Asosiasi Venture Capital Indonesia dan Singapura Bentuk ASEAN Venture Council

Asosiasi Modal Ventura Untuk Startup Indonesia (AMVESINDO) dan Singapore Venture Capital and Private Equity Association (SVCA) hari ini mengumumkan kolaborasinya dalam pembentukan ASEAN Venture Council. Melalui kesepakatan SVCA dan AMVESINDO akan bersama-sama memanfaatkan kekuatan masing-masing bersinergi dengan praktik terbaik untuk memperkuat, mempromosikan dan mendukung ekosistem kewirausahaan dan ekosistem finansial pendukungnya di kawasan ASEAN.

Secara khusus ASEAN Venture Council dimaksudkan untuk membantu asosiasi dan anggota mereka mempromosikan peranan venture capital di wilayah Asia Tenggara. Hal ini dilandasi oleh pertumbuhan startup dan perusahaan digital, terutama di wilayah Indonesia dan Singapura. Penandatanganan kesepakatan ini dilakukan bersama dengan pagelaran Fintech Festival and Conference di BSD yang turut dihadiri oleh Presiden Jokowi.

Selain itu ASEAN Venture Council juga berharap mampu menjadi payung yang mewadahi asosiasi dari venture capital atau asosiasi yang terlibat untuk dapat mengembangkan sepak terjang dan strateginya di seluruh wilayah cakupan dewan secara terpadu. Khususnya strategi di bidang advokasi, penelitian, edukasi, hingga dalam pembuatan kesepakatan.

Menanggapi tentang pembentukan dewan ini, Ketua AMVESINDO Jefri Sirait berujar:

“Negara-negara di ASEAN terus bekerja sama mencapai integrasi ekonomi yang lebih ketat, AMVESINDO percaya bahwa venture capital Indonesia dan komunitas startup akan menjadi lebih besar dan lebih kuat melalui kerja sama dan sinergi dengan asosiasi di wilayah ini (Asia Tenggara). Kami berharap untuk dapat berkontribusi dan bekerja sama dengan SVCA membuat ASEAN Venture Council mendulang sukses.”

Turut memberikan komentar juga Ku Kay Mok dari Gobi Partners (ASEAN) selaku Committee Member of the SVCA and Partner. Ia mengatakan bahwa pembentukan dewan ini sangat memungkinkan untuk mendukung berbagai industri yang bertumbuh di kawasan ini. Ia mencontohkan pertumbuhan startup yang ada di Indonesia, termasuk yang paling subur di wilayah ASEAN dan diharapkan mampu menjadi penyokong ekonomi digital terbesar pada tahun 2025.

Layanan Pembiayaan FIFGroup Segera Bentuk Modal Ventura (Updated)

Ekosistem bisnis startup di Indonesia mulai dilirik banyak pihak. Mulai dari pelaku startup sendiri yang melihat keuntungan yang menjanjikan hingga para investor. Dalam beberapa tahun belakangan ini, layanan finansial dan perbankan mulai melihat ekosistem startup semakin feasible secara bisnis dan berniat masuk sebagai venture capital. Yang teranyar, seperti diberitakan Bisnis, PT Federal International Finance (FIFGroup) akan turut serta di hiruk-pikuk industri startup sebagai modal ventura.

Modal ventura sebagai pihak yang memberikan modal bagi perusahaan rintisan atau startup yang sedang tumbuh dinilai bisa mendatangkan keuntungan bagi institusi finansial, termasuk FIFGroup. Presiden Direktur dan CEO FIFGroup Suhartono menyebutkan bahwa pihaknya tengah menyiapkan blue print untuk rencana pengembangan bisnis perusahaannya ini.

“FIFGroup sudah menyiapkan blue print pengembangan bisnis itu,” ujar Suhartono.

