Rasakan Kompleksnya Mengembangkan Startup dalam Game The Founder

Membangun sebuah bisnis atau startup itu tidak mudah. Selain harus berfokus mencari untung, tujuan lain yang biasanya hendak dicapai adalah menciptakan sebuah produk yang punya dampak atau peran penting bagi konsumen.

Kualitas produk saja sejatinya tidak cukup, Anda juga harus menerapkan strategi pemasaran yang jitu. Pasalnya, tanpa ada konsumen yang menggunakan produk Anda, jelas tidak akan ada pemasukan. Semua ini harus tetap diperhitungkan selagi Anda berkonsentrasi membuat terobosan-terobosan baru di dunia teknologi.

Kompleksitas dalam mengembangkan startup dan menjalani beratnya persaingan bisnis di Silicon Valley ini bisa Anda rasakan tanpa perlu mengeluarkan biaya sepeser pun lewat game berjudul The Founder. Lahir dari sebuah proyek Kickstarter, The Founder menempatkan Anda sebagai seorang pendiri perusahaan teknologi yang ambisius.

Pilih nama perusahaan, tentukan lokasinya, kategori produk perdananya dan cofounder-nya / Screenshot
Pilih nama perusahaan, tentukan lokasinya, kategori produk perdananya dan cofounder-nya / Screenshot

Pada awal permainan, Anda diminta untuk memberi nama perusahaan, memilih cofounder berdasarkan kelebihannya masing-masing – ada yang pintar programming, ada yang jago marketing, dan ada juga yang anak orang kaya dan siap memberikan Anda modal ekstra – dan yang terakhir menentukan lokasi awal perusahaan Anda sebelum nantinya berekspansi ke kawasan lain.

Kiprah startup Anda berawal di tahun 2001, dimana bubble dot-com baru saja meledak, dan Anda harus memulai startup baru Anda di bawah bayang-bayang perusahaan besar seperti Kougle, Coralzon dan Carrot Inc. – buat yang tidak menyadarinya, masing-masing merupakan pelesetan dari Google, Amazon dan Apple Inc.

Tambahkan berbagai fasilitas di kantor untuk meningkatkan kinerja karyawan secara keseluruhan / Screenshot
Tambahkan berbagai fasilitas di kantor untuk meningkatkan kinerja karyawan secara keseluruhan / Screenshot

Semuanya dimulai dari apartemen pribadi Anda. Produk perdana Anda bisa berupa gadget; bisa juga berupa situs e-commerce, media sosial, atau kombinasi keduanya. Setiap kali meluncurkan sebuah produk baru, Anda akan dihadapkan dengan mini game dimana perusahaan Anda harus saling berebut pangsa pasar dengan kompetitor.

Dari situ bisnis Anda terus berkembang; Anda mulai merekrut karyawan-karyawan baru, menerapkan taktik pemasaran untuk meningkatkan hype produk, mencicipi ranah produk baru, membeli kantor baru yang lebih besar dan melakukan riset di berbagai bidang, mulai dari pertahanan nasional sampai bioteknologi.

Pilihan kategori produk yang bisa dikembangkan oleh startup Anda / Screenshot
Pilihan kategori produk yang bisa dikembangkan oleh startup Anda / Screenshot

Sampai akhirnya Anda tiba di titik dimana laba menjadi satu-satunya kepentingan yang Anda kejar. Hilang sudah visi mulia untuk menciptakan dunia yang lebih baik di awal berdirinya perusahaan. Yang ada malah Anda mengganti seluruh staf dengan robot cerdas yang jauh lebih efisien dan hemat biaya ketimbang pekerja manusia. Dunia pun menjadi sebuah distopia, dan Anda-lah penyebab utamanya.

Ini memang menjadi tujuan utama dari sang pencipta game, Francis Tseng, yang memang menjalani karirnya di kawasan Silicon Valley. Beliau sejatinya ingin menunjukkan bahwa memimpin perusahaan besar bukan berarti hanya menjadi orang kaya saja, tapi Anda juga harus memperhatikan dampak inovasi Anda terhadap dunia.

E-commerce dan media sosial adalah kombinasi tepat untuk mengawali kiprah startup Anda dalam game The Founder / Screenshot
E-commerce dan media sosial adalah kombinasi tepat untuk mengawali kiprah startup Anda dalam game The Founder / Screenshot

Beberapa insiden dalam game The Founder terinspirasi dari kejadian di dunia nyata. Contohnya, kalau Anda mengembangkan produk berupa hardware, kemungkinan terjadi insiden bunuh diri pekerja di pabrik, yang kita tahu dialami oleh Apple dan Foxconn dalam beberapa tahun terakhir.

