USB Forum Perbarui Logo Kabel agar Konsumen Tidak Bingung

USB (Universal Serial Bus) saat ini sudah mencapai versi yang ke 4. Tentunya, spesifikasi yang diberikan juga bakal meningkat, seperti kemampuannya untuk mengalirkan daya hingga 240 watt. Saat ini, smartphone dan laptop sudah menggunakan kabel tipe ini dan mengisi baterai dengan daya 65 watt. Namun, masih banyak orang yang bingung kabel mana yang mendukung daya yang lebih tinggi.

Kebingungan ini yang akan diselesaikan oleh USB Implementers Forum (USB IF). USB-IF nantinya akan menyediakan logo yang menuliskan kecepatan pengisian daya pada setiap kabelnya. Logo tersebut juga menandakan sertifikasi dari sebuah kabel yang akan digunakan oleh konsumen. Oleh karena itu, konsumen nantinya akan lebih nyaman mengetahui sebuah kabel USB-C bisa digunakan oleh perangkat yang mereka miliki.

Selain menyediakan kecepatan pengisian daya, pengguna juga bakal terbantu dengan hadirnya tulisan kecepatan transfer yang didukung oleh kabel tersebut. Nantinya sebuah kabel akan diketahui apakah mendukung kecepatan transfer maksimumnya, apakah itu 20 Gbps atau 40 Gbps. Jadi, seharusnya tidak ada lagi keluhan konsumen mengenai kabelnya tidak bisa melakukan transfer data dengan kecepatan tertinggi atau tidak.

“Dengan kemampuan daya baru yang lebih tinggi yang diaktifkan oleh Spesifikasi USB PD 3.1, yang membuka hingga 240W melalui kabel dan konektor USB Type-C, USB-IF melihat peluang untuk lebih memperkuat dan menyederhanakan Program Logo Bersertifikat untuk pengguna akhir, ” kata Jeff Ravencraft, Presiden dan COO USB-IF. “Dengan logo kami yang diperbarui, konsumen dapat dengan mudah mengidentifikasi kinerja USB4 dan kemampuan pengiriman daya USB dari kabel USB-C bersertifikat, yang mendukung ekosistem elektronik konsumen yang terus berkembang dari laptop dan smartphone hingga display dan pengisi daya.”

Dengan tingginya daya yang dapat disalurkan dari sebuah kabel USB-C tersebut, bukan tidak mungkin nantinya laptop yang ada dipasaran akan mengganti port adaptornya. Saat ini, laptop yang menggunakan USB-C untuk mengisi daya memang masih sedikit. Dengan digantinya standar pengisian daya tentu saja membuat para pengguna bisa mendapatkan port USB-C tambahan untuk melakukan hal lain seperti transfer data atau melakukan pengisian daya ke perangkat lain.

Sumber: BusinessWire

Satechi Luncurkan Charger Apple Watch yang Simpel tapi Sangat Fleksibel Penggunaannya

Pengguna perangkat bikinan Apple pastinya sudah tidak asing dengan nama Satechi. Perusahaan asal Amerika Serikat itu cukup produktif menciptakan aksesori-aksesori yang sepele namun inovatif, dan salah satu contohnya bisa kita lihat dari produk terbarunya berikut ini.

Seperti yang bisa kita lihat, produk ini tidak lebih dari sebatas charger untuk Apple Watch. Lingkaran putih di tengahnya adalah modul magnetis tempat Apple Watch menancap, sedangkan salah satu sisinya dilengkapi colokan USB-C untuk menerima daya.

Aksesori ini tidak harus digunakan bersama adaptor. Cukup sambungkan ke perangkat seperti MacBook atau iPad Pro, maka ia sudah bisa menyuplai daya ke Apple Watch. Sertifikasi resmi MFi dari Apple menjamin kompatibilitasnya dengan semua model Apple Watch dari generasi yang pertama sampai kelima.

Satechi USB-C Magnetic Charging Dock for Apple Watch

Agar lebih fleksibel lagi, Satechi turut menyertakan sebuah kabel extension pendek. Dengan kabel ataupun tanpa kabel, skenario penggunaannya sangatlah beragam. Anda bahkan bisa menyambungkan aksesori ini ke charger mobil, lalu cukup lingkarkan Apple Watch di atasnya.

Satu kekurangannya, seperti yang biasa kita dapati dari aksesori-aksesori produk Apple lainnya, adalah harga yang cukup mahal. USB-C Magnetic Charging Dock ini Satechi jual seharga $45. Sebagai perbandingan, charger Apple Watch resmi dari Apple dijual seharga $29, meski memang penggunaannya tidak sefleksibel besutan Satechi ini.

