Unreal Engine 5 Disingkap, Bukan Sebatas Menawarkan Grafik yang Lebih Realistis Begitu Saja

Luar biasa! Kesan itulah yang langsung saya dapatkan saat menonton video demonstrasi Unreal Engine 5. Kalau Anda sudah terpukau melihat kualitas grafik game yang dibuat menggunakan Unreal Engine 4, tunggu sampai Anda melihat demonstrasi Unreal Engine 5 yang dijalankan di PlayStation 5 berikut ini.

Dibanding sebelumnya, Unreal Engine 5 membawa dua komponen yang sangat esensial: Lumen dan Nanite. Sesuai namanya, Lumen didedikasikan untuk menghasilkan efek pencahayaan yang sangat dinamis. Sorotan cahaya matahari misalnya, bisa berubah sudutnya sesuai dengan perubahan waktu dalam game.

Selain lighting yang lebih realistis, Lumen diharapkan juga bisa memicu lahirnya ide-ide gameplay yang kreatif, yang mungkin selama ini tidak bisa terwujud karena terbentur masalah teknis seputar pencahayaan. Saya sudah bisa membayangkan bagaimana Unreal Engine 5 dapat dipakai untuk menciptakan game horor yang amat immersive.

Unreal Engine 5

Komponen yang kedua, Nanite, pada dasarnya dibuat untuk membantu meningkatkan efisiensi dalam proses pengembangan game. Ketimbang harus mengurangi tingkat detail suatu aset 3D agar performa game tetap optimal, developer bisa langsung menambatkan aset 3D berkualitas tinggi seperti yang terdapat pada Quixel Megascans, yang lebih umum dipakai untuk produksi film ketimbang game.

Unreal Engine 4 sendiri sebelumnya sudah beberapa kali dipakai dalam proses produksi film, dan saya tidak akan terkejut apabila ke depannya lebih banyak lagi sineas yang tertarik melibatkan Unreal Engine 5 pada karyanya.

Hasilnya tentu adalah tekstur yang sangat mendetail, dengan satu frame yang terbentuk dari miliaran poligon sekaligus. Andai game yang dikerjakan merupakan game multi-platform, Unreal Engine 5 juga bisa membuatkan secara otomatis beberapa aset 3D dengan tingkat detail yang berbeda-beda, yang disesuaikan dengan kapabilitas hardware tiap-tiap platform, console atau mobile misalnya.

Bicara soal hardware, GPU bukan satu-satunya komponen yang krusial buat Unreal Engine 5, melainkan juga SSD tipe NVMe berkecepatan tinggi. Seperti yang kita tahu, salah satu keunggulan PS5 dan Xbox Series X adalah storage yang sangat ngebut yang dapat meminimalkan atau bahkan mengeliminasi waktu loading, dan ini rupanya juga berperan besar dalam kemampuan perangkat me-render grafik.

Unreal Engine 5

Kalau boleh saya simpulkan, Unreal Engine 5 bukan sekadar menawarkan kualitas grafik yang lebih realistis ketimbang versi sebelumnya begitu saja. Epic Games pada dasarnya ingin memudahkan beberapa aspek game development dengan tujuan supaya developer bisa lebih berfokus pada aspek kreatif ketimbang teknis.

Kalau sebelumnya developer enggan menciptakan suatu level yang mendetail karena takut prosesnya sulit dan memakan waktu, kendala semacam itu tak perlu terjadi lagi nanti saat Unreal Engine 5 sudah tersedia, yang kabarnya baru akan dirilis di tahun 2021. Cukup buat aset level-nya sedetail mungkin, lalu sematkan langsung ke Unreal Engine 5 tanpa perlu menguliknya lebih lanjut supaya optimal.

“Kami mencoba membantu developer untuk menciptakan pengalaman next-gen yang luar biasa realistis, tapi juga ekonomis dan praktis untuk dikerjakan tanpa melibatkan tim beranggotakan 1.000 orang,” demikian penjelasan CEO Epic Games, Tim Sweeney, di wawancara Summer Game Fest, mengenai visinya terhadap Unreal Engine 5.

Mereka tampaknya tidak main-main soal visi ini, sebab mereka juga baru mengubah sistem royalti Unreal Engine. Berkat sistem barunya, developer baru akan dikenakan biaya royalti apabila game-nya telah menghasilkan pemasukan sebesar $1 juta. Semoga saja perubahan kebijakan ini bisa berujung pada lebih banyak developer indie yang mengerjakan game menggunakan Unreal Engine 5.

Sumber: Epic Games dan Ars Technica.