Francis memanfaatkan waktu luangnya selama sekitar satu setengah tahun untuk mengembangkan The Founder. Game ini bisa langsung Anda nikmati lewat browser desktop tanpa perlu meng-install apa-apa. Kalau Anda suka dengan genre game simulasi seperti saya, jangan ragu untuk mencoba memainkan The Founder.

Sumber: Fast Company.

Bekerja Sama dengan Blizzard, Google Latih AI dengan Game StarCraft II

Tidak bisa dipungkiri, Google merupakan salah satu perusahaan yang paling semangat mengembangkan teknologi artificial intelligence (AI) alias AI. Lewat salah satu divisinya, DeepMind, mereka terus mengasah dan melatih keterampilan AI dalam berbagai bidang. Akan tetapi mungkin Anda penasaran, bagaimana sebenarnya cara mereka melatih AI?

Penjelasan lengkapnya yang pasti sangat teknis, tapi salah satu metodenya ternyata melibatkan video game. Yup, seperti halnya kita bisa belajar banyak dari bermain game, AI pun juga demikian. Untuk menunjukkan keseriusannya, Google mengumumkan kerja samanya dengan salah satu developer game paling tersohor, Blizzard.

Diumumkan di ajang Blizzcon 2016, kerja sama antara Google DeepMind dan Blizzard ini merupakan kabar baik bagi semua yang sedang berkutat dengan pengembangan AI maupun teknologi machine learning. Pasalnya, keduanya tengah menyiapkan API dimana mulai tahun depan para peneliti bisa melatih AI buatannya dengan game StarCraft II.

Mengapa StarCraft II? Karena pada dasarnya ini merupakan salah satu game yang paling kompleks yang pernah Blizzard buat. Menurut Google, kompleksitas yang ditawarkan StarCraft bisa menjadi jembatan bagi AI sebelum berhadapan dengan kekacauan di dunia nyata.

Mereka percaya bahwa keterampilan yang diperlukan untuk memenangi match dalam StarCraft dapat diterjemahkan menjadi keterampilan di dunia nyata. AI sederhananya harus mendemonstrasikan pengaplikasian memori secara efektif, kemampuan perencanaan jangka panjang dan kapasitas untuk mengadaptasikan rencana dengan informasi baru yang diterima.

Mengingat StarCraft II merupakan game RTS (real-time strategy), AI pun dituntut untuk membuat keputusan secara cepat dan efisien. Pada akhirnya, pencapaian yang dilakukan AI bisa diukur lewat sistem skor yang dipunyai StarCraft.

Kolaborasi ini besar kemungkinan akan melahirkan AI dalam game StarCraft II yang semakin terampil dan sulit untuk dikalahkan. Pun begitu, implikasinya pada pengembangan AI di berbagai bidang pun juga cukup besar kalau mengacu pada visi aslinya.

Sumber: DeepMind Blog.

Spotify Luncurkan Kategori Musik Khusus Gaming

Game dan musik punya hubungan yang cukup intim. Sejak zaman Super Mario Bros orisinil di Nintendo, musik punya peran besar dalam menjadikan game tersebut sebagai sebuah pop culture, dan tren ini masih terus berlanjut hingga sekarang.

Begitu dekatnya hubungan game dan musik, Spotify baru-baru ini meluncurkan kategori baru yaitu Gaming. Di sini semua soundtrack game populer maupun musik yang bisa menambah semangat dalam bermain telah dikumpulkan menjadi satu untuk mempermudah akses.

Ada sekitar ratusan judul game yang musiknya disuguhkan dalam Spotify Gaming, mulai dari judul-judul klasik sampai yang paling fresh seperti No Man’s Sky, Uncharted 4, Dark Souls III, Fallout 4. Layanan streaming musik asal Swedia tersebut tak lupa meracik deretan playlist berbau gaming yang tak kalah menarik.

Playlist seperti Retro Gaming, Power Gaming atau Soundscapes for Gaming bisa menjadi pendamping yang pas dalam menemani sesi gaming pengguna. Kemudian ada juga playlist bikinan tamu ternama, mulai dari media publikasi gaming seperti GamesRadar sampai broadcaster gaming TaKeTV.

Kategori Gaming ini sekarang sudah bisa dinikmati di semua platform. Spotify juga sudah menyiapkan situs khusus untuk membantu pengguna menciptakan playlist gaming pribadinya.