Saat dikonfirmasi pihak Dailysocial Suhartono juga menjelaskan bahwa kondisi startup di Indonesia juga cukup baik, dan juga masih membutuhkan dukungan dari berbagai pihak seperti pemerintah dan swasta.  Tak hanya FIFGroup, sejak tahun lalu bank-bank besar mulai melirik ekosistem startup teknologi Indonesia. Sebut saja Bank Mandiri yang meluncurkan Mandiri Capital dengan membawa modal awal sebesar Rp 500 miliar dan akan berfokus pada pengembangan layanan pembayaran inovatif yang sesuai dengan perkembangan industri e-commerce.

Bank-bank lain, seperti BRI dan BCA, diberitakan juga tertarik untuk mendirikan modal ventura untuk membiayai startup. Sikap kooperatif pemerintah yang menjanjikan insentif pajak bagi modal ventura bisa menjadi salah satu hal yang meringankan langkah kehadiran perusahaan modal ventura. Belum lagi OJK yang menyiratkan keinginan pembuatan regulasi khusus pasar modal guna membantu UKM dan startup mendapatkan investasi.

Perusahaan modal ventura di Indonesia sendiri jumlahnya saat ini sudah cukup banyak, dengan dua buah asosiasi perusahaan modal ventura yang telah diresmikan. Mereka adalah AMVI dan Amvesindo.

Update : Konfirmasi kepada pihak FIFGroup

KK Fund Siapkan Fund II untuk Pendanaan Startup Asia Tenggara, Hong Kong, dan Taiwan

KK Fund yang berbasis di Singapura mengumumkan telah menutup pendanaan Fund II, meski tidak mengungkapkan berapa besaran dana kelolaannya. Fund II ditargetkan untuk mendanai startup di tahapan awal (pre-seed dan seed) di kawasan Asia Tenggara, Hong Kong, Taiwan.

General Partner KK Fund Koichi Saito kepada DailySocial mengatakan, “Fund pertama kami biasanya memberikan $200 ribu [sekitar Rp 2,6 miliar] untuk tiap startup. Untuk yang kali ini, ukuran pendanaan tiap startup lebih besar, $400-500 ribu [sekitar Rp 5,2-6,5 miliar] di tahapan pre-seed dan seed.”

KK Fund II akan meneruskan fokus pencarian startup di segmen Marketplace, Fintech, Logistics, dan Media/Entertainment. Fund tahap pertama secara total berinvestasi di 13 startup. Startup Indonesia yang memperoleh pendanaan dari KK Fund adalah Fabelio.

Sejumlah investor baru yang masuk dalam Fund II antara lain Saga Sammy Holdings, Septeni Holdings, Mistletoe, sejumlah perusahaan keluarga dan individu yang berasal dari Jepang.

Saito dalam rilisnya menyebutkan, “Kemampuan KK Fund untuk menilai startup tahap awal dan kekuatannya sesuai dengan keinginan investor kami untuk [menangkap] peluang yang terus berkembang di kawasan ini dan akan terus menjadi faktor kunci untuk meningkatkan pertumbuhan kami.”

Saito sebelumnya adalah Direktur IMJ Investment Partner yang juga telah berinvestasi di sejumlah startup Indonesia.

KK Fund juga menginformasikan bergabungnya Honma, Co-Founder dan General Partner Incubate Fund, sebagai Partner. Sebelum mendirikan Incubate Fund, Honma mendirikan dan menjalankan pengembang permainan mobile Pokelabo, mengelola angel fund selama 5 tahun, dan juga bekerja di firma investasi Mitsubishi Corporation Group.

 

Beberapa Hal yang Dilirik Investor dari Sebuah Startup

Beberapa startup membutuhkan investor untuk membantu mengakselerasi bisnisnya. Biasanya jika memang menargetkan ingin mendapatkan investor startup sudah menyiapkannya jauh-jauh hari. Bahkan tidak jarang pula mempelajari bagaimana cara mendapatkan perhatian para investor. Ada beberapa hal yang menjadi fokus investor, yang paling sering disebut-sebut adalah soal founder dan timnya. Juga mengenai momen dan ketepatan peluncuran produk atau layanan.

