Go-Viet Resmi Beroperasi, Operasional Pertama Go-Jek di Luar Indonesia (UPDATED)

Hari ini (1/8) menjadi sejarah baru bagi Go-Jek. Go-Viet, layanan mereka di Vietnam, mulai beroperasi dan aplikasinya bisa diunduh di Google Play dan App Store. Ini menjadi layanan Go-Jek pertama di luar Indonesia dan memulai beroperasi di 12 distrik kota Ho Chi Minh City, Vietnam untuk dua layanan dasar, Go-Bike (pengantaran penumpang) dan Go-Send (pengantaran barang).

Momentum penjualan bisnis Uber di Asia Tenggara ke Grab menjadi pendorong Go-Jek untuk berekspansi ke Asia Tenggara. Selain Vietnam, Go-Jek rencananya akan beroperasi di Thailand (GET), Singapura, dan Filipina.

Dalam sebuah wawancara, Nadiem menjelaskan bahwa strategi mereka dalam memasuki negara-negara baru adalah menggandeng tim lokal. Tim yang dipimpin CEO Duc Nguyen ini diharapkan mampu menerjemahkan konsep Go-Jek ke dalam konteks lokal.

 

https://twitter.com/gojektech/status/1024316268768182272

Selain penggunaan nama berbeda, salah satu bentuk pelokalan lain adalah warna. Jika di Indonesia Go-Jek terkenal dengan warna hijau untuk jaket dan helm mitra, maka di Vietnam Go-Viet hadir dengan warna serba merah. Go-Viet siap menantang Grab yang praktis tanpa pesaing di negara-negara Asia Tenggara pasca akuisisi tersebut.

“Untuk menjadi bisnis jangka panjang dan berkelanjutan, harus menjadi platform. Anda perlu memiliki banyak layanan dan mereka harus perkuat satu sama lain. Bagaimana sinergi dari sisi suplai, strategi retensi dari sisi demand,” terang CEO Go-Jek Nadiem Makarim dalam sebuah kesempatan wawancara dengan CNBC.

Dalam rilis resminya pihak Go-Viet mengklaim bahwa dalam masa uji coba mereka mendapat sambutan baik, terbukti dengan banyaknya feedback positif.

“Kami yakin masyarakat Vietnam bisa mendapatkan manfaat yang besar dari layanan yang akan kami tawarkan. Kami juga berharap masyarakat Vietnam dapat mulai melihat Go-Viet sebagai aplikasi transportasi dan logistik yang dapat diandalkan selagi kami mempersiapkan peluncurkan aplikasi secara penuh dalam beberapa minggu ke depan,” terang Duc Nguyen.

Sementara itu President Go-Jek Andre Soelistiyo mengatakan, “Peluncuran Go-Viet akan memperlihatkan bagaimana teknologi kelas dunia yang dimiliki GO-Jek dapat dimanfaatkan di Vietnam. Kami akan membuat Indonesia bangga, sebagai perusahaan karya anak bangsa yang dapat menempatkan Indonesia pada peta inovasi global dan kepemimpinan di bidang teknologi.”

Ia juga menambahkan bahwa peluncuran peluncuran ini merupakan bagian dari rencana ekspansi internasional Go-jek di Vietnam, Thailand, Singapura dan Filipina. Pengumuman ekspansi ini menyusul pendanaan Go-Jek yang terbaru yang didapat dari Google, Warburg Pincus, KKR, TEncent, Meituan-Dianping dan lain-lain.

 

Update : Tambahan kutipan dan informasi dari pihak Go-Jek dan Go-Viet

Application Information Will Show Up Here

Strategi Di Balik Ekspansi Regional Go-Jek

Pasca mengumumkan peresmian kehadiran Go-Jek di Thailand dan Vietnam, Founder dan CEO Go-Jek Nadiem Makarim menuturkan bagaimana strategi perusahaan ke depannya, serta persaingannya dengan pemain ride hailing raksasa di Asia Tenggara, Grab dalam suatu wawancara bersama CNBC.