Sumber: Spotify.

Studi: Ada Hubungan Antara Hobi Bermain Game Online dan Prestasi di Sekolah

Karena ketidaktahuan, sudah lama video game jadi kambing hitam atas peristiwa buruk yang terjadi di masyarakat: menyebabkan anak-anak malas belajar dan mudah terpecah perhatiannya, serta dituduh sebagai pemicu perilaku agresif. Saya yakin Anda punya banyak argumen untuk membantahnya. Bukan hanya keliru, faktanya malah bertolak belakang dari anggapan banyak orang.

Sebuah studi yang dilaksanakan oleh Alberto Posso dari Royal Melbourne Institute of Technology Australia memperlihatkan adanya hubungan positif antara ranking di sekolah dengan waktu bermain game. Hasilnya, bisa Anda baca lengkap lewat tautan ini, menunjukkan bahwa anak-anak yang gemar menikmati permainan online ternyata lebih berprestasi di bidang IPA, matematika serta tes membaca.

Berdasarkan data dari 12.000 siswa sekolah menengah atas, Royal Melbourne Institute of Technology menemukan bahwa pelajar yang gemar bermain game  online setiap hari memperoleh nilai 15 poin di atas rata-rata dalam mata pelajaran matematika serta membaca, dan 17 poin di bidang ilmu pengetahuan. Data tersebut merupakan hasil dari Program for International Student Assessment tahun 2012, dikelola oleh Organisation for Economic Cooperation and Development.

Selain nilai, ada sejumlah aspek yang juga jadi pertimbangan peneliti, contohnya hobi para siswa, aktivitas di luar rumah, hingga durasi pemakaian internet. Meski para gamer umumnya mendapatkan skor tinggi di test PISA, sayang sekali metode studi tersebut belum bisa membuktikan apakah peningkatan prestasi betul-betul disebabkan karena hobi bermain video  game.

Dalam tulisannya, Posso menyampaikan, “Saat bermain game  online, Anda [sebetulnya mencoba] memecahkan teka-teki agar bisa mencapai level selanjutnya. Untuk melakukan hal itu dibutuhkan pengetahuan secara umum dan kemampuan matematika, skill membaca dan sains yang didapat [dari belajar] di siang hari.”

Tentu saja ada probabilitas lain, yaitu anak-anak yang berbakat di matematika, IPA dan membaca cenderung menyukai permainan online. Alternatifnya, karena lebih pintar, mereka dapat menyelesaikan tugas sekolah lebih cepat, sehingga mempunyai lebih banyak waktu luang buat bermain. Di skenario ini, video game bukanlah pemicu prestasi murid.

Dan ada sedikit kabar buruk bagi mereka yang gemar menghabiskan waktu di jejaring sosial. Lewat penilaian serupa, pengguna Facebook dan Twitter memperoleh hasil tes PISA 4 persen di bawah rata-rata. Di sana, 78 remaja mengaku mereka menggunakan sosial media setiap hari.

Yup, sudah saatnya Anda menutup tab Facebook serta Twitter dari browser dan mulai mengunduh Dota 2.

Sumber: The Guardian.

Apakah Dengan Memblokir, Masalah ‘Game-Game Berbahaya’ Bagi Anak Dapat Teratasi?

Sudah cukup lama Kemendikbud mengumumkan daftar 15 permainan video yang dianggap berbahaya bagi anak. Namun kabar menjadi sorotan saat KPAI menanggapi hal tersebut dengan mengungkap rencana pemblokiran. Ternyata langkah ini mendapatkan kritik keras dari netizen. Banyak orang meluapkannya di sosial media, beberapa pihak bahkan mengambil tindakan dramatis.

Melihat melalui perspektif kalangan awam, tak ada yang salah dengan niatan Pemerintah melindungi generasi muda. Perkembangan teknologi hiburan begitu pesat, dan dengannya meningkat pula tuntutan bagi lembaga negara untuk menyaring konten. Tapi terkait agenda pemblokiran, mengapa respons khalayak begitu negatif? Di artikel ini, saya mencoba mendalaminya.

Game-game berbahaya

Berdasarkan laman Sahabat Keluarga Kemendikbud, list permainan berbahaya sebetulnya sudah dipublikasi semenjak 15 Maret 2016. Di sana, penulis Yohan Rubiyantoro mengutip hasil penelitian Iowa State University yang menyebutkan bahwa ‘bermain game dengan unsur kekerasan dapat mematikan rasa’.

