[Video] Fokus “Saham Rakyat” Hadirkan Layanan Investasi Saham Online

DailySocial.id bersama Founder & CEO Saham Rakyat Kevin Hendrawan membahas alasan di balik fokus perusahaan untuk memilih saham sebagai produk utama dari bisnisnya. Menurut Kevin, ada perbedaan yang menarik jika melihat tren investasi saham di masa dulu dan saat ini.

Memiliki demografi yang cukup beragam, Kevin juga membeberkan sejumlah trik yang ia pakai dalam menarik para pengguna baru sebanyak-banyaknya.

Seperti apa trik yang dipakai Kevin dan tim di Saham Rakyat? Fokus apa yang paling penting dimiliki Saham Rakyat untuk mampu bersaing dengan platform investasi digital yang sudah ada?

Simak pembahasannya di video wawancara berikut:

Untuk video menarik lainnya seputar strategi bisnis dan kontribusi sejumlah startup di Indonesia, kunjungi kanal YouTube DailySocialTV dalam sesi DScussion.

Survei Populix: Di Tahun 2022, Masyarakat Semakin Melek Investasi

Masyarakat Indonesia dinilai telah memiliki kesadaran yang lebih baik dalam berinvestasi semenjak pandemi. Mereka mulai memiliki perencanaan keuangan, termasuk dana darurat, asuransi kesehatan, hingga investasi.

Berdasarkan hasil survei yang diselenggarakan Populix berjudul “Insights and Future Trends of Investments in Indonesia” menunjukkan mayoritas (72%) responden mengatakan bahwa mereka mulai berinvestasi, terutama di kalangan generasi milenial. Angka tersebut meningkat dibandingkan survei sebelumnya yang digelar pada Januari 2021 yang mengungkap bahwa hanya kurang dari setengah responden (44%) yang telah mulai berinvestasi.

Co-founder & CEO Populix Timothy Astandu menyampaikan survei termutakhir ini memperlihatkan bahwa semakin banyak generasi muda yang melek investasi. Kehadiran berbagai aplikasi investasi tentunya mendorong inklusivitas kepada anak muda untuk mulai berinvestasi, terlihat dari mayoritas responden yang memilih untuk menjalankan investasi melalui aplikasi.

Dalam survei, sambungnya, juga menunjukkan bahwa responden telah mempertimbangkan aspek-aspek kondisi keuangan mereka, kejelasan informasi, serta profil risiko dari masing-masing instrumen investasi. Artinya, saat ini mereka sudah memiliki kesadaran dan literasi keuangan yang lebih baik sebelum memulai untuk berinvestasi.

“Tentunya hal ini menjadi catatan positif untuk Indonesia. Namun fenomena ini juga menjadi alarm pengingat bahwa diperlukan kolaborasi antara berbagai pihak untuk terus mengimbangi minat anak muda Indonesia pada tren investasi dengan literasi keuangan yang lebih baik lagi,” ucapnya dalam keterangan resmi, Rabu (30/11).

Survei Populix

Lebih lanjut, dalam survei memperlihatkan mayoritas responden (64%) dari segala rentang usia memiliki tujuan utama berinvestasi untuk mengumpulkan dana darurat. Secara khusus jika melihat perilaku berinvestasi dari setiap generasi, survei menunjukkan bahwa selain mengumpulkan dana darurat, generasi Z dan milenial cenderung berinvestasi untuk mendapatkan penghasilan tambahan, sementara generasi X bertujuan untuk mengumpulkan dana pensiun.

Sumber: Populix

Reksa dana (47%) masih menjadi instrumen investasi yang paling banyak dipilih responden. Selanjutnya disusul perhiasan emas (46%), saham (32%), logam mulia (30%), deposito (29%), properti (21%), dan aset kripto (20%). Responden yang datang dari generasi Z cenderung memilih investasi reksa dana, sementara milenial dan generasi X tertarik untuk investasi pada perhiasan emas. Dua alasan utama responden memilih instrumen yang dituju karena terdaftar di OJK dan punya profil risiko rendah.

Untuk mencari informasi seputar instrumen investasi, sebagian besar (68%) responden memanfaatkan platform media sosial, khususnya YouTube dan Instagram. Selain itu, mereka juga mencari informasi resmi dari OJK (42%), teman atau rekan kerja (40%), situs resmi institusi keuangan (34%), dan influencer (32%).

Sumber dana dan platform investasi yang digunakan

Lebih lanjut, dalam berinvestasi sebanyak 5 dari 10 responden mengatakan mereka menyisihkan sebagian dana dari pendapatan rutin, serta tabungan mereka. Di antara 54% responden yang mengalokasi anggaran dari pendapatan rutin, mayoritas menyisihkan sekitar Rp100 ribu-Rp250 ribu pendapatan mereka.

Di sisi lain, responden juga mengalokasikan 5%-10% untuk sumber dana investasi dari pendapatan lainnya, seperti tabungan, bonus atau penghasilan tambahan, THR, dana dari keluarga, dana darurat, dan hasil penjualan aset.

Berikutnya, responden juga cenderung berinvestasi melalui platform aplikasi, bank, atau keduanya. Sebanyak 71% responden memilih aplikasi karena kemudahan dalam satu aplikasi, persyaratan yang tidak rumit, dan membutuhkan modal yang relatif kecil. Aplikasi Bibit paling banyak dipilih responden (56%), diikuti dengan DANAeMAS (33%), Ajaib (28%), Tokopedia (25%), dan OVO Invest (20%).

Sumber: Populix

Di sisi lain, sebanyak 44% responden yang memilih berinvestasi melalui bank menyebutkan bahwa mereka menganggap bank lebih dipercaya untuk keperluan investasi, punya kemudahan, dan ketentuan yang tidak rumit. Beberapa bank utama yang dipercaya responden adalah BRI (31%), BCA (31%), Bank Mandiri (30%), dan BNI (27%).