Founder dan tim adalah salah satu hal yang sudah pasti diperhatikan oleh para investor. Rekam jejak founder dalam dunia bisnis maupun pendidikannya bisa menjadi hal yang sangat berpengaruh bagi keputusan investor, demikian juga dengan tim. Startup yang baik di dalamnya terpelihara iklim kerja yang bagus. Hal ini bisa menjadi fondasi yang bagus bagi startup untuk berkembang.

Selanjutnya hal yang bisa menarik perhatian investor adalah mengenai kejelasan, baik tujuan atau pasar yang dituju, dan juga kejelasan mengenai permasalahan apa yang ingin diselesaikan dengan produk atau layanan yang dijalankan. Hal ini cukup krusial mengingat ini berisi hal yang paling mendasar dari didirikannya sebuah startup. Berkaitan juga dengan bisnis model jangka panjang yang bisa diterapkan atau tidak. Termasuk momentum kapan produk atau layanannya diluncurkan.

Tidak dapat dipungkiri matriks seperti penjualan, pertumbuhan pengguna, dan loyalitas pengguna memiliki pengaruh besar dalam keputusan investor. Data-data tersebut dijadikan bahan riset untuk melihat sejauh mana startup berkembang sekaligus memprediksikan sampai sejauh mana perkembangan startup satu atau dua tahun setelah ini.

Faktor selanjutnya adalah mengenai valuasi. Jika saat presentasi di hadapan investor Anda terlalu tinggi menetapkan nilai valuasi perusahaan Anda ini akan membawa dampak negatif. Tidak hanya terhadap startup, tetapi juga Anda. Seperti yang diungkapkan oleh salah seorang angel investor Basil Peter, menurutnya over-valuation merupakan salah satu masalah paling umum yang dihadapi seorang investor. Hal ini terjadi karena biasanya founder terlalu terburu-buru untuk mendapatkan sesuatu yang besar di awal.

Tujuh Pertanyaan yang Wajib Ditanyakan Kepada Venture Capital Saat Penggalangan Dana

Sebelum Anda melakukan pertemuan dengan Venture Capital (VC) pastikan untuk mempelajari terlebih dahulu VC yang akan Anda kunjungi, sehingga proses wawancara dan perkenalan bisa berjalan lebih lancar dan tepat sasaran. Begitu juga bila pada akhirnya VC tertarik untuk berinvestasi di startup Anda, tanyakan secara detil hal-hal yang wajib Anda ketahui. Hal ini penting agar Anda sebagai founder bisa mengetahui dengan jelas posisi, ekspektasi, dan goals yang diminta oleh VC.

Artikel ini akan megupas tujuh pertanyaan penting yang wajib ditanyakan oleh founder kepada VC saat melakukan pertemuan, seperti yang ditulis oleh venture capitalist Pedro Sorrentino.

Mengetahui Asset Under Management (AUM) atau Nilai Aktiva Bersih

Sebagai pemilik startup Anda berhak untuk menanyakan seberapa besar nilai aktiva bersih sebuah VC. Dengan demikian Anda bisa mengetahui langkah apa yang harus diambil dan berapa jumlah uang yang layak Anda dapatkan sebagai investasi. Semua ini harus berdasarkan tahap penggalangan dana yang Anda jalankan.

Target kepemilikan

Pertanyaan ini penting, agar Anda dapat mengetahui jika target kepemilikan mereka sejalan dengan harapan Anda mengenai valuasi perusahaan. Anda harus memiliki penasihat untuk membantu menemukan harga atau valuasi CAP tertentu yang Anda yakini adil nilainya sebelum berbicara dengan VC. Jika Anda mampu menjalankan proses penggalangan dana dengan kompetitif, pasar yang akan menentukan nilai. Namun, yang perlu diperhatikan adalah menciptakan kesamaan ekspektasi agar bisa cepat mendapatkan persetujuan dari VC.