Selanjutnya direktur Indonesia Heritage Foundation Wahyu Farrah Dina turut menyampaikan, gara-gara video game-lah anak mudah melakukan kekerasan dan kehilangan empati.

Permainan-permainan tersebut meliputi:

  1. World of Warcraft
  2. Grand Theft Auto
  3. Call of Duty
  4. PointBlank
  5. CrossFire
  6. War Rock
  7. Counter-Strike
  8. Mortal Kombat
  9. Future Cop
  10. Carmageddon
  11. Shellshock
  12. Raising Force
  13. Atlantica
  14. Conflict: Vietnam
  15. Bully

Para orang tua mungkin akan segera menandai nama-nama ini, atau langsung mengecek isi PC buah hati mereka. Namun gamer akan segera melihat masalah: list di atas tidak up-to-date.

Shellshock serta Conflict Vietnam (2004) bukanlah permainan populer bahkan saat mereka dirilis bertahun-tahun silam, dan saya ragu masih ada yang memainkan War Rock (2007). World of Warcraft (2004)? Gamer muda kita pasti lebih memilih game  free-to-play dibanding harus mengeluarkan belasan dolar per bulan buat langganan. Terlebih lagi, judul-judul seperti Future Cop (1998) dan Carmageddon (1997) dirilis hampir dua dekade lalu.

Saya setuju Grand Theft Auto, Bully, Mortal Kombat, dan game-game bertema kekerasan tidak boleh disentuh anak kecil; namun begitu pula dengan ratusan permainan lain. Banyak orang menilai penjabaran tersebut memperlihatkan ketidakpahaman pihak Kemendikbud serta KPAI mengenai apa yang sedang mereka bahas.

Memahami sistem rating video game

Bukan hanya sekarang video game menimbulkan polemik. Di masanya, Doom mendapat kecaman dari berbagai pihak karena selain sadis, permainan mengusung ‘simbol-simbol iblis’. Tapi kendala ini sudah memperoleh solusi semenjak belasan tahun silam. Faktanya, Doom merupakan salah satu permainan pertama yang mendapatkan rating M oleh ESRB. Dan fungsi lembaga seperti Entertainment Software Rating Board dan sejenisnya-lah yang perlu kita pahami.

Setidaknya ada dua organisasi global raksasa yang bertugas memberi rating pada software hiburan: ESRB meliputi wilayah Amerika Serikat, Kanada serta Meksiko; dan PEGI atau Pan European Game Information di Eropa. Cara mengetahui buat siapa permainan itu ditujukan sangat mudah, Anda tinggal melirik badge-nya – baik di boks fisik maupun di platform distribusi digital (Steam tak lupa akan menanyakan tanggal lahir Anda).

Ada tujuh rating ESRB, ditandai dengan huruf:

  • RP (Rating Pending): belum ada sertifikasi final, muncul saat game masih diiklankan
  • EC (Early Childhood): untuk usia tiga tahun ke atas atau periode pra-sekolah
  • E (Everyone): siapapun bisa menikmatinya selain kategori EC
  • E 10+ (Everyone 10+): umur 10 tahun ke atas
  • T (Teen): minimal 13 tahun, biasanya sudah mulai berisi kekerasan tingkat menengah dan lelucon kasar
  • M (Mature): 17 tahun ke atas, menampilkan kekerasan dan elemen seks secara lebih gamblang
  • AO (Adults Only): 18 tahun ke atas, lebih tinggi lagi dari Mature

Sertifikasi PEGI malah lebih mudah dipahami karena menunjukkan angka umur: 3, 7, 12, 16 sampai 18. Fungsi sejumlah icon juga perlu Anda ketahui, menandakan adanya unsur perjudian, diskriminasi ras, penggunaan narkotika serta kata-kata makian, dan lain sebagainya.

Silakan kunjungi Steam, dan Anda akan langsung melihat bahwa Grand Theft Auto dan Mortal Kombat masuk dalam kategori PEGI 18. Counter-Strike: Global Offensive sendiri ialah permainan Mature. Mereka sama sekali bukan santapan anak kecil.

Bagaimana jika belum mendapatkan rating?

Sejumlah permainan belum mendapatkan sertifikasi PEGI atau ESRB, umumnya game-game dari publisher-publisher negeri timur. Dan sayangnya, mereka ini memenuhi game center dan warnet secara tak terbendung. Dan di sinilah pentingnya peran orang tua, keluarga dan para pengajar untuk selalu mengetahui apa yang dikonsumsi oleh generasi muda kita.