Activision Umumkan Versi Remaster dari Tony Hawk’s Pro Skater 1 dan 2

Remaster dan remake sering kali dipandang sebagai ‘metode malas’ yang diterapkan developer game untuk meraup untung tanpa harus menciptakan konten yang benar-benar baru. Namun kalau dilihat dari perspektif lain, remaster dan remake juga bisa dianggap sebagai upaya untuk menghidupkan kembali mahakarya klasik, mengadaptasikannya dengan inovasi teknologi yang paling mutakhir.

Pada kenyataannya, sejumlah game mungkin lebih pantas dibuatkan versi remaster-nya ketimbang sekuel. Salah satu contohnya adalah Tony Hawk’s Pro Skater 5, yang dilanda begitu banyak kendala teknis karena dibuat dan dirilis secara tergesa-gesa mendekati berakhirnya lisensi publikasi yang dipegang Activision di tahun 2015.

Tony Hawk's Pro Skater 1 and 2

Penggemar sejati seri Tony Hawk’s Pro Skater (THPS) pasti bakal lebih memilih memainkan versi remaster dari seri terbaiknya ketimbang berkutat dengan sekuel yang gagal seperti itu. Dan permintaan mereka rupanya bakal segera terkabulkan. Activision baru saja mengumumkan Tony Hawk’s Pro Skater 1 and 2, remaster dari seri pertama dan kedua franchise THPS yang dirilis di tahun 1999 dan 2000.

Apa saja yang berubah dan apa yang dipertahankan? Yang berubah sudah pasti grafik, dan bisa kita lihat dari sejumlah screenshot-nya bahwa game ini sesuai dengan ekspektasi kita di tahun 2020 – 4K 60 fps kalau hardware Anda mampu. Activision memercayakan pengembangannya kepada Vicarious Visions, developer di balik remaster trilogi Crash Bandicoot, sekaligus yang dulunya pernah beberapa kali menggarap THPS versi Game Boy.

Tony Hawk's Pro Skater 1 and 2

Soal konten, semua map dan karakter dari kedua game aslinya bakal kembali hadir di sini. Skaterskater kawak seperti Steve Caballero, Geoff Rowley, Bucky Lasek, Bob Burnquist, Chad Muska, dan masih banyak lagi, serta tentu saja Tony Hawk sendiri, bisa kembali dimainkan, lengkap bersama trik spesialnya masing-masing – “The 900”-nya Tony Hawk misalnya.

Deretan soundtrack THPS pertama dan kedua juga bakal kembali meramaikan versi remaster-nya, tapi sayang tidak semua karena terbentur perkara lisensi. Fitur Create-A-Skater maupun Create-A-Park tentu saja tersedia, kali ini dengan tingkat kustomisasi yang lebih mendetail, dan yang bisa dibagikan secara online dengan pemain lain.

Activision berencana merilis Tony Hawk’s Pro Skater 1 and 2 pada tanggal 4 September 2020. Selain di PS4 dan Xbox One, game ini juga akan tersedia untuk PC via Epic Games Store. Selagi menunggu, tonton trailer memukaunya di bawah, yang juga menunjukkan komparasi langsung antara kedua game aslinya dengan versi remaster-nya ini.

Sumber: Video Games Chronicle dan Activision.

Sony Umumkan PlayStation Studios, Branding Baru untuk Semua Game Bikinannya

Microsoft punya Xbox Game Studios. Sony punya Sony Interactive Entertainment Worldwide Studios. Panjang sekali namanya? Entahlah, yang pasti nama ini sudah mereka pakai selama hampir 14 tahun, namun ke depannya, kita bakal dihadapkan dengan branding baru, yakni PlayStation Studios.

Nama yang jauh lebih catchy dan mudah diingat, PlayStation Studios akan dipakai untuk menandai semua game PS4 dan PS5 yang dikembangkan oleh seluruh developer di bawah naungan Sony; baik yang memang sejak awal didirikan di bawah Sony seperti Polyphony Digital (pengembang seri Gran Turismo) atau Santa Monica Studio (God of War), maupun yang merupakan hasil akuisisi seperti Naughty Dog (Crash Bandicoot, Uncharted, The Last of Us).

Keseriusan Sony dalam memperlakukan branding PlayStation Studios bisa kita lihat dari video di bawah ini, yang disebut bakal menjadi salah satu animasi pembuka pada seluruh game bikinan mereka ke depannya. Sayangnya ini tidak mencakup judul-judul yang sudah terlanjur digarap dan mendekati jadwal perilisan macam The Last of Us Part II dan Ghost of Tsushima.

