Sektor Digital yang Berpotensi Kian Perkasa Setelah Pandemi Berakhir

Hari-hari yang berat menggelayuti ekonomi dan bisnis selama masa pandemi. Situasi saat ini diperkirakan bakal memperburuk ekonomi dunia dan memperparah tingkat pengangguran. International Monetary Fund atau IMF memproyeksi dampak ekonomi dari wabah Covid-19 ini akan jauh lebih buruk dari resesi global 2008 silam.

Namun resesi tak melulu hanya diisi oleh kabar buruk. Sejarah mencatat selalu ada bisnis, yang tak hanya sekadar bertahan dari krisis, yang justru performanya meningkat drastis. Selain karena kebutuhan di sektor tertentu yang meningkat, keputusan dan strategi yang tepat menjadi alasan mereka dapat mencuat sebagai jawara di bidangnya.

Airbnb dan Uber bisa jadi contoh yang tepat. Keduanya berdiri ketika badai resesi global yang berpusat di Amerika Serikat sedang berembus kencang. Airbnb yang berdiri Agustus 2008 kini bernilai US$35 miliar. Uber berdiri pada Maret 2009 sejak IPO sekarang bernilai US$82,4 miliar. Sebagai tambahan, ada juga Pinterest yang muncul pada Desember 2009 telah mengantongi valuasi hingga US$10,6 miliar.

Pola tersebut sejatinya tak hanya terjadi pada startup saja. Korporasi besar yang kita kenal saat ini pun tak sedikit yang lahir dari periode paceklik. Amazon dan eBay adalah sedikit dari contoh yang ada. Berpegang pada pola tersebut pola tersebut, maka tak akan mengherankan setelah pandemi ini berakhir akan bermunculan beberapa jenis layanan dan penyedianya tampil sebagai pemenang.

Healthtech

Tak bisa dipungkiri situasi pandemi saat ini berhasil mengetuk kesadaran banyak orang untuk lebih peka terhadap kondisi kesehatannya. Harga jahe yang kini menembus harga Rp100.000, naik hingga lima kali lipat dari harga normal, adalah bukti paling dekat bagaimana masyarakat kian memperhatikan kesehatan mereka.

Begitu pula yang terjadi dengan healthtech. Layanan telemedicine misalnya kian diminati publik. Mereka yang khawatir akan kemungkinan tertular Covid-19 dan sungkan meninggalkan tempat tinggal bisa dengan mudah mengakses chatbot yang disediakan platform healthtech, seperti dari Alodokter, Halodoc, dan Prixa.

Dikutip dari Katadata, Halodoc dikabarkan transaksi untuk suplemen kesehatan dan produk seperti masker naik hingga dua kali lipat. Begitu pula Alodokter yang menyebut traffic platform mereka tembus dua juta kunjungan. Ini menandakan publik bakal terbiasa dengan produk-produk yang ditawarkan oleh platform ini.

Tanda-tanda melejitnya bisnis layanan kesehatan juga terbaca di lantai bursa. Zacks Equity Research di situs Nasdaq meyakini saham-saham layanan kesehatan di Amerika Serikat bakal melampaui perkiraan pendapatan kuartal pertama mereka.

Video conference

Jika harus menarik pelajaran terpenting dari masa isolasi seperti sekarang, jawaban yang paling relevan untuk para pekerja kerah putih adalah rapat virtual tidak sesulit itu. Platform video conference sudah ada sejak bertahun-tahun lalu, tapi baru kali ini rapat virtual diterima sebagai sesuatu yang lazim.

Skype mungkin aplikasi video conference yang paling awal diketahui publik. Tapi selama masa swakarantina tak akan ada yang bisa menyangkal Zoom menjadi pilihan utama banyak orang. Saking populernya, Zoom tak jarang digunakan sebagai sarana pergaulan.

