Cerita Bridestory Sebelum dan Sesudah Diakuisisi Tokopedia

Bridestory mengaku saat ini masih fokus menyelesaikan integrasi bisnis agar merchant antar kedua platform bisa cross selling satu sama lain. Menurut Co-Founder dan CEO Bridestory Kevin Mintaraga, integrasi adalah tantangan terberat dari seluruh yang ada, pasca diakuisisi oleh Tokopedia.

“Untungnya kami [Bridestory dan Tokopedia] punya kesamaan budaya dan value jadi itu bukan masalah besar. Justru di integrasi bisnisnya, ini butuh manpower dan fokus yang besar,” terangnya saat menjadi pembicara di Block71 Jakarta, kemarin (30/7).

Dia melanjutkan integrasi ini bisa membawa merchant di kedua belah pihak saling cross selling di tiap platform. Bridestory kuat di merchant yang memiliki kemampuan dan jasa, sementara Tokopedia kuat di produk fisik dan digital.

Sinergi antara keduanya bisa membawa keuntungan karena pengguna Bridestory juga bakal membutuhkan keberadaan merchant Tokopedia yang menjual gaun pengantin, perhiasan, sepatu, aksesoris, dan lainnya. Meski secara perusahaan, keduanya tetap berjalan secara independen.

Salah satu realisasi yang terlihat, saat ini kita dapat melihat produk Bridestory dalam Tokopedia dalam katalog promosi Tokopedia Wedding Week. Tentunya pengguna Bridestory bisa mendapatkan keuntungan berbelanja dengan fasilitas yang disediakan Tokopedia, seperti pembayaran dengan Ovo atau cicilan kredit.

Kevin menyebut, kehadiran Tokopedia menjadi manuver kuat untuk Bridestory melakukan strategi pemasaran jadi lebih terarah namun dengan pendekatan organik. Pihaknya juga akan perkuat SEO agar setiap kata kunci yang berkaitan dengan pernikahan, nama Bridestory bisa tampilan di halaman teratas.

Gambaran besarnya, kedua perusahaan bisa saling mempercepat realisasi untuk mendemokratisasi commerce agar terjadi pemerataan ekonomi secara digital. Apalagi, keduanya menjadi pemain terdepan dan paling kuat di bidangnya masing-masing.

“Journey kita berikutnya adalah demokratisasi commerce Indonesia, sehingga apa yang kita lakukan bisa beri dampak buat ekonomi negara.”

Sinergi yang kuat antara keduanya, sebenarnya baru ditemukan saat Kevin maupun William (CEO Tokopedia) bertemu dan berdiskusi pada tahun lalu. Rencana akuisisi, sebetulnya tidak tebersit sama sekali, aku Kevin.

Pihaknya bermaksud untuk mengajak Tokopedia jadi mitra strategis untuk bantu pengembangan bisnis Bridestory, mengingat cakupan Tokopedia sudah luas dan brand awareness-nya yang cukup tinggi. Dia mengklaim posisi Bridestory saat itu sudah mencapai profit.

Meskipun demikian, sepanjang diskusi berlangsung banyak ditemukan sinergi yang justru dianggap akan lebih cepat banyak hal yang bisa terjadi ketika posisinya diakuisisi, bukan sebagai mitra strategis.

“Kita approach tahun lalu untuk bertemu William, tujuannya buat ngajak strategic partnership, enggak buat akuisisi. Tapi setelah ngobrol banyak, makin banyak sinergi yang bisa terjadi dan bisa diakselerasi bila jadi bagian Tokopedia.”

Posisi Kevin kini juga menempati sebagai VP Tokopedia. Keseharian bisnis Bridestory sepenuhnya diserahkan ke Co-Founder Bridestory Doni Hanafi yang kini menjadi COO. Dia pun juga menegaskan komitmennya untuk tetap berada di Bridestory.

Ini adalah kedua kalinya perusahaan yang didirikan Kevin diakuisisi oleh perusahaan besar. Sebelumnya, agensi Magnivate yang didirikannya (kini bernama Mirum Indonesia), diakuisisi penuh oleh WPP di tahun 2012.