Cukup disayangkan pula kita tak akan melihat branding PlayStation Studios pada Horizon Zero Dawn versi PC. Padahal ini bisa dibilang merupakan salah satu kesempatan besar bagi Sony untuk memamerkan kekuatan brand PlayStation di luar platform-nya – ibarat mengingatkan bahwa ke depannya gamegame berkualitas macam Horizon Zero Dawn akan hadir secara eksklusif (atau setidaknya lebih dulu) di PlayStation.

Brand recognition memang adalah salah satu alasan terkuat di balik lahirnya PlayStation Studios. Seperti yang saya bilang tadi, PlayStation Studios jauh lebih mudah diingat dan dikenali ketimbang Sony Interactive Entertainment Worldwide Studios yang kerap disingkat menjadi SIE Worldwide Studios.

Selain game bikinan keluarga Sony sendiri, PlayStation Studios juga akan digunakan pada game yang digarap oleh developer luar yang dikontrak oleh Sony. Di sini bisa kita lihat bagaimana PlayStation Studios bakal bertindak sebagai publisher layaknya Xbox Game Studios dari kubu Microsoft.

Sumber: GamesIndustry.biz.

Inilah 13 Game Xbox Series X Beserta Trailer-nya

Tahun ini memang tidak ada E3, namun itu bukan berarti industri gaming jadi kurang menarik. Pandemi boleh melanda, tapi 2020 tetap diprediksi bakal mengawali era baru pertempuran console next-gen.

Di antara PlayStation 5 dan Xbox Series X, kubu Microsoft terkesan jauh lebih siap. Mereka tak segan menyingkap detail mengenai console baru mereka jauh sebelum peluncuran resminya, dan itu pada akhirnya memaksa Sony untuk mengambil langkah yang serupa.

Info mengenai hardware-nya sudah, kini giliran info terkait konten Xbox Series X yang Microsoft beberkan. Tidak tanggung-tanggung, mereka memamerkan trailer dari 13 judul game yang akan hadir di Xbox Series X, yang semuanya dioptimalkan untuk berjalan di resolusi maksimum 4K 120 fps.

9 di antaranya juga telah menerapkan fitur Smart Delivery seperti Cyberpunk 2077, yang berarti konsumen hanya perlu membayar satu kali untuk memainkannya di Xbox One terlebih dulu, sebelum lanjut memainkannya di Xbox Series X saat perangkatnya sudah bisa dibeli.

Assassin’s Creed Valhalla

Hanya selang beberapa hari setelah Ubisoft mengungkap trailer sinematiknya, Microsoft langsung menyusul dengan trailer gameplay-nya. Ada banyak yang bisa kita pelajari dari video singkat di atas, terutama terkait kemampuan-kemampuan yang dimiliki sang lakon, Eivor.

Yang paling menarik menurut saya adalah bagaimana ia mampu melemparkan kapaknya ke musuh, dan ini merupakan aspek baru dalam sistem combat seri Assassin’s Creed. Valhalla juga masih akan mengandalkan navigasi berbasis seekor burung; kali ini seekor gagak yang terinspirasi oleh Huginn dan Muninn, sepasang gagak peliharaan dewa Odin dari mitologi Norse.

Bright Memory: Infinite

Impresif dan penuh adrenalin, trailer game berjudul Bright Memory: Infinite ini menunjukkan permainan first-person shooter (FPS) dengan penyajian yang kreatif. Tidak cuma mengandalkan senjata api saja, lakonnya juga jago soal pertarungan jarak dekat, dan ia turut dibekali semacam grapple hook yang langsung mengingatkan saya pada seri Just Cause.

Bright Memory: Infinite terdengar semakin mengesankan setelah mengetahui bahwa developer-nya, FYQD-Studio, sebenarnya cuma beranggotakan satu orang. Demo game ini sempat muncul di Steam tahun lalu, dan siapa yang menyangka versi penuhnya bakal menjadi salah satu game unggulan Xbox Series X?

Call of the Sea

Firewatch merupakan salah satu game favorit saya, dan karakter kesukaan saya dalam game petulangan tersebut adalah Delilah. Lucunya, Delilah sama sekali tidak muncul dari awal sampai akhir permainan. Ia cuma menyumbangkan suaranya dengan berperan sebagai pemandu karakter utamanya via walkie-talkie.

Voice actress-nya, Cissy Jones, telah dipilih memerankan karakter utama dalam game berjudul Call of the Sea ini. Game ini juga banyak mengingatkan saya pada Firewatch berkat elemen petualangan dan puzzle yang disajikan melalui sudut pandang orang pertama, dan setting lokasinya juga kelihatan luar biasa indah.