Nadiem menuturkan strategi yang dipilih Go-Jek untuk bersaing adalah bermitra dengan tim lokal. Menurutnya keberadaan tim lokal diharapkan dapat menerjemahkan konsep yang sudah dijalankan Go-Jek ke dalam konteks lokal. Untuk itu, perusahaan melakukan bimbingan kepada mereka tentang apa saja yang telah dipelajari Go-Jek agar sukses dan hal apa saja yang tidak berhasil di jalankan di Indonesia.

Dengan strategi membimbing dari jarak jauh, harapannya seiring waktu berjalan mereka dapat benar-benar menciptakan strategi yang unik untuk pasarnya masing-masing. Baik itu dalam hal memilih produk yang akan diluncurkan, urutan bagaimana meluncurkannya, dan bagaimana mereka melakukannya, hingga bagaimana ingin memposisikan merek di pasar.

Penamaan merek itu sendiri, sambung Nadiem, seluruhnya diserahkan kepada tim lokal mau diubah ataupun tidak. Beberapa negara yang akan disambangi Go-Jek, bahkan memutuskan untuk tetap memakai nama Go-Jek. Seperti terlihat dari nama resmi yang diumumkan Go-Jek saat mengumumkan peresmian namanya di Thailand dengan nama GET, sementara di Vietnam dengan Go-Viet.

“Tim lokal merasa nama Go-Jek adalah nama yang sangat baik dan memiliki esensi merek yang baik pula,” terangnya.

Dari sisi strategi promosi pun, Nadiem mengungkapkan pihaknya sudah menyiapkan berbagai strategi yang diklaim akan lebih adil dan lebih cerdas, sehingga dapat menguntungkan baik bagi pengemudi maupun pelanggan. Namun cara yang dipakai akan lebih cerdas dan bisa dilakukan secara berkelanjutan.

Cara ini menurutnya bisa didapat dari penyempurnaan yang selama kompetisi berlangsung, lambat laun perusahaan memahami bagaimana cara bermanuver dan menciptakan efisiensi dalam promosi dan mengembangkan pasar. Dia pun memberi perumpamaan, lebih baik pertahankan konsumen yang kurus namun daya konsumsinya lebih banyak daripada mempertahankan konsumen bertubuh gemuk dengan konsumsi yang lebih sedikit dari orang sebelumnya.

“Kami telah berada di masa tersebut sepanjang waktu ini dan sekarang kami bertukar giliran, di mana kami akan melakukan pelanggaran dan menciptakan opsi untuk pengemudi dan pelanggan.”

Dia melanjutkan, jika dalam suatu pasar hanya ada satu opsi maka potensi kemauan konsumen untuk mencoba opsi kedua akan sangat besar sekali. Pasalnya jika dilihat dari dua perspeketif berbeda, setiap pengemudi ingin ada pilihan, setiap konsumen ingin kompetisi. Maka menurutnya hal tersebut adalah pemicu terbesar yang akan memastikan bahwa Go-Jek bisa sukses.

“Itulah yang kami harapkan bisa membuka jalan jadi lebih relatif lancar.”

Di samping itu, memberikan pilihan layanan bagi semua orang adalah inti utama yang ingin diberikan Go-Jek. Dari tim internal, dia dan tim banyak berpikir bahwa Go-Jek telah membangun cukup banyak perusahaan dan layanan di Indonesia, apakah model seperti ini bisa diekspor. Apakah tim bisa menemukan cara baru untuk benar-benar menggerakkan negara berkembang secara digital atau sangat spesifik untuk Indonesia.

“Tingkat keingintahuan itu sangat tinggi bagi semua orang di Go-Jek. Jadi bagi kami itu akan sangat menarik untuk pergi keluar dari Indonesia untuk melihat apakah model ini bisa direplikasi dalam konteks budaya yang berbeda.”