Berapa nilai rata-rata cek

Jika Anda telah mengetahui target kepemilikan dan nilai rata-rata cek, selanjutnya Anda dapat memperkirakan berapa nilai valuasi yang akan diberikan oleh investor. Sebagian investor akan menolak untuk menyebutkan valuasi startup yang diinvestasikan, tetapi ada pula investor yang bersedia untuk menyebutkannya . Adalah kewajiban Anda sebagai founder untuk membuat komitment tersebut dengan investor.

Proses yang dijalankan

Saat hubungan baik telah tercipta dengan VC, kebanyakan dari pemilik startup kemudian memperlakukan orang-orang yang terlibat di VC tersebut layaknya sebagai teman. Terkadang ini membuat Anda tidak bisa menjalankan proses dengan benar.

Idealnya adalah upayakan untuk membuat jadwal yang wajib untuk dipenuhi, baik oleh Anda sebagai founder startup juga oleh pihak VC. Jadi proses penggalangan dana bisa selesai dengan waktu deadline yang ditetapkan.

Transparansi

Menjadi hal yang penting bagi Anda pemilik startup melontarkan pertanyaan secara rutin seperti tahap apa selanjutnya yang bisa dilakukan agar VC bisa berkomitmen memberikan pendanaan.

Jika VC terkait bisa memberikan jawaban yang tepat, artinya VC tersebut serius dengan Anda. Namun jika VC tersebut enggan untuk menjawab dan cenderung menghindar, artinya mereka tidak tertarik dan hanya ingin mengetahui serta mempelajari produk yang Anda miliki. Waspadalah dengan VC seperti ini.

Kirimkan email usai pertemuan

Usai pertemuan dilakukan dengan VC, upayakan untuk menulis secara detil hasil dari pertemuan tersebut dan kirimkan email tersebut kepada VC. Hal tersebut bisa menunjukkan bahwa Anda serius dan bersedia untuk berkomitmen sesuai dengan rencana yang ada. Buat juga jadwal pertemuan selanjutnya dengan VC, upayakan Anda sebagai founder startup yang memiliki inisiatif awal.

Alternatif VC

Jika saat ini Anda tengah melakukan penggalangan dana dengan lebih dari satu VC, baiknya sebutkan keadaan tersebut saat Anda sedang melakukan pertemuan dengan VC. Tunjukkan bahwa startup Anda memiliki produk yang terbaik dan menjadi incaran oleh VC lainnya. Dengan demikian bisa menumbuhkan rasa percaya diri bukan hanya untuk Anda pemilik startup namun juga VC yang berencana untuk berinvestasi di startup Anda.

AMVI Jalin Kemitraan dengan Kadin, Upayakan Perkembangan Ekosistem Startup

Seperti diketahui bersama, di Indonesia saat ini memiliki lebih dari satu asosiasi yang mewadahi modal ventura. Salah satunya adalah Asosiasi Modal Ventura Indonesia atau yang lebih dikenal dengan AMVI. Baru-baru ini AMVI dikabarkan telah menjalin kerja sama dengan Komite Tetap Modal Ventura KADIN untuk mendukung pengembangan ekosistem entrepreneur  dan bisnis startup di Indonesia.

Ketua AMVI Andi Buchari yang juga Direktur Utama PT Bahana Artha Ventura berharap dengan terjalinnya kerja sama ini busa menumbuhkan ekosistem startup dan juga akan berimbas pas pertumbuhan ekonomi yang semakin kondusif.

“Segenap anggota AMVI dan perusahaan modal ventura (PMV) siap mendukung dan bekerja sama dengan usaha-usaha rintisan di seluruh pelosok Nusantara, sejalan dengan visi Presiden untuk menumbuhkan ribuan technopreneur di Indonesia,” ujar Andi.

Hal yang sama juga diutarakan oleh Ketua Komite Tetap Modal Ventura Kadin Indonesia Uriep B. Prasetyo. Uriep mengungkapkan bahwa Kadin akan terus mendorong kerja sama dalam bidang entrepenuer dan pengembangan startup di Indonesia, baik dalam peningkatan edukasi maupun solusi pembiayaan dengan pihak terkait terutama perusahaan modal ventura (PMV).