Sumber: 9to5Mac.

[Review] Huawei Freelace: Bluetooth Earphone USB-C dengan Bass Besar

Beberapa waktu yang lalu saya sempat dihubungi oleh salah seorang PR dari Huawei. Dia mengatakan akan mengirimkan satu produk Huawei untuk di-review. Saya pun bertanya, smartphone apa lagi yang akan diluncurkan produsen asal Tiongkok ini. Ternyata, produk tersebut bukanlah smartphone.

Huawei memang sudah memiliki banyak earphone yang dijual di pasar Indonesia. Akan tetapi, baru kali ini mereka sepertinya serius dalam memasarkan produk earphone, apalagi yang memiliki konektivitas bluetooth, seperti Huawei FreeLace. Huawei Freelace merupakan sebuah earphone nirkabel yang memiliki model neckband yang dikalungkan ke leher saat digunakan.

Huawei Freelace

Penamaan ini pun sudah menandakan bahwa bentuk dari earphone ini akan digantungkan di leher. “Free” berarti bahwa perangkat ini bebas dari kabel yang langsung menancap pada sumber musik. “Lace” berarti kalung (dari necklace) yang memang menjadi aksesoris tambahan setiap penggunanya.

Huawei ingin menjual perangkat yang satu ini untuk mereka yang muda dan gemar mendengarkan musik. Sayangnya, earphone yang satu ini hanya bisa digunakan feature-nya secara lengkap saat dihubungkan dengan smartphone Huawei saja. HiPair yang dimiliki earphone ini hanya bisa digunakan pada OS Andorid dengan EMUI 9.1.

Spesifikasi dari earphone ini adalah sebagai berikut

Berat 27 gram
Jangkauan Maksimal 10 meter
Versi Bluetooth 5.0
Ukuran Driver ø9.2mm
Frequency response 20 – 20,000 Hz
Sensitivitas 98 dB
Rating IP57
Kapasitas Baterai 120 mAh

Unboxing

Seperti inilah isi dari paket penjualan Huawei Freelace.

Huawei Freelace - Paket Penjualan

Di dalamnya dapat ditemukan perlengkapan seperti berikut

Desain

Huawei Freelace menggunakan bahan berjenis karet pada kabelnya. Karet yang digunakan juga memiliki finishing yang cukup lembut sehingga membuatnya cukup nyaman saat tersentuh dengan kulit bagian belakang leher yang biasanya sensitif. Karet kalungnya sendiri juga lentur dan lembut sehingga membuat para penggunanya tidak perlu takut mematahkannya secara tidak sengaja.

Huawei Freelace - Buttons

Pada sisi kanan dan kiri kabel tersebut terdapat dua bongkah besi metal. Yang bagian kiri berisikan baterai lithium sebesar 120 mAh yang dapat diisi dengan cepat dengan teknologi 3C yang dapat mengisi 3x lebih cepat. Pada bagian kanan merupakan bagian kontrol yang memiliki empat buah tombol: daya, volume naik, volume turun, dan tombol serbaguna.

Bagian kanan tersebut juga membawa konektor USB-C. Tinggal cabut saja antara bagian kontrol dengan kabel earphone sebelah kanan. Uniknya, jika Anda memiliki smartphone dengan port USB-C, maka Huawei Freelace dapat diisi baterainya di mana saja. Huawei mengklaim bahwa empat menit melakukan charge dapat membuat baterainya bertahan selama lima jam.

Huawei Freelance - USB-C

Pada bagian belakang kedua earpiece terdapat magnet yang dapat menarik cukup kuat. Pada saat kedua earpiece tertempel, akan membuat musik yang sedang dimainkan akan terhenti serta memutuskan hubungan bluetooth-nya. Hal ini tentu saja sangat membantu jika kita tidak ingin repot mematikan musik dengan mengeluarkan smartphone dari kantung.

Pengalaman Menggunakan

Saat pertama membuka paket penjualannya, saya langsung melakukan pairing bluetooth ke salah satu smartphone, yang sayangnya bukan merek Huawei. Hal ini membuat saya tidak bisa mencoba fitur HiPair yang tinggal menancapkan Freelace ke smartphone dan langsung terhubung melalui bluetooth. Namun, pairing bluetooth-nya juga sangat mudah, seperti kebanyakan perangkat: tekan tombol daya selama 3-5 detik.

