Loket Live Studio Diluncurkan, Aplikasi “Video Conferencing” Terintegrasi untuk Penyelenggaraan Acara Online

Loket hari ini (22/9) secara resmi merilis produk teranyarnya berjuluk “Loket Live Studio”. Sederhananya, layanan ini memfasilitasi siapa saja yang ingin mengadakan acara secara online. Di dalamnya sudah termasuk fitur untuk mempublikasikan acara, monetisasi, hingga menayangkan acara secara langsung.

Secara konsep mirip dengan aplikasi Zoom atau Google Meet yang sebelumnya banyak dipakai untuk menggelar acara live online. Bedanya, Loket mengintegrasikan fitur tersebut dengan berbagai layanan yang sudah ada di ekosistem miliknya, sehingga tidak perlu lagi memasang aplikasi untuk melakukan video conferencing atau live streaming. Dengan ini bisa dikatakan kini Loket mengakomodasi penyelenggaraan acara online secara end-to-end.

Dalam jumpa pers virtual yang diadakan siang ini, VP Loket Mohamad Ario Adimas mendemokan Loket Live Studio. Beberapa fitur broadcasting/live streaming diintegrasikan ke layanan Loket yang bisa diakses melalui situs web. Menunya cukup standar dan tergolong simpel, mulai dari audio/video call, pesan, hingga berbagi layar. Nilai unik yang coba dihadirkan, Live Studio juga dilengkapi konfigurasi kamera/audio tambahan, memungkinkan penyelenggara acara untuk menambahkan perangkat input lebih banyak.

Sementara untuk distribusi akses di sisi pengguna, Loket Live Studio juga memiliki fitur yang tergolong baru. Biasanya acara online menggunakan tautan video streaming tunggal untuk semua peserta, sementara di Live Studio setiap peserta akan mendapatkan tautan unik untuk masuk ke dalam acara. Hal ini menurut Adimas lebih efektif untuk digunakan dalam acara online berbayar — mengurangi risiko tautan tunggal tadi tersebar secara publik.

Untuk dapat memanfaatkan layanan LOKET Live Studio, cukup membuka halaman Loket dan memilih fitur buat event, untuk selanjutnya mengikuti langkah-langkah yang disediakan, dan mengaktifkan layanan Live Studio.

Sebelumnya, bulan Mei 2020 lalu Loket sudah lebih dulu merilis layanan Loket Live. Memungkinkan pengelolaan acara virtual. Di dalamnya mencakup beberapa layanan, mengintegrasikan sistem manajemen tiket dan streaming video dengan dukungan teknologi GoPlay.

Head of Loket Tubagus Utama menyampaikan, selama masa pandemi lebih dari 97% acara yang terselenggara menggunakan Loket digelar secara virtual. Inovasi yang dihadirkan telah berhasil membantu penyelenggaraan lebih dari 7200 acara oleh 2800 penyelenggara, dengan penjualan tiket mencapai hampir 500 ribu semenjak pandemi melanda di Maret hingga Agustus 2020.

“Sebagai bentuk dukungan bagi industri, kehadiran LOKET Live Studio dapat dimanfaatkan oleh para content creator atau siapa pun yang mempunyai keahlian tertentu dan tertarik untuk mencoba mengadakan online event sebagai platform kunci untuk menjadi sumber penghasilan baru,” imbuh Tubagus.

Sebelumnya, DailySocial bekerja sama dengan Populix sempat melakukan survei terkait produktivitas online selama era “work from home”. Aplikasi produktivitas (68%) menempati porsi tertinggi yang paling sering dipakai selama periode tersebut, selisih tipis dengan aplikasi hiburan (66%).

Survei Aktivitas Selama Pandemi

Untuk alat komunikasi, paling banyak menggunakan WhatsApp (68%), lalu Zoom (16%) dan Google Meet (4%). Sebanyak 42% responden mengaku menggunakan aplikasi-aplikasi tersebut lebih dari 5 jam. Menariknya aplikasi pendidikan juga mendapatkan porsi yang cukup besar, yakni 32%. Selama di rumah ada tren di kalangan masyarakat untuk menambah pengetahuan dengan mengikuti berbagai kelas-kelas yang diajarkan secara online.