“Kadin Modal Ventura dan AMVI juga akan mempercepat program sertifikasi profesi agar perusahaan modal ventura di Indonesia memiliki SDM yang mampu dan menguasai model pembiayaan modal ventura,” ungkap Uriep.

Berikut poin-poin kerja sama yang disepakati keduanya :

  1. AMVI dan Kadin Modal Ventura bertekad menumbuh kembangkan dan membangun ekosistem entrepreneur dan startup dengan pemberian fasilitas pembiayaan dan bimbingan usaha kepada pelaku usaha untuk meningkatkan kemampuan dan kapasitas yang berdaya saing serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi rakyat Indonesia berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
  2. AMVI dan Kadin Modal Ventura bertekad melakukan langkah-langkah aliansi strategis yang diperlukan untuk membangun dan mengembangkan ekosistem entrepreneur dan startup di Indonesia, meningkatkan aksesibilitas pembiayaan dan pembinaan sebaik-baiknya.
  3. AMVI dan Kadin Modal Ventura bertekad meningkatkan peran serta masyarakat dalam menumbuh kembangkan entrepreneur dan startup serta industri kreatif melalui program edukasi dan sosialisasi kepada seluruh masyarakat Indonesia.

Pemerintah Akan Berikan Insentif Pajak Bagi Modal Ventura

Regulasi yang memihak merupakan salah satu bentuk dukungan pemerintah yang saat ini diharapkan oleh para pemain di industri startup, termasuk para pemodal atau modal ventura. Untuk merangsang pertumbuhan startup dari sisi modal pemerintah berencana untuk memberikan insentif pajak bagi dana modal ventura yang dapat mendanai perusahaan startup di Indonesia.

Pernyataan ini dikemukakan langsung oleh Menteri Keuangan Bambang PS Brodjonegoro. Ia berujar bahwa modal ventura yang diperuntukkan bagi startup tidak akan bergantung sepenuhnya pada APBN, untuk itulah insentif pajak diberikan. Insentif pajak ini diharapkan mampu untuk meningkatkan minta investor untuk menyuntikkan modalnya ke startup-startup yang ada di Indonesia.

“Kita mau kasih tax incentives untuk venture capital fund-nya itu sendiri. Bukan pakai persen, pakai skema. Pokoknya skema dia jadi murah, kalau sekarang itu kaya double taxation, gitu aja,” ujar Bambang.

Bambang seperti dikutip di Media Indonesia juga menjelaskan selama ini perusahaan modal ventura masih terkena pajak berganda ketika menginvestasikan asetnya ke startup. Hal ini yang coba diperbaiki melalui regulasi insentif pajak. Insentif diberikan agar menghidupkan perusahaan modal ventura terlebih dahulu.

Dengan begitu peluang startup yang mendapatkan pendanaan semakin banyak. Efek dominonya juga diharapkan mampu menghidupkan ekosistem startup secara keseluruhan. Termasuk perbaikan ekonomi dan menyediakan lapangan pekerjaan sebanyak mungkin.

Sebelumnya beberapa bulan lalu OJK juga dikabarkan tengah menyiapkan regulasi khusus di pasar modal guna memudahkan startup dan UKM mendapatkan modal. Bentuk dukungan seperti inilah yang dibutuhkan startup Indonesia untuk tumbuh dan berkembang.

Bekraf Usulkan Pemodal Ventura Bagi Startup Dapat Insentif Pajak

Perusahaan rintisan (startup) kini telah tumbuh subur di Indonesia, terutama yang bergerak di bidang teknologi. Pun masalah mendapatkan modal bagi startup sudah tak sesulit di masa awal, namun Bekraf menganggap pertumbuhan pihak pemberi modal usaha (venture capital dan angel investor) belum sesuai harapan. Maka dari itu, Bekraf mengusulkan agar pemerintah dapat turun tangan dengan memberikan insentif fiskal bagi pemodal ventura.