Oleh karena keterbatasan waktu, kali ini saya menggunakan Spotify yang diset ke kualitas Very High. Seharusnya, pada pilihan ini Spotify akan memainkan musik yang dikonversikan ke Ogg Vorbis 320 Kbps yang sulit dibedakan dengan FLAC/WAV. Jadi, kualitasnya cukup untuk menguji suara yang keluar.

Huawei Freelace - Charge

Saat memasukkan earbud ke dalam lubang kuping, hal pertama yang terasa adalah suara dari luar cukup terisolasi. Hal itu cukup terlihat di mana earbud nya terdesain miring agar pas masuk ke lubang kuping. Jadi, Freelace cukup berguna pada saat Anda berada di tempat yang cukup berisik.

Saat memainkan musik, hal pertama yang terdengar adalah suara bass yang cukup dominan. Hal ini tentu sangat menarik untuk mereka yang suka mendengarkan musik dengan profile bass yang “menendang”. Pada beberapa lagu, malah high dan mid-nya seperti tertelan oleh bass.

Huawei Freelace - Auf

Volume yang dikeluarkan oleh Huawei Freelace memang sangat keras dikelasnya. Saking kerasnya, membuat suara yang dihasilkan dari file musik MP3 menjadi pecah. Oleh karena itu, cukup disarankan untuk mendengarkan musik pada tingkat 70-80% saja.

Baterai menjadi pembahasan yang cukup menarik pada Freelace. Huawei menjanjikan pemakaian 18 jam non-stop pada earphone ini. Saya pun sudah menggunakan hampir tiga hari dengan pemakaian yang cukup lama dan belum harus melakukan charge. Baterai pun dapat diisi langsung dengan menancapkan ke smartphone yang saya gunakan yang kebetulan menggunakan port USB-C.

Verdict

Dengan bermunculannya earphone dengan model nirkabel, membuat persaingan pada pasar ini terus memanas. Hal itu membuat Huawei meluncurkan Freelace yang didesain khusus untuk mereka yang stylish.

Desain dari Huawei Freelance yang menghadirkan USB-C memang harus diapresiasi karena sangat memudahkan dalam mengisi baterai. Selain itu, earbud yang menutupi lubang kuping juga tidak memerlukan teknologi tambahan noise cancellation. Bahan karet juga sangat berguna agar tidak mudah lapuk akibat keringat.

Suara yang dihasilkan juga cukup baik untuk sebuah perangkat musik nirkabel. Yang pasti, beberapa orang tidak akan memerlukan equalizer tambahan untuk meningkatkan kualitas dan volume suaranya. Hanya saja, bagi Anda yang kurang suka dengan earphone yang memiliki bass berlebih, mungkin tidak akan suka dengan Freelace.

Huawei Freelace dijual dengan harga Rp. 999.000 dan saat ini sudah tersedia untuk pasar Indonesia. Dengan harga tersebut, membuat alternatif pilihan dalam membeli earphone nirkabel menjadi lebih banyak. Namun, dengan harga tersebut, Anda bisa mendengarkan musik dengan lebih lama dan melakukan pengisian baterai dengan lebih mudah.

Sparks

  • Daya tahan baterai cukup lama
  • Bass yang “nendang”
  • Earbuds yang cukup nyaman
  • IP57 water resistant
  • USB-C
  • Pilihan ukuran earbuds yang banyak

Slacks

  • HiPair hanya untuk perangkat Huawei/Honor
  • Tidak mendukung codec APTX dari Qualcomm

SNIPER Perkenalkan PowerBank dengan Quick Charge 3 dan Power Delivery

Power Bank menjadi sebuah perangkat yang tidak terpisahkan bagi pemilik smartphone. Benda ini pada dasarnya adalah sebuah perangkat yang berisikan baterai untuk mengisi baterai perangkat lain, seperti smartphone. Dengan semakin canggihnya smartphone, tentu saja membutuhkan kinerja yang tinggi yang berimbas terhadap pemakaian baterai. Selain menjadi bank tenaga, sebuah Power Bank juga harus dilengkapi dengan banyak feature sehingga pengisian menjadi lebih cepat.

SNIPER Power Bank - Launch

Salah satu vendor yang menawarkan Power Bank di Indonesia adalah SNIPER Indonesia. SNIPER memperkenalkan dua Power Bank terbarunya dengan nama PowerShoot PD S41200 dan PowerShoot PD S111141. Kedua Power Bank ini membawa satu standar yang saat ini belum banyak digunakan di Indonesia, yaitu USB Power Delivery.