Application Information Will Show Up Here

Introducing Sertiva, a Digital Certificate Issuance Service

Based in Yogyakarta, Sertiva is to offer a digital certificate (e-certificate) issuance solutions. It is considered quite relevant to the current conditions, when people are started to organize many online events.

Sertiva’s Co-Founder Saga Iqranegara said, since 2015 he has been quite active in ADITIF, an association for creative industry players. He found the fact that there was an imbalance of talent with competence. From there Sertiva is to connect job seekers and talents through a digital certificate publishing platform.

“I see that the link-and-match issue in the employment industry is quite vital because there is no single data linking the workforce with the industrial world. Then, the idea emerged to create Sertiva, a platform for issuing digital certificates or diplomas, therefore, we can asses someone’s competence which eventually will help the link-and-match process within th the industry,” Saga explained.

Sertiva is designed for three types of users. The first is for the Issuer or certificate issuer, the second is for the certificate holder or recipient, and the third is the Validator or party that verifies the authenticity of the electronic certificate.

“We implement an annual subscription system for Sertiva services. Sertiva’s clients come from various types of organizations, from communities, vocational schools, startups, even state-owned enterprises,” said Saga.

Momentum amid pandemic

Sertifikat Digital Sertiva
Sertiva is accessible through the website platform

The operational has been running for over a year. It has been trusted by 50 issuers consisting of companies and institutions with more than 2500 digital certificate holders.

At first, Saga said that they were pessimistic about the feedback. This is due to its relatively new technology and solutions. However, since the pandemic, where many activities were carried out virtually, Sertiva seemed to have gained momentum and proved that the solution they brought is in demand.

“It is proven by some clients using our service because they had to completely shift the offline to online events. Since mid-2020, we are increasingly convinced that this is the momentum for Sertiva , and our marketing targets are eventually influenced by the current circumstances shifting to e-certificate technology,” Saga added.

Currently, Saga with two other co-founders, Aji Kisworo Mukti and Donni Prabowo are trying to the product. This includes education about digital certificates.

“Our future plan is to expand the adoption of e-certificate technology from Sertiva. There are many people who are mistaken for digital certificates. The certificates in the JPEG or PDF file format that they have issued are not actual e-certificates. What we’ve been doing at Sertiva, it is necessary to provide the widest possible education to the community,” Saga said.

Sertiva is also part of the Telkom Group’s incubator program, Indigo Creative Nation, and has received initial funding through the program. Previously, they were also participants in the DSLaunchpad virtual incubator program held by DailySocial.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Mengenal Sertiva, Layanan Penerbitan Sertifikat Digital

Berkantor di Yogyakarta, Sertiva hadir menawarkan solusi penerbitan sertifikat digital (e-sertifikat). Solusinya dinilai cukup relevan dengan kondisi saat ini, di saat banyak pihak menyelenggarakan kegiatan secara online.

Co-founder Sertiva Saga Iqranegara menjelaskan, sejak 2015 ia cukup aktif di ADITIF, sebuah asosiasi wadah pelaku industri kreatif. Di sana ia menemukan fakta bahwa ada ketimpangan talenta berkompeten dengan kebutuhan. Dari sanalah Sertiva lahir untuk menghubungkan pencari kerja dan talenta melalui platform penerbitan sertiikat digital.

“Saya melihat bahwa isu link and match di dunia ketenagakerjaan lebih dikarenakan tidak ada satu data yang menghubungkan antara tenaga kerja dengan dunia industri. Kemudian muncul ide untuk membuat Sertiva ini, sebuah platform untuk menerbitkan sertifikat atau ijazah digital, sehingga kita bisa melihat kompetensi seseorang yang pada akhirnya nanti bisa membantu link and match dengan dunia kerja,” terang Saga.