Transparency Market Research menghitung pasar video conference akan tumbuh rata-rata 8,4% dari kurun 2020-2027. Nilai pasar ini secara global sudah mencapai US$6,1 miliar atau sekitar Rp94 triliun pada tahun lalu. Dengan perkiraan tingkat pertumbuhan di atas, maka pasar video conference berkisar US$11,56 miliar atau Rp178 triliun.

Zoom punya peluang besar mendominasi pasar itu. Namun pengamanan data pengguna yang buruk sangat mungkin menjegal Zoom sebagai pemain nomor satu di pasar. Ini artinya peta kompetisi masih terbuka lebar dan opsi lain di luar Google Meet, Microsoft Teams, hingga Cisco Webex, termasuk pemain lokal seperti Telkomsel CloudX.

Gaming

Kegiatan pengisi waktu luang favorit banyak orang. Seiring terbatasnya kegiatan yang bisa dilakukan selama swakarantina, game console dan esports adalah wahana pelarian yang sempurna.

Memang dalam beberapa aspek, ekosistem game tak sepenuhnya membawa kabar baik. Pembatalan dan penundaan turnamen esport adalah contohnya. Namun di luar itu, industri game tumbuh subur.

Kita bisa mulai dari jumlah pemain yang meningkat drastis. Counter Strike Global Offensive misalnya mencatat rekor jumlah pemain yang bermain dalam waktu bersamaan lebih dari 1 juta orang. Di platform yang lain, Animal Crossing jadi fenomena baru. Permainan buatan Nintendo ini menjelma sebagai game paling dibicarakan sejagat dengan rekor penjualan di berbagai negara.

Sementara itu streaming game tak kalah kencang melaju selama musim wabah ini. Twitch sebagai platform streaming game menjadi tolok ukurnya. Twitch berhasil membukukan lebih dari 3 miliar jam tayang selama kuartal pertama. Rekor demi rekor pun dicetak oleh platform streaming lain, seperti YouTube Gaming Live dan Facebook.

Agritech

Selain tenaga kesehatan, tidak ada pekerja yang lebih esensial selama pandemi dibanding mereka. Aktivitas boleh berkurang, tapi perut tak akan bisa kosong. Adu efisien dan kecepatan menjadi penting bagi para pemain agritech di situasi seperti sekarang.

Di Indonesia, pelaku agritech sedang subur-suburnya. Pembatasan aktivitas untuk mencegah penyebaran Covid-19 memperkuat posisi agritech di dalam mata rantai distribusi pangan. Pasalnya kegiatan belanja bahan pangan kini mau tak mau harus dilakukan dari rumah.

Ini pun memengaruhi distribusi akhir produk pertanian. Jika sebelumnya, konsumen harus datang ke pasar, pasar swalayan, atau ritel modern, maka sistem pesan dan antar jadi tren terbaru. Seperti diketahui bersama sistem ini sangat tak lazim sebelum wabah Covid-19 melanda karena selama ini kita hanya memesan makanan jadi. Namun periode musibah saat ini justru memperlihatkan bahwa distribusi akhir bahan pangan bisa dilakukan ke depan pintu rumah.

Hangouts Meet Ganti Nama Jadi Google Meet

Berbagai problem seputar privasi terus ditemukan pada Zoom seiring layanan tersebut bertambah populer di tengah pandemi. Kompetitor tentu memanfaatkan momen ini untuk mempromosikan layanan besutannya, tidak terkecuali Google, yang menjabarkan fitur-fitur privasi Hangouts Meet lewat sebuah blog post.

Namun ada yang janggal dari artikel tersebut. Dari awal sampai akhir, tidak ada satu pun nama “Hangouts” disebut. Yang ada malah “Google Meet”. Apakah Google sudah mengganti namanya? Berdasarkan laporan Android Police, rupanya benar demikian, dan Google juga sudah mengonfirmasi langsung ke mereka.