Kesalahan Bridestory

Kevin juga menceritakan perjalanan Bridestory sejak awal berdiri sampai sekarang. Menurutnya, kesalahan terbesar yang dilakukan Bridestory adalah terlalu fokus pada pertumbuhan dengan akuisisi berbagai vendor dan ekspansi bisnis pasca mendapat investasi tahap awal.

Saat itu, perusahaan memang mendapat pertumbuhan traksi yang fantastis. Jumlah vendor yang memanfaatkan keanggotaan Bridestory tumbuh pesat. Periode keanggotaan yang ditawarkan sampai setahun. Mereka mendapatkan fasilitas dari Bridestory.

Angka tersebut dibawa ke investor sampai akhirnya mendapat kucuran investasi Seri A kemudian lanjut ke Seri B. Akan tetapi, karena terlalu fokus ke pertumbuhan, pihaknya sampai lupa untuk mempertahankan konsumen yang ada.

Akhirnya banyak vendor yang memutuskan untuk berhenti berlangganan atau tidak memperpanjang keanggotaannya, karena dirasa tidak memberikan dampak bagi bisnis.

“Dari kesalahan itu, akhirnya di 2016 kita ubah cara kita melakukan monetisasi dan fokus untuk sustainable.”

Kevin pun memberi tips untuk para founder startup yang ingin tetap fokus di bisnis yang niche. Menurutnya, pada tahap awal founder fokus perkuat segmen niche tersebut dengan riset pasar untuk membaca potensinya dan identifikasi calon pasar.

Ini akan memberi basis dasar yang kuat dalam mengembangkan startup niche. Founder bisa mencari investor yang berminat untuk investasi tahap awal karena biasanya yang dicari adalah tim, market size, dan ide.

Berikutnya, setelah menjadi cukup dominan di pasar, founder bisa fokus ke vertikal lainnya. Bridestory dalam hal ini mengembangkan Parentstory sebagai vertikal bisnis yang berbeda.

“Setelah seed round ke atas, investor pasti melihat unit economics-nya sebagai metriknya karena fokusnya adalah akselerasi pertumbuhan,” tutupnya.

Application Information Will Show Up Here

Bridestory and Parentstory Stay Independent After Being Acquired by Tokopedia

According to the CEO speech, William Tanuwijaya, today (6/20), Tokopedia officially announced its acquisition over Bridestory and Parentstory platforms. Through this action, the biggest online marketplace in Indonesia has acquired full assets of both platforms; including physical, digital, intellectual property, and human resources. Although, Bridestory and Parentstory will keep running the business and creating products independently.

Kevin Mintaraga, Bridestory’s Founder & CEO is said to be a part of Tokopedia’s management as Vice President. While Doni Hanafi, as the Co-Founder is to become the COO of Bridestory.

In terms of integration, it was mentioned in the release that Bridestory and Parentstory will have service synergy and to make use of the platform within Tokopedia’s ecosystem to expand.

Tokopedia’s platform will be available for Bridestory partners to market their products and services. It applies to the Parentstory’s partner and users as well, they can offer, search for inspiration, and purchase any kind of children activities through Tokopedia’s platform.

“We’re glad Tokopedia can have a synergy with Bridestory and Parentstory. We believe the synergy could amplify and accelerate the mission of both sides” Mintaraga said.

Tanuwijaya added, “Through this acquisition, Tokopedia took a commitment to keep being a partner for these service providers in order to keep transforming with technology onward, therefore, all bride & groom to be will have the best experience of once in a lifetime moment. Also, the Parentstory in providing the best solutions and activities for parents and their children.”

Since it was founded in 2014, Bridestory has helped and connected more than 3,5 million couples every year, with more than 20 thousand curated wedding vendors. The annual event, Bridestory Market has also become the biggest exhibition in the Southeast Asia.

