang baru kamu kenal ya!

Pastikan untuk selalu lakukan pengenalan terlebih dahulu atas seseorang yang baru kamu ketahui juga ya! Apakah kamu tertarik ingin mencoba salah satu atau mungkin beberapa dari deretan aplikasi ini?

Semoga kamu menemukan tambatan hati yang cocok dengan kamu ya!

Pandemi Dorong Perubahan Adopsi Aplikasi Kencan

“Pandemi membawaku ke sini” atau “bagaimana dengan hari-hari karantinamu” mungkin adalah dua jenis pembuka paling sering ditemui di layar aplikasi kencan hampir satu tahun belakangan ini. Jauh dari hiruk-pikuk isu kesehatan, bisnis jodoh ternyata melambung pesat akibat pandemi.

Semua berubah ketika wabah menghantam berkepanjangan seperti sekarang ini. Mengisolasi diri tanpa teman dan hilangnya kesempatan meraih intimasi karena terpaksa membatasi diri berinteraksi dengan seseorang adalah dua hal yang sulit dikompromikan. Keberadaan aplikasi kencan tak pernah sepenting sekarang.

“Saat ini sulit untuk menyangkal bahwa ‘kehidupan nyata’ bersifat fisik dan digital. Social distancing membantu semua orang memahami apa yang sudah kami ketahui di Tinder bahwa koneksi yang terbentuk sepenuhnya melalui sarana digital juga sama bermakna seperti yang terbentuk secara fisik,” ucap juru bicara Tinder Asia Pasifik kepada DailySocial.

Melambung pesat

Bukti eksistensi aplikasi kencan kian kuat terbukti dari angka penggunaan selama pandemi. Apptopia mencatat jumlah pengguna aktif harian (DAU) Tinder melonjak menjadi 5 juta dan Bumble menjadi 4,2 juta pengguna. Hitungan mereka, pada November 2020, sekitar 20 aplikasi kencan di AS memperoleh rata-rata gabungan 17 juta pengguna harian atau 2 juta lebih banyak dari DAU November tahun sebelumnya.

Riset lebih dekat dengan pengguna aplikasi kencan di Indonesia dilakukan Lunch Actually. Lewat metode survei yang dilakukan ke 3500 lajang di Singapura, Bangkok, Kuala Lumpur, Manila, dan Jakarta, Lunch Actually mendapati 41% responden menjawab tidak ingin sendirian selamanya. Sebanyak 31% lainnya mengaku pandemi menyadarkan mereka pentingnya memiliki pasangan hidup.

Grafik penggunaan aplikasi kencan di Amerika Serikat oleh Apptopia.
Grafik penggunaan aplikasi kencan di Amerika Serikat oleh Apptopia.

Video dating mulai diterima

Jika ada satu perubahan perilaku pengguna paling signifikan dalam aplikasi kencan itu adalah percakapan video yang mulai populer. Banyak penyedia layanan kencan daring beralih fokus menyajikan fitur video selama pandemi.

Di masa normal, mengajak teman kencan untuk bertatap muka melalui panggilan video bukan sesuatu yang umum. Lagi-lagi efek wabah yang berkepanjangan mengubah itu semua. Pengguna makin mewajarkan berbincang dengan teman kencannya via video. Para penyedia pun menangkap perubahan perilaku itu dengan meluncurkan fitur video chat di dalam aplikasi mereka.

Tinder menguji coba fitur panggilan video mereka yang bernama Face to Face sejak Juni dan akhirnya resmi meluncur secara global pada Oktober kemarin. Lunch Actually yang belum lama merilis aplikasi kencannya juga menjadikan video chat sebagai fitur utama yang dapat menarik pengguna.

CEO dan Co-Founder Lunch Actually Violet Lim menyebut dalam survei mereka sekitar 56% lajang yang menjadi responden telah mencoba video dating dan bersedia berkencan dengan metode tersebut. Responden dalam survei itu juga menyatakan fitur video call itu membantu mereka dalam menyaring orang-orang yang pada akhirnya ingin mereka temui di kehidupan nyata.