USB Power Delivery sendiri merupakan standar milik USB.org yang dapat menghantarkan listrik lebih tinggi lagi. Standar ini nantinya akan sangat berguna untuk mengisi baterai pada perangkat yang mendukung. Teknologi ini mirip dengan Quick Charge, VOOC, maupun Pump Express.

SNIPER Power Bank

Selain USB PD, kedua Power Bank SNIPER pun mendukung Quick Charge 3.0 buatan Qualcomm. Kedua Power Bank ini pun memiliki port USB-C untuk dipakai untuk mengisi baterai SNIPER maupun menghantarkan daya dengan USB Power Delivery ke perangkat seperti iPhone X ke atas dan Google Pixel 2 ke atas.

SNIPER menjual Power Bank ini dengan harga RP. 549.000 untuk S41200 dan Rp. 449.000 untuk S111141. Keduanya secara eksklusif dijual di Tokopedia selaku rekan SNIPER dalam berjualan.

Aman di Pesawat Terbang

Kampanye yang dilakukan oleh SNIPER kali ini juga berhubungan dengan penggunaan Power Bank didalam pesawat. Seperti yang kita ketahui, para penumpang pesawat tidak diperbolehkan untuk membawa Power Bank sebesar 100 watt hour (Wh). Masalah ini pun cukup pelik karena standar kapasita dari sebuah Power Bank adalah mili Ampere hour atau mAh.

SNIPER Power Bank - S41200

Iip Sarifudin selaku head Online Marketing SNIPER Indonesia mengatakan bahwa Power Bank dari SNIPER sangat aman digunakan di pesawat. Hal tersebut dikarenakan sebuah Power Bank dengan kapasitas 10.000 mAh jika dikonversikan ke standar watt hanya menjadi 37 Wh saja.

SNIPER juga sudah membuat logo Flight Friendly pada badan Power Bank mereka. Hal tersebut tentu saja akan menghindari dari klaim sepihak mengenai boleh tidaknya penggunaan perangkat baterai di pesawat.

Samsung Perkenalkan Galaxy M20 di Indonesia

Persaingan pada pasar smartphone memang saat ini cukup sengit. Setelah kamera menjadi pilihan para vendor untuk menjual nilai tambah mereka, kali ini trennya sedikit berubah. Baterai merupakan sebuah tren baru yang digemari oleh para konsumen di seluruh dunia. Hal inilah yang berusaha dipenuhi oleh Samsung dengan mengeluarkan Galaxy M20.

Samsung Galaxy M20 - Launch

Samsung Galaxy M20 sendiri diperkenalkan kepada para jurnalis pada tanggal 11 Februari 2019 bertempat di GoWork Plaza Indonesia. Samsung pun berusaha menjawab tren yang ada saat ini dengan mengeluarkan smartphone yang menggunakan baterai sebesar 5000 mAh. Selain itu, Galaxy M20 pun menggunakan layar berponi yang mereka sebut dengan Infinity-V Display.

Samsung Galaxy M20 memiliki dua kamera pada bagian belakangnya, yaitu 13 MP dengan aperture f/1.9 untuk kamera utama dan 5 MP untuk kamera wideangle. Kamera depannya memiliki resolusi 8 MP dengan aperture f/2.0. Hal unik lainnya adalah smartphone terjangkau ini sudah menggunakan USB-C dan fast charger dengan 9v 1,67 Ampere!

Samsung Galaxy M20 - Unboxing

Untuk spesifikasi produknya adalah sebagai berikut:

SoC Exynos 7904 Octa Core
CPU 2×1,8 GHz Cortex A73 + 6×1,6 GHz Cortex A53
GPU Mali-G71 MP2
RAM / Internal Storage 3 GB / 32 GB
Layar 6.3″ 2220 x 1080 LPS rasio layar 19.5:9
Baterai 5000 mAh
Sistem Operasi Android Oreo 8.1 dengan UI Samsung Experience 9.5

Samsung menjual perangkat yang satu ini dengan harga Rp. 2.799.000. Penjualannya pun juga bakal digelar pada tiga toko online di Indonesia, yaitu Lazada, Blibli, dan JD. Untuk memilikinya, konsumen dapat langsung membelinya dari tanggal 14-21 Februari 2019 pada ketiga toko tersebut.

Notch? Mengapa sekarang?