Chorus

Tidak selamanya pertempuran pesawat luar angkasa harus berasal dari franchise Star Wars atau Star Trek. Dalam Chorus, pesawat tempur yang ditunggangi juga unik karena ia sebenarnya merupakan makhluk sentient dengan berbagai macam manuver akrobatiknya.

Di samping aksi tembak-menembak pesawat yang menegangkan, Chorus juga menjanjikan eksplorasi antariksa berskala besar. Lokasi-lokasi yang bakal ditemui amat beragam, mulai dari planet yang sudah mati, sabuk asteroid, sampai sisa ledakan sebuah bintang. Saya yakin grafiknya bakal sangat memukau berkat ray tracing.

Dirt 5

Reputasi game balapan ini sebenarnya sudah tidak perlu dijelaskan lagi. Setiap serinya selalu membawa pemain ke sirkuit off-road yang amat memacu adrenalin, dan Dirt 5 bermaksud membawanya ke level yang lebih tinggi lagi, salah satunya lewat Career Mode dengan aspek narasi yang berbobot dan banyak bergantung pada keputusan-keputusan pemain.

Grafiknya tidak perlu ditanya, trailer-nya menunjukkan grafik yang sangat realistis. Spesifikasi gahar Xbox Series X sejatinya memungkinkan developer untuk meningkatkan kualitas grafiknya jauh di atas versi sebelumnya.

Madden NFL 21

Tidak banyak yang bisa dipelajari dari trailer super-singkat di atas, namun yang pasti inkarnasi terbaru Madden NFL ini bakal jadi simulasi permainan football profesional yang paling realistis, apalagi didukung oleh kapabilitas grafik Xbox Series X. Seperti memainkan cutscene demi cutscene, kira-kira seperti itu kesan yang saya dapatkan.

Scarlet Nexus

RPG baru dari tim pengembang seri Tales? Penggemar berat JRPG pastinya tidak sabar menanti karya terbaru Bandai Namco ini, terutama mereka yang juga menyukai tema sci-fi yang futuristis. Setting yang diangkat Scarlet Nexus cukup unik: di masa depan, manusia berhasil menemukan hormon psionic di dalam otak yang memungkinkan manusia untuk memiliki kekuatan psycho-kinesis.

Sayangnya penemuan itu juga mengundang berbagai makhluk asing untuk berburu otak manusia. Makhluk-makhluk ini juga tak bisa dibasmi menggunakan senjata konvensional, hingga pada akhirnya Bumi membentuk pasukan Other Suppresion Force yang berisikan para psychic itu tadi, salah satunya Yuito Sumeragi yang akan dijalankan oleh pemain.

Scorn

Horor dan penuh intrik, itulah kesan yang didapat setelah menonton trailer di atas. Scorn mungkin tidak cocok buat semua orang, dan saya yakin sebagian akan langsung merasa jijik meski trailer-nya belum habis. Namun buat para penggemar genre horor, Scorn adalah game FPS yang layak ditunggu.

Developer menjanjikan penyajian cerita yang non-linear, dengan cerita dan puzzle yang harus dipecahkan di setiap lokasi. Gaya visual biomekanik di Scorn terinspirasi langsung oleh karya-karya pelukis H.R. Giger, dan buat saya ini memberikan atmosfer yang misterius sekaligus mencekam.

Second Extinction

Co-op shooter dengan misi membasmi ratusan zombie sudah terkesan biasa. Bagaimana jadinya kalau zombie itu kita ganti dengan dinosaurus mutan? Itulah tema yang bakal kita jumpai di game ini, di mana Bumi telah dikuasai oleh koloni dinosaurus dengan tingkat kecerdasan di atas normal, dan pemain ditugaskan untuk merebutnya kembali selagi menguak misteri yang terkait.

Second Extinction digarap oleh Systemic Reaction, tim developer kecil di bawah naungan Avalanche Studios. Avalanche sendiri merupakan pengembang Rage 2, dan saya tidak akan terkejut apabila Second Extinction menawarkan feel menembak yang sama memuaskannya seperti di Rage 2.

The Ascent

Apa jadinya kalau developer memadukan formula action RPG ala Diablo dengan setting cyberpunk yang futuristis? The Ascent ini jawabannya. The Ascent sendiri merupakan nama dari korporasi yang memegang kontrol penuh atas kota metropolitan yang menjadi lokasi permainan. Sayangnya kontrol tersebut sirna saat The Ascent kolaps secara misterius, dan kekacauan pun langsung terjadi di mana-mana.

Satu elemen visual yang sangat menarik dari The Ascent adalah lingkungan yang destruktif, yang berarti setiap pertempuran akan meninggalkan bekas di medannya. Game ini dikerjakan oleh developer indie bernama Neon Giant, yang portofolio sejumlah anggotanya mencakup judul-judul AAA macam Wolfenstein maupun Gears of War.