Momen tepat ekspansi

Tak hanya membicarakan strategi, Nadiem juga mengungkapkan terkait tepatnya momen pengumuman ekspansi Go-Jek beberapa saat setelah Uber mengumumkan penutupan bisnisnya di Asia Tenggara. Nadiem bilang bahwa banyak hal yang kebetulan terjadi pada Go-Jek dan itu jadi semacam suatu kekuatan inti utama dari mereka.

Dia melihat pelajaran pertama yang bisa diambil dari Uber adalah sangat sulit dan mahal harganya untuk mempertahankan satu vertikal bisnis saja. Untuk mempertahankan dan melibatkan pengguna, perusahaan perlu melibatkan diri dengan mengambil beberapa momen dalam kehidupan sehari-hari mereka. Makanya, dia menempatkan Go-Jek sebagai rumah, platform, dan hub.

“Untuk menjadi bisnis jangka panjang dan berkelanjutan, harus menjadi platform. Anda perlu memiliki banyak layanan dan mereka harus perkuat satu sama lain. Bagaimana menciptakan sinergi dari sisi suplai, strategi retensi dari sisi demand.”

Hal ini terjadi di Go-Jek, di mana setiap kali meluncurkan layanan, proses akuisisi pengguna Go-Jek terus meningkat karena perusahaan hanya mengonversi pengguna yang sudah ada untuk mencoba hal baru, hal baru, dan hal baru. Ini berdampak pada biaya akuisisi setiap pelanggan baru dalam setiap vertikal baru terus menurun.

Baginya, proses ini adalah siklus yang sangat positif sehingga semakin banyak vertikal yang diciptakan dari platform, semakin banyak monetisasinya, tingkat konsumen yang kembali ke platform pun akan semakin tinggi.

“Tidak masalah dari mana mereka berasal, mungkin dari transportasi ride hailing, atau dari Go-Food, Go-Pulsa atau Go-Tix, yang terpenting ketika pengguna terpaku dengan satu layanan yang bisa menyelesaikan masalah mereka jauh lebih mudah, akan lebih mudah meraih mereka,” pungkas Nadiem.

Go-Jek Introduces Go-Viet in Vietnam and GET in Thailand

Go-Jek officially announces operational in Vietnam (Go-Viet) and Thailand (GET) with local entity for the first batch of its international expansion in Southeast Asia. Both companies are under local founder, supported by insights, skills, technology, and investment from Go-Jek.

Go-Viet will enter a beta testing stage in July. It involves some drivers and consumers, before going fully launched in several months. GET is going to follow, due to consulting process that is on progress with local authorities, including government, driver partners, and consumers.

In the beginning, both companies will provide ride-hailing service and logistics, later to be followed by food ordering & delivery and electronic payment. The next target are Singapore and the Philippines.

Nadiem Makarim, Go-Jek’s CEO and Founder said, the company has a strategy to combine world-class technology developed by Go-Jek through skills, experience, and deep market knowledge of local team to build a business which truly understands what consumers need.

“We believe each local team has the knowledge and expertise to ensure business success in Vietnam and Thailand. They use a different brand, but work in line with the values which brought Go-Jek as the market leader in Indonesia,” he said in the official statement.

Nguyen Vu Duc, Go-Viet’s CEO and Co-Founder added, “Go-Jek’s support is very ideal for us, not only because the technology and skill in this business, but also the same principle we share, it’s the desire to bring positive impact for the public through improving the living standard and income, as well as increasing SMEs business scale.”

Pinya Nittayakasetwat, CEO and Co-Founder of GET added, “Go-Jek succeeded in becoming the first unicorn to grow in Indonesia because they’re capable to use technology as a solution to the most difficult challenge in the country. GET team is inspired by the way companies twist their daily problems into business opportunities, also improving the living standard of millions.”

The international expansion was going through months of planning after the last Go-Jek investment round from Astra International, Warburg Pincus, KKR, Meituan, Tencent, Google, Temasek, and others. $500 million (about Rp7.1 trillion) is allocated for international expansion along with the company’s strategy to expand in Southeast Asia.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Go-Jek Resmikan Go-Viet di Vietnam dan GET di Thailand

Go-Jek mengumumkan peresmian operasionalnya di Vietnam (Go-Viet) dan Thailand (GET) dengan badan hukum lokal untuk gelombang pertama ekspansi internasionalnya di negara-negara Asia Tenggara. Kedua perusahaan tersebut dikelola tim manajemen sekaligus pendiri lokal, didukung dengan pengetahuan, keahlian, teknologi, dan investasi dari Go-Jek.