“Alternatif ini mungkin tidak bisa menggantikan kencan tatap muka namun dengan berbagai keunggulan yang dimiliki mampu memperkuat posisi video dating sebagai sebuah babak baru dalam hubungan berpacaran sehingga memungkinkan lajang menghemat waktu dan mengenal satu sama lain secara lebih baik sebelum menghabiskan lebih banyak waktu untuk bertemu secara langsung tanpa memperhitungkan jarak,” ungkap Violet.

Tinder menyebut faktor keamanan juga jadi pertimbangan hadirnya fitur Face to Face. Juru bicara Tinder Asia Pasifik mengatakan fitur itu dapat membantu pengguna dalam melaporkan kejadian tak mengenakkan yang mereka alami.

“Setiap kali pengguna kami merasa tidak nyaman saat menggunakan Face to Face Video, mereka selalu dapat mematikan panggilan [dan] melaporkan akun tersebut. Kemudian tim trust & safety kami akan menyelidikinya.”

Mencari hubungan lebih serius

Rasa kesepian selama berbulan-bulan kala pandemi cukup untuk mengubah cara pandang seseorang dalam mencari pasangan hidup. Jika sebelumnya layanan biro jodoh daring mendapati mayoritas penggunanya mencari hubungan yang bersifat kasual, saat ini mereka yang mencari hubungan yang lebih serius justru meningkat.

Survei Lunch Actually memperoleh fakta tersebut dari para respodennya. Sekitar 74% pengguna mengakui pandemi membuat mereka menginginkan hubungan yang serius. Sebanyak 54% responden merasa lebih jujur dalam berinteraksi dengan lawan bicaranya selama pagebluk ini. Terakhir, 53% responden membaca profile match mereka dengan lebih hati-hati dan saksama.

“Hasil survei kami menunjukkan bahwa pandemi telah meningkatkan keinginan mereka dalam menemukan cinta karena kondisi ini membuat mereka menyadari pentingnya memiliki pasangan hidup,” jelas Violet.

Sejurus dengan temuan Lunch Actually, survei yang dibuat Match, layanan biro jodoh daring asal AS, menunjukkan hal serupa. Dari 5.000 orang yang mereka survei, 58% di antaranya mengaku lebih bertujuan dalam mencari teman kencan, 63% menghabiskan waktu lebih banyak untuk mengenal lebih baik pasangan potensial mereka, dan hampir 70% merasa lebih jujur dalam interaksinya.

Mengutip, Mashable, CEO Match Hesam Hosseini mengatakan perubahan tersebut menggeser orientasi pengguna mereka, yang sebelumnya cenderung ke hubungan yang lebih singkat seperti cinta satu malam, menuju hubungan yang lebih bertujuan.

Melawan Dominasi Platform Biro Jodoh Asing

Pernah terpikir tak satu pun aplikasi kencan yang populer di Indonesia saat ini yang buatan anak bangsa? Sebagai pemain lokal, mereka seharusnya punya keuntungan mengenal lebih dalam karakter konsumen di sini.

Kenyataan berkata sebaliknya. Tinder, OKCupid, Bumble, dan Coffee Meets Bagel merupakan contoh aplikasi kencan yang, berdasarkan survei kecil-kecilan kami, paling disukai pengguna dalam negeri.

Kami berbicara dengan Love Actually, Tinder, dan beberapa pengguna untuk mengetahui hal-hal apa saja yang dipertimbangkan pengguna saat menggunakan jasa aplikasi kencan.

Belum tertarik buatan lokal

Anya (bukan nama sebenarnya) adalah perempuan yang sudah cukup lama menggunakan aplikasi kencan. Anya mencoba Tinder yang pada 2014 silam cukup booming.

Dari semua aplikasi kencan, Anya merasa paling nyaman dengan Bumble. Ia menitikberatkan pada “kualitas basis penggunanya”. Bumble, menurut Anya, punya basis pengguna yang relatif lebih kecil dibanding aplikasi kencan lain yang lazim digunakan banyak orang, seperti Tinder dan OKCupid.

“Jadi faktor gue pake terus atau enggak sebenarnya lebih yang mana yang lebih banyak orang yang satu frekuensi atau enggak,” terang Anya.