Survei ini juga menemukan kendati minat investasi meningkat, masih ada 28% responden yang belum mau berinvestasi karena kondisi keuangan yang belum mencukupi untuk memulai investasi (78%). Selain itu, masih ada pemahaman bahwa investasi membutuhkan dana yang besar (36%), takut mengambil risiko (32%), sulit memahami informasi seputar investasi (20%), trauma penipuan investasi di masa lalu (14%), dan bertentangan dengan kepercayaan atau berisiko mengandung riba (8%).

Namun demikian, sebanyak 95% responden mengaku sudah memiliki rencana untuk berinvestasi di masa depan, terutama pada instrumen logam mulia (49%), perhiasan emas (42%), saham (42%), properti (37%), reksa dana (35%), dan deposito (32%).

Sebagai catatan, survei ini dilakukan pada 24-28 November 2022 dilakukan secara online melalui aplikasi Populix. Ada 1.038 responden laki-laki dan perempuan berusia 18-55 tahun yang berpartisipasi dalam tersebut. Survei kuantitatif ini dilakukan dalam bentuk kuesioner tertutup dengan format pilihan ganda tunggal dan pilihan ganda kompleks.

Sumber: Populix

Ajaib Rumahkan 67 Karyawan, Langkah Antisipasi Ketidakpastian Kondisi Makroekonomi Global

Startup wealthtech Ajaib mengonfirmasi kabar mengenai PHK. Dalam keterangan resmi yang disampaikan hari ini (29/11), Ajaib merumahkan 67 karyawan atau 8% dari total karyawan. Tidak disebutkan tim mana saja yang terdampak langkah efisiensi tersebut.

Perwakilan manajemen Ajaib menyampaikan, dalam tiga tahun terakhir, perusahaan telah meningkatkan inklusi keuangan Indonesia melalui layanan jasa keuangan digital. Seluruh dampak positif dan perkembangan Ajaib sebagai perusahaan tidak terlepas dari dedikasi dan kerja keras tiap tim.

“Strategi perusahaan juga terus diadaptasi agar Ajaib dapat berkembang secara berkelanjutan. Untuk memastikan kesiapan perusahaan menghadapi kondisi makroekonomi yang tidak menentu, kami terpaksa melakukan perampingan karyawan yang berdampak ke 67 karyawan,” ucap perwakilan Ajaib.

Pegawai yang di-PHK akan mendapat kompensasi sesuai aturan perundang-undangan, serta tambahan bonus pesangon sebesar satu bulan untuk setiap tahun masa kerja, asuransi kesehatan bagi karyawan dan keluarga selama enam bulan ke depan, konseling, dan dukungan pencarian kerja.

Di samping itu, jajaran manajemen Ajaib akan mengurangi gaji mereka secara sukarela dan para founder tidak akan menerima gaji. Langkah tersebut diharapkan tidak berdampak berdampak ke kelangsungan perusahaan dan layanan kepada nasabah Ajaib.

“Ke depannya, Ajaib juga telah mempersiapkan strategi bisnis yang kuat untuk terus mewujudkan inklusi keuangan di Indonesia,” ujarnya.

Ajaib berdiri sejak 2018 dengan bisnis utamanya platform investasi untuk saham, reksa dana, dan aset kripto. Data internal perusahaan menunjukkan lebih dari 90% nasabah Ajaib adalah generasi muda, dari porsi tersebut sekitar 80% di antaranya adalah first-time investor yang menemukan akses investasi saham melalui Ajaib. Disebutkan Ajaib mencatat telah menjaring lebih dari dua juta investor ritel dalam dua tahun terakhir.

Perusahaan mendapatkan titel “unicorn” pada Oktober 2021 pasca meraih pendanaan Seri B $153 juta dari DST Global dan sejumlah investor lain, seperti Alpha JWC Ventures, Ribbit Capital, Horizons Ventures, Insignia Ventures, dan SoftBank Ventures Asia.

PHK startup sepanjang tahun 2022

Ajaib menambah jajaran startup teknologi yang menempuh jalur efisiensi karyawan dalam rangka menjaga runway di tengah ketidakpastian kondisi makroekonomi global. Berikut daftar perusahaan lainnya untuk kurun waktu sepanjang tahun ini:

  1. Xendit
  2. Carsome
  3. Shopee Indonesia
  4. Grab
  5. Tokocrypto
  6. MPL Indonesia
  7. Tanihub
  8. LinkAja
  9. Lummo
  10. JD.id
  11. Pahamify
  12. Mamikos
  13. Zenius
  14. KoinWorks
  15. GoTo
  16. Ruangguru
  17. SIRCLO Group
  18. BukuWarung
Application Information Will Show Up Here

Investasi Masa Kini untuk Generasi Muda Indonesia

Digitalisasi telah memberi dampak yang cukup signifikan bagi perkembangan dunia investasi di tanah air. Penetrasi teknologi diyakini telah memperkecil entry barrier atau keadaan yang menghalangi orang untuk mulai berinvestasi. Mulai dari kehadiran platform teknologi hingga penyebaran konten literasi menjadi ‘bekal’ untuk para generasi muda memulai investasi.

DailySocial.id mengundang dua figur terkait untuk membahas kondisi industri investasi masa kini untuk para generasi muda Indonesia dalam sesi diskusi #SelasaStartup. Mereka adalah Head of IDX Marco Poetra Kawet dan Head of Financial Education Bibit Vivi Handoyo Lie.