On the other side, Parentstory is a new initiative from Bridestory, first introduced in October 2018. They’re targeting parents by providing subscription-based marketplace platform to give inspiration and options for children activities for parents.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Pasca Diakuisisi Tokopedia, Bridestory dan Parentstory Tetap Berjalan Secara Independen

Mendukung pernyataan CEO William Tanuwijaya, hari ini (20/6) Tokopedia secara resmi mengumumkan akuisisinya terhadap platform Bridestory dan Parentstory. Melalui aksi perusahaan ini, online marketplace terbesar di Indonesia tersebut memboyong penuh seluruh aset kedua platform; termasuk aset fisik, digital, kekayaan intelektual, dan sumber daya manusia. Kendati demikian, Bridestory dan Parentstory akan tetap beroperasi dan menghadirkan produk secara independen.

Kevin Mintaraga, yang merupakan Founder & CEO dari Bridestory, dipastikan akan memasuki jajaran manajemen Tokopedia sebagai Vice President. Sementara Doni Hanafi, selaku Co-Founder Bridestory, akan menempati posisi sebagai COO Bridestory.

Untuk rencana integrasi, dalam rilis dikatakan bahwa Bridestory dan Parentstory akan mensinergikan layanan mereka dan memanfaatkan platform di ekosistem Tokopedia guna memperluas jangkauan.

Para mitra Bridestory nantinya dapat memanfaatkan platform Tokopedia dalam menghadirkan produk dan layanan mereka. Begitu juga dengan pengguna dan mitra Parentstory, mereka dapat menawarkan, mendapatkan inspirasi dan membeli berbagai kegiatan anak-anak melalui platform Tokopedia.

“Kami sangat menyambut baik sinergi antara Bridestory dan Parentstory dengan Tokopedia. Kami percaya sinergi ini akan dapat saling mengamplifikasi dan mengakselerasi terwujudnya misi kedua belah pihak,” ujar Kevin.

Sementara itu William menambahkan, “Melalui akuisisi ini, Tokopedia berkomitmen untuk terus menjadi mitra bagi para penyedia layanan ini agar mereka dapat terus bertransformasi sesuai dengan perkembangan teknologi, sehingga setiap calon mempelai mendapatkan pengalaman terbaik untuk salah satu momen terindah dalam hidup mereka. Demikian juga halnya dengan Parentstory dalam menyediakan solusi dan aktivitas terbaik bagi orang tua untuk anak-anak mereka.”

Sejak didirikan pada tahun 2014, Bridestory telah membantu dan menghubungkan lebih dari 3,5 juta calon pengantin setiap tahunnya, dengan lebih dari 20 ribu penyedia produk dan layanan keperluan pernikahan yang telah terkurasi. Ajang tahunan Bridestory Market pun telah menjadi ajang eksibisi pernikahan terbesar di Asia Tenggara.

Di sisi lain, Parentstory merupakan inisiatif baru dari Bridestory yang diperkenalkan pada bulan Oktober tahun lalu. Parentstory menyasar segmen orang tua dengan menghadirkan platform marketplace berbasis keanggotaan yang memberikan inspirasi dan pilihan aktivitas anak-anak bagi para orang tua.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Apakah Ada “Sesuatu” Antara Tokopedia dan Bridestory?

Hari ini, DealStreetAsia menerbitkan berita mengenai kemungkinan akuisisi 100 persen saham marketplace produk pernikahan ternama Bridestory oleh marketplace terkemuka Tokopedia. Dalam kegamangan informasi akan transaksi yang mungkin (atau tidak) terjadi, kabar burung telah menyebar. Ada setidaknya tiga sumber yang menginformasikan kepada kami soal ini sebelum DealStreetAsia mempublikasikan artikelnya, namun CEO kedua belah pihak masih enggan memberikan keterangan lebih lanjut.

Menanggapi pertanyaan DailySocial, CEO Bridestory Kevin Mintaraga menyatakan kami menerima “informasi yang salah”, sementara CEO Tokopedia William Tanuwijaya, dengan singkat mengungkapkan bahwa ia tidak menanggapi rumor pasar.