Jordi Farhansyah (27 tahun) mengaku lebih menyukai OKCupid untuk mencari teman kencan. Sama seperti Anya, Jordi sudah mencoba sejumlah aplikasi kencan lain. Pada akhirnya dia memilih OKCupid karena aplikasi tersebut kaya akan fitur yang mempermudah para lajang mengenal satu sama lain, seperti preferensi hiburan, orientasi seksual, politik, hingga jenis hubungan yang dicari.

“Kita juga bisa kirim komentar langsung ke detail informasi yang mereka share, seperti musisi favorit, film, hingga hal-hal random lain sehingga memudahkan orang untuk mencari sesuatu yang bikin relate dengan orang itu,” sambung Jordi.

Anya dan Jordi belum melihat ada aplikasi kencan lokal yang bisa menawarkan hal serupa. Satu-satunya aplikasi lokal yang pernah mereka dengar adalah Setipe yang telah diakusisi platform Singapura Lunch Actually 3 tahun lalu.

Yang tak dimiliki pemain lokal

Co-Founder dan CEO Lunch Actually Violet Lim menjelaskan, tiap populasi suatu negara memang memiliki preferensi berbeda dalam memilih aplikasi kencan lokal favoritnya. Lim memberi contoh mereka yang mencari pasangan untuk menjalin hubungan yang lebih kasual kemungkinan akan memilih Tinder, sementara mereka yang ingin hubungan lebih serius akan memakai platform yang sesuai untuk tujuan itu, seperti Coffee Meets Bagel atau Setipe.

Lunch Actually adalah salah satu perusahaan terbesar di Asia Tenggara dalam membantu orang-orang mencari jodoh. Mereka mengakuisisi Setipe pada 2017 silam. Meskipun demikian, hasil akuisisi tersebut tampaknya tidak berjalan baik. Lunch Actually kemudian merilis aplikasi kencannya sendiri untuk memperkuat keberadaan mereka di peta kompetisi aplikasi kencan Indonesia.

Berdasarkan pengalamannya, Lim mengatakan pada dasarnya layanan kencan bukan industri yang mudah untuk ditembus. Selain itu, kerap kali penyedia layanan kencan kesulitan memonetisasi layanannya.

“Industri kencan bukanlah industri yang mudah untuk dimasuki, karena semakin baik Anda melakukan pekerjaan Anda, semakin cepat klien akan meninggalkan Anda,” tukas Lim.

Apa yang dimiliki penyedia lain yang lebih populer, seperti Tinder, OKCupid, dan Bumble, adalah faktor branding yang sangat kuat. Lim menyadari hal itu karena ketika perusahaan-perusahaan tersebut memasuki pasar Indonesia, calon pengguna langsung tertarik mencobanya ketimbang nama-nama yang kurang akrab di telinga.

Tinder memasuki pasar Indonesia selayaknya badai yang menerjang cepat. Ketika mereka masuk, demam mencari pasangan instan via aplikasi menyebar di mana-mana. Karakter layanan Tinder yang sederhana lewat fitur swipe mereka jadi tren. Kini Tinder beroperasi di 190 negara dengan unduhan 600 juta kali dan 6,6 juta pengguna berbayar.

Juru bicara Tinder Asia Pasifik kepada DailySocial mengatakan, mereka menciptakan layanan dengan keyakinan manusia butuh untuk terhubung satu sama lain. Mereka juga mengklaim cepat beradaptasi dengan penggunanya yang lebih dari 50% di antaranya adalah Gen Z.

“Di Indonesia kami memiliki kampanye brand #BisaBareng yang terinspirasi oleh Gen Z saat mencari teman,” ujar juru bicara perusahaan lewat pernyataan tertulis.

Terus bersaing

Personalisasi layanan dengan karakter target pengguna itu disadari Ajeng (27 tahun). Sebagai pengguna layanan aplikasi kencan lokal yang sudah cukup lama, ia menilai hal itu tidak tampak dari layanan-layanan kencan buatan lokal. Dia mengonfirmasi keraguannya itu dari lingkaran pertemanannya dan teman-teman kencan terdahulu yang sama sekali tidak pernah mencoba aplikasi kencan lokal.

“Mungkin sebenarnya dating app lokal sama bagusnya. Hanya saja mereka tidak mampu menarik pengguna semasif dating app dari luar yang sudah lebih dulu ada,” jelas Ajeng.