Secara umum, investasi adalah ketika kita menempatkan sesuatu di masa kini dengan harapan bisa berkembang di masa depan. Hal ini termasuk berinvestasi pada diri sendiri. Terkait finansial, investasi sangat dipengaruhi oleh pemilihan instrumen yang tepat. “Instrumen investasi yang tepat akan membawa kalian mencapai tujuan finansial. Kalau tidak berkembang, berarti ada yang salah,” ungkap Marco.

Ada beberapa alasan mengapa banyak orang yang masih enggan untuk mulai berinvestasi. Pertama, anggapan bahwa investasi itu membutuhkan uang yang banyak. Kedua, proses berinvestasi dinilai rumit, ditambah banyak sentimen negatif disebabkan kasus investasi bodong yang banyak menimpa masyarakat awam.

Lain dulu, lain sekarang. Investasi masa kini sudah tidak lagi mengharuskan investor untuk datang secara langsung untuk setiap proses administratif. Peran regulator yang memungkinkan digitalisasi di sektor ini seperti eKYC berdampak signifikan bagi pertumbuhan dunia investasi masa kini. Evolusi dalam sektor ini sangat terbantu oleh infrastruktur digital, penetrasi internet, juga penggunaan smartphone.

Kontribusi platform teknologi

Kehadiran aplikasi wealthtech dengan multi-aset investasi diklaim menjadi salah satu faktor pendorong tren kenaikan investor ritel. Hal ini dikarenakan mereka dapat mengintegrasikan beberapa kelas aset untuk memperluas portofolio, mengawasi asetnya, dan membantu perencanaan untuk tujuan jangka panjang.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia per 14 Oktober 2021, jumlah investor pasar modal telah tumbuh sebesar 489 persen mencapai 6,5 juta investor, dibandingkan pada akhir 2017 lalu yang masih di angka 1,12 juta. Hal ini juga didorong oleh meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap investasi.

Sebagai perwakilan IDX, Marco mengungkapkan bahwa pihaknya menyambut baik startup teknologi yang telah menyediakan platform investasi. Ia turut memaparkan informasi bahwa sekitar 80% dari total investor di pasar modal adalah generasi muda, rata-rata berumur di bawah 40 tahun.

“Peran generasi muda ini sangat besar. Dengan angka yang besar ini, tentunya membutuhkan dukungan dari semua stakeholder. Kita berharap semua stakeholder tetap comply dengan aturan yang ada. Kita beri keleluasaan sebisa mungkin untuk menggaet investor menggunakan berbagai platform dan social media yang ada,” ujarnya.

Bibit sendiri memiliki misi untuk mempermudah akses terhadap investasi, termasuk dengan kolaborasi bersama perusahaan teknologi lainnya. Salah satu partnernya adalah Bank Jago. Pihaknya ingin menciptakan jaringan seluas mungkin. Dengan kolaborasi, harapannya adalah bisa menciptakan fitur yang membuat investasi lebih memiliki value.

“Ke depannya, kami tidak hanya ingin mempermudah untuk para investor memulai, tetapi juga dalam memilih instrumen investasi yang tepat, serta dalam menjalani setiap prosesnya. Kita mau menghadirkan solusi yang scalable. Kita mulai dari Stockbit untuk saham, lalu kita hadirkan Bibit, untuk investor pemula,” ungkap Vivi.

Di Indonesia sendiri, selain Bibit, banyak platform yang menawarkan kemudahan berinvestasi untuk pemula seperti Moduit yang memang secara tegas menargetkan generasi muda sebagai sasarannya. Ada juga Ajaib yang belum lama ini menawarkan investasi aset kripto, salah satu instrumen yang juga tengah diminati masyarakat.

Penyebaran konten literasi

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia berada di level 38,03% pada 2019.  Angka ini menunjukkan, dari setiap 100 jiwa penduduk hanya ada sekitar 38 orang yang memiliki pemahaman tentang lembaga keuangan dan produk jasa keuangan dengan baik. Dengan demikian terdapat 62 jiwa penduduk lainnya yang belum memiliki literasi keuangan.

Salah satu penggerak investasi yang cukup kuat adalah FOMO atau fear of missing out. Banyak orang yang latah dan akhirnya hanya ikut-ikutan. Meskipun hal ini bisa mencemplungkan mereka di kolam investasi, namun tetap harus bijak dalam memilih. Marco menyampaikan pentingnya bagi investor untuk punya analisa sendiri.

Generasi jaman sekarang sudah sangat dimanjakan dengan platform-platform yang menyajikan data perusahaan yang sudah diproses oleh provider. Tidak seperti jaman dulu yang masih harus melihat laporan keuangan masing-masing perusahaan. Platform ini bisa digunakan sebagai referensi, namun tetap disesuaikan dengan preferensi pribadi dan profil risiko.

Demikian pula konten-konten terkait investasi dan literasi keuangan sudah semakin banyak beredar. Meskipun begitu, tetap harus selektif dalam menyaring informasi. Pastikan realibilitas dan legalitas dari sumbernya. Platform teknologi seperti Bibit juga menawarkan kelas gratis untuk mereka yang mau memperdalam pemahaman terkait investasi.

Edukasi mindset itu penting, jangan cuma cari cepat untung. Investasi ini konsepnya lebih ke marathon. Intinya, investasi membutuhkan komitmen dan usaha. “Kalau bisa tanpa usaha dan analisa apapun di saham, semua orang bisa kaya. Harus ada kemauan untuk belajar,” ujar Vivi.

Menurut Vivi, instrumen investasi yang cocok untuk pemula tidak bisa disamaratakan. Pilih investasi yang sesuai jangka waktu dan profil resiko. Saham memiliki profil risiko yang lebih tinggi, pergerakannya lebih volatile. Di sisi lain, obligasi lebih sederhana untuk jangka panjang. Begitu pula untuk jangka pendek, ada pilihan lainnya. Kembali pada pilihan instrumennya.