Ya, Hangouts Meet resmi berganti nama menjadi Google Meet. Apapun alasan Google terkait rebranding ini, yang pasti penamaannya kini jadi lebih konsisten dengan layanan-layanan Google yang lain (Google Search, Google Drive, Google Assistant, Google Maps, dan seterusnya).

Menurut saya pribadi, ini merupakan langkah yang tepat, apalagi mengingat saya pernah bertemu beberapa orang yang tidak tahu kalau Hangouts Meet itu merupakan produk Google. Hangouts sendiri pada mulanya merupakan fitur di Google+, tapi akhirnya diluluskan menjadi layanan terpisah, dan menjalani rebranding menjadi Hangouts Meet dan Hangouts Chat pada tahun 2017.

Timing dari pergantian nama ini juga cukup pas, terlebih karena Google melihat peningkatan jumlah pengguna yang cukup pesat. Selama bulan Maret kemarin, penggunaan harian Google Meet naik 25 kali lipat dibanding di bulan Januari. Google juga bilang bahwa setiap harinya ada lebih dari 2 juta pengguna baru.

Kendati demikian, Google tampaknya butuh waktu agar rebranding-nya bisa menyeluruh. Sejauh ini namanya masih Hangouts Meet di situs G Suite, demikian pula nama aplikasinya di Google Play Store maupun Apple App Store.

Sumber: Android Police.

Skype Luncurkan Fitur Meet Now, Video Call Tanpa Ribet

Popularitas Zoom di masa swakarantina ini mungkin membuat banyak orang lupa akan eksistensi Skype. Padahal, Skype pernah sangat populer sampai-sampai namanya resmi dijadikan kata kerja di kamus bahasa Inggris, sekaligus mencuri perhatian Microsoft – yang sudah resmi menjadi pemiliknya sejak Oktober 2011.

Namun popularitas Zoom bukanlah tanpa alasan. Terlepas dari problem seputar privasi yang dihadapinya, Zoom bisa setenar ini berkat kemudahan yang ditawarkannya. Seakan tidak mau kalah, Skype meluncurkan fitur baru bernama Meet Now dengan kemudahan yang tidak kalah menarik.

Meet Now pada dasarnya dirancang supaya panggilan video bisa dilaksanakan tanpa membuang banyak waktu untuk proses setup awalnya. Cukup buka situs Skype, lalu klik tombol “Create a free meeting“. Setelahnya, akan muncul tautan yang siap dibagikan ke orang-orang yang hendak diajak video call. Tautan ini dapat digunakan berkali-kali tanpa batas waktu.

Skype Meet Now

Istimewanya, Skype Meet Now tidak mengharuskan pengguna memiliki akun Skype. Kita bisa bergabung menggunakan akun Guest dengan nama masing-masing. Di laptop atau komputer, aplikasinya bahkan tidak perlu kita unduh; sesi video call dapat langsung dijalani via browser Google Chrome atau Microsoft Edge.

Fitur yang ditawarkan Meet Now juga tergolong cukup lengkap. Andai diperlukan, pengguna bisa merekam sesi panggilan videonya, dan rekamannya ini akan Microsoft simpan sampai 30 hari ke depan. Fitur untuk mengaburkan background juga tersedia, demikian pula fitur screen sharing untuk keperluan presentasi.

Dengan segala kemudahan yang ditawarkannya, Skype Meet Now jelas merupakan alternatif yang sangat menarik untuk mendampingi sesi bekerja/belajar dari rumah.

Sumber: Engadget.

Slack Luncurkan Integrasi Fitur Video Conference Milik Microsoft Teams

Tidak selamanya Slack dan Microsoft Teams harus bermusuhan. Terutama di masa-masa seperti sekarang, keduanya semestinya bisa saling mendukung dan memudahkan sebagian besar dari kita yang terpaksa harus bekerja dari rumah.

Well, itulah yang mereka lakukan. Usai merombak desain tampilannya agar jadi lebih mudah digunakan, Slack kini meluncurkan integrasi Microsoft Teams Calls pada platform-nya dengan tujuan untuk memudahkan para pengguna Slack yang perlu memakai fitur video conference milik Microsoft Teams.