Lim menilai tantangan utama industri layanan kencan ini adalah mereka yang puas justru tak akan kembali. Semakin cepat mereka menjodohkan para lajang, semakin mereka ditinggal pengguna. Belajar dari Setipe dan kompetisi di pasar lokal saat ini, ia yakin paduan branding yang kuat, inovasi teknologi, dan riset pasar yang cermat dapat mendorong mereka menandingi layanan kencan yang sudah populer.

“Selain memanfaatkan iklan [di mesin pencari dan media sosial] untuk mendapatkan pengguna baru, kami merasa kekuatan terbesar sebenarnya dari strategi mouth to mouth dan kehumasaan,” pungkas Lim.

Tinder Gandeng Ogilvy untuk Debut di Indonesia

Kabar mengenai rencana kehadiran Tinder di Indonesia makin terang pasca perusahaan asal Amerika Serikat tersebut menjalin kerja sama strategis dengan Ogilvy Indonesia. Kerja sama dimaksudkan untuk membantu saat proses peluncuran. Ogilvy akan berperan menyusun strategi publikasi dan komunikasi publik.

Kami sudah mencoba menghubungi Ogilvy Indonesia untuk mengetahui tanggal pasti peluncuran. Untuk saat ini mereka belum bisa memberikan kepastian tentang waktu karena tengah dirumuskan. Mengenai kerja sama, pihak Ogilvy Indonesia sudah mengonfirmasi melalui General Manager Ogilvy Indonesia Yuliani Setiadi.

Dalam sebuah pemberitaan, Yuliani mengatakan bahwa digandengnya Ogilvy untuk mengubah pandangan masyarakat akan aplikasi Tinder. Sebelumnya Tinder dikenal sebagai aplikasi untuk mencari teman kencan online. Namun seiring dengan transformasi yang sudah dijalani, Tinder kini menjadi aplikasi yang coba menghubungkan dua orang secara online dan mendorong untuk bertemu langsung.

“Go-to app to meet other people with similar interests,” definisi singkat yang ingin diangkat pihak Ogilvy Indonesia dalam memasarkan Tinder. Pesan ini dinilai turut menyesuaikan dengan kultur budaya di Indonesia, bahwa sebuah hubungan perlu diperjelas dengan pertemuan tatap muka, tidak hanya di virtual saja.

Kerja sama ini  dikonfirmasi Lyla Seo, Country Manager Korea, Japan, Indonesia of Tinder. Menurutnya ide yang dipaparkan pihak Ogilvy Indonesia sangat relevan dengan strategi dan pesan yang ingin disampaikan. Harapannya kerja sama ini akan mengakselerasi peluncuran dan penerimaan Tinder oleh masyarakat Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Tinder is Getting Serious to Build Business in Indonesia

Tinder, a dating app, is getting serious to expand business in Indonesia. It’s discovered that the company open job vacancies for local business people. It’s said Tinder is in Indonesia as part of the global expansion. Moreover, Tinder is now providing premium subscription service.

Tinder is currently used in over 190 countries with millions of user bases. With business developer teams in each country, the company expects local support for business and user community bases. This is considered as an important step because the online dating landscape is even more challenging.

The competition for similar services in Indonesia is quite crowded. Aside from Tinder, there are also other online dating apps, such as Setipe (is now under Lunch Actually Group), Paktor (fully supported by MNC Group), Flutter Asia, and Yogrt. They’re indirectly in competition with social media. In terms of business, each company has a different approach. Paktor, for example, trying to elaborate online dating service with social entertainment platform (sending gifts, etc).

DailySocial has released a research regarding the dating app’s popularity entitled “Dating Apps in Indonesia” in 2017. There are 1019 respondents involved, 51.91% among them believed that dating apps can help to solve the matchmaking problems. The other 38.57% have heard the successful case of their close acquaintance taking advantage of the dating app. The data acquired from the research has shown public’s acceptance of the dating apps usage in general.