Instrumen seperti reksa dana bisa menjadi pilihan, karena ada profesional yang bantu mengelola. Selain itu ada juga Surat Berharga Negara (SBN) untuk pemula, namun dana harus disimpan dalam jangka waktu lama. Ada beragam strategi investasi mengacu pada instrumennya.

“Yang mau ditanamkan adalah, ada banyak pilihan instrumen investasi. Tidak masalah condong ke mana. Intinya, generasi muda berinvestasi di jalur yang tepat. Terkait porsinya, bisa disesuaikan,” ujar Marco.

Investasi di tengah isu resesi

Menurut Marco, Indonesia dewasa ini tengah berusaha mengubah pola dari saving society menuju investment society. Ekosistemnya sedang dan masih berlangsung. Bahkan di tengah isu resesi global, pertumbuhan ekonomi Indonesia disebut kian melejit, dengan kontribusi generasi muda pada 60% PDB negara.

Terkait investasi di tengah ancaman resesi ini, Vivi menegaskan bahwa dalam ekonomi dan pasar modal, naik turun itu biasa. Resesi sendiri bukanlah hal baru. Menurut perhitungannya, separah apapun penurunan yang terjadi, pasar akan selalu kembali ke nilai awalnya, bahkan lebih tinggi. Pesan Vivi, “Untuk yang sudah mulai investasi, kalau kalian khawatir, ingat lagi tujuan awal berinvestasi. Buat yang belum mulai, jangan biarkan isu resesi menjadi alasan untuk tidak mau memulai.”

Marco menambahkan ada empat indikator fundamental ekonomi. Pertama, harga tukar Rupiah dengan USD, rendah bukan berarti kita terpuruk. Ini menlibatkan dominasi global, Amerika menunjukkan itu dengan pengaruh USD. Kedua, terjadinya inflasi yang kemudian coba diredam dengan kenaikan suku bunga. Ketiga, cadangan devisa negara. Lalu, yang terakhir, non-performing loan (NPL) untuk menghitung kemampuan masyarakat dalam menyelesaikan tanggung jawabnya.

Menurut Marco, orang yang berhasil adalah orang yang bisa melihat momentum. “It’s about momentum. Anda mau jadi orang yang termakan isu atau mengambil momentum? Resesi bisa jadi pertimbangan, tetapi tidak menghalangi investasi,” tutupnya.

Startup SCF Shafiq Catat Pendanaan Sukuk Lebih Diminati Investor

Startup fintech securities crowdfunding (SCF) Shafiq memprediksi pendanaan efek bersifat utang/sukuk (EBUS) bakal lebih diminati ke depannya. Produk tersebut dinilai lebih menawarkan kenyamanan dari sisi investor karena ada jangka waktu yang bakal dikembalikan usaha kepada mereka.

“Investor lebih merasa nyaman untuk investasi di instrumen yang memiliki jangka waktu. Dan tren lainnya adalah investor juga mulai tertarik untuk berinvestasi di instrumen syariah, terlihat di tahun 2022 produk crowdfunding syariah unggul dibandingkan dengan konvensional,” ucap Co-founder dan CEO Shafiq Kevin Syahrizal kepada DailySocial.id.

Menurut hasil kinerja hingga Oktober 2022, tercatat perusahaan telah menerbitkan 48 penawaran sukuk dan satu penawaran saham. Sebanyak 25 bisnis sudah di-screening perusahaan, adapun total dananya sebesar Rp100 miliar. Angka ini sesuai dengan target yang dicanangkan pada awal tahun.

Sebanyak empat dari 48 penawaran memenuhi standar Sustainable Development Goals (SDG). Satu-satunya penawaran saham di Shafiq juga berhasil memenuhi standar SDG. Perusahaan pun ingin memastikan dapat mencetak lebih banyak standar SDG ke depannya.

“Kami menjadikan pencapaian Rp100 miliar ini sebagai pemacu agar dapat memberikan pelayanan terbaik bagi penerbit seta pemodal. Berbagai masukan serta saran akan menjadi “bahan bakar” untuk Shafiq supaya terus berkembang,” tambahnya.

Atas pencapaiannya tersebut, Kevin optimistis bahwa prospek SCF di Indonesia masih akan didominasi oleh produk EBUS. Menurutnya, produk saham bisa kembali bergairah jika pasar sekunder dapat diadakan lebih rutin lagi, tidak hanya enam bulan sekali. Apabila para penyelenggara SCF yang berizin semakin bertambah, otomatis animo dari para investor untuk bisa berinvestasi di SCF terus meningkat.

Shafiq yang baru resmi beroperasi pada Agustus tahun lalu, saat ini belum menyediakan pasar sekunder. Kevin bilang, saat ini diskusinya masih dalam tahap umum, mengingat pasar sekunder baru dibuka pada kuartal III 2023 mendatang.

“Mayoritas portofolio produk Shafiq adalah sukuk, sedangkan saham saat ini baru satu. Tapi yang bisa kami sampaikan adalah pasar sekunder yang akan dibuat tentu akan mengikuti mekanisme seperti di pasar yang ada di bursa.”

Berdasarkan aturan POJK 57, pasar sekunder dapat menjadi ajang pertukaran saham, investor bisa menjualbelikan saham miliknya. Sebaliknya, menjadi kesempatan kedua bagi investor yang dulu tidak sempat membeli saham tersebut di pasar perdana. Pasar Sekunder hanya dapat dilakukan dua kali dalam setahun.