Go-Viet akan memasuki tahap beta testing di bulan Juli mendatang, melibatkan sejumlah pengemudi dan konsumen, sebelum diluncurkan secara penuh dalam beberapa bulan mendatang. GET akan menyusul kemudian, lantaran proses konsultasi yang masih berjalan berbagai pemangku kepentingan setempat, termasuk pemerintah, mitra pengemudi, dan konsumen.

Kedua perusahaan tersebut pada tahap awal akan menghadirkan layanan ride hailing dan logistik, yang kemudian akan diiikuti oleh layanan pesan antar makanan dan pembayaran elektronik. Nnegara berikutnya yang akan disasar Go-Jek adalah Singapura dan Filipina.

CEO dan Founder Go-Jek Nadiem Makarim menuturkan perusahaan memiliki strategi mengombinasikan teknologi kelas dunia yang telah dikembangkan Go-Jek dengan keahlian, pengalaman, serta pengetahuan pasar yang mendalam yang dimiliki tim lokal untuk menciptakan bisnis yang benar-benar memahami kebutuhan konsumen.

“Kami percaya masing-masing tim lokal memiliki pengetahuan dan keahlian untuk memastikan kesuksean bisnis di Vietnam dan Thailand. Mereka memang menggunakan merk yang berbeda, namun tetap beroperasi sejalan dengan nilai-nilai yang telah berhasil menjadikan Go-Jek pemimpin pasar di Indonesia,” kata Nadiem dalam keterangan resminya.

CEO dan Co-Founder Go-Viet Nguyen Vu Duc menambahkan, “Dukungan Go-Jek sangat ideal bagi kami, tidak hanya karena tidak hanya teknologi dan kepiawannya di bisnis ini, tetapi juga karena kita memiliki prinsip yang sama, yaitu hasrat untuk membawa dampak positif bagi masyarakat melalui peningkatan taraf hidup dan penghasilan, serta menumbuhkembangkan bisnis skala UKM.”

CEO dan Co-Founder GET Pinya Nittayakasetwat menimpali, “Go-Jek berhasil menjadi perusahaan unicorn pertama yang tumbuh di Indonesia karena mereka mampu menggunakan teknologi sebagai solusi untuk tantangan tersulit di negaranya. Tim GET terinspirasi oleh cara perusahaan memutarbalikkan masalah sehari-hari menjadi peluang bisnis sekaligus meningkatkan kualitas hidup jutaan orang.”

Ekspansi internasional ini dilakukan dengan perencanaan berbulan-bulan setelah ronde penggalangan investasi Go-Jek terakhir dari Astra International, Warburg Pincus, KKR, Meituan, Tencent, Google, Temasek dan lainnya. Dari investasi yang didapatkan, dana sebesar US$500 juta (sekitar Rp7,1 triliun) dialokasikan untuk ekspansi internasional sejalan dengan strategi perusahaan melebarkan sayapnya di Asia Tenggara.

Application Information Will Show Up Here

Go-Jek is Soon to be Available in Vietnam

GO-JEK is said to be officially available in Vietnam in July 2018. The arrival wants to challenge Grab’s dominance in Vietnam market. Post-Uber acquisition, Grab isn’t be facing any competitor in SEA countries besides Indonesia.

In its early stage, GO-JEK will be focused on partner acquisitions. One of the strategies is to eliminate the 20% fees deduction for drivers. It is considered as a good tactic, since the competitor (Grab) is having 28% fees from the driver partner.

Vietnam becomes the first execution of the expansion. The next is Singapore and Philippine. Meanwhile, the region has become Grab’s operation-based area (with Uber SEA after being acquired by Grab).