Bagi saya, mengenal siapa yang anak-anak temui secara online tak kalah krusial dari mengetahui permainan apa yang sering mereka mainkan.

Blokir?

Blokir memang terlihat seperti jalan keluar sederhana, dan sangat mudah menyalahkan sesuatu yang belum betul-betul dipahami. Tapi ia tidak memberikan pemecahan fundamental terhadap masalah ini: masih minimnya pengetahuan banyak orang, termasuk generasi pendidik dan instansi pemerintah, terhadap industri gaming. Lagi pula, bukankah video game turut mengharumkan nama Indonesia di kancah global?

Langkah pertama buat mengatasi dampak buruk video game terhadap generasi muda: pahami benar cara kerja sistem rating, kemudian sampaikan pengetahuan tersebut ke seluruh kalangan. Sudah saatnya semua orang mengerti potensi gaming di negara dengan populasi gamer aktif lebih dari 28 juta jiwa ini.

Lalu bagaimana jika ditemukan game tanpa rating? Inilah PR buat Pemerintah: menciptakan standar atau sistem sertifikasi, khususnya bagi permainan-permainan yang belum tersaring ESRB dan PEGI. Update: Seperti yang dikutip dari Duniaku.net, akhir tahun lalu pembahasan tentang rancangan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika tentang Klasifikasi Permainan Interaktif Elektronik atau Sistem Rating Game Indonesia telah bergulir.

Indonesia Dalam Video Game

Dengan semkain banyaknya platform pengembangan, sejumlah developer dalam negeri termotivasi untuk memasukkan elemen lokal ke permainan, dan banyak di antara mereka yang sudah ‘go international‘. Namun saya yakin para gamer masih bisa merasakan perbedaan kesan ketika developer ternama memasukkan unsur Indonesia ke karya digital mereka.

Jika Anda gamer veteran, Indonesia memang bukanlah wilayah asing di ranah video game. Eksotisme alam dan budaya kita seringkali diadaptasi ke medium hiburan interaktif tersebut, bahkan sebelum milenium berganti. Mungkin Anda penasaran, apa saja elemen-elemen tanah air yang sempat masuk di sana? Kabar baik, saya sudah menyiapkan daftarnya untuk Anda.

1. DreadOut. Dibuat oleh Digital Happiness, mereka tak ragu membenamkan segala unsur nusantara dalam permainan yang terinspirasi dari seri Fatal Frame itu: seragam sekolah, latar belakang pedesaan, hingga saat-saat ‘menyenangkan’ ketika Linda harus berhadapan dengan hantu lokal.

Indonesia in Video Games 11

2. Linny Barilar di Front Mission 3. Keluarga Bariliar berasal dari daerah pertanian di Rantepao, Sulawesi. Linny Barilar ialah salah satu karakter yang bisa Anda mainkan jika memilih skenario People’s Republic of Da Han Zhong (DHZ).

3. Penari Bali dan Barong, The King of Fighters ’97. Di game fighting yang diluncurkan hampir dua dekade silam itu, Bali tampaknya menjadi salah satu lokasi turnamen tarung.

4. Karambit di permainan-permainan action. Karambit (atau kurambik/karambiak di bahasa Minangkabau) adalah senjata tradisional asal Sumatra Barat dengan bentuk menyerupai cakar. Ia merupakan salah satu pisau termahal di Counter-Strike: Global Offensive, dan menjadi senjata pegangan Sam Fisher dalam Splinter Cell Blacklist.

Indonesia in Video Games 06

5. Timnas Indonesia di FIFA: Road to World Cup 98. Boleh dibilang merupakan penampilan tim kesebelasan sepakbola nasional pertama dalam medium video game. Gamer dapat membimbing Kurniawan Dwi Yulianto, Rocky Putiray, Eri Iriyanto, dan kawan-kawan mengikuti kualifikasi sampai memandu mereka memenangkan World Cup 1998.

6. Joint Operations: Typhoon Rising. Seperti kreasi NovaLogic lainnya, Joint Operations tidak sepopuler Call of Duty atau Medal of Honor meski ia memperoleh skor review cukup tinggi. Game di-setting di Indonesia masa depan ketika negara ini berada di ujung perpecahan – separatis mendapatkan persenjataan canggih, lalu satuan militer nasional terbagi-bagi menjadi faksi yang berseteru.

7. Secret Files 2: Puritas Cordis, Secret Files 3, dan Secret Files: Sam Peters. Para tokoh utama beberapa kali berkunjung ke Indonesia. Salah satu skenarionya meliputi letusan gunung berapi yang disebabkan oleh ulah teroris. Lagi-lagi Indonesia dianggap sebagai lokasi berbahaya.