The Medium

Sulit mengabaikan popularitas seri Silent Hill dari genre horor, dan nuansa mencekam yang selalu kita dapatkan dari game itu akan kembali kita jumpai di The Medium. Karakter utamanya, Marianne, harus menjalani kisahnya dari dua perspektif secara konstan; satu dari perspektif dunia nyata, dan satu lagi dari perspektif supranatural.

Duality, demikian tema yang hendak diangkat developer-nya, Bloober Team. Guna semakin mematangkan tema tersebut, Bloober Team menandemkan komposer musiknya dengan Akira Yamaoka, sang jenius di balik musik mencekam seri Silent Hill, dengan tujuan menyuguhkan atmosfer yang berbeda setiap kali Marianne mengunjungi masing-masing dunia.

Vampire: The Masquerade – Bloodlines 2

Penantian panjang fans salah satu RPG terbaik ciptaan Troika Games akhirnya terbayarkan, dan di sekuelnya ini, pemain akan berhadapan dengan tema yang lebih kelam dari game sebelumnya. Sekuelnya ini juga akan kembali mengangkat konflik antar beberapa clan vampir yang ada, dan lagi-lagi keputusan pemain memegang peran yang sangat penting terhadap jalan cerita permainan.

Vampire: The Masquerade – Bloodlines dipuji karena begitu bervariasinya pilihan yang diberikan kepada pemain, dan hal itu semestinya juga akan kembali tersaji di sekuelnya ini meski developer yang mengerjakannya berbeda.

Yakuza: Like a Dragon

Dikenal juga sebagai Yakuza 7, game ini adalah yang paling berbeda dari franchise Yakuza secara keseluruhan. Bukan cuma karena karakter yang menjadi tokoh utamanya berbeda, tapi juga karena mekanisme gameplay-nya yang berubah drastis menjadi turn-based.

Juga unik adalah bagaimana elemen class diperlakukan di Yakuza. Total ada 19 class yang dapat dipilih, dan pilihannya jauh berbeda dari RPG tradisional. Bukan Warrior atau Mage, melainkan Bodyguard, Musician, atau bahkan Chef, masing-masing dengan kelebihan dan skill uniknya tersendiri.

Sumber: Xbox.

Versi Demo Resident Evil 3 Remake Bisa Dimainkan pada 19 Maret

Setelah sukses menghidangkan remake Resident Evil 2 yang menuai banyak pujian tahun lalu, Capcom kini sedang bersiap untuk merilis remake Resident Evil 3. Berdasarkan pengumumannya, RE3 dijadwalkan hadir pada tanggal 3 April 2020, namun sebelumnya, Capcom bermurah hati merilis versi demo-nya terlebih dulu.

Versi demo-nya ini siap dimainkan pada tanggal 19 Maret melalui PlayStation 4, Xbox One, maupun PC (Steam). Mengapa harus ada versi demo-nya? Sepertinya Capcom ingin menekankan sekali lagi bahwa RE3 bukanlah game shooter tradisional yang bertemakan zombie, melainkan game horor dengan elemen survival yang amat kental.

Resident Evil 3 Remake

Capcom sendiri bilang bahwa RE3 bakal menyajikan lebih banyak elemen action ketimbang RE2, tapi itu bukan berarti kita bisa asal memberondong begitu saja. Sama seperti di RE2, pemain harus memanfaatkan amunisi seefisien mungkin, dan itu sudah bisa kita rasakan lewat versi demo-nya ini.

Sekadar mengingatkan, game ini merupakan remake dari Resident Evil 3: Nemesis yang dirilis di tahun 1999. Narasi yang diangkat kurang lebih sama, dan masih mengisahkan perjuangan salah satu tokoh lama franchise Resident Evil, Jill Valentine, di Raccoon City.

Resident Evil 3 Remake

Kabar baiknya, versi demo RE3 dapat kita mainkan tanpa batas waktu. Kalau mau, kita bebas memainkan versi demo-nya sampai berkali-kali sebelum versi penuhnya dirilis tidak lama kemudian.

Dalam kesempatan yang sama, Capcom juga mengumumkan bahwa Resident Evil Resistance akan memasuki fase open beta pada 27 Maret. RE Resistance merupakan game co-op multiplayer yang akan dibundel bersama remake RE3.

Sumber: Eurogamer.

Gamer Tak Perlu Membayar Dua Kali untuk Memainkan Cyberpunk 2077 di Xbox One dan Xbox Series X

Tidak bisa dipungkiri, highlight utama dari spesifikasi Xbox Series X adalah GPU bertenaga 12 teraflop. Di atas kertas, ini berarti kinerja GPU-nya bahkan lebih cepat ketimbang GeForce RTX 2080 Super, salah satu GPU high-end besutan Nvidia.