As for Tinder business, Indonesia’s situation is currently becoming a momentum. Demographic bonus brings Indonesia’s digital market segment and smartphone usage are dominated by millennials. Supported by the rapid penetration of internet and smartphone usage, digital services are becoming a lifestyle which inseparable from daily activity. In terms of online dating, we’re still in the awareness stage. It’s a steady development and the regulation hasn’t reached the core business.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Tinder Mulai Serius Bangun Bisnis di Indonesia

Pengembang aplikasi kencan Tinder tampak makin serius untuk mengembangkan bisnis di Indonesia. Kabar tersebut terendus pasca perusahaan mulai membuka lowongan untuk pemasar dan pengembang bisnis lokal. Dalam keterangannya, Tinder hadir di Indonesia sebagai bagian dari ekspansi yang tengah digencarkan untuk menumbuhkan bisnis. Terlebih kini Tinder juga menghadirkan layanan premium dengan fitur berbayar.

Dari data yang disajikan, saat ini aplikasi Tinder sudah digunakan di lebih dari 190 negara, dengan puluhan juta basis pengguna. Adanya tim pengembang bisnis di tiap negara, perusahaan mengharapkan dukungan lokal untuk bisnis dan basis komunitas pengguna. Langkah tersebut dinilai penting, pasalnya di lanskap online dating persaingan di tingkat lokal pun makin menantang.

Peta persaingan layanan sejenis sudah cukup ramai di Indonesia. Selain Tinder, ada beberapa aplikasi lain untuk online dating, sebut saja Setipe (kini di bawah Lunch Actually Group), Paktor (didukung penuh MNC Group), Fultter Asia, hingga Yogrt. Bahkan juga bersaing secara tidak langsung dengan platform media sosial. Dalam sudut bisnis, masing-masing juga memiliki pendekatan berbeda. Misalnya Paktor, mencoba mengelaborasi layanan biro jodoh online dengan platform social entertainment (berkirim gift dll).

Sementara itu terkait popularitas aplikasi pencari jodoh, DailySocial pernah merilis hasil riset bertajuk “Dating Apps in Indonesia” di tahun 2017. Dari 1019 responden yang terlibat dalam survei, 51,91% di antaranya percaya bahwa aplikasi kencan dapat membantu menyelesaikan permasalahan tentang perjodohan. Bahkan 38,57% di antaranya pernah mendengar keberhasilan orang terdekat dalam memanfaatkan aplikasi kencan. Data-data yang didapat dalam riset menyimpulkan penerimaan masyarakat secara umum penggunaan aplikasi kencan.

Bagi bisnis seperti Tinder, kondisi Indonesia saat ini memang menjadi sebuah momentum. Bonus demografi membawa segmen pasar digital Indonesia didominasi dengan milenial. Didukung penetrasi cepat pertumbuhan jaringan internet dan penggunaan ponsel pintar, layanan digital makin menjadi gaya hidup yang tidak bisa dipisahkan dari keseharian. Untuk online dating, kami menilai masih dalam tahap awareness. Pertumbuhannya masih alami, pun regulasi belum sampai menyentuh proses bisnis inti di dalamnya.

Application Information Will Show Up Here

Tinder Sedang Uji Fitur Berbayar untuk Membuat Pengguna Jadi Bisa Dilihat Lebih Banyak Orang

Tinder sedang menguji fitur baru yang akan terdengar sangat menarik di telinga para jomblo. Dijuluki Tinder Boost, fitur ini pada dasarnya memungkinkan pengguna untuk mempromosikan profilnya secara jauh lebih efisien selama 30 menit. Namun tentu saja ini tidak gratis.

Secara garis besar, Tinder Boost punya fungsi mirip seperti Promoted Tweets di Twitter atau bahkan TopAds di Tokopedia, dimana Anda dapat melihat sejumlah produk yang ditempatkan di posisi teratas. Sederhananya, produk-produk ini menerobos antrian untuk lebih dulu nongol di hadapan pembeli, dan Tinder Boost pun tidak jauh berbeda.

Saat Boost diaktifkan, Tinder mengklaim setidaknya jumlah view pada profil pengguna akan meningkat hingga 10 kali lipat. Semakin banyak orang yang melihat profil Anda, semakin besar peluang untuk mendapatkan jodoh, dan inilah misi utama yang hendak dicapai Tinder Boost.

Tinder belum mengungkapkan berapa pastinya dana yang perlu dikucurkan per aktivasi Boost, tapi kemungkinan besar harganya tidak terlalu murah. Karena kalau terlalu murah, fungsinya jadi terkesan kurang istimewa.