Platform Sertiva didesain untuk tiga jenis pengguna. Pertama untuk Issuer atau penerbit sertifikat, kedua untuk Holder atau penerima sertifikat, dan ketiga Verifier atau pihak yang melakukan verifikasi terhadap keaslian sertifikat elektronik.

“Kami menerapkan sistem berlangganan tahunan untuk menggunakan layanan Sertiva. Klien Sertiva datang dari berbagai jenis organisasi, mulai dari komunitas, sekolah vokasi, startup, bahkan BUMN,” terang Saga.

Momentum di tengah pandemi

Sertifikat Digital Sertiva
Layanan Sertiva dapat diakses melalui platform situs webnya

Telah memulai operasional selama satu tahun lebih, saat ini mereka sudah dipercaya 50 penerbit yang terdiri dari perusahaan dan institusi dengan 2500 lebih pemegang sertifikat digital.

Saga bercerita, di awal mereka sempat pesimis solusi mereka bisa diterima. Hal ini tak terlepas dari teknologi dan solusinya tergolong baru. Namun semenjak pandemi, di mana banyak kegiatan dilakukan secara virtual, Sertiva seperti mendapat momentum dan membuktikan bahwa solusi yang mereka tawarkan ternyata banyak yang membutuhkan.

“Terbukti dengan beberapa klien yang datang karena mereka harus mengubah total bentuk kegiatannya ke online. Sejak pertengahan tahun 2020 ini kami semakin yakin momentum buat Sertiva telah datang, dan target marketing kami dengan sendirinya teredukasi oleh keadaan yang membuat mereka shifting ke teknologi e-sertifikat,” lanjut Saga.

Kini Saga, bersama dua co-founder lainnya, Aji Kisworo Mukti dan Donni Prabowo tengah berusaha untuk menyempurnakan produk. Termasuk di dalamnya edukasi mengenai sertifikat digital.

“Rencana kami ke depan adalah meluaskan adopsi teknologi e-sertifikat dari Sertiva. Karena masih banyak yang salah kaprah dengan sertifikat digital. Sertifikat dalam format berkas JPEG atau PDF yang selama ini mereka terbitkan bukanlah e-sertifikat yang sebenarnya. Untuk itu kami di Sertiva merasa perlu melakukan edukasi seluas-luasnya kepada masyarakat,” tutup Saga.

Sertiva juga tergabung pada program inkubator milik Telkom Group, yakni Indigo Creative Nation, dan telah mendapatkan pendanaan awal melalui program tersebut. Sebelumnya mereka juga menjadi peserta program inkubator virtual DSLaunchpad yang diadakan DailySocial.

Potensi Event Virtual Jadi Salah Satu Kegiatan “New Normal”

Banyak hal terdampak pandemi Covid-19 ini. Salah satunya adalah industri berbasis event. Bagi penggiat di sektor ini, mencari cara beradaptasi agar tetap relevan adalah kunci melewati ini semua. Tidak mudah, tapi diupayakan.

Salah satu yang mulai beradaptasi dengan cara tersebut adalah Loket / GoTix. VP of Commercial Loket Mohamad Ario Adimas (Dimas) menjelaskan, kondisi tetap di rumah saja dalam waktu lama membuat masyarakat butuh hiburan. Di sisi lain, musisi dan semacamnya butuh tetap berkarya dan menyapa penggemarnya. Akhirnya event virtual menjadi salah satu solusi.

“Adaptasi ke event online pun menjadi salah satu jawaban. Melalui event online, Loket berupaya untuk mendorong agar industri event dan hiburan tetap hidup, para musisi dan kru event tetap dapat berkarya, serta masyarakat dapat terus memperoleh akses hiburan ke beragam event. Kondisi ini juga yang akhirnya memicu Loket untuk berkolaborasi dengan para event creator dalam menemukan solusi terbaik di tengah krisis ini,” terang Dimas.