Samsung sepertinya enggan menggunakan notch pada perangkat Android-nya. Hal tersebut terlihat dari beberapa smartphone premium mereka yang tidak menggunakan model poni. Akan tetapi, saat ini mereka menggunakan poni pada Samsung Galaxy M20. Mengapa sekarang?

Samsung Galaxy M20 - Irfan Rinaldi

Irfan Rinaldi selaku Product Marketing Manager mengatakan bahwa hal tersebut memang merujuk ke survei yang selalu dilakukan oleh Samsung. Saat ini, para konsumen memang lebih menginginkan perangkat dengan layar berponi. Oleh karena itu, Samsung menghadirkan Galaxy M20 saat ini dengan layar Infinity V Display.

Samsung juga mengeluarkan M20 dengan menggunakan baterai berkapasitas besar. Hal tersebut menurut Irfan, juga merujuk oleh survei mereka yang mengatakan bahwa baterai merupakan pilihan kedua yang diminati oleh para konsumen.

Di mana M10?

Secara global, Samsung memang mengeluarkan Galaxy M10 dan M20 secara bersamaan. Akan tetapi, pada acara peluncurannya tersebut, Samsung hanya memperkenalkan Galaxy M20 saja. Kemana perginya M10?

Samsung Galaxy M20 - Extra

Samsung Galaxy M10 ternyata belum direncanakan dijual di Indonesia. Sayangnya, kami belum mendapatkan alasan mengapa Samsung belum memasukkan perangkat yang lebih murah tersebut ke Indonesia. Namun, tidak menutup kemungkinan Samsung nantinya bisa memasukkan perangkat yang satu itu.

Apple Ungkap iPad Pro Generasi Ketiga dengan Desain Baru Tanpa Tombol Home

Setelah trio iPhone berponi pada bulan September lalu, suguhan hardware terbaru dari Apple untuk tahun ini turut mencakup iPad Pro generasi ketiga. Tidak seperti sebelumnya yang sebatas mengusung spesifikasi baru, iPad Pro generasi ketiga mengemas desain baru yang sangat menarik.

Menarik karena wajahnya kini hanya dihuni oleh sebuah layar dari ujung ke ujung. Masih ada bezel yang mengitarinya, tapi ukurannya sangat tipis jika dibandingkan generasi sebelumnya. Saking tipisnya, tidak ada lagi ruang yang cukup untuk ditempati tombol Home.

Apple iPad Pro

Ya, iPhone sekarang bukan lagi satu-satunya perangkat iOS yang tak dilengkapi tombol usang tersebut. Semua pengoperasian berbasis gesture-nya telah diwariskan ke iPad Pro, demikian pula sistem Face ID untuk mengenali wajah pengguna. Yang sedikit berbeda, Face ID di iPad Pro dapat bekerja dalam orientasi portrait maupun landscape.

Penghapusan tombol Home demi memaksimalkan ukuran layar dalam dimensi yang lebih ringkas merupakan kabar baik. Yang menyebalkan adalah, jack headphone turut dieliminasi pada iPad Pro generasi baru ini. Beruntung kabar buruk ini masih bisa ditutupi oleh kehadiran port USB-C yang sepenuhnya menggantikan port Lightning.

Penggunaan USB-C berarti iPad Pro bisa kompatibel dengan lebih banyak aksesori. Menyambungkannya ke display eksternal kini semudah memasangkan satu kabel USB-C saja (tanpa dongle), dan display yang didukung bisa sampai yang beresolusi 5K. Bukan cuma itu, iPad Pro generasi baru ini ternyata juga bisa dijadikan power bank dadakan untuk iPhone.

Apple iPad Pro

Semua ini disajikan melalui dimensi yang lebih ringkas dari sebelumnya. Varian 12,9 inci misalnya, diklaim punya volume 25 persen lebih kecil berkat desain layar penuhnya, sedangkan varian 11 inci memiliki ukuran yang sama persis seperti varian 10,5 inci sebelumnya.

Tebal kedua varian sama-sama cuma 5,9 mm, tapi ini berarti tonjolan kamera belakangnya jadi semakin besar. Soal bobot, varian 11 inci berada di kisaran 468 gram, sedangkan varian 12,9 inci di kisaran 633 gram. Terlepas dari itu, kedua varian masih dibekali empat buah speaker dan baterai berkapasitas besar; 29,37 Wh pada varian 11 inci, 36,71 Wh pada varian 12,9 inci.