Indonesia in Video Games 09

8. Suhadi Sadono dan Darah Dan Doa di Tom Clancy’s Splinter Cell: Pandora Tomorrow. Sadono adalah pemimpin teroris radikal Darah Dan Doa, menjadi tokoh antagonis utama di game kedua seri Splinter Cell. Awalnya dilatih oleh CIA buat memerangi komunisme, ia malah berulah dan menyerang kedutaan besar Amerika di Dili. Akhirnya Sam Fisher diutus untuk membungkamnya.

9. Eddy Raja dan para perompak di Uncharted: Drake’s Fortune. Sedikit masukan untuk developer: jika Anda memutuskan buat memasukkan karakter Indonesia, sebaiknya biarkan orang Indonesia asli yang mengisi suaranya. Jika tidak, kata-kata (percakapan dan makian) jadi terdengar sangat aneh.

Indonesia in Video Games 03

10. Raging Raven Raven di Metal Gear Solid 4. Ahli peledak dalam unit Beauty and the Beast ini pada akhirnya harus takluk di hadapan Solid Snake. Mungkin cuma Hideo Kojima yang mengetahui nama aslinya, Raging Raven lahir di Aceh dan mengalami masa kecil traumatis akibat konflik bersenjata.

Indonesia in Video Games 04

11. Arena Wayang Kulit di Tekken Tag Tournament 2. Seperti The King of Fighters ’97, seni tradisional asal Jawa bagian tengah dan timur itu tampil sebagai latar belakang.

Indonesia in Video Games 05

12. Mahapatih Gajah Mada, Majapahit, di expansion pack Civilization V: Brave New World. Salah satu referensi mengenai Indonesia paling favorit, versi digital sang Mahapatih didesain apik dan realistis – ia berdiri di atas ladang padi dengan kris di tangan. Gajah Mada berbicara dalam bahasa Jawa Kuno, diisi suaranya oleh Icha Setiawan.

Indonesia in Video Games 02

13. Kepulauan dan penduduk ‘mirip’ Indonesia, Far Cry 3. Walaupun tidak benar-benar menyiratkan budaya Indonesia, banyak aspek lokal yang diadopsi oleh game shooter open world Ubisoft ini: kepulauan tropis cantik, fauna (burung cenderawasih, tapir, komodo), suku Rakyat yang tinggal di Rook Islands, serta salah satu karakter penting bernama Citra Talugmai.

Indonesia in Video Games 08

Header: Civilization Wikia.

Card Game Populer Exploding Kittens Mampir ke iOS

Crowdfunding adalah salah satu cara yang efektif untuk merealisasikan sebuah ide tentang game maupun perangkat gaming. Tidak percaya? Lihat saja perjalanan Oculus Rift sampai di titik ini. Mungkin banyak yang tidak tahu kalau ia pertama kali muncul melalui Kickstarter di bulan Agustus 2012, dan berhasil mengumpulkan hampir sepuluh kali lipat dari target dana yang ditetapkan.

Itu tadi untuk hardware, bagaimana dengan game itu sendiri? Well, kita punya Shenmue 3. Meski memang belum menjadi produk final, game tersebut berhasil menggalang dana sebesar $6,3 juta. Tapi ternyata masih ada yang jauh ebih sukses dari itu di kategori game, dan ternyata ia bukan sebuah video game, melainkan sebuah card game bernama Exploding Kittens.

Prestasi yang dicapai Exploding Kittens sangatlah fenomenal. Total ada hampir 220 ribu orang yang menjadi backer, mencatatkan pengumpulan dana sebesar $8,7 miliar lebih. Padahal, ia cuma merupakan sebuah card game yang didasari mekanisme Russian Roulette.

Kendati demikian, Exploding Kittens sejatinya lahir dari buah pemikiran sosok-sosok veteran di dunia video game, yakni Elan Lee dan Shane Small, yang keduanya sama-sama pernah menjabat kedudukan cukup tinggi di divisi Xbox milik Microsoft. Bakat mereka meramu gameplay yang menarik makin sempurna dengan dukungan ilustrasi konyol garapan Matthew Inman dari The Oatmeal.

Exploding Kittens iOS version

Karena sebenarnya tidak jauh-jauh dari video game, maka tidak terlalu mengejutkan apabila Exploding Kittens berkembang menuju ranah digital. Mulai tanggal 21 Januari ini, Anda bisa memainkan card game populer ini di perangkat iOS bersama empat pemain lainnya.