Sekalipun sama-sama menjadi marketplace, Tokopedia dan Bridestory memiliki pasar yang berbeda. Kecil kemungkinan tujuannya untuk akuisisi pegawai (mungkin beberapa pegawai bisa berbagi fungsi yang sama), karena Bridestory kini tengah mendominasi pasar. Perkiraan terdekat adalah mereka berkolaborasi dalam usaha mendominasi pasar masing-masing.

Tokopedia memiliki dana yang cukup di lumbung mereka, sementara menginformasikan ke media tentang langkah akuisisi bukanlah tradisi mereka. Kami menemukan adanya sebuah akuisisi (lebih tepatnya akuisisi pegawai) yang pernah dilakukannya namun tidak ada pernyataan resmi sampai saat ini.

Berdiri sejak tahun 2014, Bridestory digawangi oleh Mintaraga dan Doni Hanafi. Tanpa ada jumlah investasi yang diumumkan setelah melalui setidaknya empat putaran pendanaan, termasuk dari angel investor, DealStreetAsia menyebutkan valuasi Bridestory bisa mencapai $50 juta (lebih dari 700 miliar Rupiah) — jumlah yang belum seberapa dibandingkan Tokopedia yang menjadi startup dengan valuasi terbesar kedua di Indonesia senilai $7 miliar (lebih dari 100 triliun Rupiah) , setelah pendanaan teranyar yang dipimpin Softbank Vision Fund dan Alibaba akhir tahun kemarin.


Artikel asli dalam bahasa Inggris, diterjemahkan oleh Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Is Something Really Brewing Between Tokopedia and Bridestory?

DealStreetAsia today comes up with a story about possible 100 per cent acquisition of leading wedding marketplace Bridestory by the leading general marketplace Tokopedia. While we still puzzle on why this transaction may (or may not) happen, we do hear similar thing from the street. At least three different sources have told us about this story way before DealStreetAsia publishes its article, but CEO from both side are not keen to share the details.

Answering DailySocial‘s question, Kevin Mintaraga, Bridestory’s CEO, said we receive “a wrong information”, while William Tanuwijaya, Tokopedia’s CEO, shortly said he doesn’t comment on market rumor.

While both are marketplace, Tokopedia and Bridestory serve different market. With low possibility of acqui-hire (some employees may share function in both companies), Bridestory is currently the market leader, one possible guess is they team up to dominate their respective market.

Tokopedia has sufficient cash in its war chest, while telling media about acquisition is not part of its culture. We recognize at least one acquisition (acqui-hire to be exact) has been made in the past and no official statement is released until today.

Founded in 2014, Bridestory is led by Mintaraga and Doni Hanafi. With no disclosed amount of total funding after at least four funding round, including angel round, DealStreetAsia said Bridestory’s likely valuation will be up to $50 million — a modest amount since Tokopedia has the second highest valuation among startups in Indonesia with $7 billion, after the latest funding led by Softbank Vision Fund and Alibaba last year.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Bridestory dan Blibli Luncurkan Bridestory Pay

Bridstory, startup marketplace untuk vendor pernikahan, berinovasi dengan meluncurkan Bridestory Pay sebagai hasil kerja sama dengan Blibli. Hal yang diharapkan adalah memberikan opsi pembayaran yang lebih beragam bagi calon pengantin yang sedang merencanakan pesta pernikahannya.

Untuk menarik pengguna, Bridestory menyiapkan beberapa keuntungan jika melakukan pembayaran menggunakan metode ini. Yang pertama adalah asuransi pembatalan pernikahan dari Bridestory apabila ada hal yang tidak diinginkan terjadi, seperti bencana alam atau kecelekaan. Tersedia pula skema cicilan bunga 0% hingga 24 bulan dari lebih dari 15 bank di Indonesia dan penawaran menarik lainnya seperti cashback.

Menurut pihak Bridestory, Bridestory Pay dihadirkan menjawab tantangan kemandirian pembayaran pernikahan oleh calon pengantin. Dari laporan Industri Pernikahan 2017 yang mereka terbitkan, 56,6% responden mengaku biaya pernikahan saat ini lebih banyak ditanggung oleh kedua calon pengantin, dengan kisaran biaya mulai dari Rp20 juta hingga Rp2 Miliar. Bridestory Pay hadir sebagai metode pembayaran baru yang bisa dimanfaatkan calon pengantin.