Didominasi pemodal usia muda

Temuan menarik lainnya yang dibagikan adalah demografi investor Shafiq yang datang dari generasi muda. Diperkirakan menjamurnya tren gelombang “hijrah” dan menginginkan platform investasi syariah yang tidak hanya menjadikannya sebagai jargon semata, namun benar-benar menerapkan syariah sebagai faktor utama dalam bisnis, jadi faktor pemicu di baliknya. Meski tidak dirinci, diklaim Shafiq memiliki ribuan pemodal yang datang dari kalangan tersebut.

“Shafiq menjawab keresahan dan kebutuhan tersebut dengan menghadirkan platform alternatif investasi syariah berupa SCF syariah pertama yang berizin dan diawasi oleh OJK serta DSN-MUI. Hal ini sekaligus menjadi tantangan bagi kami untuk memberikan solusi investasi yang memiliki kredibilitas dari sisi business dan technology.”

Untuk permudah akses Shafiq, perusahaan berencana untuk merilis aplikasi Shafiq. Lantaran, sebanyak 95% pengguna mengakses Shafiq melalui perangkat gawai pintarnya. Sementara ini pihaknya masih mengembangkan PWA (Progressive Web App) yang rencananya dapat digunakan pada akhir tahun ini.

“Rencana aplikasi akan dikembangkan dan bisa mulai digunakan paling lambat di kuartal II 2023. Shafiq ingin menjawab permintaan para pengguna dengan menghadirkan aplikasi yang memiliki user experience yang baik serta memberi kepuasan sehingga pengalaman berinvestasi menjadi luar biasa.”

Pihaknya pun berkomitmen untuk menghadirkan para penerbit terbaik, melalui proses uji tuntas yang ketat agar para pemodal bisa merasakan keuntungan dari investasi syariah yang lebih aman dan amanah. Para penerbit bisa menjalankan proyeknya tanpa ada pelanggaran syariat dengan pendanaan melalui Shafiq.

Rencana penggalangan dana juga sedang direncanakan. Kevin bilang, saat ini pihaknya sudah mulai berdiskusi dengan beberapa calon investor strategis. Harapannya kesepakatan ini bisa selesai paling lambat pada kuartal I 2023 mendatang.

Berdasarkan data OJK, total dana terhimpun pada layanan crowdfunding per 19 Agustus 2022 mencapai Rp567,45 miliar. Dana tersebut dimanfaatkan oleh 266 UMKM dengan jumlah pemodal mencapai 120.422. Bila dirinci, pendanaan tersebut terdiri atas, 238 penerbitan saham UMKM konvensional, 4 penerbitan saham UMKM berbasis syariah, 3 obligasi UMKM, dan 57 sukuk UMKM.

“Dari data industri, total penggalangan dana dari penerbitan saham hampir Rp600 miliar, sementara khusus EBUS totalnya hampir Rp100 miliar. Jauh lebih besar dari capaian sepanjang tahun lalu. Jadi kalau dilihat tren tahun ini, ternyata penerbitan sukuk dianggap menarik oleh UMKM, mencerminkan banyak yang berminat meraup permodalan dengan akad syariah,” ucap Wakil Ketua Asosiasi Layanan Urun Dana Indonesia (ALUDI) Heinrich Vincent seperti dikutip dari Bisnis.com.

Lebih lanjut, jumlah penyelenggara SCF telah mencapai 11 perusahaan, naik dari tahun lalu yang hanya 7 perusahaan. Dibandingkan capaian di tahu lalu, industri crowdfunding telah membantu menerbitkan saham 193 UKM senilai Rp412 miliar, mempertemukan mereka dengan 93.733 pemodal aktif.

Stockbit Perkenalkan Produk Investasi Aset Kripto “Stockbit Crypto”

Platform wealthtech Stockbit terus memperkaya portofolio produk investasinya, kini masuk ke investasi aset kripto “Stockbit Crypto”. Aplikasi terpisah sudah bisa diunduh melalui Google Play dan App Store.

Sebelumnya desas-desus Stockbit masuk ke kelas aset ini sudah tercium sejak Juni 2022, tetapi seluruh pihak masih tutup mulut. Saat itu, dalam situs pencarian kerja, perusahaan tengah mencari tim yang tepat untuk menangani produk tersebut.

Dalam situsnya, disampaikan bahwa Stockbit Crypto dijalankan oleh PT Coinbit Digital Indonesia. Saat dihubungi DailySocial.id, perwakilan perusahaan menyampaikan Coinbit merupakan bagian dari Stockbit sejak awal yang diinisiasi langsung oleh tim internal. “Stockbit team develops Coinbit from scratch,” ujar perwakilan Stockbit.

Mengutip dari situs Bappebti, PT Coinbit Digital Indonesia sudah mengantongi tanda terdaftar sebagai pedagang aset fisik kripto sejak April 2022.

Seluruh produk investasi yang disediakan Stockbit tersedia dalam aplikasi terpisah. Stokbit untuk investasi saham, Bibit untuk investasi reksa dana, dan Stockbit Crypto untuk investasi aset kripto.

Pasar kripto

Sebelumnya, OJK menerbitkan surat larangan kepada seluruh perusahaan di pasar modal terhadap aktivitas pemasaran, promosi, atau iklan terhadap produk layanan dan jasa keuangan, selain yang telah diberikan izinnya oleh OJK, termasuk efek yang diterbitkan di luar negeri (offshore products).

Pelarangan ini berimbas pada sejumlah aplikasi wealthtech yang menawarkan produk investasi yang dibawahi oleh OJK dan Bappebti. Ajaib awalnya menggabungkan produk investasi aset kripto ke dalam aplikasi utamanya, kini hadir secara terpisah dengan produk Ajaib Kripto.