Dikutip CNN Indonesia, Deputi Akses Permodalan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Fadjar Hutomo mengatakan, “Semangat untuk mendanai usaha startup yang benar-benadar pada fase awal itu harus didorong. Barangkali dengan kebijakan fiskal, tax incentive, misalkan, untuk investor-investor yang mau investasi ke startup.”

Lebih jauh, Fadjar mengungkapkan bahwa sebelum hal tersebut diusulkan kepada Kementrian Keuangan, Bekraf akan menggandeng lembaga terkait seperti Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dalam menyusun kajian usulan pemberian insentif pajak bagi pemodal usaha startup. Diharapkan, kajian tersebut sudah selesai dalam satu atau dua bulan mendatang.

Seiring berjalannya waktu, pemodalan usaha di dunia startup yang bergerak di bidang teknologi sendiri kini sudah makin diminati di Indonesia. Hal ini bisa dilihat dari semakin banyaknya grup-grup perusahaan besar Indonesia yang sudah mulai masuk untuk membiayai startup. Beberapa di antaranya adalah Lippo, MNC, dan Sinarmas.

[Baca juga: Delapan Perusahaan Besar di Indonesia Mulai Rambah Industri E-Commerce]

“Hari ini sudah kelihatan grup-grup perusahaan besar dan konglomerat [yang] sudah mulai masuk untuk biayai startup. Didorong juga investor institusional, dana pensiun misalnya, atau perusahaan asuransi. Ini kan bisa dimanfaatkan untuk modal yang long term,” ujar Fadja dikutip dari Okezone.

Sebagai informasi, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Desember 2015 telah mengeluarkan kebijakan untuk mengatur usaha modal ventura melalui Peraturan OJK(POJK)  Nomor 35/POJK.05/ 2015 tentang Penyelenggaraan Usaha Modal Ventura. Beberapa hal yang diatur dalam kebijakan tersebut yakni  perizinan dan kelembagaan, menjalankan bisnis, tata kelola perusahan yang baik, dan pengawasan langsung.

Selain itu, OJK juga tengah menggodok POJK yang mengatur kegiatan investasi angel investor. Beberapa poin yang menjadi sorotan adalah modal minimal yang digelontorkan untuk startup yaitu sebesar satu miliar Rupiah dan jumlah startup yang boleh didanai oleh satu angel investor adalah empat perusahaan. Aturan ini ditargetkan untuk rampung pada Juni 2016.

Tahun Ini Golden Gate Ventures Siapkan $15 Juta untuk Startup Asia Tenggara, Hong Kong, dan Taiwan

Ditemui di sela-sela acara Mega Scale-up yang digelar Endeavor, pemodal ventura yang berbasis di Singapura Golden Gate Ventures (GGV) mengumumkan telah menyiapkan dana setidaknya $15 juta (200 miliar Rupiah) untuk diinvestasikan di Asia Tenggara, Hong Kong, dan Taiwan. Indonesia sendiri akan menjadi fokus utama dan diharapkan lebih dari setengah dana yang ada akan mengalir ke 6-8 startup Indonesia. Fokus putaran pendanaan investasi GGV sendiri akan berada di seed hingga seri A dengan rentang pendanaan $200 ribu hingga $3 juta.

Founding Partner GGV Vinnie Lauria ketika ditemui siang ini di sela-sela acara Mega Scale-up Endeavor mengatakan, “Untuk tahun 2016 ini saya harap, kami [GGV] bisa menginvestasikan setidaknya $15 juta untuk [startup] Asia Tenggara, Hong Kong, dan Taiwan. Lebih dari setengahnya [sekitar $8 juta] diharapkan dapat diinvestasikan ke Indonesia […] untuk 6-8 startup. […] Rentang investasi kami ada di $200 ribu- $3 juta.”

GGV adalah pemodal ventura yang berbasis di Singapura dengan fokus wilayah yang investasi sebagian besar berada di Asia Tenggara seperti Indonesia, Singapura, Thailand, dan Filipina. Tahun 2016 ini GGV berencana untuk memfokuskan investasi ke wilayah Hong Kong dan Taiwan juga.