Post Uber SEA acquisition, Grab is now dominating the industry in various countries. A survey conducted by Financial times has shown Grab’s solid position in SEA countries. Indonesia is an exception with GO-JEK still dominating.

According to some Vietnam local publications, GO-JEK’s arrival is welcomed, in terms of regulations as well. With Grab dominating most of the transportation market in the region, local authorities investigation indicates a violation of the law regarding the competition post-Uber acquisition.

GO-PAY role

There is no definite news about bringing the service provided by PT Dompet Anak Bangsa (GO-PAY). However, it is certain that the payment system will be GO-JEK’s product roadmap in each country. Since January 2017, the Vietnamese government has begun drafting regulations to tighten the rules of e-money and virtual currency. The framework is now under the auspices of the State Bank of Vietnam (SBV).


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

GO-JEK Segera Resmikan Operasional di Vietnam

GO-JEK dikabarkan segera meresmikan kehadirannya di Vietnam bulan Juli 2018 ini. Hadirnya GO-JEK ke pasar Vietnam akan menantang dominasi Grab. Pasca menyerahnya Uber, Grab praktis tanpa saingan di negara-negara Asia Tenggara selain Indonesia.

Di fase awal, GO-JEK akan fokus pada strategi akuisisi mitra. Salah satunya dengan menghilangkan komisi 20 persen yang biasanya dikenakan pada pengemudi. Dinilai ini akan menjadi strategi yang apik, pasalnya pesaingnya Grab mengenakan komisi 28 persen ke mitra.

Vietnam adalah eksekusi pertama dari rencana ekspansi, selanjutnya akan ada Singapura dan Filipina. Sementara di wilayah tersebut sudah menjadi basis operasi layanan Grab (dan Uber yang kini sudah diakuisisi bisnisnya di Asia Tenggara oleh Grab).

Pasca akuisisi Uber Asia Tenggara, Grab kini mendominasi industri di berbagai negara. Menurut hasil survei yang dilakukan Financial Times, porsi layanan Grab cukup kuat di tiap negara di Asia Tenggara. Hanya di Indonesia populasinya lebih didominasi oleh GO-JEK, itu pun masih dalam tahap persaingan yang dinamis.

Tren layanan ride-sharing di Asia Tenggara / FT
Tren layanan ride-sharing di Asia Tenggara / FT

Menurut beberapa pemberitaan lokal di Vietnam, kehadiran GO-JEK cukup disambut baik, pun demikian dari sisi regulasi. Pasalnya Grab telah begitu mendominasi pasar transportasi di wilayah tersebut. Penyelidikan otoritas setempat juga mengindikasi adanya pelanggaran undang-undang terkait persaingan usaha pasca akuisisi Uber.

Peran GO-PAY?

Belum ada kabar pasti soal memboyong layanan yang diusung PT Dompet Anak Bangsa (GO-PAY). Namun bisa dipastikan bahwa sistem pembayaran akan menjadi peta jalan produk GO-JEK di tiap negara. Sejak tahun Januari 2017, pemerintah Vietnam sudah mulai menyusun regulasi untuk mempertegas aturan soal e-money dan mata uang virtual. Kerangka kerjanya kini ada di bawah naungan State Bank of Vietnam (SBV) –sama seperti peran Bank Indonesia (BI) di sini.

Application Information Will Show Up Here

Kabar Ekspansi Regional GO-JEK Terus Berhembus

Selain serangkaian pendanaan dari banyak pihak yang mengawali tahun ini, GO-JEK juga santer diisukan akan segera melebarkan sayap ke beberapa negara di Asia Tenggara. Setelah Filipina yang menjadi sasaran awal untuk tahun ini, kabar terbaru menyebutkan mereka sedang mempersiapkan diri masuk ke pasar Vietnam.

Dikabarkan DealStreetAsia, GO-JEK mempertimbangkan Vietnam sebagai destinasi ekspansi selanjutnya. Status Vietnam sebagai negara berkembang dengan banyaknya pengguna moda transportasi sepeda motor menjadi pertimbangan. Sejauh ini, kabar tersebut belum mendapat konfirmasi dari pihak GO-JEK.