Namun yang tidak kalah menarik sebenarnya adalah fitur Smart Delivery. Fitur ini pada dasarnya memungkinkan konsumen untuk menghemat pengeluaran; seandainya suatu game yang sudah mereka beli nantinya juga akan dirilis untuk Xbox Series X, mereka tidak perlu membelinya lagi di platform next-gen tersebut.

Mengapa Smart Delivery ini penting? Merujuk kembali ke kinerja GPU Xbox Series X tadi, kualitas grafis yang ditawarkannya sudah pasti jauh lebih memukau ketimbang Xbox One, dan itu berarti mayoritas game yang sudah dirilis atau bakal hadir dalam waktu dekat ini harus dibuatkan dua versi; versi Xbox One dan versi Series X.

Publisher bisa saja menjual dua versi tersebut secara terpisah jika mereka ingin meraup untung lebih banyak. Opsi lainnya adalah memanfaatkan fitur Smart Delivery ini, yang pastinya bakal jauh lebih dihargai oleh konsumen, sebab mereka tidak perlu menunda membeli game Xbox Series X yang sudah lebih dulu tersedia di Xbox One.

Cyberpunk 2077

Dari pihak Microsoft sendiri, Smart Delivery akan diterapkan pada semua judul yang digarap atau dipublikasikan oleh Xbox Game Studios. Di luar lingkup Microsoft, ada CD Projekt Red yang mengumumkan bahwa mereka juga akan mengadopsi teknologi Smart Delivery untuk game terbarunya nanti, Cyberpunk 2077.

Gamer tidak seharusnya dipaksa membeli game yang sama sebanyak dua kali atau membayar untuk sejumlah pembaruan. Pemilik Cyberpunk 2077 versi Xbox One bakal menerima versi Xbox Series X-nya secara cuma-cuma ketika tersedia.” Demikian pengumuman menohok yang disampaikan CD Projekt Red melalui akun Twitter Cyberpunk 2077.

Jadi seandainya Anda langsung membeli Cyberpunk 2077 pada tanggal 17 September mendatang dan langsung memainkannya di Xbox One, ke depannya Anda tidak perlu keluar uang lagi jika hendak memainkannya di Xbox Series X. Smart Delivery bakal memastikan Anda memainkan versi yang tepat untuk tiap hardware.

Semoga saja ada banyak developer dan publisher yang mengikuti jejak CD Projekt Red, memanfaatkan fitur Smart Delivery demi meningkatkan kepuasan konsumen ketimbang memprioritaskan laba di atas segalanya. Developer asal Polandia itu belum lama ini juga membuktikan bahwa game yang digarap dengan sungguh-sungguh pada akhirnya bisa berbuah pada kesuksesan finansial tanpa harus mengandalkan DRM untuk mencegah pembajakan, dan tanpa mencari untung ekstra lewat konten DLC.

Sumber: Polygon.

Microsoft Flight Simulator Bakal Sajikan Semua Bandara yang Ada di Bumi

Simulasi merupakan salah satu genre video game yang paling gampang dinilai. Pasalnya, faktor yang selalu akan dijadikan tolok ukur utama adalah realisme. Semakin mendekati kenyataan suatu game simulasi, semakin bagus dan menarik ia untuk dimainkan. Sederhananya demikian.

Tentu saja masih ada faktor lainnya, semisal faktor narasi sebagai bumbu penyedap, tapi kalau dihadapkan dengan game yang membawa nama “Simulator” di judulnya, sudah pasti saya akan menilai seberapa akurat game tersebut dalam menggambarkan keadaan yang sesungguhnya. Realisme sangat penting dalam game simulasi, dan Microsoft Flight Simulator tampaknya tidak mau main-main soal ini.

Diumumkan di event E3 tahun lalu, Microsoft Flight Simulator pada dasarnya merupakan reboot total dari franchise yang terlahir 37 tahun silam tersebut. Trailer-nya sudah menunjukkan grafis yang memukau, tapi ternyata developer Asobo Studio yang mengerjakannya juga ingin memamerkan betapa mendetailnya game ini, relevan dengan kondisi yang sebenarnya.

Lewat sebuah video, Sven Mestas selaku lead game designer Asobo memaparkan bahwa Microsoft Flight Simulator bakal menyajikan semua bandara yang ada di Bumi. Ya, semua, atau spesifiknya 37.000 airport yang mereka buat berdasarkan data satelit beserta data asli lainnya.