Versi iOS Exploding Kittens ini dikerjakan oleh developer Substantial. Grafiknya tentu saja masih mengandalkan sang ilustrator asli Matthew Inman. Pun begitu, versi iOS ini tidak dirancang hanya sekedar untuk meniru versi aslinya saja, tetapi juga untuk menyempurnakannya lebih lagi dengan memperkenalkan update jenis kartu baru dan lain sebagainya.

Untuk memahami cara bermain Exploding Kittens, Anda bisa menyimak video penjelasan resminya di bawah ini. Sayang sekali versi digitalnya ini baru akan tersedia di iOS saja dengan harga $2. Belum ada informasi apakah versi Android dan Windows Phone-nya juga bakal diluncurkan.

Sumber: Gamespot.

Microsoft Kembangkan Versi Khusus Minecraft untuk Konteks Pendidikan

Ketika sedang mengembangkan Minecraft, developer Mojang awalnya mungkin tidak mengira kalau game dengan grafik kotak-kotak tersebut bisa menjadi media pembelajaran yang populer di berbagai institusi pendidikan. Beliau pun sepertinya juga tidak menyangka kalau game besutannya bakal diakuisisi Microsoft senilai $2,5 miliar di tahun 2014.

Menurut Microsoft, sekarang sudah ada lebih dari 7.000 kelas di lebih dari 40 negara yang menyisipkan Minecraft ke dalam kurikulumnya. Beberapa contoh penggunaan Minecraft di ruang kelas yang sudah ada sekarang di antaranya siswa SD yang belajar tentang tata kota, siswa SMP yang belajar dasar-dasar pemrograman komputer dan mahasiswa yang belajar tentang sejarah dengan cara membangun ulang situs-situs bersejarah di dalam Minecraft.

Namun Microsoft tampaknya belum cukup puas, mereka ingin Minecraft bisa menjangkau lebih banyak kelas lagi. Demi mewujudkan misi tersebut, baru-baru ini mereka mengakuisisi sebuah game berjudul MinecraftEdu garapan Teacher Gaming. MinecraftEdu pada dasarnya dirancang secara khusus untuk konteks pendidikan, memungkinkan para pengajar untuk mengadaptasikan game tersebut dengan kurikulumnya secara mudah.

Aset yang Microsoft peroleh dengan mengakuisisi MinecraftEdu ini bakal mereka manfaatkan untuk mengembangkan versi khusus Minecraft Education Edition yang rencananya akan dirilis pada musim panas mendatang, diawali oleh masa pengujian gratis. MinecraftEdu sendiri sejauh ini mematok biaya berlangganan sebesar $25 per server – satu server-nya bisa mengakomodasi sekitar 30 siswa sekaligus.

Minecraft Education Edition nantinya menjanjikan serangkaian aktivitas yang dapat memaksimalkan keterlibatan maupun kolaborasi antar siswa. Para pengajar bisa bergabung dalam forum, saling bertukar aktivitas menarik yang bisa diaplikasikan ke kelasnya masing-masing.

Sementara Microsoft mengembangkan Minecraft Education Edition, para pengajar yang sudah berlangganan MinecraftEdu masih bisa menggunakan program tersebut sampai versi buatan Microsoft sudah siap. Nantinya, mereka akan diberi bonus gratis berlangganan Minecraft Education Edition selama satu tahun penuh.

Sumber: TechCrunch dan Microsoft Blog.

Game Sepak Bola PES 2016 Bakal Hadir dalam Versi Free-To-Play

Kecuali Anda benar-benar benci dengan olahraga sepak bola, besar kemungkinan Anda mengenal game berjudul Pro Evolution Soccer alias PES. Seri terbarunya, PES 2016, bakal hadir dalam versi free-to-play pada tanggal 8 Desember 2015 mendatang.

Kabar ini langsung datang dari Konami selaku pihak pengembangnya melalui sebuah siaran pers. Jadi mulai tanggal tersebut, pemilik console PlayStation 3 dan PlayStation 4 bisa mengunduh PES 2016 secara cuma-cuma – tentu saja dengan fitur yang terbatas.

Versi free-to-play ini sangat cocok bagi mereka yang hanya sekedar ingin mengadu ketangkasan bersama rekan dengan cepat melalui Exhibition Mode. Dalam mode ini, terdapat 7 tim yang bisa dipilih, baik klub seperti Juventus dan AS Roma maupun tim nasional seperti Brasil dan Perancis.