Perlu dicatat bahwa sesi video conference-nya masih akan tetap berlangsung di Microsoft Teams sendiri, bukan di dalam Slack. Integrasi ini pada dasarnya cuma bertindak sebagai launcher. Jadi dengan mengklik tombol “Join”, pengguna Slack bakal langsung dibawa ke aplikasi Teams. Sebelum memulai, pengguna bisa melihat siapa saja yang telah tergabung melalui Slack.

Integrasi ini juga memungkinkan Microsoft Teams untuk dijadikan sebagai platform video call default pada Slack ketimbang menggunakan fitur bawaan Slack sendiri. Pengguna juga bisa bergabung ke sesi panggilan video di Microsoft Teams melalui reminder Google Calendar atau Outlook yang terintegrasi pada Slack.

Di samping Microsoft Teams, Slack juga menghadirkan integrasi fitur voice call milik Zoom, Cisco Jabber, Dialpad, dan RingCentral. Berkat integrasi tersebut, pengguna dapat menelepon seseorang menggunakan tiap-tiap platform langsung melalui interface Slack.

Sumber: VentureBeat dan The Verge.

Dampak Virus Corona, Google Gratiskan Fitur Berbayar Layanan Video Conference-nya, Hangouts Meet

Tanpa harus terkejut, Google baru-baru ini mengumumkan bahwa konferensi developer tahunan mereka, Google I/O, terpaksa dibatalkan tahun ini. Event tersebut seharusnya dijadwalkan berlangsung pada tanggal 12 – 14 Mei mendatang, tapi Google memutuskan untuk membatalkannya berdasarkan himbauan dari WHO dan sejumlah lembaga kesehatan lain terkait kekhawatiran terhadap penyebaran virus corona.

Google I/O 2020 adalah satu dari sekian banyak event teknologi tahunan yang dengan terpaksa harus dibatalkan tahun ini. Mulai dari MWC (Mobile World Congress), F8 (konferensi developer Facebook), sampai GDC (Game Developers Conference) dan Geneva Motor Show pun batal diadakan tahun ini. Di ranah esports, ‘korbannya’ pun juga tidak kalah banyak.

Ya, kasus ini memang cukup serius dan tidak bisa disepelekan, namun itu juga bukan berarti kita harus berhenti beraktivitas. Idealnya, kegiatan bertatap muka harus dibatasi, dan alternatifnya kita bisa memanfaatkan layanan video conference. Kabar baiknya, Google baru saja memberikan pengumuman yang menarik terkait layanan mereka, Hangouts Meet.

Disebutkan bahwa semua fitur berbayar Hangouts Meet dapat dinikmati secara cuma-cuma oleh semua pengguna tanpa terkecuali, mulai pekan ini sampai 1 Juli mendatang. Fitur-fitur berbayar yang dimaksud di antaranya adalah kapasitas yang lebih besar (hingga 250 partisipan dalam satu sesi video conference), live streaming ke hadapan 100 ribu penonton, dan kemampuan untuk merekam dan menyimpan sesi video conference di Google Drive.

Google bilang keputusan mereka ini didasari oleh meningkatnya jumlah penggunaan Hangouts Meet belakangan ini. Di Hong Kong dan Vietnam misalnya, Google menyebut kegiatan belajar-mengajar di sekolah telah digantikan oleh sesi video conference di Hangouts Meet, dan inilah yang mendorong Google untuk menggratiskan fitur-fitur unggulan layanannya.

Sumber: Google via Engadget.