Sebagai pembanding, Microsoft Flight Simulator X yang dirilis di tahun 2006 ‘hanya’ dibekali dengan 24.000 airport. Mulai dari airport kecil di kawasan pegunungan dengan landasan terbang yang pendek, sampai tentu saja airport megah di kota-kota besar, semuanya bakal bisa disinggahi pada Microsoft Flight Simulator terbaru, yang dijadwalkan dirilis tahun ini juga.

Microsoft Flight Simulator

Kembali ke topik realisme, Asobo memastikan semua bandaranya mereka kerjakan seakurat dan seteliti mungkin, mulai dari bentuk landasan terbangnya, sampai simbol dan indikator yang memenuhinya. Asobo bahkan juga memerhatikan titik-titik parkir pesawat di tiap-tiap bandara, lagi-lagi dengan memadukan data satelit dari Bing Maps sekaligus data asli.

Khusus untuk 80 bandara terpopuler, Asobo bilang detailnya bahkan bakal lebih lengkap lagi. Selain desain airport yang menyerupai aslinya, Microsoft Flight Simulator juga akan menyimulasikan ‘kehidupan’ di bandara sehingga pemain juga bisa merasakan kesibukan di bandara sehari-harinya.

Jujur saya bukanlah penggemar berat genre simulasi – terkecuali Cities: Skylines – akan tetapi saya mungkin bakal memainkan game ini hanya demi merasakan realisme luar biasa yang ditawarkannya.

Sumber: Eurogamer.

THQ Nordic Garap Remake Gothic, RPG Legendaris yang Menginspirasi Seri The Witcher

Jauh sebelum The Witcher 3 mencuri hati para penggemar RPG, manusia lebih dulu mengenal game berjudul Gothic. Sama seperti seri The Witcher, Gothic merupakan action RPG dengan konsep open-world dan tampilan third-person. Pada kenyataannya, Gothic adalah salah satu inspirasi terbesar tim CD Projekt Red selama mengerjakan seri The Witcher.

Gothic dibuat oleh developer asal Jerman, Piranha Bytes. Dirilis pada tahun 2001, Gothic pada akhirnya melahirkan dua sekuel dan sejumlah spin-off. Piranha Bytes sendiri sekarang sudah menjadi bagian dari THQ Nordic, dan mereka juga sibuk mengembangkan franchise RPG lain, yakni ELEX.

Namun THQ Nordic rupanya menilai franchise Gothic terlalu ikonik untuk dilepas begitu saja. Mereka memutuskan untuk menggarap remake-nya, dan pada bulan Desember lalu, merilis versi demo-nya ke publik. Lewat demo tersebut, THQ berharap ada respon positif yang cukup sehingga mereka bisa lanjut mengerjakan Gothic Remake sepenuhnya.

Dan harapan mereka pun terkabul. Lebih dari 180.000 orang memainkan versi demo-nya, dan berdasarkan hasil survei mereka, 94,8 persen setuju THQ lanjut mengerjakan Gothic Remake hingga rampung. Seperti yang bisa kita lihat pada trailer versi demo-nya di atas, Gothic Remake digarap menggunakan engine baru yang sesuai dengan standar gaming terkini.

Meski tampak mengesankan, sebagian besar pemain yang menjajal versi demo-nya menuntut setting yang lebih kelam (lebih gothic) pada remake-nya. Kalau melihat video komparasi Gothic dan Gothic Remake di bawah ini, perbedaan atmosfer game-nya memang kelihatan cukup drastis.

Kabar baiknya, THQ berkomitmen untuk mempertimbangkan masukan dari mereka yang sempat menguji versi demo-nya. Gothic Remake masih jauh dari perilisan; THQ belum menentukan jadwal tetap, tapi yang pasti tidak di tahun 2020 ini. THQ juga bilang bahwa Gothic Remake bakal dikembangkan untuk platform PC dan console next-gen (PS5 dan Xbox).

Gothic memang menginspirasi seri The Witcher, namun tidak bisa dipungkiri bahwa versi remake-nya ini punya banyak kemiripan dengan The Witcher 3. Lokasi-lokasinya langsung mengingatkan saya pada kawasan Skellige di The Witcher 3, yang sendirinya banyak mengadopsi budaya Viking. Viking sendiri umumnya dianggap sebagai sepupu kaum Goth, meski keduanya berasal dari negara yang berbeda.

Sumber: Eurogamer dan THQ Nordic.

Epic Games Store Tawarkan Assassin’s Creed Syndicate Secara Cuma-Cuma Selama Seminggu

Menyediakan game gratisan yang berbeda setiap minggunya merupakan cara jitu yang diterapkan Epic Games Store guna menarik minat konsumen. Seperti yang kita tahu, usia EGS masih sangat muda, dan taktik-taktik semacam ini tergolong esensial dalam meruntuhkan loyalitas konsumen Steam.