Kamera belakangnya sendiri terbentuk dari sensor 12 megapixel dan lensa f/1.8. Smart HDR menjadi salah satu fitur yang ditawarkan, tapi saya tidak melihat ada Portrait Mode tercantum. Untuk video, 4K 60 fps adalah resolusi maksimum yang didukung. Beralih ke depan, ada kamera 7 megapixel yang mendukung Portrait Mode seperti di iPhone.

Apple iPad Pro

Terkait layar, iPad Pro generasi ketiga masih menggunakan panel LCD seperti sebelumnya, dengan resolusi 2388 x 1668 pixel pada varian 11 inci, dan 2732 x 2048 pixel pada varian 12,9 inci. Teknologi ProMotion dengan refresh rate 120 Hz yang menjadi terobosan generasi sebelumnya juga masih digunakan di sini.

Di balik layar tersebut, bernaung spesifikasi yang luar biasa mumpuni. Chipset A12X Bionic yang digunakan mengemas prosesor 8-core dan GPU 7-core, dan untuk pertama kalinya di iPad, ada Neural Engine yang didedikasikan untuk menangani fitur berbasis machine learning. Menurut klaim Apple, performa grafis iPad Pro bisa disetarakan dengan Xbox One S, dan ini krusial demi realisasi Adobe Photoshop CC untuk iPad tahun depan.

Seperti biasa, Apple tidak mengungkap kapasitas RAM yang tersedia pada iPad Pro. Namun yang cukup sinting adalah kapasitas penyimpanannya, yang berkisar antara 64 GB sampai 1 TB. Dengan bekal port USB-C dan storage 1 TB, tidak berlebihan apabila iPad Pro diperlakukan sebagai pengganti laptop.

Apple iPad Pro

Lalu sampailah kita pada bagian yang menjadikan iPad Pro itu pro, yakni aksesori. Apple telah merancang Apple Pencil generasi baru yang dapat di-charge secara wireless dengan ditempelkan secara magnetik ke sisi samping iPad Pro. Bukan cuma itu, Pencil baru ini juga mengemas sensor sentuh sehingga pengguna dapat mengaktifkan sejumlah fungsi dengan menyentuh bagian sampingnya.

Untuk keyboard, Apple menyediakan Smart Keyboard Folio yang memproteksi bagian depan sekaligus belakang iPad Pro. Selagi terpasang, aksesori ini juga bisa menjadi dudukan dua posisi buat iPad Pro. Charging sama sekali tidak diperlukan, sebab aksesori ini menyambung melalui konektor khusus pada sisi samping iPad Pro.

Apple iPad Pro

7 November adalah tanggal yang ditetapkan Apple sebagai awal pemasaran iPad Pro generasi ketiga. Varian 11 incinya dibanderol mulai $799, sedangkan varian 12,9 inci mulai $999. Apple Pencil dijual terpisah seharga $129, sedangkan Smart Keyboard Folio seharga $179 untuk varian 11 inci dan $199 untuk varian 12,9 inci.

Sumber: Apple.

Fiio M7 Adalah Portable Music Player yang Mengedepankan Fitur-Fitur Modern

Pasar portable music player (PMP) premium kembali dibuat meriah oleh kehadiran dua produk terbaru Astell & Kern. Dengan banderol $699 dan $1.699, keduanya mungkin hanya bakal dilirik oleh kalangan audiophile yang benar-benar hardcore. Buat kalangan yang lebih luas, penawaran terbaru Fiio mungkin terkesan lebih masuk akal.

Namanya Fiio M7, dan ia merupakan PMP yang benar-benar dirancang untuk tahun 2018. Indikasinya adalah port USB-C yang tertanam di bawahnya, yang berarti ia bisa digunakan bersama headphone USB-C, meski menurut saya skenario ini tidak begitu ideal.

Alasannya, headphone USB-C mengemas DAC-nya (digital-analog converter) sendiri, sedangkan M7 sebagai pemutar musik dedicated juga sudah pasti mengusung DAC yang lebih istimewa, spesifiknya chip ESS Sabre 9018. Jadi, port USB-C miliknya mungkin lebih baik digunakan untuk charging dan mengisi lagu saja, sebab perangkat juga masih dibekali jack 3,5 mm standar.

Fiio M7

Modernitasnya tidak berhenti sampai di situ saja. Fiio juga sudah membenamkan SoC (system-on-chip) Exynos 7270 buatan Samsung, yang diklaim dapat membantu mengoptimalkan daya tahan baterai perangkat. Benar saja, dalam satu kali pengisian, M7 bisa beroperasi sampai 20 jam nonstop, atau 40 hari dalam posisi standby.