Mondopad 2.0 Satukan Konsep Monitor dan Fungsi Presentasi

Walaupun banyak digunakan di perkantoran, proyektor konvensional memiliki sejumlah kelemahan. Salah satunya, ia harus tersambung ke device utama. Produsen berupaya mengatasi masalah ini dengan memperkecil ukuran, ataupun menggabungkan proyektor ke PC. InFocus punyai ide lain. Sejak tahun 2011, mereka telah mengenalkan alternatif bernama Mondopad. Continue reading Mondopad 2.0 Satukan Konsep Monitor dan Fungsi Presentasi

Telkom UmeetMe Siapkan Layanan Video Conference untuk Dukung Program “e-Blusukan” Pemerintah

Layanan video conference terpadu Telkom UmeetMe bertekad memperluas layanannya ke desa-desa dalam rangka mendukung program “e-Blusukan” yang direncanakan pemerintah. Pengelola UmeetMemenyatakan bahwa layanan ini bisa efektif untuk menjangkau pelosok desa karena bisa dijalankan melalui infrastruktur Internet berkoneksi rendah.

Telkom mengatakan bahwa layanan ini bisa menjangkau pelosok  dan menggunakan bandwith bersifat customizable atau adaptif. UmeetMe tetap dapat berjalan di koneksi data rendah (minimal 50 Kbps) dan akan menampilkan kinerja yang maksimal di bandwith tinggi. Sebagai catatan, video conference terpadu ini juga telah digunakan Presiden Indonesia Joko Widodo untuk berkomunikasi dengan masyarakat petani di Sabang sampai Merauke.

Implementasi layanan video conference seperti UmeetMe ini dinilai sangat cocok untuk menjembatani komunikasi antara pemerintah dengan masyarakat, karena sesuai dengan karakter Indonesia yang memiliki penduduk besar, kondisi geografis kepulauan, dan akses Internet tidak merata.

UmeetMe sendiri sesungguhnya bukan program baru. Sebelumnya UmeetMe sudah digunakan untuk berbagai keperluan video conference, misalnya untuk mendukung program pembelajaran jarak jauh, komunikasi perusahaan lintas negara, pemantauan arus mudik lebaran dan komunikasi TKI dengan keluarga. Layanan yang sama juga telah digunakan jajaran Polri, pemerintah daerah, dan kalangan perbankan.

Kini UmeetMe juga akan fokus untuk mendukung program pemerintah. Maklum, pada pemerintahan baru ini, yang dikomandani oleh Presiden Joko Widodo, pemerintah sudah berkomitmen untuk melaksanakan e-blusukan. Menggunakan sistem ini, Presiden atau pejabat negara lain bisa bertatap muka langsung dengan masyarakat hingga ke pelosok-pelosok tanpa perlu harus bepergian secara fisik.

”UmeetMe dapat menjangkau masyarakat hingga tingkat bawah,” ujar GM Smart Solution Ecosystem Divisi Solution Convergence Telkom Siswanto Dasijo, seperti dikutip dari Republika.

Selain tidak memerlukan koneksi Internet yang cepat, UmeetMe ini juga mudah dan praktis digunakan. Aplikasi ini bisa diakses dengan smartphone atau tabletbersistem operasi Android dan iOS, dan dapat langsung digunakan selama perangkat itu punya kamera atau webcam, microphone, dan tentu saja  koneksi Internet. Selain lewat smartphone, UmeetMe bisa diakses lewat komputer (laptop atau desktop), TV, atau bahkan dari telepon rumah.

Lewat komunikasi video conference, lanjut Siswanto, penduduk desa berpotensi untuk mengembangkan desanya menjadi mandiri. ”Misalnya dengan mengkomunikasikan produk UKM dan berbagai potensi desa lainnya kepada masyarakat luas,” katanya.

Di bidang kesehatan, konferensi video juga memungkinkan apa yang disebut pengobatan jarak jauh atau telediagnosis. “Faktanya, dokter spesialis hanya ada di kota-kota besar. Padahal layanan kesehatan seharusnya merata hingga pedesaan. Kementrian Kesehatan bisa mengelaborasi lagi layanan ini,” ungkap Siswanto.

[Ilustrasi Foto: Shutterstock]

Artikel sidikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Hesti Pratiwi.