Sebelumnya Menkominfo Rudiantara malah menyarankan GO-JEK untuk segera beroperasi di Thailand dan Filipina. Wacana GO-JEK berekspansi ke Filipina sudah ditiupkan akhir tahun lalu dalam wawancara CTO GO-JEK Ajey Gore dengan Reuters.

Menerka pertimbangan GO-JEK

Banyak yang memprediksi seharusnya persaingan Grab, Uber dan GO-JEK tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di berbagai negara di kawasan Asia Tenggara. Uber dan Grab sudah merambah negara-negara tersebut, tetapi GO-JEK tampaknya masih menyusun strategi dan menghimpun kekuatan.

Dari berbagai faktor yang bisa menjadi alasan GO-JEK tak kunjung berekspansi, faktor terbesar mungkin terletak pada pelokalan konten. Meskipun serumpun, masalah yang dihadapi di tiap negara tentu tidak sama. Kehadiran tim lokal pun sangat penting untuk memuluskan transfer pengetahuan tentang kebiasaan dan minat masyarakat setempat.

Di Vietnam sendiri juga terjadi kasus penyedia jasa transportasi reguler yang menuntut pemerintah memblokir dan menutup layanan transportasi online. Hal ini tak berbeda jauh dengan yang terjadi di Indonesia beberapa waktu lalu.

Di sisi lain, GO-JEK saat ini sedang fokus mempersiapkan GO-PAY sebagai platform pembayaran yang ingin diterima berbagai mitra pasca akuisisi terhadap dua platform payment gateway. Tak hanya di dalam ekosistem GO-JEK, nantinya GO-PAY bisa digunakan untuk bertransaksi secara umum di berbagai toko ritel dan platform marketplace online.

Application Information Will Show Up Here

Terima Pendanaan Seri C, Startup Vietnam Foody Segera Ekspansi ke Indonesia

Foody segera menambah ramai segmen resturant listing di Indonesia / Shutterstock

Foody merupakan startup asal Vietnam berbasis media kuliner dan restaurant listing. Seperti yang diberitakan oleh DealStreetAsia, Foody Coorporation baru saja mendapatkan pendanaan Seri C dari venture capital asal Amerika Serikat, Tiger Global Management. Setelah pendanaan tersebut, Foody bersiap berekspansi ke negara-negara Asia Tenggara dan Indonesia menjadi destinasi pertama.

Continue reading Terima Pendanaan Seri C, Startup Vietnam Foody Segera Ekspansi ke Indonesia

[Manic Monday] Melihat Industri Musik Indonesia Dengan Berkaca Ke Vietnam

Dalam perjalanan karir saya, saya sempat bekerja di dunia hiburan di Vietnam. Perusahaan saya bergerak di bidang TV, film dan bioskop, tapi karena salah satu proyek TVnya adalah MTV Vietnam. Peluncuran MTV di Vietnam ini membuat saya harus mempelajari industri musik Vietnam secara lebih seksama, karena sebelumnya saya berkonsentrasi di industri film dan bioskop Vietnam. Dan dibandingkan dengan pengalaman industri musik saya di Indonesia, saya temukan banyak hal yang berbeda.
Continue reading [Manic Monday] Melihat Industri Musik Indonesia Dengan Berkaca Ke Vietnam

Mantan Pendiri TokoBagus, Remco Lupker, Luncurkan Jejaring Iklan Khusus Video

Setelah tidak lama lalu meninggalkan jabatannya di perusahaan e-commerce, TokoBagus, Remco Lupker tidak berdiam diri terlalu lama dan menolak menunggu untuk meluncurkan “mainan” barunya. Startup terbarunya ini tidak berada di dalam lingkup e-commerce lagi, namun menurut Remco merupakan salah satu pasar lokal yang sedang bertumbuh, yaitu periklanan online. Continue reading Mantan Pendiri TokoBagus, Remco Lupker, Luncurkan Jejaring Iklan Khusus Video