Tren game gratisan setiap minggu ini sudah EGS jalankan sejak mereka resmi beroperasi di akhir 2018, dan masih terus berlanjut sampai sekarang. Minggu depan, game yang digratiskan malah cukup istimewa, yakni Assassin’s Creed Syndicate, plus sebuah card game ala Hearthstone berjudul Faeria.

Syndicate memang bukan yang terbaik di sepanjang seri Assassin’s Creed, namun tetap saja ia merupakan salah satu judul blockbuster yang dirilis di tahun 2015. Bagi yang belum pernah memainkannya, Syndicate mengisahkan seorang assassin muda bernama Jacob Frye, dengan setting kota London di era Revolusi Industri.

Assassin's Creed Syndicate

Syndicate juga merupakan game Assassin’s Creed terakhir yang masih menerapkan ‘formula lama’. Setelah Syndicate, Ubisoft merilis Assassin’s Creed Origins dengan gameplay yang berubah cukup drastis dan elemen RPG yang lebih kental. Formula baru ini pada akhirnya terus disempurnakan sampai game yang terbaru, Assassin’s Creed Odyssey.

Assassin’s Creed Syndicate dan Faeria bisa kita dapatkan secara cuma-cuma di EGS pada tanggal 21 – 28 Februari 2020. Tidak ada syarat tertentu yang harus dipenuhi. Cukup buka situs EGS, login atau daftarkan akun, lalu klik “Get” pada laman masing-masing game. Setelahnya, game-nya bisa kita unduh dan mainkan kapan saja kita mau.

Sumber: PC Gamer.

Google Stadia Umumkan Lima Game Baru, Tiga di Antaranya Judul Eksklusif

Debut Google Stadia jauh dari kata mulus. Para pelanggan layanan cloud gaming ini mengeluhkan banyak hal, mulai dari masih absennya fitur-fitur penting yang dijanjikan beserta sejumlah kendala teknis lain, sampai katalog game yang tergolong minim.

Perkara terakhir ini semakin diperparah oleh janji Google sebelumnya terkait 120 game yang bakal Stadia hadirkan di tahun 2020. Singkat cerita, Google tidak boleh terus tinggal diam, apalagi mengingat layanan pesaing – Nvidia GeForce Now dan Microsoft xCloud – sudah mulai beroperasi.

Beruntung Google sadar, dan mereka merespon dengan mengumumkan lima game baru yang akan segera hadir di Stadia. Dari lima game itu, tiga di antaranya mengusung label “First on Stadia”, alias merupakan judul eksklusif sementara (cuma bisa dimainkan lewat Stadia selama beberapa waktu sebelum akhirnya dirilis di platform gaming tradisional).

Judul eksklusif yang pertama adalah Lost Words: Beyond the Page karya Sketchbook Games, game puzzle adventure dengan fokus pada narasi. Seperti yang bisa kita tonton dari trailer-nya di atas, art style-nya kelihatan begitu menarik, dan setting lokasi-lokasinya juga terkesan begitu atmospheric.

Judul eksklusif yang kedua adalah Stacks On Stacks (On Stacks) garapan Herringbone Games. Dideskripsikan sebagai 3D tower builder, game ini menawarkan mode local co-op dan split-screen versus di samping mode single-player.

Game eksklusif yang ketiga adalah Spitlings karya Massive Miniteam. Game arcade ini mendukung mode multiplayer hingga empat pemain, dan uniknya, apabila ada satu pemain saja yang gagal, maka semua harus ikut mengulang dari awal.

Selanjutnya, ada Serious Sam Collection yang merupakan gabungan dari tiga judul sekaligus, yakni Serious Sam HD: The First Encounter, Serious Sam HD: The Second Encounter, dan Serious Sam 3: BFE, tidak ketinggalan pula sejumlah expansion pack-nya. Selain sendirian, franchise shooter legendaris ini juga dapat dimainkan di Stadia bersama tiga pemain lain dalam mode local co-op, atau hingga 16 pemain secara online.

Panzer Dragoon: Remake

Terakhir, Stadia turut mengumumkan Panzer Dragoon: Remake. Sesuai judulnya, ia merupakan remake dari game shooter klasik yang dirilis untuk console Sega Saturn pada tahun 1995. Selain dipoles grafiknya, kontrolnya pun juga ikut disempurnakan pada versi remake-nya ini sehingga sesuai dengan standar gaming terkini.

Sumber: Stadia via GameRant.