“Bridestory Pay merupakan sebuah inovasi yang baru di industri pernikahan. Kita akan melihat animonya, baik respon dari vendor maupun konsumen. Target kami di tahun pertama yaitu menyediakan semakin banyak vendor dengan service yg beragam dan calon pengantin menggunakan Bridestory Pay untuk bertransaksi dengan vendor-vendor tersebut,” terang Senior Marketing Executive Bridestory Natashia Virginia.

Melalui Bridestory Pay ini Blibli akan menggandeng Bridestory sebagai merchant partner untuk memberikan solusi smart wedding planning bagi calon pengantin.

“Peluncuran Bridestory Pay merupakan salah satu wujud komitmen Bridestory dalam mendukung pelaku industri pernikahan dan calon pengantin dari segi teknologi. Untuk menggunakan Bridestory Pay, calon pengantin cukup masuk ke situs maupun aplikasi Bridestory, chat dan mendapatkan penawaran dari ventor, membayar dengan mudah, lalu menikmati seluruh keuntungan yang ada,” imbuh CTO Bridestory Doni Hanafi.

Application Information Will Show Up Here

Kabar Terkini “Wedding Marketplace” Bridestory

Di tengah kabar yang cukup menyita perhatian banyak orang tentang pernikahan Raisa dan Hamish beberapa waktu lalu, beberapa dari kita mungkin “salah fokus”, melihat salah satu startup wedding marketplace lokal yang menjadi bagian penting dalam pelaksanaan tersebut. Ya, sejak dimulai dari nol oleh Kevin Mintaraga dan Etienne Emile tahun 2013, Bridestory terlihat berkembang cukup pesat. DailySocial mencoba menghubungi Kevin, Co-Founder dan CEO Bridestory, untuk menceritakan kondisi bisnisnya saat ini.

Terakhir pada tahun 2015. Bridestory mendapatkan pendanaan Seri A dari beberapa investor, termasuk Rocket Internet, Fenox Venture Capital dan East Ventures. Bersama pendanaan tersebut, Bridestory melakukan akselerasi dengan melakukan ekspansi ke Singapura dan Filipina. Sisi produk pun dikembangkan hingga menghadirkan versi Pro untuk layanan premium Bridestory. Dari pemaparan Kevin, per hari ini sudah ada vendor yang terdaftar di 199 negara, dengan 80%-nya berasal dari negara-negara di Asia.

“Tanggapan yang diberikan pengguna sangat positif. Para pengguna menggunakan platform kita secara end-to-end, mulai dari mencari inspirasi, menemukan vendor pernikahan yang tepat hingga berkonsultasi dengan Hilda, layanan konsultasi pernikahan dari Bridestory yang akan berperan sebagai asisten pribadi pernikahan. Melalui fitur ini, calon pengantin akan diberikan rekomendasi sesuai dengan kebutuhan pernikahan mereka dan berkesempatan mendapatkan best deal dari berbagai vendor pernikahan di Bridestory,” jelas Kevin menerangkan kondisi Bridestory saat ini.

Selain promosi dengan digital marketing, pihaknya juga mengadakan pameran bertajuk “Bridestory Fair & Bridestory Market”. Acara tersebut diadakan dengan harapan pengguna dapat bertemu dan melihat langsung hasil karya vendor-vendor yang ada di Bridestory untuk melihat portofolionya secara langsung. Total pertumbuhan Bridestory sekitar 8 juta pengguna per tahun dengan rata-rata usia 20-35 tahun.

“Memimpin perubahan tren dan konsumen dengan melakukan inovasi yang kami yakini dapat diterima di pasar. Dan tak lupa untuk terus mengedukasi vendor dan pengguna Bridestory agar dapat lebih memahami platform dan fitur-fitur yang kami miliki. Ke depannya kami terus berkomitmen untuk mengembangkan platform dan bisnis kami, baik dari jumlah vendor, pengguna, dan revenue kami,” ujar Kevin menerangkan strategi mempertahankan traksi bisnisnya.