Pemutaran format lossless sudah pasti menjadi hal yang diunggulkan perangkat semacam ini, dan M7 pun mendukung format PCM 24-bit/192kHz. Namun bagi yang memprioritaskan kepraktisan, M7 juga bisa disambungkan ke headphone Bluetooth, serta kompatibel dengan codec hi-res macam aptX-HD maupun LDAC besutan Sony.

Fiio M7

Penyimpanan internalnya tidak banyak, hanya 2 GB, tapi pengguna masih bisa menancapkan microSD sampai sebesar 512 GB. Yang cukup unik, M7 ternyata juga bisa dipakai untuk memutar radio FM, dan ini bisa dioperasikan via layar sentuh 3,2 incinya, dengan resolusi 800 x 480 pixel.

Satu-satunya fitur modern yang absen di Fiio M7 adalah Wi-Fi, yang berarti Anda tidak bisa memakainya untuk streaming. Terlepas dari itu, harganya yang cuma $200 membuatnya terkesan jauh lebih masuk akal bagi konsumen yang ingin ‘naik kelas’ dari sekadar menikmati musik bersama ponselnya. Konsumen tanah air juga dapat membeli M7 melalui AliExpress seharga $260, tanpa biaya pengiriman tambahan.

Sumber: SlashGear dan Fiio.

HP Luncurkan Empat Monitor 4K Kelas Premium dengan Konektivitas USB-C

Bulan Februari tahun ini rupanya merupakan bulan yang sibuk bagi divisi bisnis HP. Mereka meluncurkan workstation dengan prosesor 18-core, printer 3D berwarna, USB dock sekaligus speakerphone, serta meng-upgrade dua seri laptop bisnisnya. Namun HP masih belum selesai, masih ada kuartet monitor 4K yang mereka umumkan baru-baru ini.

Monitor yang pertama adalah EliteDisplay S270n, yang mengemas layar IPS 27 inci dengan resolusi 4K (pertama dalam lini EliteDisplay), response time 14 milidetik dan rasio kontras dinamis 10.000.000:1. Andai angka-angka ini kurang begitu berarti buat Anda, coba perhatikan desainnya: simpel, dan elegan, dengan bezel yang begitu tipis. Sebagai bonus, monitor ini sudah dilengkapi konektivitas USB-C.

HP Z27 / HP
HP Z27 / HP

Tiga monitor yang lain adalah HP Z27, Z32 dan Z43, di mana angka-angka pada namanya menandakan ukuran layarnya masing-masing. Ketiganya dibekali panel IPS beresolusi 4K, dan mampu menampilkan lebih dari 1 miliar warna secara bersamaan (10-bit). Rasio kontrasnya pun tidak kalah dari S270n di angka 5.000.000:1.

Sama seperti S270n, ketiganya juga dapat beroperasi dengan mengandalkan satu kabel USB-C saja yang bertanggung jawab meneruskan data dan video, sekaligus mengisi ulang baterai laptop yang tersambung. Khusus untuk Z27 dan Z32, HP bilang bahwa semua unitnya sudah dikalibrasi tampilan warnanya sejak meninggalkan pabrik perakitan.

Keempat monitor 4K baru ini sudah HP pasarkan mulai hari ini juga. Harga yang dipatok adalah: $549 untuk EliteDisplay S270n, $559 untuk Z27, $899 untuk Z32, dan $799 untuk Z43.

Sumber: Windows Central dan HP.

Saber Adalah Power Bank Berkapasitas Masif, Amat Fleksibel dan Tahan Banting

USB-C mengubah keadaan industri aksesori secara drastis, terutama di kategori power bank. Power bank untuk laptop yang sebelumnya termasuk barang langka perlahan mulai bertambah banyak jumlahnya berkat kontribusi dari pabrikan seperti Lifepowr dan Mophie.

Kapasitas yang besar tentunya merupakan atribut utama yang harus dimiliki power bank laptop. Namun menurut perusahaan baru bernama Romeo Power, fleksibilitas dan durabilitas juga tidak kalah penting untuk diperhatikan.

Buah pemikiran mereka adalah Saber, sebuah balok seukuran botol minum berbobot 1 kg yang mengemas baterai berkapasitas 86 Wh, atau kurang lebih sekitar 23.300 mAh. Dengan baterai sebesar itu, Saber bahkan sanggup mengisi ulang laptop hingga penuh sebanyak dua kali.