Dimas melanjutkan, Loket menyediakan halaman khusus yang bisa memudahkan para event creator untuk membuat sebuah event virtual. Loket juga mengklaim telah berinovasi dengan menggabungkan layanan sistem manajemen tiket dengan streaming video, sehingga mulai dari perencanaan, pengaturan, produksi, hingga komunikasi dengan audiens yang berbentuk website atau yang disebut dengan virtual venue.

“[Kami] menerapkan analogi sebagaimana tiket dalam event offline. Penjualan dan distribusi tiket juga dibuat secara eksklusif, di mana satu link URL hanya bisa digunakan pada satu ​device konsumen. Hal ini menjadi salah satu cara agar para event creator tetap mendapatkan apresiasi yang sepatutnya atas apa yang mereka lakukan,” imbuh Dimas.

Adaptasi serupa juga dilakukan Goers. Dengan layanan Goers Experience Manager (GEM), mereka mencoba beradaptasi dengan perubahan pola event yang ada seperti sekarang ini.

GEM resmi diluncurkan oleh Goers pada tahun lalu. Tujuannya memberikan pengalaman bagi para pemilik acara maupun pengguna yang ingin mengikuti acara. Kini, di tengah situasi pandemi, GEM menjadi salah satu layanan penting yang bisa membantu penyelenggaraan event online.

“Goers Experience Manager adalah sebuah platform bagi experience creators untuk membuat experience, mendigitalisasi penjualan tiket secara online dan offline, dan terhubung dengan lebih dari 450 ribu pengguna Goers,” ujar Co-Founder dan COO Goers Niki Tsuraya Yaumi.

Ia menambahkan, melalui GEM para pemilik acara disediakan berbagai macam fitur untuk pengelolaan acara, mulai dari email blast, laporan dan settlement, kustomisasi URL, hingga penggunaan kode voucher.

Event virtual jadi salah satu new normal

Event online atau virtual mulai ramai sejak pandemi memaksa semua kegiatan offline batal dan pemerintah menghimbau untuk tinggal di rumah saja. Beragam bentuk kegiatan diselenggarakan, mulai dari konser musik, workshop atau pelatihan, webinar, dan semacamnya.

Dimas percaya ke depannya event online akan menjadi new normal yang terus diminati meskipun seandainya pandemi ini berakhir. Ia berkaca pada lonjakan pembuatan event online di Loket. Sejauh ini ada 2.000 event dalam kurun waktu satu bulan terakhir, di antaranya konser online yang berhasil menjual hingga 5000 tiket.

“Angka yang cukup tinggi untuk penjualan tiket event online di Indonesia. Ke depan, kami berkomitmen untuk terus berupaya meluncurkan inovasi-inovasi baru bagi industri event dan hiburan, dan tak henti untuk terus giat berkontribusi. Loket berharap para event creator dan audiens dapat memaksimalkan fitur event online ini dan menjadikannya sebagai solusi untuk tetap produktif,” jelas Dimas.

Hal senada disampaikan Niki. Ia menilai meski suatu saat pandemi usai, perkembangan teknologi dan kebiasaan melakukan banyak hal dari tempat lain secara fleksibel akan membuat event online akan terus tumbuh dan tetap memiliki peminat. Di sanalah GEM mengambil posisi sebagai platform yang memudahkan bagi pembuat event.

“Event offline terbatas oleh jarak dan waktu, sedangkan event online tidak. Kami melihat masa depan online event sangat cerah. Sebagai perbandingan, beberapa partner kami ada yang merasakan kenaikan jumlah peserta sebesar 50% karena mengadakan acara secara online,” imbuh Niki.

Kendati tidak 100% bisa menggantikan pengalaman acara secara langsung, penyelenggaraan secara online akan menjadi salah satu pilihan penyelenggaraan acara saat ini. Fleksibilitas yang ditawarkan di dalamnya menjadi daya tarik tersendiri bagi para penontonnya. Momok terbesarnya saat ini, khususnya di Indonesia, adalah kestabilan jaringan internet dan ketersediaan infrastruktur secara nasional.