Application Information Will Show Up Here

Nikah.id Permudah Komunikasi Calon Pengantin dengan Pihak Vendor

Melimpah ruahnya jumlah millennial di Tanah Air yang mulai memasuki usia pernikahan, menjadi kue bisnis yang sangat menarik untuk digarap. Setelah Bridestory mengukuhkan dirinya sebagai marketplace pernikahan terbesar di Asia Tenggara, kini hadir Nikah.id dengan semangat ingin menghubungkan vendor lokal dengan calon pengantin.

Layanan ini baru hadir pada Maret 2017 lalu. Secara model bisnis, hampir mirip dengan Bridestory, yakni menghimpun vendor dalam satu platform.

Yang sedikit berbeda, Nikah hanya diperuntukkan untuk pengguna yang sudah terdaftar berlangganan dengan besaran biaya Rp58 ribu per bulannya. Lewat eksklusivitas ini, baik vendor maupun pengguna bisa menghubungi satu sama lain dengan cara yang lebih mudah karena Nikah menghadirkan fitur chat.

“Karena dengan berlangganan berbayar, vendor akan tampil dalam list vendor search list dan komunikasi dengan calon pengantin dapat lebih lancar. Strategi ini menjadi langkah monetisasi kami,” terang Founder Nikah.id Hariawan Bangun Saputra kepada DailySocial.

Lewat platform Nikah, calon pengantin dapat dengan mudah mencari vendor pernikahan berdasarkan lokasi di laman depan Nikah. Misalnya, Bridal di Jakarta, Gedung Pernikahan di Jakarta, Katering di Jakarta, Dekorasi di Jakarta, Fotografi di Bali, dan lain sebagainya.

“Selain itu, kami memberikan kemudahan untuk mencari vendor yang tepat dan kemudahan mengirim pesan kepada mereka untuk berkomunikasi. Sementara dari sisi vendor, ada kesempatan untuk mereka memperkenalkan produk atau layanan kepada pasar yang sesuai.”

Hariawan mengklaim saat ini pihaknya telah menghimpun lebih dari 200 vendor yang bergerak di berbagai sektor pendukung, seperti dari venue, wedding planner, catering, souvenir, fotografer, dan lainnya.

Rencananya, pihak Nikah akan lebih agresif menggandeng vendor pernikahan dari kota kecil untuk bergabung dalam platform. Sementara ini, Nikah baru tersedia untuk situs desktop dan mobile.

Strategi Bridestory Kuasai Pangsa Pasar “Online Wedding Marketplace” di Asia Tenggara

Pasca ekspansi ke Singapura dan Filipina, online wedding marketplace lokal Bridestory mengungkapkan akan terus melakukan inovasi bisnis agar dapat mengkukuhkan targetnya sebagai wedding marketplace terbesar di Asia Tenggara. Untuk mewujudkannya Bridestory akan menggelar signature event pada awal Juli 2017.

Pihak Bridestory memastikan acara ini akan menjadi pameran pernikahan terbesar di Asia Tenggara yang diikuti oleh vendor berasal lebih dari lima negara. Acara tersebut akan berlangsung selama empat hari. Calon pengantin akan bertemu secara langsung dengan lebih dari 800 vendor pernikahan dari 20 kategori yang berbeda.

“Kami ingin terus membantu mewujudkan lebih banyak lagi pernikahan impian para calon pengantin serta memperkuat posisi sebagai online wedding marketplace terbesar di Asia Tenggara,” terang Country Director Bridestory Indonesia Andhira Rachmawati kepada DailySocial.

Kegiatan ini sekaligus menjadi upaya Bridestory memperdalam penetrasi pasar di Asia Tenggara. Ada sejumlah tantangan yang kerap dihadapi Bridestory, salah satunya perbedaan budaya yang turut mempengaruhi tren pernikahan di setiap negara.

Untuk dapat beradaptasi dengan perbedaan tersebut, Bridestory melakukan lokalisasi dan survei terhadap para pengguna platform di setiap negara.