GGV sendiri sejauh ini sudah membantu investasi lebih dari 25 perusahaan startup di Asia sejak tahun 2011. Beberapa di antaranya adalah startup asal Indonesia, seperti Bilna (sekarang Orami), Alodokter, Laku6, Indoproc, Indotrading, dan Ruma. Fokus investasi GGV sendiri adalah putaran pendanaan tahap awal dan seri A untuk startup di bidang e-commerce, payments, marketplaces, mobile applications, dan platform SaaS.

Sebelumnya, GGV sendiri telah mengumumkan ketersediaan dana hingga $ 50 juta untuk rangkaian pendanaan keduanya di Asia Tenggara. Visi yang ingin dicapai oleh Golden Gate Ventures ialah penguatan hubungan antara Silicon Valley dan Asia, dalam kaitannya dengan pengembangan startup.

GGV juga telah menerbitkan laporan keduanya yang berkaitan dengan pertumbuhan merger dan akuisisi (M&A) di Asia Tenggara. Dalam laporan tersebut, disimpulkan bahwa masa depan “exit startup” Asia Tenggara adalah M&A, bukan penawaran saham perdana (IPO) di bursa saham. Prediksi GGV, bakal ada pertumbuhan hingga 500 persen untuk M&A di kawasan Asia Tenggara dan sejak 2020 nanti diperkirakan akan terjadi 250 proses M&A setiap tahunnya.

Gobi Partner dan MAVCAP Hadirkan SuperSeed Fund, Usung $14,5 juta untuk Startup Asia Tenggara

Kemitraan antara Gobi Partner dengan Malaysia Venture Capital Management Berhard (MAVCAP) mengusung Gobi MAVCAP ASEAN SuperSeed Fund, yakni pendanaan senilai $14,5 juta (sekitar Rp 188,5 miliar) yang akan didedikasikan untuk seed-stage startup di Asia Tenggara. Ini merupakan kolaborasi kedua mereka setelah pada bulan September tahun lalu juga bersatu meluncurkan $50 juta untuk investasi seri A bagi startup di Asia Tenggara dan Tiongkok.

SuperSeed Fund akan fokus pada empat bidang, yakni e-commerce, financial technology (fintech), mobile dan produk startup yang menargetkan konsumen Muslim, untuk memperkuat basis pasar di Indonesia dan Malaysia, yang ditahui mayoritas masyarakat beragama Islam. Indonesia, Malaysia dan Singapura sekaligus akan menjadi salah satu target singgah utama SuperSeed Fund, dikarenakan memiliki populasi besar dan dukungan pemerintah.

Sebelumnya sebanyak lima startup telah mendapat kucuran pendanaan SuperSeed tersebut, di antaranya Nuren Group, Offpeak, RecomN, Triip.me dan YouthsToday. SuperSeed Fund ini dikelola langsung oleh Co-founder and Managing Partner Gobi Thomas G. Tsao, Partner Gobi di Singapura Kay-Mok Ku, dan CEO MAVCAP Jamaludin Bujang.

“Itu membuat kami tidak hanya menjadi pemain pemula di pasar, tetapi juga salah satu perusahaan modal ventura Tiongkok pertama yang memperluas ke pasar Asia Tenggara. Sejak saat itu, kami telah melihat pertumbuhan signifikan di wilayah ini (Asia Tenggara). Ketika kami pertama kali memasuki Asia Tenggara, para startup umumnya tidak bisa menerima institutional funding kecuali mereka sudah profit,” ujar Kay-Mok Ku kepada Techcrunch.

Khusus untuk pasar Indonesia, Kay-Mok Ku mencontohkan awalnya para startup sulit untuk mengamankan pendanaan, karena banyak investor yang masih terpaku di Tiongkok, India dan Singapura, saat ini keadaan telah berubah. Banyak venture capital yang mulai memperhitungkan pasar Indonesia, terutama untuk basis bisnis e-commerce, apalagi bakal ada potensi startup unicorn dari Indonesia lahir di segmen ini.