Menurut catatan Bappebti, jumlah investor kripto di Indonesia per Agustus 2022 mencapai 16,1 juta orang, naik dibandingkan pada akhir tahun 2021 yang sebanyak 11,2 juta orang. Sementara, nilai transaksi pada periode Januari-Agustus 2022 sebesar Rp249,3 triliun.

CEO Indodax Oscar Darmawan mengatakan kenaikan jumlah investor kripto yang cukup signifikan itu menandakan bahwa investasi di kelas aset tersebut masih banyak diminati masyarakat. “Kendati tahun ini, pasar kripto sedang masuk fase winter, nyatanya peminat investasi kripto masih banyak, yang mana dibuktikan dengan penambahan jumlah investor kripto,” ucapnya seperti dikutip dari Kontan.

Menurutnya, justru momen di saat market sedang bearish ini bisa dimanfaatkan investor kripto, baik lama atau baru, untuk mengumpulkan portofolio asetnya dengan harga miring untuk bisa dijual kembali saat harganya naik kembali dua sampai tiga tahun lagi.

“Dengan jumlah investor yang sudah tembus 16,1 juta investor, bukan tidak mungkin di tahun 2023 jumlahnya bisa mencapai 20 juta investor.” Jelasnya.

Application Information Will Show Up Here

Platform Manajemen Keuangan Keluarga “Pocket” Kantongi Pendanaan Pra-Awal dari East Ventures

Platform manajemen keuangan keluarga “Pocket” yang telah hadir sejak tahun 2021 lalu telah menerima pendanaan pendanaan pra-awal yang dipimpin oleh East Ventures. Dalam rilis yang diterima, tidak disebutkan nilai investasi yang diperoleh startup fintech tersebut.

Perusahaan memiliki rencana untuk mengalokasikan dana ini dengan fokus pada penetrasi produk dan jumlah pengguna. Pocket juga akan berinvestasi dalam mengembangkan layanan serta penawaran yang dihadirkan untuk melengkapi ekosistem platform.

“Kami percaya pendanaan ini bisa menjadi penggerak kuat visi kami untuk mendemokratisasikan akses pembayaran digital untuk generasi muda dan membangun literasi keuangan sejak dini. Kami menghadirkan solusi untuk mengatasi masalah di lanskap perbankan tradisional saat ini untuk menghilangkan kesenjangan dan menuju inklusi keuangan melalui teknologi modern,” kata Co-Founder dan CEO Pocket Markus Kevin.

Bersama dengan Co-Founder dan CTO Bravyto Takwa Pangukir, Pocket hadir dengan latar belakang masih adanya permasalahan yang sudah lama berlangsung dalam lanskap keuangan, khususnya terkait manajemen keuangan pribadi dan keluarga. Pocket terdaftar dan diawasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia dan Bank Indonesia.

Saat ini platform wealth management yang menawarkan layanan serupa di antaranya adalah Finku, Sribuu, Moni, dan beberapa lainnya. Tidak sekadar aplikasi pencatatan keuangan pribadi, beberapa layanan seperti PINA juga menyematkan layanan investasi dan edukasi keuangan di aplikasinya — misinya memudahkan setiap pengguna mencapai tujuan finansialnya.

Luncurkan kartu virtual dan fisik prabayar

Kartu debit Pocket
Kartu debit Pocket

Pocket juga menghadirkan kartu virtual dan fisik prabayar dengan saldo digital untuk membantu orang tua modern mengelola keuangan keluarga mereka. Pocket memungkinkan pembuatan akun yang dapat dilacak, dipisahkan, dan sepenuhnya digital; pengguna dapat mengalokasikan akun digital ke setiap anggota keluarga untuk memiliki, menyimpan, dan membelanjakan uangnya masing-masing.

Setiap akun digital juga dilengkapi dengan kartu virtual dan fisik prabayar yang aman dan mendukung transaksi QRIS yang tersedia di lebih dari 20 juta merchant di seluruh Indonesia.

Setiap keluarga juga dapat mengelola dan mempersonalisasi akun berdasarkan batas pengeluaran dengan visibilitas yang jelas melalui laporan dan analitik penggunaan untuk setiap individu. Hingga saat ini, Pocket telah mencatat pertumbuhan yang signifikan sebesar 2,5 kali dan 3 kali dari bulan ke bulan dalam pengguna baru dan Total Purchasing Value (TPV) secara berurutan.

Pocket juga aktif bekerja sama dengan bank lokal untuk melengkapi ekosistemnya, berkolaborasi dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. Selain itu, Pocket telah dan akan berkolaborasi dengan lebih dari 100 sekolah (dengan fokus sekarang di daerah Jabodetabek) untuk meningkatkan literasi keuangan anak-anak melalui konten edukatif, serta meningkatkan akses keuangan di Indonesia.

“Kami yakin bahwa Pocket memimpin inovasi di bidang ini untuk membuka peluang yang tak terhitung jumlahnya dengan memberdayakan orang tua di Indonesia untuk mendidik dan mempersiapkan generasi muda, dan pada akhirnya memungkinkan keluarga modern memiliki keuangan rumah tangga yang sehat dan praktik keuangan yang berkelanjutan,” kata Partner East Ventures Melisa Irene.

Application Information Will Show Up Here

Tren Startup Wealthtech Gulirkan Fitur Premium, Giliran Ajaib Luncurkan Opsi “Prime”

Platform wealthtech Ajaib memperluas cakupan nasabah ritel dengan menggarap segmen premium melalui produk “Ajaib Prime”. Persyaratan untuk menjadi nasabah ini adalah memiliki nominal deposit saldo RDN dan portofolio saham minimal Rp200 juta. Sebelumnya, kompetitor terdekatnya Bibit juga merilis layanan yang sama melalui Bibit Premium.