Romeo Power Saber

Namun seperti yang saya bilang, kapasitas baru sebagian cerita dari Saber. Perangkat ini pada dasarnya merupakan sumber energi listrik yang sangat fleksibel: kedua ujungnya mengemas colokan yang beragam. Di ujung yang satu, ada sepasang port USB standar (satu berarus tinggi, satu standar) dan port USB-C.

Namun bagian paling menarik ada di ujung satunya, yaitu colokan listrik universal, yang berarti Anda bebas memperlakukannya seperti colokan biasa pada tembok jika perlu. Lebih istimewa lagi, Saber sendiri dapat di-charge hingga penuh dalam waktu dua jam saja meskipun kapasitasnya terbilang masif.

Sisa baterainya dapat dimonitor melalui aplikasi pendamping di smartphone, sebab Saber turut dibekali konektivitas Bluetooth. Selain itu, aplikasinya juga akan mengirimkan notifikasi ketika Saber atau perangkat yang menancap padanya sudah terisi penuh.

Romeo Power Saber

Atribut ketiga adalah durabilitas, dan Saber rupanya juga memiliki bodi yang perkasa. Selain tahan banting, Saber juga diklaim tahan debu dan air. Satu hal yang perlu dicatat, Romeo Power sampai sekarang masih sedang dalam proses mendapatkan sertifikasi IP67 untuk Saber.

Ketahanan air dan debu berarti tidak ada sedikit pun celah untuk ventilasi udara pada tubuh Saber. Sebagai gantinya, Saber mengemas sebuah inverter dan software manajemen baterai guna memastikan kenaikan suhu tidak berujung pada hal yang membahayakan.

Romeo Power Saber

Pada dasarnya pengalaman panjang tim Romeo Power bisa menjadi jaminan atas keandalan Saber. Bukankah ini merupakan perusahaan baru? Ya, akan tetapi sejumlah personilnya merupakan mantan karyawan Tesla, SpaceX, Amazon dan Faraday Future, yang pastinya sudah tidak asing lagi dengan pengembangan baterai.

Romeo Power saat ini sudah menerima pre-order untuk Saber seharga $199. Harga retail-nya diperkirakan berkisar $299, dan pemasarannya bakal dimulai pada bulan November mendatang.

Sumber: The Verge.

Berbekal Konektor USB-C, DxO One Versi Android Siap Meluncur dalam Waktu Dekat

Masih ingat dengan DxO One, aksesori mungil yang berfungsi mengubah iPhone menjadi kamera saku premium? Kabar baik bagi yang sudah lama menanti-nanti versi Android-nya, sebab pengembangnya sedang bersiap untuk meluncurkannya dalam beberapa minggu ke depan.

Tentu saja pembeda yang paling utama dari DxO One versi Android ini adalah konektornya, yang mengandalkan USB-C ketimbang Lightning. Satu hal yang perlu menjadi catatan, ia hanya kompatibel dengan smartphone atau tablet yang mengemas port USB-C, dan pengguna tidak akan bisa mengakali dengan memakai adapter micro USB.

Meski belum ada informasi resmi yang merinci, spesifikasi selebihnya bisa dipastikan sama seperti versi iOS-nya: sensor 1 inci beresolusi 20,2 megapixel, dibantu oleh lensa f/1.8. DxO One datang dengan unit baterainya sendiri, dan pengguna kini dapat meningkatkan daya baterainya lebih lagi berkat bantuan aksesori terpisah.

DxO One Battery Pack / DxO
DxO One Battery Pack / DxO

Aksesori Battery Pack ini datang dengan dua baterai rechargeable yang masing-masing dapat menambahkan daya sebesar satu jam. Aksesori ini bakal dipasarkan seharga $60, sedangkan untuk DxO One versi Android sendiri sayangnya masih belum diketahui banderol harganya.

Bersamaan dengan itu, DxO juga merilis versi 3.0 dari aplikasi pendamping DxO One di iOS. Versi baru ini menghadirkan dukungan live streaming ke Facebook, dan yang menarik, pengguna dapat memanfaatkan dua kamera (kamera bawaan iPhone dan DxO One) sekaligus secara bergantian.

Fitur baru lain adalah Time-Lapse, yang bakal diambil dengan pengaturan exposure maupun white balance yang konsisten. Selain itu, fitur ini rupanya juga mendukung format RAW, dan pengguna dapat menggabungkan hasilnya menjadi video 4K jika mau.

Sumber: DPReview.