Exhibition Mode ini bisa dimainkan secara offline. Tapi kalau ada koneksi internet, pemain juga bisa mengakses fitur myClub yang cukup populer. Dalam mode ini, pemain akan merangkap peran sebagai manajer tim. Di sinilah Konami menawarkan sederet opsi in-app purchase yang bisa dibeli untuk membantu membangun tim impian masing-masing.

Konami menjanjikan bahwa pengalaman bermain yang ditawarkan oleh versi free-to-play ini tidak bakal berbeda dari versi standarnya. Lebih lanjut, update konten maupun gameplay yang diterima PES 2016 juga bakal menghampiri versi free-to-play-nya.

Sumber: Digital Trends. Gambar header: Konami.

Sambut Black Friday, Steam, GOG dan Origin Gelar Program Diskon

Satu pertanyaan untuk para gamer: 2015 akan segera berakhir, sudahkah Anda menikmati permainan-permainan terbaik yang ada di tahun ini ? Bagi banyak orang, kadang keterbatasan budget terasa begitu membelenggu. Untungnya, platform-platform distribusi digital cukup sering mengadakan program diskon, terutama dalam memperingati momen-momen istimewa.

Ada kabar baik bagi Anda yang memang sedang mengincar diskon. Kurang dari sebulan setelah dilangsungkannya sale dalam rangka Halloween, Steam, Good Old Games dan Origin kembali menggelar promo potongan harga, kali ini untuk merayakan Thanksgiving dan Black Friday. Anda akan terkaget-kaget melihat begitu murahnya permainan-permainan tersebut, dan karena event berjalan sangat singkat, Anda sebaiknya bergegas.

Black Friday Game Discount 04

Sebagai pembukaan, mari kita hampiri dulu medium distribusi permainan terbesar di planet Bumi. Di Steam, Valve mengangkat tajuk Exploration Sale, mengajak kita buat ‘menjelajahi ribuan deal menguntungkan’. Terhitung 8781 judul yang terpengaruh diskon antara 33 sampai 85 persen. Di hari ini, Steam fokus pada franchise Fallout, Sid Meier’s Civilization, Company of Heroes dan Tom Clancy, plus permainan Ori and the Blind Forest, Life is Strange, Ark, Cities Skylines dan lain-lain.

Digali lebih dalam, mungkin Anda menyesal mengapa dahulu terburu-buru membeli game. Grand Theft Auto V cuma dibanderol Rp 327 ribu, lalu The Witcher 3 hanya Rp 270 ribu. Elite Dangerous terpengaruh efek potongan 67 persen, kini harganya Rp 192 ribu. Ingin mulai menjajal esport? Silakan tukar uang Rp 58 ribu untuk satu kopi Counter-Strike: Global Offensive.

Black Friday Game Discount 03

Pindah ke GOG, CD Projekt lagi melaksanakan promo ‘Only on GOG’, difokuskan pada permainan andalan mereka (dan salah satu yang terbaik di tahun ini), yaitu The Witcher 3: Wild Hunt. Buat pertama kalinya, Wild Hunt memperoleh diskon 50 persen, kini menjadi US$ 30.

The Witcher tidak sendirian. Ia ditemani paket bundel Dungeons & Dragons: Classic (Baldur’s Gate 1 & 2, Icewind Dale 1 & 2, Neverwinter Nights 1 & 2, Planescape: Torment, Demon Stone, Dragonshard, dan The Temple of Elemental Evil), Warhammer (Final Liberation, Chaos Gate, Shadow of the Horned Rat serta Rites of War), D&D: Gold Box (di antaranya Eye of the Beholder 1, 2 & 3, Pool of Radiance, Dungeon Hack, Al-Qadim, Dark Sun, Ravenloft, D&D: Stronghold, sampai Menzoberranzan), serta bundel Star Trek (Starfleet Academy, Starfleet Command, Judgment Rites, dan Star Trek: 25th Anniversary). Harganya berkisar antara US$ 9,6-34.

Black Friday Game Discount 02

Di Electronic Arts Origin, potongan harga diterapkan pada 279 permainan. Judul-judul blockbuster yang boleh jadi sangat Anda antisipasi antara lain The Sims 4 (US$ 28), Battlefield 4 (US$ 8,7!), FIFA 16 (US$ 46,6), Crysis 3 (US$ 12,45) serta Plants vs. Zombies: Garden Warfare (US$ 9,5). Rekor diskon tertinggi dipegang oleh Dragon Age Inquisition, ia dijajakan seharga cuma US$ 12,5.

Selamat berbelanja.