Ajaib Prime menyediakan fitur komprehensif dan layanan personal, termasuk Relationship Manager pribadi untuk konsultasi portofolio, update kondisi market, hingga jalur bantuan khusus. Lalu, jaminan kompensasi hingga tiga kali broker fee atas kendala aplikasi, analisis eksklusif saham dan kondisi pasar, webinar eksklusif, laporan realized profit & loss, dan buying power hingga 2,85 kali modal dengan margin trading.

Direktur Utama Ajaib Sekuritas Asia Anna Lora menjelaskan terkait latar belakang hadirnya Ajaib Prime karena meningkatkan nilai investasi nasabah. Seiring itu juga meningkatnya minat dan kenyamanan mereka untuk berinvestasi di Ajaib.

Ajaib terus mengembangkan layanan untuk memenuhi kebutuhan semua investor Indonesia. Ajaib Prime hadir untuk memberikan layanan yang hyper-personal, nyaman dan mudah, agar portofolio investasi terus tumbuh maksimal,” kata dia dalam keterangan resmi, (12/10).

Anna melanjutkan, meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap investasi digital di Ajaib tercermin dalam pertumbuhan pengguna yang diklaim naik hingga 100% dalam setahun terakhir. Data internal perusahaan menunjukkan lebih dari 90% nasabah Ajaib adalah generasi muda, dari porsi tersebut sekitar 80% di antaranya adalah first-time investors yang menemukan akses investasi saham melalui Ajaib. Adapun, disebutkan Ajaib mencatat telah menjaring lebih dari dua juta investor ritel dalam dua tahun terakhir.

Kondisi di atas selaras dengan di industri. Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan jumlah investor pasar modal pada September 2022 mencapai 9,7 juta orang dan diprediksi akan tembus 10 juta pada akhir tahun ini. Data lainnya dari Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menunjukkan saat ini ada lebih dari 80% investor pasar modal adalah generasi muda di bawah usia 40 tahun dengan total aset mencapai Rp150 triliun per Agustus 2022.

“Ajaib Prime merupakan langkah awal Ajaib untuk mengembangkan layanan prioritas. Ke depannya, kami akan terus memenuhi kebutuhan berbagai segmen investor Indonesia dan terus menjadi layanan investasi terbaik bagi semua. Hal ini sesuai dengan misi Ajaib untuk menyambut dan berkembang bersama generasi baru investor Indonesia,” pungkasnya.

Ajaib pisahkan aplikasi untuk kripto

Sebelumnya pada Agustus kemarin, Ajaib mulai memisahkan kelas aset kripto ke dalam aplikasi tersendiri Ajaib Kripto. Langkah tersebut diambil karena mengikuti arahan dari OJK pada awal Juli ini berisi larangan untuk perusahaan di bidang pasar modal melakukan pemasaran, promosi, atau iklan produk dan layanan jasa keuangan, selain yang telah diberikan izinnya oleh OJK termasuk efek yang diterbitkan di luar negeri (offshore products).

Larangan tersebut dimaksudkan untuk melindungi konsumen dan mencegah kesalahpahaman informasi yang diterima masyarakat terkait produk jasa keuangan yang ditawarkan. Seperti diketahui, aktivitas investasi di Indonesia diawasi oleh dua lembaga yang berbeda, yakni OJK dan Bappebti. OJK hanya mengawasi aktivitas transaksi saham dan reksa dana. Di luar itu, ada di ranah Bappbeti, seperti futures, kripto, dan emas.

Pangsa pasar investor tajir

Bergabungnya Ajaib, setelah Bibit, Bareksa, dan Moduit, untuk menggarap nasabah tajir ini menandai besarnya potensi yang bisa digarap. Menurut data yang dikutip dari Bank Dunia di 2020, menunjukkan jumlah orang yang memiliki aset besar atau GDP per kapita di atas $135.000 dan dikategorikan high net worth individual di Indonesia sebesar 4 juta orang atau sekitar 1,5% dari jumlah penduduk Indonesia.

Kemudian, sekitar 20% atau sebanyak 54 juta merupakan golongan dengan penghasilan menengah (GDP per kapita di atas USD 5.800). Sementara sebanyak 211 juta atau 78% merupakan golongan berpenghasilan kecil.

Meski angka kelompok HNWI ini hanya sekitar 4 juta orang, kelompok ini akan terus meningkatkan nilai kekayaannya karena mereka terus berupaya mengembangkan aset dengan memperbesar alokasi dana mereka untuk produk-produk investasi.

Mengutip dari Syndicated Survey YouGov 2022, masyarakat HNWI sebagian besar transaksi finansialnya, termasuk produk keuangan telah dilakukan secara digital, baik lewat layanan perbankan maupun platform keuangan digital yang terpercaya.

Application Information Will Show Up Here

[Video] Fokus Pluang Sebagai Platform Investasi Multi-Aset

DailySocial bersama COO Pluang Riadi Esadiputra membahas bagaimana platform multi-aset Pluang menjadi pionir wealth-management platform di Indonesia.

Pluang memiliki berbagai macam produk investasi di antaranya Emas Digital, Micro E-Mini Index Futures, Saham AS CFD, Aset Digital, Reksa Dana dan Aset Kripto.

Keberagaman produk ini, menurut Riadi, menjadi komitmen Pluang  mempermudah masyarakat melakukan diversifikasi portofolionya.

Seperti apa demografi pengguna Pluang? Bagaimana target dan tren platform serupa? Simak pembahasan Pluang di video wawancara berikut.

Untuk video menarik lainnya seputar strategi bisnis dan kontribusi startup di Indonesia, kunjungi kanal YouTube DailySocialTV di sesi DScussion.