“Dengan demikian, Bridestory dapat mempelajari dan mengetahui tren pernikahan terkini untuk dapat membantu para calon pengantin dalam mempersiapkan pernikahan dan para vendor dalam mengembangkan bisnis mereka ke depannya.”

Dari data terakhir, Bridestory berhasil menghimpun lima juta calon pengantin yang menggunakan layanan ini di 2015. Pada tahun yang sama, situs Bridestory dikunjungi sekitar 500 ribu calon pengantin setiap bulannya. Terdapat 15 ribu wedding vendor lebih dari 50 negara yang sudah bergabung dalam platform tersebut.

Untuk meningkatkan jangkauan bisnisnya, Bridestory mengeluarkan dua aplikasi yakni Bridestory dan Bridestory Pro. Perbedaannya, aplikasi Bridestory diperuntukkan untuk calon pengantin, sementara Bridestory Pro untuk vendor pernikahan mengatur profil dan korespondensi dengan calon pengantin.

Pisah kongsi dengan Mediacorp

Menjelang akhir tahun lalu, Bridestory mengumumkan perpisahan kerja sama dengan majalah Style Weddings dari perusahaan media asal Singapura, Mediacorp. Perpisahan bisnis ini menjadi babak baru bagi Bridestory untuk mencapai target yang belum sempat terwujud sebelumnya di Singapura.

Menurut Andhira, pasca pisah kongsi Bridestory akan tetap fokus untuk meluncurkan inovasi pada produk yang akan membantu perencanaan pernikahan untuk para calon pengantin di Singapura.

Salah satunya dengan meluncurkan produk baru HILDA, sebuah online wedding consultant yang dapat membantu para calon pengantin dalam perencanaan pernikahan mereka dan mendapatkan penawaran terbaik dari vendor-vendor Bridestory di Singapura.

“Dalam waktu dekat layanan ini akan segera diluncurkan,” ucapnya.

Kerja sama antara Bridestory dengan Mediacorp sendiri sempat terjalin sejak Juli 2015. Kerja sama tersebut memungkinkan kedua belah pihak menyatukan sumber dayanya dengan menghasilkan konten inspirasi pernikahan lewat portal Bridestory.com.sg.

Tidak dijelaskan mengapa kedua perusahaan ini akhirnya memutuskan kerja sama bisnisnya. Dikutip dari Channel News Asia, dijelaskan mereka sepakat untuk berpisah untuk mengejar tujuan komersial masing-masing.

“Dengan keputusan ini, kedua perusahaan akan lebih bebas untuk mengejar strategi bisnis masing-masing. Majalah Style Weddings akan terus meningkatkan bisnis lewat situs stylextyle. Kami juga akan scaling up bisnis di acara offline mega wedding show di Maret 2017. Dengan fokus baru pada 360 solutioning, kami memiliki kemungkinan besar untuk berkembang secara digital, baik di acara offline juga TV,” terang Head of Women, Men, dan Parenting Mediacorp Jessie Sng.

CEO Bridestory Kevin Mintaraga menambahkan, “Menjadi kehormatan bagi kami bisa bekerja sama dengan Mediacorp, keputusan ini menjadi babak baru bagi Bridestory menjadi platform dengan layanan terpadu untuk vendor pernikahan di Singapura.”

WeddinQ Siap Ramaikan Persaingan Marketplace Vendor Pernikahan

Dalam bisnis persaingan yang ketat akan selalu muncul di sektor yang menjanjikan. Apalagi di dunia startup. Jika terbukti suatu niche atau pasar menjanjikan selanjutnya akan diikuti menjamurnya startup dengan niche tersebut. WeedinQ, salah satu startup yang baru didirikan beberapa bulan lalu, tampaknya melihat peluang di niche vendor pernikahan. WeddinQ hadir dengan tujuan untuk menjadi layanan yang menjembatani calon pengantin dengan vendor pernikahan, tentunya dengan kemudahan teknologi. Continue reading WeddinQ Siap Ramaikan Persaingan Marketplace Vendor Pernikahan