Khusus untuk pelanggan Tinder Plus, mereka akan mendapatkan gratis satu Boost per minggu. Kalau kurang, Boost bisa dibeli kapan saja diperlukan, demikian juga untuk pengguna non-Plus. Saat memantau deretan matches, Anda bisa melihat icon khusus pada pengguna yang menemukan profil Anda selama Boost diaktifkan.

Untuk sementara, Tinder Boost baru diuji dengan pengguna di Australia terlebih dulu sebelum dirilis secara global dalam waktu dekat.

Sumber: VentureBeat dan Tinder.

Mencari Jodoh di Tinder Kini Bakal Lebih Efisien Berkat Smart Profile dan Penyempurnaan Algoritma

Sejak diluncurkan di tahun 2012, Tinder sampai saat ini masih memegang gelar sebagai salah satu aplikasi kencan terpopuler sejagat. Apa yang membuatnya begitu terkenal adalah cara kerjanya yang amat sederhana: saat Anda melihat profil seseorang, geser ke kanan kalau Anda merasa cocok, atau geser ke kiri kalau dirasa kurang.

Dalam tiga tahun kiprahnya, Tinder mengklaim sudah ada lebih dari 10 miliar ‘perjodohan’ yang mereka gawangi. Namun hal itu rupanya tak membuat Tinder berhenti berusaha agar penggunanya bisa lebih mudah mencari seseorang yang pada akhirnya bakal menjadi belahan hatinya.

Melalui update terbaru aplikasinya, Tinder memperkenalkan fitur tambahan yang sudah banyak dinanti oleh para penggunanya, yaitu opsi untuk mencantumkan pekerjaan dan riwayat pendidikan pada profil masing-masing. Jadi sekarang, pengguna tak cuma bisa menjumpai orang-orang yang dulunya belajar di satu institusi yang sama, tetapi juga orang-orang yang sekiranya mempunya profesi yang menarik.

Tinder Smart Profile

Penambahan fitur ini menjadi pemicu lahirnya Smart Profile, dimana Tinder akan menyorot informasi paling relevan – misalnya, institusi pendidikan – dari seseorang yang berpotensi menjadi pasangan atau sekedar teman baru buat Anda. Info tersebut akan ditampilkan tepat di bawah foto dan nama seseorang yang muncul di halaman rekomendasi.

Rekomendasi yang diberikan oleh Tinder juga diyakini akan semakin membaik karena mereka telah meningkatkan kinerja algoritmanya. Harapannya, Anda bakal lebih jarang menggeser ke kiri karena akan ada lebih banyak pengguna yang Anda rasa cocok untuk diajak berkomunikasi lebih lanjut.

Bersamaan dengan itu, Tinder juga telah merombak tampilan fitur messaging-nya. Di sini Tinder akan membagi mana saja calon jodoh yang sudah Anda tinggali pesan dan mana yang belum. Dengan demikian, Anda bisa lebih mudah move on ke yang lain ketika seorang calon jodoh tidak merespon sama sekali.

Kalau Anda merupakan pengguna Tinder, silakan update aplikasinya sekarang juga untuk menikmati fitur-fitur baru ini.

Sumber: Tinder Blog via TechCrunch. Gambar header: Tinder via Shutterstock.

Aplikasi Gather Ingin Hubungkan “Kaum Jomblo” Jakarta dan Teman di Jaringan Facebook

Memanfaatkan kekayaan data di Facebook, Garther tawarkan cara baru mendapatkan pasangan / Garther

Gather merupakan sebuah aplikasi layanan pencari jodoh yang akan membantu “kaum Jomblo” di Jakarta menemukan teman kencannya. Berbeda Tinder yang populer, Gather memiliki pendekatan yang berbeda, yaitu menghubungkan seseorang dengan calon pasangan yang masih dalam lingkaran pertemanannya. Kunci utama aplikasi ini adalah penggunaan Facebook, sebagai akun pengguna dan juga sumber data. Saat ini Garther baru tersedia untuk plarfrom iOS. Continue reading Aplikasi Gather Ingin Hubungkan “Kaum Jomblo” Jakarta dan Teman di Jaringan Facebook