Luncurkan Aplikasi Versi Pro, Saham Rakyat Ingin Tambah Pengguna Aktif

Setelah meluncur awal tahun ini, platform trading saham berbasis komunitas Saham Rakyat, mengklaim mengalami traksi yang positif secara organik dengan bertambahnya jumlah pengguna. Berdasarkan informasi di Google Play, saat ini aplikasi tersebut telah diunduh 50 ribu+ pengguna.

Kepada DailySocial.id, Founder & CEO Saham Rakyat Kevin Hendrawan mengungkapkan, sesuai dengan misi awal mereka, aplikasi Saham Rakyat ingin fokus memberikan edukasi kepada masyarakat Indonesia tentang manfaat investasi saham. Caranya dengan mengedepankan layanan yang user friendly sehingga mudah untuk diakses.

Bukan hanya generasi muda, Saham Rakyat turut menargetkan segmen pengguna yang lebih luas, seperti kalangan ibu-ibu muda yang mulai banyak memiliki minat besar untuk berinvestasi di saham.

“Setelah kita meluncur awal tahun ini traksi kita bagus dan kebanyakan datang secara organik. Banyak pengguna kita yang datang dari komunitas kemudian menjadi active trader,” kata Kevin.

Luncurkan aplikasi versi Pro

Setelah sebelumnya merilis aplikasi dalam versi Lite, kini untuk memberikan fitur dan layanan yang menyeluruh, Saham Rakyat merilis aplikasi versi Pro. Masih dalam platform yang sama, bagi pengguna yang sudah memahami benar apa itu investasi saham dan semua pendukungnya, bisa memanfaatkan versi Pro ini.

Bagi mereka yang masuk dalam kategori pakar atau profesional dan ingin melakukan kalkulasi atau perencanaan lebih mendalam terkait dengan jual-beli saham, versi Pro dapat menjadi ideal untuk digunakan.

Layanan wealthtech versi premium ini sebelumnya telah dirilis sejumlah pengembang, di antaranya Bibit, Bareksa, hingga Moduit. Targetnya memang kepada investor ritel profesional dengan nilai aset yang besar.

“Aplikasi kita sederhana, tinggal menggeser toggle di bagian pengaturan
profil untuk berpindah versi. Investasi saham adalah pasar yang kerap mengalami perubahan dengan cepat, untuk itu dibutuhkan eksekusi dengan cepat ketika nilai saham sedang naik,” kata Kevin.

Salah satu fitur yang juga masih menjadi pilihan pengguna adalah Group Chat. Fitur ini masih menjadi pilihan pengguna yang kebanyakan adalah komunitas untuk saling berkomunikasi, berbagi informasi dan kegiatan lainnya secara online. Group Chat adalah ruang diskusi terbuka di mana pengguna dapat bertanya dan dijawab langsung oleh analis keuangan Saham Rakyat dan edukasi webinar seputar analisa saham.

Melalui PT Samuel Sekuritas Indonesia yang sudah memiliki izin dari OJK, Saham Rakyat juga didukung oleh Kaesang Pangarep, putra dari Presiden Joko Widodo sebagai Brand Ambassador.

Diminati ibu-ibu muda

Selain di Jabodetabek saat ini pengguna Saham Rakyat juga sudah tersebar hingga ke Sumatera, Kalimantan, sampai Sulawesi. Jika pada awalnya mereka ingin menarik lebih banyak pengguna dari generasi muda, kini secara tidak sengaja perusahaan menemukan kalangan baru yang menjadi strategis untuk didekati yaitu ibu-ibu muda.

Berawal dari edukasi di media sosial tentang keamanan melakukan investasi dan terhindar dari investasi bodong, kini Saham Rakyat telah memiliki active trader dari kalangan ibu-ibu muda.

“Saat ini sudah ada ibu-ibu muda yang berusia sekitar 35-45 tahun melakukan active trading di Saham Rakyat. Mereka sangat aktif dan cukup menguasai soal trading. Mereka menemukan Saham Rakyat melalui media sosial, setelah kita lakukan pendekatan akhirnya sekarang mereka menjadi pengguna kami,” kata Kevin

Secara keseluruhan aplikasi Saham Rakyat sudah diunduh oleh 100 ribu pengguna, terdapat sekitar 70 ribu active trader di Saham rakyat saat ini. Tahun depan perusahaan memiliki target untuk menambah 1 juta active trader di Saham Rakyat. Sebagai platform yang berfungsi layaknya sebagai broker saham secara online, Saham Rakyat menyediakan sekitar 800 emiten atau perusahaan publik untuk pengguna mereka.

“Karena kita sebagai trading platform maka posisi kita ditengah-tengah. Kita tidak menyimpan uang nasabah, yang memegang adalah bank langsung, dalam hal ini adalah BCA dan BRI melalui Rekening Dana Nasabah (RDN), dan saham ini yang pegang adalah PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). Yang bisa kita lakukan sebagai platform adalah menyederhanakan UI/UX. Untuk masalah kecepatan berbagai pihak harus kerja sama,” kata kevin.

Mengedepankan sebagai platform belanja saham, Saham Rakyat juga terus melakukan kegiatan edukasi offline dan online terkait dengan investasi saham kepada masyarakat luas. Salah satu kegiatan offline yang dilakukan untuk edukasi adalah melalui Art Exhibition.

Masih enggan untuk menambah pilihan produk investasi digital lainnya seperti reksa dana, kripto hingga emas, menurut Kevin masih banyak investasi saham yang berpotensi untuk dijajaki. Ke depannya perusahaan berupaya untuk bergerak sesuai dengan kecepatan sendiri.

Saat ini sudah ada beberapa platform serupa yang bisa digunakan untuk berinvestasi di berbagai jenis instrumen, di antaranya adalah  AjaibBareksaPluangPINA, dan lainnya .

Application Information Will Show Up Here